Anda di halaman 1dari 18

PAPER EKONOMI PEMBANGUNAN

“PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN”

Anggota Kelompok :

1. Ari Purwanti (1707512099)


2. Anggun Kandia Ananda (1707512132)
3. Anak Agung Diah Pradnya Dewi (1707512136)
4. Ni Made Ayu Widya Novitasari (1707512142)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 1

1.3 Tujuan penulisan ...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembangunan Berkelanjutan .................................................................................. 2

2.2 Perbedeaan Pembangunan Berkelanjutan ............................................................. 3

2.3 Startegi dan Kebijakan............................................................................................. 6

2.4 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan .................................................................. 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA

i
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan hidayah dan kekuatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Paper ini membahas tentang “Pembangunan Berkelanjutan”. Penulis
berharap dengan adanya Paper ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita mengenai
Pembangunan Berkelanjutan.

Dalam penulisan paper ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan paper
ini.

Semoga paper sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Denpasar, 1 Mei 2019

( Penulis)

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mampu
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi
mendatang untuk mencukupi kebutuhan mereka (Mitchell et al, 2000).
Pembangunan haruslah selaras dengan pengelolaan sumber daya sehingga
kesejahteraan jangka panjang seharusnya diberi prioritas yang sama dengan
kebutuhan yang mendesak pada saat ini (Reinjntjes et al, 2011). Dampak dari
pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan, pada umumnya
mengakibatkan kerusakan lingkungan dan penurunan daya dukung lingkungan.
Kegiatan pembangunan seharusnya berkelanjutan dan mengacu pada kondisi
alam dan pemanfaatannya agar berwawasan lingkungan (Sunu, 2001). Konsep
pembangunan berkelanjutan akhir-akhir ini menjadi suatu konsep
pembangunan yang diterima oleh semua negara di dunia untuk mengelola
sumberdaya alam agar tidak mengalami kehancuran dan kepunahan.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu Pembangunan Berkelanjutan ?
2. Bagaimana Perbedaan Pembangunan Berkelanjutan ?
3. Bagaimana Strategi dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan ?
4. Bagaimana Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pembangunan Berkelanjutan
2. Untuk mengetahui Perbedaan Pembangunan Berkelanjutan
3. Untuk mengetahui Strategi dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan
4. Untuk mengetahui Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembangunan Berkelanjutan

Pemikiran untuk mengintegrasikan ekonomi dan ekologi merupakan


akar lahirnya ide tentang pembangunan berkelanjutan atau sustainable
development (WCED, 1987:Boeler, 1994:Panayotou, 1994). Pembangunan
berkelanjutan merupakan paradigma baru dalam pembangunan yang memiliki
interpretasi dan konsep yang beragam. Konsep pembangunan yang terbukti
dapat dilaksanakan di Negara maju belum tentu dapat dilaksanakan di NSB,
dan demikian juga sebaliknya. Disamping adanya keberagaman dalam konsep
pembangunan , paraa pelaku pembangunan juga memiliki pemahaman masing-
masing tentang konsep pembangunan berkelanjutan, apa yang dipahami oleh
kalangan pengusaha dapat berbeda dengan apa yang dipahami masyarakat atau
kelompok aktivis lingkungan, World Commission on Environment and
Development (WCED,1987:8) dalam laporannya berjudul Our Common
Future mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai “Sustainable
development is the development that meets the needs of the present without
compromising the ability of future generations to meet their own needs”.

Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan merupakan


pembangunan yang memepertemukan kebutuhan generasi kini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya. Inilah hakikat “berkelanjutan”. Definisi tersebut menekankan
upaya peningkatan kualitas hidup manusia yang diformat dengan batas-batas
dya dukung ekosistem. Daya dukung ekosistem perlu diupayakan dengan
mengembangkan kehandalan dan keberagaman.

2
Menurut Swaminathan (2002), pembangunan berkelanjutan
mempunyai empat pilar, yakni:

1. Prolingkungan (Pro-environment) : untuk mengukur


keberpihakan terhadap lingkungan adalam derajat pengaruh
aktivitas pembangunan terhadap lingkungan
2. Prokemiskinan (Pro-poor) : keberpihakan pada masyarakat
miskin dapat diukur menggunakan Human Poverty Index (HPI)
dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
3. Progender (Pro-women) : keberpihakan terhadap perempuan
dapat diukur melalui Gender-Related Development Index (GDI)
dan Gender Empowerment Measure (GEM). GDI merupakan
indeks yang disesuaikan dengan ketidaksamaan gender.
Sedangkan GEM mengukur ketidaksamaan gender pada suatu
daerah utama partisipasi ekonomi dan politik serta pembuat
keputusan
4. Prokesempatan kerja (Pro- livelihood opportunities) :
keberpihakan pada kesempatan kerja dapat dilihat dengan
metode konvensional dari jumlah lapangan pekerjaan yang dapat
diciptakan dari tiap-tiap investasi yang terbentuk

Di Indonesia, pola pembangunan berkelanjutan ini sudah mulai diterapkan,


misalnya melalui ketetapan Presiden, Juli 1990, mengenai kawasan budi-daya dan
kawasan nonbudi-daya, sehingga sumber daya alam terbagi atas kawasan hutan
lindung, kawasan hutan produksi, kawasan perkebunan, kawasan pertanian
pangaan, kawasan industry dan seterusnya. Agar supaya daya dukung alam tidak
terlampaui, maka ditetapkan baku mutu tentang lingkungan.

2.2 Perbedaan Pembangunan Berkelanjutan

Secara konsep, pembangunan di Indonesia dimulai sejak tahun 1969 (Repelita),


yang tidak dapat dilepaskan dari kebijakan ekonomi baru di Indonesia yang terkait
dengan permodalan, khususnya modal asing. Sebagaimana diketahui, kebijakan ini

3
dimulai dengan diundangkannya UU No.1 tahun 1967 tentang Modal Asing dan
UU No.6 tahun 1968 tentang Modal Dalam Negeri. Dalam Repelita yang pertama
ini, aspek lingkungan yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan belum
masuk dalam konsep pembangunan pada saat itu, dan juga karena terkait dengan
permasalahan ini masih menjadi perdebatan di forum PBB karena pada mulanya
masalah lingkungan yang terkait dengan sustainable development ini, khususnya
bagi negara berkembang, dikhawatirkan akan menghambat laju pembangunan yang
sedang dilaksanakan. Hal ini berlangsung hingga tahun 1972, dimana pada saat itu
dicapai kesepakatan tentang hubungan antara masalah lingkungan yang terkait
dengan sustainable development dengan pembangunan. Perkembangan ini telah
mendorong dirumuskannya kembali konsep pembangunan Indonesia yang
kemudian dikenal dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan (dimulai
pada Repelita II, 1974), dimana pada saat itu aspek lingkungan lebih ditekankan
dibandingkan dengan aspek pembangunan lainnya.

Pengaruh dari konsep sustainable development juga berlanjut pada tahun 1982,
yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH 1982) dan
dilanjutkan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH 1997). Baik UUPLH 1982
maupun UUPLH 1997 pada dasarnya memiliki asas dan sasaran yang sama.
Demikian pula dalam hal mengenai hak, kewajiban serta peran masyarakat dalam
lingkungan hidup. Hanya penekanan prinsip dan cakupannya yang berbeda. Yang
membedakan antara UUPLH 1982 dengan UUPLH 1997 yaitu karena adanya
perkembangan di dunia, UUPLH 1997 telah mengadopsi prinsip-prinsip dari UN
Conference on Environment and Development (UNCED) atau Konferensi PBB
mengenai Lingkungan dan Pembangunan yaitu konferensi khusus tentang
lingkungan dan pembangunan yang dikenal sebagai Earth Summit.

Pada era sebelum pembangunan berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi


merupakan tujuan bagi dilaksanakannya suatu pembangunan tanpa
mempertimbangkan aspek lainnya. Selanjutnya pada era pembangunan

4
berkelanjutan saat ini ada 3 tahapan yang dilalui oleh setiap negara. Pada setiap
tahap, tujuan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi namun dengan dasar
pertimbangan aspek-aspek yang semakin komprehensif dalam tiap tahapannya.
Tahap pertama dasar pertimbangannya hanya pada keseimbangan ekologi. Tahap
kedua dasar pertimbangannya harus telah memasukkan pula aspek keadilan sosial.
Tahap ketiga, semestinya dasar pertimbangan dalam pembangunan mencakup pula
aspek aspirasi politis dan sosial budaya dari masyarakat setempat. Tahapan tahapan
ini digambarkan sebagai berikut.

Tabel 1. Evolusi konsep pembangunan berkelanjutan

Berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, indikator


pembangunan berkelanjutan tidak akan terlepas dari aspek ekonomi, lingkungan,

sosial, budaya dan politik. Selain itu Pembangunan berkelanjutan memiliki

karakteristik yang khas dan berbeda dengan pola pembangunan lainnya yang
selama ini dilaksanakan. Ciri-ciri tersebut sebagai berikut.

 Menggunakan pendekatan integratif. Dengan menggunakan pendekatan


integratif maka keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan
lingkungan dapat dimungkinkan untuk masa kini dan masa yang akan
datang.
 Menggunakan pandangan jangka panjang. Pandangan jangka panjang
dapat digunakan untuk merencanakan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya yang mendukung pembangunan agar secara berkelanjutan
dapat dimanfaatkan.

5
 Menjamin pemerataan dan keadilan. Strategi pembangunan yang
berwawasan lingkungan dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan
faktor produksi, pemerataan kesempatan perempuan, dan pemerataan
ekonomi untuk kesejahteraan.
 Menghargai keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati
merupakan dasar bagi tatanan lingkungan. Pemeliharaan
keanekaragaman hayati memiliki kepastian bahwa sumber daya alam
selalu tersedia secara berlanjut untuk masa kini dan masa yang akan
datang.
 Dalam pembangunan berkelanjutan berusaha menyatukan tiga dimensi
ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup menjadi suatu sinergi dalam
meningkatkan kualitas manusia. Dimensi ekonomi dalam pembangunan
berkelanjutan tetap memfokuskan kepada pertumbuhan, pemerataan,
stabilitas, dan arif. Dimensi sosial mencakup pemberdayaan, peran serta,
kebersamaan, mobilitas, identitas kebudayaan, pembinaan kelembagaan,
dan pengentasan kemiskinan. Dimensi ekologi bertujuan untuk integritas
ekosistem, ramah lingkungan dan hemat sumber daya alam, pelestarian
keanekaragaman hayati, dan tanggapan isu global.

2.3 Strategi dan Kebijakan

2.3.1 Strategi Pembangunan Berkelanjutan

Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip dasar dari
setiap elemen pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada empat komponen
yang perlu diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi,
dan perspektif jangka panjang.

1. Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial.

Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus


dilandasi hal-hal seperti ; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor
produksi, meratanya peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi
yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan. Namun

6
pemerataan bukanlah hal yang secara langsung dapat dicapai. Pemerataan
adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi
etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan
pendapatan negara kaya dan miskin semakin melebar, walaupun pemerataan
dibanyak negara sudah meningkat. Aspek etika lainnya yang perlu menjadi
perhatian pembangunan berkelanjutan adalah prospek generasi masa datang
yang tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti
pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa
datang dalam memenuhi kebutuhannya.

2. Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman

Pemeliharaan keanekaragama hayati adalah prasyarat untuk


memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk
masa kini dan masa datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi
keseimbangan ekosistem.. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan
mendorong perlakuan yang merata terhadap setiap orang dan membuat
pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.

3. Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan Integratif

Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia


dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau
merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang kompleksnya
keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan
pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan yang lebih integratif merupakan
konsep pelaksanaan pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini
merupakan tantangan utama dalam kelembagaan.

4. Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panjang

Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa


depan,.implikasi pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang
melandasi penilaian ini. Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan
dilaksanakan penilaian yang berbeda dengan asumsi normal dalam prosedur

7
discounting. Persepsi jangka panjang adalah perspektif pembangunan yang
berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka pendek mendominasi
pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, olehkarena itu perlu
dipertimbangkan.

2.3.2 Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan

Sumber utama kebijakan utama dari pembangunan di Indonesia


semuanya bersumber kepada Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Hingga saat
ini, UUD 1945 telah empat kali di amandemen, dimana konsep mengenai
pembangunan berkelanjutan atau sustainable development baru dimasukkan
dalam amandemen yang keempat yang ditetapkan pada tanggal 10 Agustus
2002. Dengan adanya pengaturan mengenai hak atas lingkungan sebagai hak
asasi manusia dan dengan di adopsinya prinsip pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) dan berwawasan lingkungan dalam UUD 1945
menjadikan konstitusi kita sudah bernuansa hijau (green constitution). Istilah
Green Constitution ini dapat kita lihat dalam Pasal 28 huruf A UUD 1945 yang
menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya dan Pasal 33 ayat (4) UUD 1945
yang menyatakan bahwa;

Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi


ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Green Constitution ini dipandang perlu karena dianggap peraturan


perundang-undangan yang ada sekarang ini dipandang masih belum mencukupi
untuk memaksa para penentu kebijakan untuk tunduk dan mematuhi kebijakan-
kebijakan di bidang lingkungan hidup. Dalam pertarungan antar sektor di
pemerintahan, kepentingan lingkungan hidup, dalam praktik, sering dikalahkan
oleh sektor-sektor atau kebijakan-kebijkan lain, seperti pertambangan dan
energi, kehutanan dan perkebunan, investasi, pariwisata, dan lain sebagainya

8
.Beberapa hal penting dalam UUD 1945 tentang kekuasaan pasca Perubahan
Keempat pada tahun 2002, yaitu mengenai konstitusionalisasi kebijakan
ekonomi dan peningkatan status lingkungan hidup dikaitkan dengan hak-hak
asasi manusia yang dijamin oleh undang-undang dasar. Pada rumusan BAB
XIV UUD 1945, yang terkait dengan konstitusionalisasi kebijakan ekonomi,
semula hanya berjudul “Kesejahteraan Sosial,” akan tetapi sejak perubahan
keempat pada tahun 2002, menjadi “Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan
Sosial.” Untuk status lingkungan hidup dikaitkan dengan hak asasi manusia,
dalam rumusan Pasal 28 huruf H ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.Akibat dari konstitusionalisasi dari hak asasi manusia dalam UUD
1945, negara diwajibkan menjamin terpenuhinya hak setiap orang untuk
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jadi, semua kebijakan dan
tindakan pemerintahan dan pembangunan harus mengikuti ketentuan mengenai
hak asasi manusia atas lingkungan hidup yang baik dan sehat

Para perancang dan perumus Pasal UUD 1945 sebelumnya belum


membayangkan apa yang kemudian akan menjadi arus utama dalam pemikiran
di abad ke-21 tentang lingkungan hidup dan pembangunan, yaitu adanya
pengertian mengenai satu kesatuan ekosistem. Karena itu, yang penting bukan
hanya bumi dan air sebagaimana disebut dalam UUD 1945, tetapi termasuk juga
udara. Dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945, kata “berkelanjutan” itu tersebut
terkait dengan konsep sustainable development atau pembangunan
berkelanjutan. Hal ini terkait dengan perkembangan gagasan tentang
pentingnya wawasan pemeliharaan, pelestarian, dan perlindungan lingkungan
hidup yang sehat. Sebaliknya, prinsip pembangunan yang berkelanjutan juga
harus diterapkan dalam kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan,
sebagaimana dinyatakan oleh Jimly Asshiddiqie yaitu “tidak ada pembangunan
berkelanjutan tanpa lingkungan hidup sebagai unsur utamanya, dan tidak ada
wawasan lingkungan tanpa pembangunan berkelanjutan.”(Denny, 2013 )

9
Agar sasaran pertumbuhan ekonomi dapat terpenuhi, pemerintah harus
melaksanakan kebijakan makroekonomi yang terukur dan berhati-hati di
berbagai bidang. Kebijakan-kebijakan di berbagai bidang untuk 2010-2014,
yang nantinya akan menuju kepada suatu pembangunan yang berkelanjutan
atau Sustainable Development , antara lain yaitu :

1. Dalam bidang pendidikan, sasaran dari kebijakan pembangunan ditujukan


untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan
meningkatnya mutu pendidikan, yang antara lain ditandai oleh menurunnya
jumlah penduduk buta huruf; meningkatnya secara nyata presentase
penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun dan
pendidikan lanjutan dan berkembangnya pendidikan kejuruan yang ditandai
oleh meningkatnya jumlah tenaga terampil;
2. Dalam bidang kesehatan, peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan, antara lain, ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup,
menurunnya tingkat kematian bayi, dan kematian ibu melahirkan;
3. Dalam bidang pangan, terciptanya kemandirian dalam bidang pangan pada
akhir tahun 2014 ditandai dengan meningkatnya ketahanan pangan rakyat,
berupa perbaikan status gizi ibu dan anak pada golongan masyarakat yang
rawan pangan, membaiknya akses rumah tangga golongan miskin terhadap
pangan, terpelihara dan terus meningkatnya kemampuan swasembada beras
dan komoditas pangan utama lainnya, menjaga harga pangan yang
terjangkau bagi masyarakat kelompok pendapatan menengah bawah,
menjaga nilai tukar petani agar dapat menikmati kemakmuran, dan
meningkatkan daya tawar komoditas Indonesia dan keunggulan komparatif
(comparative advantage) dari sektor pertanian Indonesia di kawasan
regional Asia dan Global.
4. Dalam bidang energi, membangun ketahanan energi dengan mencapai
diversifikasi energi yang menjamin keberlangsungan dan jumlah pasokan
energi di seluruh Indonesia dan untuk seluruh penduduk Indonesia dengan
tingkat pendapatan yang berbeda-beda, meningkatkan penggunaan energi
terbarukan (renewable energy) dan berpartispasi aktif dan memanfaatkan

10
berkembangnya perdagangan karbon secara global, meningkatkan efisisensi
konsumsi dan penghematan energi baik di lingkungan rumah tangga
maupun industri dan sektor transportasi, dan memproduksi energi yang
bersih dan ekonomis;
5. Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan
kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Selain itu terus dilakukan
program reboisasi, penghutanan kembali (reforestasi) dan program
pengurangan emisi karbon;
6. Dalam rangka mengatasi dampak pemanasan global, untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan, Indonesia, pada tahun 2009, dalam pertemuan
G 20 di Pitsburgh dan Konvensi Internasional tentang Perubahan Iklim di
Copenhagen telah berinisitaif memberikan komitmen mitigasi dampak
perubahan iklim berupa penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) pada tahun
2020 sebesar 26% dari kondisi tanpa rencana aksi (business as usual – BAU)
dengan usaha sendiri serta penurunan sebesar 41% dengan dukungan
internasional. Upaya penurunan emisi GRK tersebut terutama difokuskan
pada kegiatan-kegiatan kehutanan, lahan gambut, limbah dan energi yang
didukung oleh langkah-langkah kebijakan di berbagai sektor dan kebijakan
fiscal.
7. Dalam bidang infrastruktur, meneruskan pembangunan dan pasokan
infrastruktur yang ditunjukkan oleh meningkatnya kuantitas dan kualitas
berbagai prasarana penunjang pembangunan seperti jalan raya, jalan kereta
api, pelabuhan laut, pelabuhan udara, listrik, irigasi, air bersih dan sanitasi
serta pos dan telekomunikasi; dan
8. Dalam bidang usaha Kecil dan Menengah, langkah-langkah yang dilakukan
adalah, meningkatkan dan memajukan usaha kecil menengah dengan
menambah akses terhadap modal termasuk perluasan Kredit Usaha Rakyat
(KUR), meningkatkan bantuan teknis dalam aspek pengembangan produk

11
dan pemasaran, melaksanakan kebijakan pemihakan untuk memberikan
ruang usaha bagi pengusaha kecil dan menengah, serta menjaga fungsi,
keberadaan serta efisiensi pasar tradisional.

2.4 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Berdasarkan Aspek dan tujuan dalam pembangunan berkelanjutan


tersebut, maka pembangunan berkelanjutan setidaknya dapat diringkas
sebagaimana dapat dilihat pada gambar 11.2 yang menunjukkan bahwa
pembangunan berkelanjutan mencangkup tiga unsur utama , yakni : (1)

Keadilan Sosial , (2) Efisiensi ekonomi , dan (3) tanggung jawab


lingkungan . keadilan social mencangkup pemenuhan kondisi-kondisi
kehidupan, pemerolehan kesempatan yang sama , kepaduan social,
solidaritas social , dan pemeliharaan modal manusia. Efisiensi ekonomi
meliputi perumbuhan ekonomi , efisiensi dan daya saing , fleksibilitas dan
stabilitas, produksi/konsumsi , kesempatan kerja , dan perdagangan
internasional. Sedangkan tanggung jawab lingkungan mencangkup
konsumsi terhadap sumber daya, bahan dan sampah , resiko-resiko , tingkat
perubahan, serta pemandangan alam dan budaya.

12
Penyelenggara pembangunan berkelanjutan di NSB tidak dapat
dilaksanakan tanpa upaya mengurangi kesenjangan social, yaitu melalui
pengetesan kemiskinan dan pemerataan kesejahteraan (WRI, 1992; World
Bank, 1992). Untuk konteks Indonesia, keberadaan sumber daya alam
pedesaan merupakan modal dasar yang penting dalam pengembangan
wilayah mengingat sebagian besar penduduk Indonesia berada dipedesaan.
Namun, yang lebih penting lagi adalah bagaimana masyarakat mengelolah
sumber daya dan bagaimana pemerintah mengatur kebijakan pembangunan
agar dapat berkelanjutan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pembangunan berkelanjutan merupakan paradigma baru dalam pembangunan


yang memiliki interpretasi dan konsep yang beragam. Konsep pembangunan yang
terbukti dapat dilaksanakan di Negara maju belum tentu dapat dilaksanakan di
NSB, dan demikian juga sebaliknya. lingkungan dan pembangunan yang dikenal
sebagai Earth Summit. Pada era sebelum pembangunan berkelanjutan,
pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan bagi dilaksanakannya suatu
pembangunan tanpa mempertimbangkan aspek lainnya. Selanjutnya pada era
pembangunan berkelanjutan saat ini ada 3 tahapan yang dilalui oleh setiap negara.
Strategi Pembangunan Berkelanjutan terdiri dari yaitu Pembangunan yang
Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial, Pembangunan yang Menggunakan
Pendekatan Integratif, Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman,
Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panjang. Sumber utama kebijakan
utama dari pembangunan di Indonesia semuanya bersumber kepada Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945. Hingga saat ini, UUD 1945 telah empat kali di
amandemen, dimana konsep mengenai pembangunan berkelanjutan atau
sustainable development baru dimasukkan dalam amandemen yang keempat yang
ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro, Mudrajad. 2010. Dasar-Dasar Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta :


UPP STIM YKPN

Kamaluddin, Rustian. 1999. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Lembaga


Penerbit Fakultas Ekonomi

M Rozikin. “Analisis Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan”, Jurnal Review


Politik Vol 02 No. 02 Tahun 2012 dalam (file:///C:/Users/A455l/Downloads/21-1-
13-1-10-20170926%20(1).pdf) diakses pada 1 Mei 2019

A.H Rahadian. “Strategi Pembangunan Berkelanjutan”, Prosiding Seminar Vol III


No. 1 Tahun 2016 dalam (file:///C:/Users/A455l/Downloads/strategi-
pembangunan-berkelanjutan.pdf) diakses 1 Mei 2019

15

Anda mungkin juga menyukai