Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“PERAN PEMERINTAH DALAM KEBIJAKAN FISKAL”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Pengantar Ilmu
Ekonomi

Dosen Pengampu:
Primasa Minerva Nagari, M.Pd

Disusun oleh:
Ferina Novelita (210422621247)
Gardean Danendra Krisyardi (210422621314)
Hafizh Meirenovel Bambang (210413603360)
I Ketut Adhi Karunaartha Sathyaputra (210422621339)
Jessica Eunike Patricia (210422621357)
Jihan Fadiya Haya (210422621217)
Mayra Christie Margaretha (210422621287)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya kami selaku penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Peran Pemerintah dalam Kebijakan Fiscal” dengan baik dan tepat
waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok pada Mata Kuliah
Pengantar Ilmu Ekonomi. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca mengenai Peran Pemerintah dalam Kebijakan
Fiscal.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Primasa
Minerva Nagari, M.Pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pengantar Ilmu
Ekonomi karena telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun
makalah ini. Penulis berharap tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan teman-teman kelompok yang
telah bekerja sama sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan bagi kita semua.

Malang, 22 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 1
I Latar Belakang 1
II Rumusan Masalah 2
III Tujuan 2

BAB 2 3
Kebijakan Fiskal 3
Pengertian Kebijakan Fiskal 3
Tujuan Kebijakan Fiskal 3
Jenis Kebijakan Fiskal 4
Instrumen Kebijakan Fiskal 6
Peran Kebijakan Fiskal pada Masa Pandemi 7
Pengertian Penerimaan Negara 7
Kebijakan Fiskal untuk Penerimaan Negara Pada Masa Pandemi 8
Pengertian Pengeluaran Pemerintah 10
Kebijakan Fiskal Untuk Pengeluaran Pemerintah Pada Masa Pandemi
12
Peran Kebijakan Fiskal Dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional 16
16
16
16

BAB 3
I Kesimpulan
II Saran

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Semenjak Organisasi Kesehatan Dunia WHO menetapkan wabah
virus Covid 19 sebagai pandemi, virus covid 19 ini menyebar
keseluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Negara kita secara langsung
maupun tidak langsung juga terkena dampak dari virus Covid 19 itu
sendiri. Sektor yang sangat mengalami pengaruh dan dampak dari
pandemi ini ialah sektor ekonomi. Sektor perekonomian pada Negara
kita Indonesia terdampak ketika pandemi covid ini berlangsung, hal ini
dikarenakan beberapa sektor yang menunjang pendapatan negara mau
tidak mau harus behenti beroprasi dikarenakan adanya pandemi, dan
karena adanya pengurangan mobilitas penduduk menyebabkan
penarikan pendapatan tersebut cukup mengalami penurunan dan tidak
sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk memperbaiki perekonomian yang terdapat pada Negara
Indonesia, pemerintah mengambil beberapa kebijakan fiskal pada masa
pandemi ini. Kebijakan fiskal ini sendiri merupakan suatu kebijakan
yang diambil oleh pemerintah demi menjaga pemasukan dan
pengeluaran negara tetap stabil sehingga perekonomian negara bisa
bertumbuh baik terutama pada masa pandemi. Melalui kebijakan fiskal
yang diambil oleh pemerintah pada masa pandemi ini diharapkan
mampu memulihkan kondisi perekonomian yang ada pada negara
Indonesia.
Kita perlu mengetahui lebih dalam lagi mengenai maksud dari
kebijakan fiskal itu sendiri, dan sebenarnya apa saja peran kebijakan
fiskal pada masa pandemi seperti sekarang ini, selain itu juga
mengenai peran kebijakan fiskal dalam program pemulihan ekonomi
nasional. Untuk itu kami menyusun makalah mengenai “Peran
Pemerintah dalam Kebijakan Fiskal” ini.

1
II. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal?
2. Bagaimana peran kebijakan fiskal pada masa pandemi?
3. Bagaimana peran kebijakan fiskal dalam program pemulihan
ekonomi nasional?

III. Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui maksud dari kebijakan fiskal
2. Untuk mengetahui peran kebijakan fiskal pada masa pandemi
3. Untuk mengetahui peran kebijakan fiskal dalam program
pemulihan ekonomi nasional?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan Fiskal


2.1.1 Pengertian Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah konsep pengelolaan ekonomi diperkenalkan oleh
John Maynard Keynes, yang kemudian umum dipakai dunia sejak peristiwa
Depresiasi Besar (Great Depression) terjadi pasca Perang Dunia I tahun 1929.
Menurut Keynes, pemerintah suatu negara sebenarnya punya hak mengatur
pengeluaran dan pemasukan sebuah negara dengan menetapkan pajak dan
membuat kebijakan demi ekonomi makro negara.
Dari segi definisinya, pengertian kebijakan fiskal adalah kebijakan yang
diambil pemerintah demi menjaga pemasukan dan pengeluaran negara tetap stabil
sehingga perekonomian negara bisa bertumbuh baik. Lebih spesifik lagi, menurut
OJK pengertian kebijakan fiskal adalah kebijakan tentang perpajakan,
penerimaan, utang piutang, dan belanja pemerintah dengan tujuan ekonomi
tertentu.
Penerapan kebijakan fiskal di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan
Belanda, melalui Indische Comptabiliteitswet tahun 1944. Undang-undang
tersebut kemudian diadaptasi pemerintah guna menyusun kebijakan fiskal di
Indonesia mulai Proklamasi sampai tahun 1997 - 2003.
Pasca tahun 2003 hingga saat ini, kebijakan fiskal di Indonesia sudah tidak
disadur lagi dari ICW 1944, melainkan berdasarkan pada analisa perekonomian
negara dengan berlandaskan pada UUD 1945. Pihak yang memiliki wewenang
membuat kebijakan fiskal di Indonesia adalah Kementerian Keuangan RI
bersama-sama dengan Presiden.

2.1.2 Tujuan Kebijakan Fiskal


Setelah membahas pengertian kebijakan fiskal, kali ini kita akan
membahas beberapa tujuan kebijakan fiskal diciptakan. Selengkapnya tentang
tujuan kebijakan fiskal adalah sebagai berikut:

3
1. Menjaga dan Mengembangkan Perekonomian Negara
Poin pertama tujuan kebijakan fiskal adalah demi menjaga stabilitas
sekaligus mengembangkan kondisi ekonomi negara. Penerapan kebijakan
fiskal diharapkan mampu mempengaruhi seluruh sektor ekonomi negara
dan memperbaiki masalah di dalamnya, mulai dari sektor korporat,
perbankan, hingga usaha mikro.
2. Meningkatkan Kualitas SDM
Tujuan kebijakan fiskal salah satunya adalah meningkatkan
kualitas SDM masyarakat, terutama dari segi teknologi dan perekonomian.
Apabila kualitas SDM meningkat, harapannya SDM tersebut punya
kapabilitas bersaing di dunia kerja nasional dan internasional, sehingga
bisa meningkat kesejahteraan hidupnya.
3. Menjaga Stabilitas Harga Barang
Ada banyak faktor yang mempengaruhi harga barang dalam pasar,
mulai dari faktor positif seperti meningkatnya demand sampai faktor
negatif seperti terjadinya penimbunan dan monopoli. Salah satu tujuan
kebijakan fiskal di Indonesia adalah demi menjaga harga barang tetap
terjangkau bagi masyarakat dan terhindar dari fluktuasi karena pihak tidak
bertanggungjawab.
4. Mendorong Investasi
Tujuan kebijakan fiskal yang terakhir adalah untuk menciptakan
iklim investasi lebih baik bagi pelaku pasar modal, utamanya investor.
Sehingga negara bisa memperoleh lebih banyak pendapatan dari pajak
usaha.

2.1.3 Jenis Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang terbagi menjadi
beberapa kategori. Selengkapnya tentang jenis kebijakan fiskal adalah sebagai
berikut:
1. Dari Segi Teoretis

4
Dari segi teoretis, jenis kebijakan fiskal di Indonesia terbagi 3, yaitu
kebijakan fiskal fungsional, terencana, dan insidental.
a. Kebijakan Fiskal Fungsional
Pengertian kebijakan fiskal fungsional adalah kebijakan
yang diambil demi meningkatkan kualitas ekonomi secara makro,
dengan dampak yang baru terlihat dalam jangka panjang. Contoh
kebijakan fiskal fungsional misalnya pemberian beasiswa kuliah,
bantuan pendanaan start-up, dan sebagainya.
b. Kebijakan Fiskal Disengaja/Terencana
Kebijakan fiskal disengaja adalah kebijakan manipulasi
anggaran negara. Fungsi kebijakan fiskal satu ini adalah untuk
menghadapi masalah tertentu, misalnya pandemi dan krisis
ekonomi. Contoh kebijakan fiskal disengaja adalah alokasi APBN
bagi sektor kesehatan di masa pandemi dan relaksasi pajak usaha.
c. Kebijakan Fiskal Tak Disengaja/Insidental
Kebijakan fiskal tak disengaja yaitu kebijakan berupa
penetapan keputusan/aturan untuk melindung stabilitas ekonomi
sektor non-pemerintah, contohnya penetapan harga eceran
tertinggi.
 
2. Dari Segi Penerapan
Jenis kebijakan fiskal dari segi implementasinya ada 2, yaitu kebijakan
fiskal ekspansif dan kontraktif.
a. Kebijakan Fiskal Ekspansif
Pengertian kebijakan fiskal ekspansif adalah kebijakan
yang diambil pemerintah saat ekonomi melemah dengan
menaikkan anggaran belanja serta menurunkan atau meniadakan
pajak bagi sektor tertentu. Fungsi kebijakan fiskal ekspansif adalah
demi meningkatkan daya beli barang, sehingga perusahaan tetap
bisa melakukan produksi tanpa memecat pekerja.
b. Kebijakan Fiskal Kontraktif

5
Jenis kebijakan fiskal dari segi penerapan berikutnya adalah
kebijakan fiskal kontraktif, kebijakan menurunkan belanja
pemerintah dan menaikkan pajak. Fungsi kebijakan fiskal satu ini
adalah untuk mencegah inflasi dan mengurangi rasio gini.
 
3. Dari Segi Neraca Pembayaran
Jenis kebijakan fiskal dari segi neraca terbagi 4, yaitu kebijakan fiskal
seimbang, surplus, defisit, dan dinamis.
a. Kebijakan Fiskal Seimbang
Kebijakan fiskal satu ini diambil untuk menjaga
keseimbangan pemasukan dan pengeluaran negara. Fungsi
kebijakan fiskal satu ini adalah agar negara tidak punya terlalu
banyak hutang. Meski terdengar positif, regulasi fiskal seimbang
memiliki risiko besar, karena tidak semua negara punya
kemampuan memenuhi seluruh kebutuhan warganya.
b. Kebijakan Fiskal Surplus
Pengertian kebijakan fiskal surplus adalah jenis kebijakan
fiskal yang diambil ketika pemasukan lebih banyak dari
pengeluaran. Fungsi kebijakan fiskal surplus adalah demi
mencegah terjadinya inflasi.
c. Kebijakan Fiskal Defisit
Kebalikan dari jenis kebijakan fiskal surplus, kebijakan
fiskal defisit adalah regulasi fiskal guna mengatasi kekurangan
pemasukan dibanding pengeluaran. Salah satu contoh kebijakan
fiskal defisit adalah utang luar negeri.
d. Kebijakan Fiskal Dinamis
Menyediakan pendapatan yang bisa digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pemerintah seiring dengan kebutuhan dan
bertambahnya waktu.

2.1.4 Instrumen Kebijakan Fiskal

6
Instrument kebijakan fiskal merupakan sesuatu yang digunakan
dalam kebijakan yang mengatur penerimaan dan pengeluaran dari
pemerintah yang sangat berhubungan erat dengan pajak. Ada beberapa
instrument di dalam kebijakan fiskal antara lain :

a. Penerimaan Pemerintah
Penerimaan pemerintah berhubungan erat dengan pajak.
Mengubah tarif pajak berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak
diturunkan, kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan
industry dapat meningkatkan jumlah output. Jika pajak dinaikkan
maka daya beli masyarakat akan menurut dan output yang
dihasilkan industri akan menurun juga. Pajak digunakan untuk
mengatur pengeluaran pemerintah
b. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah dilihat dari akibat-akibat langsung
terhadap pendapatan nasional dan perekonomian.
c. Pinjaman
Pinjaman digunakan sebagai alat untuk menekan inflasi
lewat pengurangan dana yang berada di masyarakat

2.2 Peran Kebijakan Fiskal pada Masa Pandemi


2.2.1 Pengertian Penerimaan Negara
Menurut Adetya (2014) Penerimaan negara merupakan pemasukan yang
diperoleh negara untuk membiayai dan menjalankan setiap program-program
pemerintahan, sedangkan sumber-sumber penerimaan negara berasal dari
berbagai sektor, dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan
untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan kesehjateraan seluruh
rakyat Indonesia.
Penerimaan negara dibedakan menjadi 2, yaitu penerimaan pajak dan
penerimaan negara bukan pajak. Jenis-jenis Penerimaan Perpajakan
diantaranya, yaitu Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak

7
Bumi dan Bangunan (PBB), Bea perolehan Hak atas tanah dan bangunan
(BPHTB), Pajak lainnya, Cukai.
Sedangkan penerimaan bukan pajak diantaranya penerimaan yang
bersumber dari pengelolaan dana pemerintah, pemanfaatan sumber daya alam,
hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, kegiatan yang
dilaksanakan pemerintah, putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan
denda administrasi, hibah, dan penerimaan lainnya.
Di Indonesia sendiri seumber penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) adalah
Pajak Penghasilan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh Perseorangan),
yang mana dua hal tersebut memiliki kontribusi yang penting dan strategis
dalam menentukan penerimaan pajak secara keseluruhan.

2.2.2 Kebijakan Fiskal untuk Penerimaan Negara Pada Masa Pandemi


Pada akhir bulan Maret 2020, tepatnya saat virus Covid-19 mulai
mewabah di Indonesia pertumbuhan komponen penerimaan pajak masih
bersumber dari pajak atas konsumsi rumah tangga, walaupun penerimaan
tersebut mengalami tekanan akibat adanya pelemahan indsutri manufaktur,
perdagangan internasional, dan pelemahan akibat dari penyebaran virus
Covid-19. Kemudian pandemic kian memburuk yang mengakibatkan terdapat
aturan untuk Work from Home (WFH) dan mulai terjadi perlambatan kegiatan
usaha pada akhir Maret 2020. Keadaan tersebut berlanjut dan kian memburuk
pada bulan Mei 2020 ditambah beberapa wilayah di Indonesia melalukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Respon pemerintah terdapat
kondisi tersebut adalah memberikan fasilitas perpajakan berupa relaksasi
pembayaran PPh Pasal 29 OP dan pelaporan SPT PPh OP.
Penerimaan pajak pada kuartal I-2020 tercatat mengalami kontraksi atau
minus hingga 2,5%. Adapun beberapa instrumen pajak yang minus setelah
digunakan untuk penanganan Covid-19 adalah PPh Badan dan Pajak dalam
rangka Impor (PDRI) terdiri beberapa jenis, yaitu Pajak Penghasilan (PPh)
pasal 22 impor, PPh pasal 22 ekspor, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) impor,
dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

8
Adanya pandemi Covid-19 menyebabkan kondisi yang sangat tidak
memungkinkan untuk mencapai target penerimaan pajak. Selain itu
pemerintah juga memberikan insentif akibat terdampak Pandemi Covid-19
dan terdapat penurunan tarif PPh. Maka dari itu, pemerintah perlu merevisi
target penerimaan pajak, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi, dan asumsi
makro lainnya.
Adapun insentif yang diberikan menurut Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 23 Tahun 2020 (PMK 23 Tahun 2020) Tentang Instentif Pajak Untuk
Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus Covid-19, yaitu:
1. Insentif PPh Pasal 21
Insentif ini akan mempengaruhi penghasilan yang akan diterima oleh
setiap pegawai selama 6 bulan ini. Jika sebelumnya pegawai dipotong
pph pasal 21 atas penghasilan, selama April sampai dengan September
2020 nanti pegawai akan menerima kembali potongan PPh 21.
2. Insentif PPh Pasal 22 Impor
Insentif yang diberikan berupa pembebasan pembayaran pajak,
pembebasan ini merupakan efek dari berkurangnya aktivitas
pengiriman barang yang masuk ke Indonesia untuk mencegah
peneybaran virus yang kian parah. Penurunan aktivitas impor ini
sangat mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia sehingga perlu
diberikan sebuah stimulan melalui insentif agar wajib pajak yang
menjadi pelaku usaha kembali semangat melakukan kegiatan di situasi
tidak kondusif seperti ini. Bagi wajib pajak yang melakukan aktivitas
impor akan diberikan pembebasan PPh Pasal 22 impor selama 6 bulan.
3. Insentif angsuran PPh Pasal 25
PPh Pasal 25 yang akan menerima insentif dengan pengurangan
besarnya angsuran sebesar 30% dari total angsuran yang seharusnya
dibayar selama 6 bulan ke depan. Insentif ini diberikan akibat dari
pandemi menyebabkan para pelaku usaha mengurangi aktivitas atau
bahkan menghentikan usahanya. Tetapi di satu sisi para pelaku usaha
tersebut masih harus membayar angsuran, maka akan menjai tidak adil

9
apabila mereka diharuskan membayar tetapi dengan pendapatan dan
produktivitas yang menurun.
4. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Insentif PPN yang diberikan berbeda dengan ketiga insentif
lainnya, insentif yang diberikan adalah dengan kemudahan proses
pemberian restitusi kepada PKP yang telah ditentukan pada PMK 23
Tahun 2020 selama 6 bulan ke depan. Untuk PKP yang bertindak
sebagai eksportir tidak memiliki batas nominal PPN sedangkan PKP
non eksportir diberikan percepatan restitusi dengan niai paling banyak
5 miliar rupiah.

Melihat kondisi tersebut, langkah pemerintah dalam meningkatkan


penerimaan negara adalah dengan menerapkan pajak digital atau Perdagangan
Melalui Sistem Elektronik (PMSE), yang mana undang-undang tersebut
berkenaan untuk menarik pajak digital berupa pertambahan nilai PPN dan
PPh. Kegiatan ini dianggap berkaitan dengan kondisi saat ini sehubungan
dengan adanya pandemi Covid-19, yang meningkatkan aktivitas online
masyarakat akibat dari adanya secial distancing maupun anjuran dari
pemerintah untuk mengurangi berpergian keluar yang tidak perlu. Contohnya
masyarakat sekarang lebih memilih untuk melakukan belanja online melalui
e-commerce yang ada, yang menyebabkan meningkatnya perdagangan online.
Namun dalam kegiatan perdagangan tersebut belum terdapat pengawasan
maupun peraturan yang tegas kepada pedangang untuk membayar wajib pajak,
sehingga dengan adanya peraturan ini dapat menambah pendapatan melalui
pungutan atas pajak aktivitas kegiatan tersebut.

2.2.3 Pengertian Pengeluaran Pemerintah


Pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai administrasi
pemerintahan dan sebagian lainnya adalah untuk membiayai kegiatan -
kegiatan pembangunan. Beberapa bidang penting yang akan dibiayai oleh
pemerintah adalah membayar gaji pegawai - pegawai pemerintah, membiayai
sistem pendidikan dan kesehatan rakyat, membiayai perbelanjaan untuk

10
angkatan bersenjata, dan membiayai berbagai jenis infrastruktur yang penting
artinya dalam pembangunan. Pembelanjaan - pembelanjaan tersebut akan
meningkatkan pengeluaran agregat dan mempertinggi tingkat kegiatan
ekonomi negara. (Sukirno, 2004). Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) pengeluaran pemerintah Indonesia secara garis besar
dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu :
1. Pengeluaran Rutin
Pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang secara rutin dilakukan
oleh pemerintah setiap tahunnya dalam rangka penyelenggaraan dan
pemeliharaan roda pemerintahan. Pengeluaran rutin terdiri dari belanja
pegawai, belanja barang, subsidi, pembayaran angsuran dan bunga
utang negara, belanja pemeliharaan, dan belanja perjalanan.
2. Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang dilakukan
pemerintah untuk pembangunan fisik dan non fisik dalam rangka
menambah modal masyarakat.

Menurut Dumairy (1999) Pemerintah memiliki 4 peran yaitu:


Peran alokatif, yakni peranan pemerintah dalam mengalokasikan sumber
daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung
efisiensi produksi. Peran distributif, yakni peranan pemerintah dalam
mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara adil
dan wajar. Peran stabilitatif, yakni peranan pemerintah dalam memelihara
stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaan
disequilibrium. Peran dinamisatif, yakni peranan pemerintah dalam
menggerakkan proses pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh,
berkembang dan maju.
Pengeluaran Pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari
kebijakan fiskal (Sadono Sukirno, 2000), yaitu suatu tindakan pemerintah untuk
mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya
penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam

11
dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional.
Pengeluaran pemerintah merupakan cerminan kebijakan yang pemerintah
lakukan, yaitu jika pemerintah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli
barang dan jasa, maka pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakan tersebut.
(Mangkoesoebroto, 1994).

2.2.4 Kebijakan Fiskal Untuk Pengeluaran Pemerintah Pada Masa


Pandemi
Di Indonesia, penyebaran virus corona dimulai sejak 2 Maret 2020.
Pernyataan tersebut diumumkan oleh Presiden Joko Widodo. Dampak
pandemi virus corona cukup luas terhadap kegiatan perekonomian masyarakat
maupun para pelaku ekonomi. Seiring dengan berjalannya waktu, penyebaran
virus corona telah mengalami peningkatan yang signifikan. Semakin hari
semakin bertambah jumlah orang yang terinfeksi dan membuat pemerintah
menerapkan berbagai himbauan untuk menjaga jarak antara masyarakat
(social distancing) hingga melakukan pemberlakuan pembatasan kegiatan
masyarakat (PPKM) di berbagai daerah terutama di pulau Jawa dan
Bali. Kondisi tersebut berdampak dan mengganggu perekonomian secara
global. Peranan pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi serta
memacu pertumbuhan ekonomi, terutama di negara yang sedang berkembang,
dilakukan melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
Melalui kebijakan fiskal, pemerintah dapat mempengaruhi tingkat
pendapatan nasional, kesempatan kerja, investasi nasional, dan distribusi
penghasilan nasional. Mengacu pada dampak buruk dari virus corona ini,
diprediksi pendapatan negara turun sebanyak 10% di tahun ini. Penurunan
pendapatan akibat wabah virus corora terutama akan terjadi di sisi penerimaan
perpajakan. Kebijakan fiskal dari sisi pengeluaran pemerintah, dampak yang
diakibatkan pandemi ini sangat besar. Mengatasi permasalahan yang timbul
akibat virus corona diharapkan tidak terlalu menekan defisit APBN. Oleh

12
sebab itu, dibutuhkan strategi yang dapat membantu mengatur perekonomian
saat ini.
Dalam menghadapi dampak pandemi virus corona ini, Pemerintah
mengambil beberapa kebijakan yaitu : dukungan terhadap bidang kesehatan,
insentif bulanan tenaga medis, perlindungan sosial, tarif listrik, menaikkan
anggaran kartu pra kerja, pemulihan ekonomi, antisipasi defisit APBN,
nasabah KUR dapat keringanan angsuran, bidang non fiskal, refokusing dan
relokasi belanja, menyiapkan Perpu. (Dhyaksa, 2020)
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
Nomor 1 Tahun 2020 yang berjudul Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Perpu) tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan yang berisikan
bahwa pemerintah memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan yang
berakibat pengeluaran atas APBN dimana anggaran untuk pengeluaran
tersebut masih belum atau tidak cukup tersedia. Pemerintah juga memiliki
kewenangan untuk menentukan proses dan metode pengadaan barang dan jasa
serta melakukan penyederhanaan mekanisme dan simplifikasi dokumen pada
bidang keuangan negara.
Peraturan Kementerian Keuangan (PMK) Nomor 43/PMK.05/2020, yang
berjudul Peraturan Kementerian Keuangan (PMK) tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Belanja Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara Dalam Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 yang
mengatur bahwa alokasi dana untuk penanganan pandemi virus corona
dialokasikan dalam daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) kementerian
dan lembaga (K/L). Kegiatan dalam penanganan pandemi virus corona ini
dilakukan berdasarkan alokasi dalam DIPA dan bila dalam kondisi mendesak,
pejabat perbendaharaan dapat melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran
atas APBN yang dananya tidak tersedia ataupun tidak cukup tersedia. Adapun,
pengeluaran dengan kondisi mendesak ini hanya dapat dilakukan untuk
kegiatan penanganan virus corona berupa obat-obatan, alat kesehatan, sarana

13
dan prasarana kesehatan, sumber daya manusia, serta kegiatan lain yang
berkaitan dengan penanganan virus corona.
Pemerintah Indonesia mengalokasikan anggaran penanggulangan pandemi
virus corona dan sektor terdampak termasuk cukup besar. PDB nasional yang
berkisar Rp15.000 triliun, Indonesia berani menganggarkan sekitar Rp400
triliun. Presiden mengeluarkan Perpu untuk menambah alokasi belanja dalam
APBN 2020 pada 31 Maret 2020. Pemerintah memproyeksikan peningkatan
pembiayaan anggaran menjadi Rp852,9 triliun. Karena dampak pandemi,
angka tersebut naik Rp547 triliun dari APBN 2020. Defisit APBN melebar
5,07% dari PDB. Pembiayaan invetasi juga bertambah. Dari minus 74,2 triliun
menjadi minus 229,3 triliun.
Kemenkeu mencatat realisasi pembiayaan anggaran dalam APBN 2020
sebesar Rp1.190,9 triliun. Realisasi tersebut telah mencapai 114,6% dari target
pembiayaan anggaran dalam Perpres Nomor 72 tahun 2020. Realisasi
pembiayaan juga naik 196,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Pembiayaan
anggaran tersebut digunakan untuk pembiayaan utang, investasi, pemberian
pinjaman, kewajiban pinjaman, dan pembiayaan lainnya.
Pemerintah sudah 3 kali meluncurkan stimulus fiskal (pengeluaran
pemerintah) yaitu :
1. Pada Februari, pemerintah memberikan stimulus Rp8,5 triliun untuk
memperkuat ekonomi dalam negeri melalui sektor pariwisata.
2. Pada pertengahan Maret, pemerintah kemudian meluncurkan stimulus
lanjutan senilai Rp22,5 triliun. Stimulus ini berupa kebijakan fiskal dan
nonfiskal untuk menopang sektor industri dan memudahkan ekspor -
impor.
3. Pada akhir Maret, pemerintah menetapkan pembatasan sosial berskala
besar (PSBB) untuk menangani penyebaran virus. Stimulus Rp405,1
triliun juga dikeluarkan mendampingi kebijakan kesehatan itu.

Kebijakan Fiskal yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menghadapi


masa pandemi virus corona serta langkah efisiensi sisi pengeluaran pemerintah
yaitu :

14
1. Penerbitan Surat Utang (SUN) Dalam Angka Rupiah Untuk Menekan
Pembayaran Bunga.
Dampak dari virus corona ini yang menyebabkan ketidakpastian
perekonomian saat ini membuat minat untuk membeli SUN sangat rendah.
Hal ini membuat pemerintah sebaiknya menerbitkan SUN tersebut dalam
angka rupiah, karena bila pemerintah tetap memaksakan menerbitkan SUN
global di tengah kondisi sekarang ini, maka bunga kuponnya akan lebih
tinggi dan tenor juga akan menjadi lebih lama.
2. Melakukan Refocusing APBN 2020.
Presiden RI, Joko Widodo, menerbitkan Inpres No.4/2020, yang
menginstruksikan, semua Menteri / Pimpinan / Gubernur / Bupati /
Walikota meningkatkan kecepatan refocusing kegiatan, realokasi anggaran
serta pengadaan barang jasa penanganan virus corona Instruksi Presiden
Nomor 4 tahun 2020 perihal refocusing kegiatan, realokasi anggaran, serta
pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan virus
corona pemerintah harus menentukan skala prioritas dengan mengurutkan
anggaran belanja sesuai tingkat urgensinya. Pemerintah dapat melakukan
refocusing pada anggaran terutama untuk bidang kesehatan dan sosial.
Refocusing anggaran belanja ini juga diperlukan karena merosotnya
asumsi anggaran pendapatan. Dalam memudahkan perencanaan kegiatan,
koordinasi pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi kinerja penanganan
pandemi virus corona, alokasi dana penanganan pandemi dikelompokkan
dalam klasifikasi akun khusus virus corona. Pemerintah dapat juga
melakukan pemangkasan pada belanja - belanja tertentu misalnya
pengeluaran untuk perjalanan dinas, belanja rapat, bimbingan teknis,
penyuluhan, dan sejenisnya untuk dialihkan pada penanganan virus corona
yaitu biaya perjalanan dinas, biaya belanja modal.
3. Tidak Terburu-Buru Dalam Menambah Supply Dollar AS.
Meskipun rupiah dalam tekanan pelemahan akibat ketidakpastian
pasar keuangan global, pemerintah tidak perlu terburu-buru menambah
suplai dollar AS dengan menerbitkan SUN global. Sebab, posisi cadangan
devisa saat ini relatif masih cukup besar untuk membiayai intervensi Bank

15
Indonesia dalam rangka stabilisasi nilai tukar. Selain cadangan devisa, BI
juga memiliki second line of defense berupa fasilitas pinjaman ke Dana
Moneter Internasional (IMF), perjanjian kerja sama swap arrangements
dengan beberapa bank sentral, serta yang terakhir fasilitas Repo Line dari
The Fed.
4. Konsekuensi Hukum Terhadap Penyelewengan Dana Penanggulangan
Pandemi Virus Corona.
Dengan adanya konsekuensi hukum terhadap penyelewengan dana
penanggulan virus corona ini diharapkan mampu memantau realisasi
penggunaan realisasi dana tersebut yaitu Undang-Undang Tindak Pidana
Korupsi (UUTPK) mengisyaratkan hukuman mati bagi koruptor yang
memanipulasi anggaran Covid-19 dan Surat Edaran Komisi
Pemberantasan Korupsi No 8 Tahun 2020 tentang Penggunaan Anggaran
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Terkait Dengan
Pencegahan Tindak Pidana Korupsi. KPK bekerja sama dengan Polri dan
Kejaksaan Agung untuk mengawal penyaluran dana bantuan tersebut
selain dengan Kementerian terkait.
Dalam masa pandemi ini, sebaiknya pemerintah fokus terhadap kegiatan
prioritas yaitu mencegah penyebaran virus corona tersebut. Karena
kepentingan sosial dan kepentingan ekonomi bukanlah hal yang sama.
Pemerintah sedang menghadapi pandemi yang sama sekali membutuhkan
rumah sakit, fasilitas kesehatan, jumlah tenaga medis yang cukup besar.
Setelah keadaan pandemik berkurang, maka secara perlahan kegiatan para
pelaku ekonomi/masyarakat akan dapat berjalan kembali. Adanya program
kartu pra kerja saat ini, sepertinya tidak adaptif dalam masa pandemi, karena
adanya kebijakan karantina kesehatan/ sosial distancing/PSBB membuat
masyarakat kehilangan mata pencaharian/penggangguran bertambah,
sementara kebutuhan hidup harus terpenuhi. Jadi yang diperlukan saat ini
adalah kebutuhan pangan untuk kebutuhan sehari - hari. Pemerintah harusnya
melakukan modifikasi manfaat dari program ini, sehingga targetnya harus
disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini. Berbagai program bantuan

16
pemerintah diharapkan dapat diberikan merata kepada masyarakat yang
terkena dampak pandemi virus corona ini. Namun sampai saat ini, pendataan
terhadap masyarakat yang akan mendapatkan bantuan tersebut belum efisien,
sehingga masih ada masyarakat yang merasa tidak terdata dan tidak
mendapatkan bantuan tersebut.

2.3 Peran Kebijakan Fiskal dalam Program Pemulihan Ekonomi


Nasional

17
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah
demi menjaga pemasukan dan pengeluaran negara tetap stabil sehingga
perekonomian negara bisa bertumbuh baik. Kebijakan fiskal ini sendiri
memiliki beberapa tujuan diantaranya menjaga dan mengembangkan
perekonomian suatu negara, meningkatkan kualitas SDM,
menstabilkan harga, serta dapat untuk mendorong investasi. Kebijakan
fiskal ini sendiri dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya dari segi
teoritis, segi penerapan, segi neraca pembayaran. Dan instrumen yang
terdapat dalam kebijakan fiskal antara lain penerimanaan pemerintah,
pemgeluaran pemerintah, pinjaman.
Kebijakan fiskal tentunya berhubungan dengan penerimaan dan
pengeluaran negara. Melihat adanya kondisi pandemi seperti sekarang
ini langkah pemerintah dalam meningkatkan penerimaan negara adalah
dengan menerapkan pajak digital atau Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik (PMSE). Dan untuk mengatur pengeluaran negara
pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan yang sesuai dengan
kondisi yang dialami oleh Indonesia.
Dengan beberapa kebijakan yang diambil dan ditetapkan oleh
pemerintah, diharapkan seluruh aspek dalam negeri dapat diperbaiki
khusunya yang berhubungan dengan sektor pereknomian suatu negara
dan masyrakat.

II. Saran.
Penulis menyadari makalah yang berhubungan dengan Kebijakan
pemerintah dalam kebijakan fiskal pada masa pandemi ini jauh dari
kata sempurna. Masih terdapat banyak hal yang harus kami perbaiki
dan kembangkan lagi. Oleh karena hal tersebut, kritik dan saran yang
membangun dari ibu dosen, teman-teman, maupun pembaca yang
lainnya sangat kami perlukan. Hal tersebut akan berguna bagi kami
kedepannya agar dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi dari
sebelumnya, terima kasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. http://repository.unpas.ac.id/33112/5/Revisi%20ke%202%20setelah%20SUP
%20BAB%202%20with%20comment.pdf
2. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/135060/perpu-no-1-tahun-2020
3. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/137004/pmk-no-43pmk052020
4. Kamaluddin. 2021. Arah Kebijakan Fiskal Menghadapi Dampak Pandemi.
https://m.mediaindonesia.com/opini/419346/arah-kebijakan-fiskal-
menghadapi-dampak-pandemi (diakses pada tanggal 20 November 2021
5. Lubis, Afrialdi Syah Putra. 2020. Mengenal Insentif Pajak di Tengah Wabah
Covid-19. https://www.pajak.go.id/id/artikel/mengenal-insentif-pajak-di-
tengah-wabah-covid-19 (diakses pada tanggal 21 November 2021)
6. Maryono. 2021. Mencari Strategi Mengeruk Pendapatan Negara di Tengah
Pandemi. https://infoanggaran.com/detail/mencari-strategi-mengeruk-
pendapatan-negara-di-tengah-pandemi (diakses pada tanggal 21 November
2021)
7. Prabandaru, Ageng. 2019. Kaitan Instrumen Kebijakan Fiskal dengan
Tertibnya Perpajakan di Indonesia. https://klikpajak.id/blog/kaitan-instrumen-
kebijakan-fiskal-dengan-tertibnya-perpajakan-di-indonesia/ (diakses pada
tanggal 21 November 2021)
8. Redaksi OCBC NISP. 2021. Kebijakan Fiskal: Pengertian, Tujuan, Instrumen,
& Contohnya. https://www.ocbcnisp.com/en/article/2021/08/12/kebijakan-
fiskal-adalah (diakses pada tanggal 21 November 2021)
9. Sialalahi, Dina Eva Santi, dan Ginting, Rasinta Ria. 2020. Strategi Kebijakan
Fiskal Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Dampak Pandemi COVID-
19. Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 2, Juni 2020, 156-167

19

Anda mungkin juga menyukai