KELOMPOK 5
M. Faisal Oktaviandy Firmansyah (200810301123)
Ibnu Adib Hilmi (200810301142)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 13
i
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bidang pekerjaan atau disiplin ilmu pengetahuan secara khusus profesi
akuntansi sangat diperlukan yang namanya pengukuran. Ini bertujuan agar data yang
diperoleh dapat lebih informatif dan terpercaya. Sebagian besar dari informasi
akuntansi datanya di dominasi oleh data kuantitatif sehingga sebagai penyedia
informasi akuntansi sangat diperlukan pengukuran.
1
1. Bagaimana pentingnya suatu pengukuran?
2. Apa saja jenis skala yang digunakan dalam sebuah pengukuran?
3. Ada berapa macam dari tipe pengukuran?
4. Bagaimana konsep keandalan dan ketepatan dalam pengukuran?
5. Bagaimana pengukuran dalam akuntansi?
6. Bagaimana permasalahan yang dihadapi auditor dalam hubungannya dengan
pengukuran?
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari dibuatnya makalah ini adalah untuk
memahami:
2
BAB II PEMBAHASAN
Dari dua pendapat ahli diatas dapat diartikan bahwa pengukuran adalah
pemberian angka pada objek atau unit yang dianalisis untuk menjelaskan atau
menggambarkan karakteristik yang melekat pada objek atau unit yang dianalisis
tersebut.
3
2.2 Skala Pengukuran
4
suhu ruangan dengan thermometer celcius. Jika kita mengukur dua ruangan
yaitu ruangan A dan B, dimana ruangan A memiliki suhu 23 derajat celcius
dan ruangan B memiliki suhu 31 derajat celcius, maka dapat disimpulkan
bahwa ruangan B lebih panas karena suhu pada kamar B 8 derajat lebih tinggi
dibanding ruangan A. perbedaan antara angka-angka tersebut dapat
diterjemahkan secara langsung untuk menunjukkan perbedaan karakteristik
dari suatu objek atau unit yang dianalisis (Godfrey, et al., 2010:135-136).
Kelemahan dari skala ini adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas atau tidak
memiliki nol mutlak. Contohnya biaya standar dimana dalam penentuan biaya
setiap akuntan memiliki asumsi awal yang berbeda-beda, lalu contoh lain
terkait akuntansi piutang dagang seperti pengukuran beban kerugian piutang
untuk perusahaan yang menggunakan metode cadangan (allowance method)
dengan jumlah cadangan ditentukan berdasarkan analisis umur piutang. Kita
dapat melihat interval waktu jatuh tempo dari yang mulai belum jatuh tempo,
1-30 hari, 31-60 hari, dan lain-lain untuk mengukur beban kerugian piutang
dan cadangannya dan penetapan umur piutang tersebut bersifat arbiter
manajemen.
Skala rasio adalah skala yang memberikan peringkat kepada objek atau
kejadian, dimana interval antar objek diketahui dan sama, dengan asal yang
unik yaitu titik nol yang alami dimana jaraknya dengan objek terakhir
diketahui. Skala rasio menyampaikan informasi paling banyak. Angka-angka
skala rasio memiliki kualitas bilangan rill yang dapat dijumlahkan, dikurangi,
dikalikan, atau dibagi, dan dinyatakan dalam hubungan rasio. Contoh skala
rasio adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 m dan panjang
B adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10 m lebih panjang
dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjang dari A. Contoh lain skala rasio
dalam akuntansi adalah penggunaan dolar untuk mewakili biaya dan nilai. Jika
aset A biayanya $10.000 dan aset B biayanya $20.000, kita dapat mengatakan
bahwa biaya B dua kali lipat biaya A.
5
Menurut (Godfrey, et al., 2010:138), harus ada aturan untuk menetapkan angka-
angka sebelum pengukuran dapat dilakukan. Perumusan aturan menimbulkan skala,
dan pengukuran dapat dilakukan hanya pada skala Proses pengukuran sama dengan
pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan pengujian. Pertanyaan tentang pengujian
teori berhubungan dengan pertanyaan tentang perbedaan jenis-jenis pengukuran.
6
Mereka didasarkan pada teori empiris berkaitan properti yang diberikan
kepada properti lainnya. Contoh dalam akuntansi adalah pengukuran laba,
yang mana laba dihasilkan dari turunan berupa variabel pendapatan dan
beban-beban.
7
c. Instrumen, banyak operasi memperkenankan untuk penggunaan alat fisik,
seperti penggaris atau termometer atau barometer, yang mungkin cacat
d. Lingkungan, tempat di mana operasi pengukuran dilaksanakan dapat
mempengaruhi hasil
e. Atribut yang tidak jelas, apa yang harus diukur mungkin tidak jelas,
terutama jika pengukuran melibatkan konsep yang tidak dapat diukur
secara langsung.
f. Risiko dan ketidakpastian, ini berkaitan dengan distribusi pengembalian
aset berwujud.
2.4.2 Pengukuran yang dapat diandalkan
Sering diperlukan bahwa sebelum unsur-unsur seperti aktiva,
kewajiban, pendapatan, dan beban diakui dalam laporan keuangan, unsur-
unsur tersebut harus mampu untuk dilakukan pengukuran yang dapat
diandalkan. Gagasan keandalan menggabungkan dua aspek: ketepatan dan
kepastian pengukuran, dan pengungkapan yang secara meyakinkan mewakili
sehubungan dengan transaksi ekonomi yang mendasarinya dan berbagai
peristiwa. Aspek mempengaruhi ketepatan pengukuran.
Istilah „presisi‟ sering digunakan dalam dua konteks. Pertama,
mungkin merujuk ke nomor, dalam hal ini adalah berlawanan dengan gagasan
pendekatan. Kedua, berkaitan dengan operasi pengukuran, dalam hal ini
berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari operasi atau kinerjanya, serta
persetujuan hasil antara operasi pengukuran yang digunakan berulang kali
yang diterapkan pada properti tertentu.
Arti terakhir ini pada dasarnya sama dengan keandalan. Dengan
menyatukan dua istilah, kita dapat mengatakan bahwa keandalan dari
pengukuran berkaitan dengan ketepatan di mana suatu properti tertentu diukur
dengan menggunakan satu perangkat operasi.
Berdasarkan dua istilah tersebut, kita dapat mengatakan bahwa
realibity pengukuran berkaitan dengan presisi dengan mana suatu properti
tertentu diukur dengan menggunakan satu set operasi.
8
Konsistensi hasil, presisi dankeandalan tidakselalu menyebabkan akuri.
Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil
yang sangat tepat, namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat.
Alasannya adalah akurasi berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran
menuju ‟nilai sejati‟ dari atribut pengukuran.
Sifat fundamental, seperti panjang dari suatu objek, dapat ditentukan
secara akurat dengan membandingkan objek dengan standar yang mewakili
nilai sebenarnya.
Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya
tidak diketahui. Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu
atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan
dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh karena itu
akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari „kegunaan‟,
tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan standar
kuantitatif yang harus diterapkan.
9
modal bersih (atau biaya), maka kita mengalami peningkatan modal. Keuntungan
tidak diperoleh sampai modal awal dari biaya historis dipertahankan dan laba
direalisasikan. Sehingga, modal selalu dinyatakan sebesar harga perolehan dan
perubahan dalam aktiva bersih tidak dianggap sebagai keuntungan. Maka, kita dapat
melihat bahwa laba turunan sangat tergantung pada bagaimana kita mengukur modal
awal dan bagaimana kita mengukur biaya dan alokasi modal. Kita juga dapat melihat
bahwa konsep penilaian modal dan akuntansi telah berkembang dari waktu ke waktu
dengan hasilnya menyatakan bahwa kita memiliki pengukuran atas modal secara
umum dan konsep laba.
Baru-baru ini, International Accounting Standard Board (IASB) telah
mengambil pandangan bahwa globalisasi bisnis mendukung kebutuhan untuk suatu
standar akuntansi yang akan digunakan di seluruh dunia untuk menghasilkan
informasi keuangan yang sebanding. Hal ini menyebabkan dua perkembangan
penting dalam standar akuntansi internasional melalui standar akuntansi seperti IAS
39/AASB 139 instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran IASB?FASB proyek
bersama mengenai pelaporan keuangan kinerja (1) bahwa pengukuran laba dan
pengakuan pendapatan harus dihubungkan dengan pengakuan tepat waktu dan (2)
bahwa pendekatan „nilai wajar‟ harus diadopsi sebagai prinsip pengukuran kerja.
Jadi dari tahun 2005 kami melihat penggunaan (sebagaian) dari suatu prinsip
pengukuran yang berfokus pada perubahan nilai aktiva dan kewajibab bukan
penyelesaian proses pendapatan (Godfrey, et al., 2010: 147).
Singkatnya, berarti bahwa perubahan nilai wajar aktiva dan kewajiban diakui
segera saat terjadinya dan dilaporkan sebagai kompenan pendapatan. Lebih lanjut,
fokus telah bergeser ke arah konsep penilaian dengan neraca repositori utama
sebagai informasi yang relevan, dan pengguna informasi akuntansi tersebut adalah
pemegang saham dan investor.
10
berkonsentrasi pada pengumpulan bukti bahwa transaksi tersebut telah ditangani
dengan tepat oleh sistem akuntansi klien. Namun, ketika keuntungan berasal dari
perubahan nilai wajar pertanyaan yang lebih sulit muncul untuk auditor sekitar
mengumpulkan bukti pada perkiraan manajemen (Godfrey, et al., 2010: 150).
Sebagai contoh, salah satu aspek untuk mengukur keuntungan dengan menilai
perubahan nilai wajar aktiva bersih yang ditangani oleh standar akuntansi IAS
36/AASB 136. Pertanyaan ini mensyaratkan penurunan nilai aktiva diakui sebagai
rugi penurunan nilai.. Manajemen entitas perlu untuk menilai pada tanggal pelaporan
apakah ada indikasi bahwa aktiva mungkin terganggu. Jika kondisi tersebut terjadi,
manajemen akan mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva tersebut. Jika jumlah yang
dapat dipulihkan suatu aktiva kurang dari nilai tercatanya, nilai tercatat aktiva harus
diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Pengurangan itu
adalah kerugian penurunan nilai. Kerugian penurunan nilai diakui segera dalam laba
pada banyak kasus.
Petunjuk standar audit internasional untuk kerugian penurunan nilai audit dan
perkiraan nilai wajar terdapat dalam ISA 540. Auditor diharuskan untuk
mengumpulkan bukti untuk menilai jika manajemen telah mengikuti standar
akuntansi yang tepat dan jika jumlah yang diakui sebagai kerugian penurunan nilai
wajar. Untuk melakukan hal ini auditor harus menentukan apakah manajemen telah
memilih metode penilaian yang sesuai dan asumsi yang masuk akal. Jika standar
akuntansi tidak menerapkan metode penilaian yang wajar. Ini berarti bahwa sulit
bagi auditor untuk tidak setuju dengan pemilihan manajemen terhadap metode
penilaian tertentu yang sedang digunakan oleh entitas lain. Auditor harus
mengumpulkan bukti bahwa metode ini diterapkan secara konsisten, sehingga
manajer tidak memilah-milah metode dari tahun ke tahun bergantung pada hasil laba
yang mereka inginkan. Data tersebut akan mencakup suku bunga yang digunakan
untuk mendiskontokan arus kas, nilai pasar digunakan oleh perusahaan yang
dibandingkan, data royalti, dan sebagainya (Godfrey, et al., 2010: 151).
Secara keseluruhan, mengingat adanya berbagai metode penilaian yang wajar
dan asumsi yang mungkin, beberapa kemungkinan untuk jumlah perbedaan kerugian
penurunan nilai yang masuk akal diakui oleh manajemen. Jumlah yang berbeda kan
dapat diterima auditor jika bukti audit menunjukkan bahwa manajemen telah
menerapkan model penilaian yang benar dan menggunakan data yang sesuai. Dalam
situasi tersebut mungkin auditor akan menghadapi tekanan dari manjer untuk setuju
11
dengan penilaian mereka atau akan kehilangan perkerjaan audit karena akan
digantikan kepada auditor yang lebih menyetujui.
Adanya berbagai alternatif metode penilaian aset yang menimbulkan masalah
tersendiri bagi auditor. Terdapat banyak cara penilaian aset yang dapat diterima oleh
auditor jika memenuhi persyaratan:
1. Metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten.
12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. 2010.
Accounting Theory, 7th edition. Australia: John Wiley & Sons, Inc.
Riahi – Belkaoui, Ahmed. 2006. Teori Akuntansi, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Yadiati, Winwin. 2007. Teori Akuntansi: Suatu Pengantar, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.
14