Anda di halaman 1dari 16

MEASUREMENT THEORY

Dosen Pengampu : Drs. Sudarno, M.Si, Ak, CA


Mata Kuliah / Kelas : Teori Akuntansi / D

KELOMPOK 5
M. Faisal Oktaviandy Firmansyah (200810301123)
Ibnu Adib Hilmi (200810301142)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

2.1 Pentingnya Pengukuran ............................................................................................... 3

2.2 Skala Pengukuran ........................................................................................................ 4

2.3 Tipe-Tipe Pengukuran ................................................................................................. 5

2.4 Keandalan dan Akurasi ............................................................................................... 7

2.5 Pengukuran dalam Akuntansi...................................................................................... 9

2.6 Permasalahan Pengukuran Bagi Auditor................................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 13

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

i
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang pekerjaan atau disiplin ilmu pengetahuan secara khusus profesi
akuntansi sangat diperlukan yang namanya pengukuran. Ini bertujuan agar data yang
diperoleh dapat lebih informatif dan terpercaya. Sebagian besar dari informasi
akuntansi datanya di dominasi oleh data kuantitatif sehingga sebagai penyedia
informasi akuntansi sangat diperlukan pengukuran.

Menurut (Suwardjono, 2010), pengukuran adalah pemberian angka-angka atau


label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut, konsep atribut adalah
sesuatu yang melekat pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau ciri yang
dikandung objek tersebut. Secara singkat dapat diartikan bahwa pengukuran adalah
pemberian nilai atau angka kepada suatu objek untuk dapat memproyeksikan atau
menjelaskan karakteristik yang melekat terhadap objek tersebut. Penilaian (valuation)
merupakan pengukuran yang menunjukkan makna tertentu semisal pengukuran dalam
akuntansi pada umumnya menggunakan satuan pengukur berupa unit moneter, dimana
ini dimaksudkan agar pengukuran tersebut menunjukkan makna dalam hal ekonomi.

Memelihara hubungan antara entitas bisnis maupun individual merupakan


tujuan dari perkembangan praktik akuntansi dalam setiap negara yang didasarkan pada
interpretasi informasi keuangan yang disajikan oleh akuntansi. Penekanan angka secara
kuantitatif dalam akuntansi yang bisa dinyatakan secara moneter dibanding unsur
kualitaitf yang tidak mudah diukur seperti kemampuan kinerja pegawai, knowledge,
produktivitas, dan sebagainya menjadi alasan mengapa suatu sistem pengukuran
akuntansi harus dibuat dan diimplementasikan supaya informasi akuntansi benar-benar
menunjukkan aturan semantiknya dan meminimalkan kelemahannya. Karena atribut
yang disajikan dalam laporan keuangan merupakan fungsi yang urgent dalam
akuntansi, maka berikut ini akan dibahas terkait konsep pengukuran.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah


yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1
1. Bagaimana pentingnya suatu pengukuran?
2. Apa saja jenis skala yang digunakan dalam sebuah pengukuran?
3. Ada berapa macam dari tipe pengukuran?
4. Bagaimana konsep keandalan dan ketepatan dalam pengukuran?
5. Bagaimana pengukuran dalam akuntansi?
6. Bagaimana permasalahan yang dihadapi auditor dalam hubungannya dengan
pengukuran?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari dibuatnya makalah ini adalah untuk
memahami:

1. Bagaimana konsep dan pentingnya suatu pengukuran


2. Jenis skala yang digunakan dalam sebuah proses pengukuran
3. Tipe-tipe pengukuran
4. Konsep keandalan dan ketepatan dalam pengukuran
5. Pengukuran dalam akuntansi
6. Permasalahan yang dihadapi auditor dalam pengukuran

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Pengukuran

Campbell mendefinisikan pengukuran sebagai pemberian angka untuk mewakili


sifat dari sistem material selain angka berdasarkan hukum yang mengatur. Sedangkan
menurut Stevens, pengukuran didefinisikan sebagai penempatan angka kedalam suatu
objek atau kejadian menurut aturan. “sistem” didalam pengertian Campbell sama
dengan “objek atau kejadian” dalam pengertian Stevens. Bisa mencakup bangunan,
meja, orang, aset, atau jarak tempuh. Sedangkan sifat atau karakteristik dari sistem itu
sendiri misal seperti berat, panjang, lebar, atau warna. Yang diukur di sini lebih
tepatnya adalah sifat dan bukan sistem itu sendiri (Godfrey, et al., 2010:134).

Dari dua pendapat ahli diatas dapat diartikan bahwa pengukuran adalah
pemberian angka pada objek atau unit yang dianalisis untuk menjelaskan atau
menggambarkan karakteristik yang melekat pada objek atau unit yang dianalisis
tersebut.

Dalam setiap aktivitas manusia sehari-hari, pengukuran sudah pasti sering


terjadi baik dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Ini dapat berupa penilaian
subjektif, seperti persepsi seseorang terhadap orang lain, dapat pula berupa pengukuran
yang lebih objektif seperti pada saat kita sedang melakukan transaksi jual beli.
Sekantong bubuk kopi yang kita beli mungkin berukuran setengah kilogram atau satu
kilogram. Sedangkan dalam akuntansi contoh pengukuran yang dilakukan seperti
ketika mengukur keuntungan perusahaan dengan menetapkan nilai terhadap modal
terlebih dahulu lalu kemudian menghitung keuntungan sebagai perubahan modal
selama periode tertentu setelah memperhitungkan semua peristiwa (transaksi) ekonomi
yang mempengaruhi kekayaan perusahaan.

Pengukuran merupakan hal yang sangat penting karena dengan melakukan


pengukuran terhadap suatu objek, maka kita akan dapat mengetahui nilai suatu objek
tersebut sehingga menjadi dasar untuk dapat merumuskan kebijakan terkait objek
tersebut. Untuk lebih mempermudah dalam melakukan suatu pengukuran sehingga
mendapatkan hasil yang akurat dan andal, maka kita dapat menggunakan skala dan
memilih tipe pengukuran yang sesuai dengan karakteristik objek atau unit analisis yang
akan diukur.

3
2.2 Skala Pengukuran

Setiap pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran


(Godfrey, et al., 2010:134). Sebuah skala ini dibuat ketika aturan semantik digunakan
untuk menghubungkan pernyataan matematis dengan objek atau kejadian. Skala
menunjukkan informasi apa yang angka-angka wakili, sehingga memberikan arti atau
makna kepada angka tersebut. Stevens menguraikan skala menjadi beberapa istilah
umum yaitu skala nominal, ordinal, interval, dan rasio (Godfrey, at al., 2010: 134-135).

2.2.1 Skala Nominal

Dalam skala nominal, penomoran hanya digunakan sebagai sebuah


label. Misalnya nomor punggung yang diberikan kepada pemain sepak bola.
Skala nominal hanya merepresentasikan klasifikasi, yang tidak menunjukkan
pengukuran apa yang dipertimbangkan untuk digunakan dalam penggunaan
yang biasa. Jika pengukuran mengacu pada sifat suatu objek, maka skala
nominal justru sebaliknya yang justru menyatakan objek itu sendiri. Misal
dalam sistem akuntansi, yang paling dekat dengan skala nominal adalah
klasifikasi aset dan liabilitas dalam kelas yang berbeda atau biasa disebut
dengan kode akun

2.2.2 Skala Ordinal

Skala ordinal dibuat ketika kita ingin memeringkat karakteristik dari


suatu objek. Contohnya seorang investor memiliki tiga peluang investasi yang
layak untuk menanamkan kekayaannya. Tiga peluang investasi tersebut
diperingkat dari 1, 2, 3 berdasarkan (net present value) dengan peringkat
tertinggi 1 dan terendah 3. Kelemahan dari skala ini adalah interval dari setiap
peringkat atau angka (1 sampai 2, dan 2 sampai 3) tidak selalu sama karena
tidak memberitahukan apapun mengenai perbedaan kuantitas kepemilikan
yang diwakilinya.

2.2.3 Skala Interval

Skala interval memberikan informasi yang lebih banyak dibanding


skala ordinal dan dapat membantu dalam penentuan keseimbangan dari
interval. Jadi tidak hanya memberikan peringkat pada objeknya, tetapi juga
jarak antara interval skalanya seimbang dan diketahui. Misalnya mengukur

4
suhu ruangan dengan thermometer celcius. Jika kita mengukur dua ruangan
yaitu ruangan A dan B, dimana ruangan A memiliki suhu 23 derajat celcius
dan ruangan B memiliki suhu 31 derajat celcius, maka dapat disimpulkan
bahwa ruangan B lebih panas karena suhu pada kamar B 8 derajat lebih tinggi
dibanding ruangan A. perbedaan antara angka-angka tersebut dapat
diterjemahkan secara langsung untuk menunjukkan perbedaan karakteristik
dari suatu objek atau unit yang dianalisis (Godfrey, et al., 2010:135-136).
Kelemahan dari skala ini adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas atau tidak
memiliki nol mutlak. Contohnya biaya standar dimana dalam penentuan biaya
setiap akuntan memiliki asumsi awal yang berbeda-beda, lalu contoh lain
terkait akuntansi piutang dagang seperti pengukuran beban kerugian piutang
untuk perusahaan yang menggunakan metode cadangan (allowance method)
dengan jumlah cadangan ditentukan berdasarkan analisis umur piutang. Kita
dapat melihat interval waktu jatuh tempo dari yang mulai belum jatuh tempo,
1-30 hari, 31-60 hari, dan lain-lain untuk mengukur beban kerugian piutang
dan cadangannya dan penetapan umur piutang tersebut bersifat arbiter
manajemen.

2.2.4 Skala Rasio

Skala rasio adalah skala yang memberikan peringkat kepada objek atau
kejadian, dimana interval antar objek diketahui dan sama, dengan asal yang
unik yaitu titik nol yang alami dimana jaraknya dengan objek terakhir
diketahui. Skala rasio menyampaikan informasi paling banyak. Angka-angka
skala rasio memiliki kualitas bilangan rill yang dapat dijumlahkan, dikurangi,
dikalikan, atau dibagi, dan dinyatakan dalam hubungan rasio. Contoh skala
rasio adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 m dan panjang
B adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10 m lebih panjang
dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjang dari A. Contoh lain skala rasio
dalam akuntansi adalah penggunaan dolar untuk mewakili biaya dan nilai. Jika
aset A biayanya $10.000 dan aset B biayanya $20.000, kita dapat mengatakan
bahwa biaya B dua kali lipat biaya A.

2.3 Tipe-Tipe Pengukuran

5
Menurut (Godfrey, et al., 2010:138), harus ada aturan untuk menetapkan angka-
angka sebelum pengukuran dapat dilakukan. Perumusan aturan menimbulkan skala,
dan pengukuran dapat dilakukan hanya pada skala Proses pengukuran sama dengan
pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan pengujian. Pertanyaan tentang pengujian
teori berhubungan dengan pertanyaan tentang perbedaan jenis-jenis pengukuran.

Campbell membaginya kedalam dua jenis: fundamental dan turunan. Menurut


Campbell, angka tersebut ditetapkan sesuai dengan hukum yang mengatur terkait
dengan properti (atribut) dan pengukuran bisa diakui hanya ketika ada konfirmasi teori-
teori empiris yang telah terkonfirmasi secara hukum untuk mendukung pengukuran.
Tipe pengukuran yang lebih jauh, pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh Togerson,
menjadi tambahan atas pengukuran fundamental dan turunan yang didiskusikan
Campbell (Godfrey, et al., 2010:138).

2.3.1 Pengukuran Fundamental

Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka


bisa diterapkan pada properti dengan mengacu pada hukum alam dan tidak
bergantung pada pengukuran variabel apapun. Hal-hal seperti panjang,
hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang bisa diukur.
Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-tiap benda sebagai hukum
dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda (jumlah) pada
benda-benda yang sudah ada. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
karakteristik pengukuran fundamental adalah:

1) penetapan angka ke atribut berdasarkan hukum alam atas atribut tersebut


2) penetapan angka tidak didasarkan pada pengukuran variabel lain
3) penafsiran angka tergantung pada teori empiris yang telah dikonfirmasi
yang mengatur operasi pengukuran.

2.3.2 Pengukuran Turunan

Menurut Campbell, pengukuran turunan adalah salah satu pengukuran


yang tergantung pada pengukuran dari dua atau lebih besaran lain (Godfrey, et
al., 2010). Contohnya adalah massa jenis atau densitas. Hal ini tergantung
pada pengukuran dari kedua massa dan volume. Operasi pengukuran yang
diturunkan tergantung pada hubungan yang diketahui atas sifat-sifat dasar.

6
Mereka didasarkan pada teori empiris berkaitan properti yang diberikan
kepada properti lainnya. Contoh dalam akuntansi adalah pengukuran laba,
yang mana laba dihasilkan dari turunan berupa variabel pendapatan dan
beban-beban.

2.3.3 Pengukuran Fiat

Menurut (Godfrey, et al., 2010:139), pengukuran ini merupakan tipe


dalam ilmu-ilmu sosial dan akuntansi, untuk menggunakan definisi yang
dibangun secara arbiter untuk menghubungkan variabel pengamatan tertentu
untuk suatu konsep tertentu, tanpa mengonfirmasi dengan teori untuk
mendukung hubungan tersebut. Misalnya dalam mengukur keuntungan.
Pengukuran laba yang ditetapkan dalam regulasi akuntansi mungkin saja tidak
berdasarkan suatu teori empiris yang telah dikonfirmasi karena ukuran laba
adalah ukuran yang sulit untuk dijelaskan secara tepat karena laba akuntansi
merupakan laba akrual yang secara riil laba sulit untuk dijelaskan. Masalah
utama dalam pengukuran dengan fiat adalah berbagai skala pengukuran dapat
dibangun akibat tidak didasarkan pada teori yang telah dikonfirmasi.

2.4 Keandalan dan Akurasi

Keandalan dari suatu pengukuran atau keakuratan pengukuran, menyatakan


bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali perhitungan. Kita
bisa menghitung jumlah kursi di ruang tertentu dan akan persis benar. Tapi kecuali
untuk menghitung, semua pengukuran melibatkan kesalahan. (Godfrey, et al., 2010)
2.4.1 Sumber kesalahan
Sumber kesalahan dalam pengukuran adalah sebagai berikut, yang
tidak saling eksklusif.
a. Operasi pengukuran tidak tetap. Aturan untuk menetapkan angka untuk
properti tertentu biasanya terdiri dari satu set operasi. Satu set operasi
tidak dapat dinyatakan tepat dan karenanya dapat ditafsirkan salah oleh
pengukur.

b. Pengukur, pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, bias, atau


menerapkan atau membaca instrumen dengan tidak akurat.

7
c. Instrumen, banyak operasi memperkenankan untuk penggunaan alat fisik,
seperti penggaris atau termometer atau barometer, yang mungkin cacat
d. Lingkungan, tempat di mana operasi pengukuran dilaksanakan dapat
mempengaruhi hasil
e. Atribut yang tidak jelas, apa yang harus diukur mungkin tidak jelas,
terutama jika pengukuran melibatkan konsep yang tidak dapat diukur
secara langsung.
f. Risiko dan ketidakpastian, ini berkaitan dengan distribusi pengembalian
aset berwujud.
2.4.2 Pengukuran yang dapat diandalkan
Sering diperlukan bahwa sebelum unsur-unsur seperti aktiva,
kewajiban, pendapatan, dan beban diakui dalam laporan keuangan, unsur-
unsur tersebut harus mampu untuk dilakukan pengukuran yang dapat
diandalkan. Gagasan keandalan menggabungkan dua aspek: ketepatan dan
kepastian pengukuran, dan pengungkapan yang secara meyakinkan mewakili
sehubungan dengan transaksi ekonomi yang mendasarinya dan berbagai
peristiwa. Aspek mempengaruhi ketepatan pengukuran.
Istilah „presisi‟ sering digunakan dalam dua konteks. Pertama,
mungkin merujuk ke nomor, dalam hal ini adalah berlawanan dengan gagasan
pendekatan. Kedua, berkaitan dengan operasi pengukuran, dalam hal ini
berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari operasi atau kinerjanya, serta
persetujuan hasil antara operasi pengukuran yang digunakan berulang kali
yang diterapkan pada properti tertentu.
Arti terakhir ini pada dasarnya sama dengan keandalan. Dengan
menyatukan dua istilah, kita dapat mengatakan bahwa keandalan dari
pengukuran berkaitan dengan ketepatan di mana suatu properti tertentu diukur
dengan menggunakan satu perangkat operasi.
Berdasarkan dua istilah tersebut, kita dapat mengatakan bahwa
realibity pengukuran berkaitan dengan presisi dengan mana suatu properti
tertentu diukur dengan menggunakan satu set operasi.

2.4.3 Pengukuran akurat

8
Konsistensi hasil, presisi dankeandalan tidakselalu menyebabkan akuri.
Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil
yang sangat tepat, namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat.
Alasannya adalah akurasi berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran
menuju ‟nilai sejati‟ dari atribut pengukuran.
Sifat fundamental, seperti panjang dari suatu objek, dapat ditentukan
secara akurat dengan membandingkan objek dengan standar yang mewakili
nilai sebenarnya.
Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya
tidak diketahui. Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu
atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan
dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh karena itu
akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari „kegunaan‟,
tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan standar
kuantitatif yang harus diterapkan.

2.5 Pengukuran dalam Akuntansi

Pengukuran dalam akuntansi masuk ke dalam kategori pengukuran turunan


untuk modal dan laba. Laba akuntansi sekarang diturunkan di bawah standar
akuntansi internasional, dari perubahan modal selama periode dari semua kegiatan
termasuk kenaikan dan penurunan nilai wajar aktiva bersih kecuali transaksi dengan
pemilik. Modal diturunkan dari nilai wajar bersih penilaian aktiva dan kewajiban.
Berarti kita harus mengukur nilai modal awal, pada jumlah penghasilan yang
diterima, jumlah modal yang digunakan, dan perubahan nilai wajar aktiva bersih.
Peningkatan modal selama periode akan datang akan mengukur jumlah laba dari
berbagai macam sumber, termasuk dari operasional dan penilaian kembali (setelah
disesuaikan dengan pemasukan modal baru dan pembayaran dividen). Nilai wajar
aktiva bersih yang disajikan kembali merupakan modal awal pada periode
berikutnya. (Godfrey, et al., 2010: 145).
Godfrey, et al., (2010:145) menyatakan sebaliknya, pendekatan pengukuran
dengan pendekatan yang dilakukan sebelum pengenalan standar akuntansi
internasional, pendapatan yang diterima disesuaikan terhadap aktiva bersih yang
digunakan dalam suatu periode, dan jika pendapatan lebih besar dari penggunaan

9
modal bersih (atau biaya), maka kita mengalami peningkatan modal. Keuntungan
tidak diperoleh sampai modal awal dari biaya historis dipertahankan dan laba
direalisasikan. Sehingga, modal selalu dinyatakan sebesar harga perolehan dan
perubahan dalam aktiva bersih tidak dianggap sebagai keuntungan. Maka, kita dapat
melihat bahwa laba turunan sangat tergantung pada bagaimana kita mengukur modal
awal dan bagaimana kita mengukur biaya dan alokasi modal. Kita juga dapat melihat
bahwa konsep penilaian modal dan akuntansi telah berkembang dari waktu ke waktu
dengan hasilnya menyatakan bahwa kita memiliki pengukuran atas modal secara
umum dan konsep laba.
Baru-baru ini, International Accounting Standard Board (IASB) telah
mengambil pandangan bahwa globalisasi bisnis mendukung kebutuhan untuk suatu
standar akuntansi yang akan digunakan di seluruh dunia untuk menghasilkan
informasi keuangan yang sebanding. Hal ini menyebabkan dua perkembangan
penting dalam standar akuntansi internasional melalui standar akuntansi seperti IAS
39/AASB 139 instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran IASB?FASB proyek
bersama mengenai pelaporan keuangan kinerja (1) bahwa pengukuran laba dan
pengakuan pendapatan harus dihubungkan dengan pengakuan tepat waktu dan (2)
bahwa pendekatan „nilai wajar‟ harus diadopsi sebagai prinsip pengukuran kerja.
Jadi dari tahun 2005 kami melihat penggunaan (sebagaian) dari suatu prinsip
pengukuran yang berfokus pada perubahan nilai aktiva dan kewajibab bukan
penyelesaian proses pendapatan (Godfrey, et al., 2010: 147).
Singkatnya, berarti bahwa perubahan nilai wajar aktiva dan kewajiban diakui
segera saat terjadinya dan dilaporkan sebagai kompenan pendapatan. Lebih lanjut,
fokus telah bergeser ke arah konsep penilaian dengan neraca repositori utama
sebagai informasi yang relevan, dan pengguna informasi akuntansi tersebut adalah
pemegang saham dan investor.

2.6 Permasalahan Pengukuran Bagi Auditor

Beberapa isu diciptakan untuk auditor oleh pergeseran fokus untuk


pengukuran keuntungan dari pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai
perubahan atas nilai wajar aktiva bersih. Ketika keuntungan ditentukkan dengan cara
mencocokkan transaksi wajar pendapatan dan beban untuk periode auditor dapat

10
berkonsentrasi pada pengumpulan bukti bahwa transaksi tersebut telah ditangani
dengan tepat oleh sistem akuntansi klien. Namun, ketika keuntungan berasal dari
perubahan nilai wajar pertanyaan yang lebih sulit muncul untuk auditor sekitar
mengumpulkan bukti pada perkiraan manajemen (Godfrey, et al., 2010: 150).
Sebagai contoh, salah satu aspek untuk mengukur keuntungan dengan menilai
perubahan nilai wajar aktiva bersih yang ditangani oleh standar akuntansi IAS
36/AASB 136. Pertanyaan ini mensyaratkan penurunan nilai aktiva diakui sebagai
rugi penurunan nilai.. Manajemen entitas perlu untuk menilai pada tanggal pelaporan
apakah ada indikasi bahwa aktiva mungkin terganggu. Jika kondisi tersebut terjadi,
manajemen akan mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva tersebut. Jika jumlah yang
dapat dipulihkan suatu aktiva kurang dari nilai tercatanya, nilai tercatat aktiva harus
diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Pengurangan itu
adalah kerugian penurunan nilai. Kerugian penurunan nilai diakui segera dalam laba
pada banyak kasus.
Petunjuk standar audit internasional untuk kerugian penurunan nilai audit dan
perkiraan nilai wajar terdapat dalam ISA 540. Auditor diharuskan untuk
mengumpulkan bukti untuk menilai jika manajemen telah mengikuti standar
akuntansi yang tepat dan jika jumlah yang diakui sebagai kerugian penurunan nilai
wajar. Untuk melakukan hal ini auditor harus menentukan apakah manajemen telah
memilih metode penilaian yang sesuai dan asumsi yang masuk akal. Jika standar
akuntansi tidak menerapkan metode penilaian yang wajar. Ini berarti bahwa sulit
bagi auditor untuk tidak setuju dengan pemilihan manajemen terhadap metode
penilaian tertentu yang sedang digunakan oleh entitas lain. Auditor harus
mengumpulkan bukti bahwa metode ini diterapkan secara konsisten, sehingga
manajer tidak memilah-milah metode dari tahun ke tahun bergantung pada hasil laba
yang mereka inginkan. Data tersebut akan mencakup suku bunga yang digunakan
untuk mendiskontokan arus kas, nilai pasar digunakan oleh perusahaan yang
dibandingkan, data royalti, dan sebagainya (Godfrey, et al., 2010: 151).
Secara keseluruhan, mengingat adanya berbagai metode penilaian yang wajar
dan asumsi yang mungkin, beberapa kemungkinan untuk jumlah perbedaan kerugian
penurunan nilai yang masuk akal diakui oleh manajemen. Jumlah yang berbeda kan
dapat diterima auditor jika bukti audit menunjukkan bahwa manajemen telah
menerapkan model penilaian yang benar dan menggunakan data yang sesuai. Dalam
situasi tersebut mungkin auditor akan menghadapi tekanan dari manjer untuk setuju
11
dengan penilaian mereka atau akan kehilangan perkerjaan audit karena akan
digantikan kepada auditor yang lebih menyetujui.
Adanya berbagai alternatif metode penilaian aset yang menimbulkan masalah
tersendiri bagi auditor. Terdapat banyak cara penilaian aset yang dapat diterima oleh
auditor jika memenuhi persyaratan:
1. Metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten.

2. Menggunakan asumsi yang beralasan.

3. Data yang digunakan unuk penilaian tersebut valid.

12
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengukuran melibatkan hubungan formal angka untuk beberapa atribut atau


kejadian dengan aturan semantik. Aturan semantik dalam akuntansi diwakili oleh
transaksi di pasar, dan alokasi penggunaan sumber daya modal terhadap pendapatan
yang masuk selama periode tersebut.
Aturan yang digunakan untuk pemberian atau penetapan angka yang
ditentukan sesuai dengan empat skala: nominal, ordinal, interval, dan rasio. Dalam
akuntansi, kita menggunakan skala rasio untuk mengukur atribut keuangan pada
keuntungan, aset, dan kewajiban. Namun juga dapat menerapkan skala ordinal untuk
menentukan peringkat proyek-proyek investasi atau profitabilitas perusahaan, atau
skala interval dalam akuntansi biaya standar.
Invarian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang
digunakan, maka sistem pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari
variabel-variabel yang digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan
yang sama juga. Tapi hal ini tidak berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang
berbeda akan berbeda juga variabel-variabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara
yang berbeda akan menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode-metode
pengukuran yang berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama.
Ada tiga jenis pengukuran yaitu pengukuran fundamental, pengukuran
turunan, dan pengukuran fiat. Semua pengukuran melibatkan kesalahan dan banyak
pengukuran yang nilai sebenarnya (true value) tidak diketahui.
Untuk menentukan ketepatan atau keandalan dalam akuntansi, kita perlu tahu
atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari
akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh karena itu akurasi
pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari „kegunaan‟, tetapi akuntan tidak
sama dalam menentukan spesifikasi dan standar kuantitatif yang harus diterapkan.
Pengukuran dalam akuntansi masuk ke dalam kategori pengukuran turunan
untuk modal dan laba. Perubahan nilai wajar aktiva dan kewajiban diakui segera saat
terjadinya dan dilaporkan sebagai kompenan pendapatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. 2010.
Accounting Theory, 7th edition. Australia: John Wiley & Sons, Inc.

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga.


Yogyakarta: BPFE.

Riahi – Belkaoui, Ahmed. 2006. Teori Akuntansi, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Yadiati, Winwin. 2007. Teori Akuntansi: Suatu Pengantar, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.

14

Anda mungkin juga menyukai