Anda di halaman 1dari 24

SKALA PENGUKURAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asessment Pembelajaran Matematika


yang dibina oleh Ibu Dr. Ummu Sholihah, S.Pd.,M.Si.

Oleh :
Adib Fawaid Kurniansyah (12851221001)
Handayani (12851221011)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG
FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER TADRIS MATEMATIKA
NOVEMBER 2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Skala Pengukuran’’. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asessmen Pembelajaran Matematika
yang mana dapat memberikan manfaat yang besar bagi penulis maupun pembaca
dalam pelaksanaan asesmen maupun evaluasi di dalam dunia pendidikan.
Atas terselesaikannya makalah yang berjudul “Skala Pengukuran’’
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ummu Sholihah, S.Pd.,M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
asesmen pembelajaran matematika yang telah memberikan banyak
motivasi, arahan, dan bimbingan serta ilmu yang bermanfaat.
2. Teman-Teman Program Pascasarjana Tadris Matematika yang telah
memberikan dukungan kepada penulis.

Dalam peyusunan makalah ini penulis sudah semaksimal mungkin, namun


penulis menyadari betul bahwa masih banyak kekurangan karena keterbatasan
yang dimiliki penulis dan faktor lainnya. Untuk itu masukan, kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat diperlukan untuk kesempurnaan hasil makalah ini
selanjutnya.

Tulungagung, 22 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
D. Manfaat ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Tipe Skala Pengukuran...................................................................... 3
1. Skala Nominal.......................................................................... 3
2. Skala Ordinal............................................................................ 4
3. Skala Interval............................................................................ 5
4. Skala Rasio............................................................................... 6
B. Macam Macam Data ……………………………………………….. 7
1. Data Nominal............................................................................ 7
2. Data Kontinu............................................................................. 8
C. Macam-macam Skala ………………………………………………. 10
1. Dichotomous scale ………………………………………... … 10
2. Category Scale ………………………………………………. . 10
3. Skala Likert............................................................................... 15
4. Semantic Diffrntial................................................................... 12
5. Rating Scale.............................................................................. 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................... 17
B. Saran..................................................................................................... 18

iii
DAFTAR RUJUKAN....................................................................................... 19

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Pengelompokan Data ……………………………………… 8
2.2 Hubungan Skala Pengukuran ……………………………... 10

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua makhluk hidup diciptakan oleh Allah SWT dengan membawa berbagai
macam perbedaan satu sama lainnya. Makhluk hidup diantaranya yaitu manusia,
antar manusia yang satu dengan manusia yang lain, baik dari segi fisik maupun
psikisnya memiliki perbedaan satu sama lain. Dengan kata lain, sulit ditemukan
kesamaan antara manusia yang satu dengan yang lainnya, walaupun juga terdapat
beberapa kemiripan di antara mereka. Perbedaan-perbedaan tersebut turut
menentukan kualitas suatu individu dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya yang pada gilirannya berakibat pada hasil yang dicapainya.
Oleh karena itu, diperlukan suatu metode untuk mengetahui perbedaan-
perbedaan di antara mereka baik dalam hal kekurangannya maupun dalam hal
kelebihannya. Metode tersebut dapat dilakukan dengan cara mengukur dan
mengevaluasi. Pengukuran (measurement) dilakukan untuk menentukan jumlah
(kuantitas) dan berkaitan dengan benar-salah, sedangkan evaluasi (evaluation)
dilakukan untuk menentukan mutu atau kualitas dan berkaitan dengan baik-buruk.
Sedangkan alat untuk mengevaluasi adalah lazim disebut dengan istilah tes.
Dalam menentukan kuantitas yang berkitan dengan tes diperlukannya suatu
pembanding yang disebut dengan skala. Menurut KBBI Skala merupakan
perbandingan ukuran besarnya gambar atau objek dan sebagainya dengan keadaan
yang sebenarnya. Skala pengukuran merupakan acuan atau pedoman untuk
menentukan alat ukur demi memperoleh hasil data kuantitatif. Misalnya alat ukur
panjang adalah meter, berat adalah kg, ton, kuintal dan sebagainya. Dengan
menentukan skala pengukuran, maka nilai variabel yang diukur dengan instrument
tertnetu dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai tipe skala pengukuran, jenis data
dan macam-macam skala. Begitu pula akan dibahas mengenai pemilihan skala
yang cocok ketika menyelenggarakan penelitian maupun tes.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Tipe skala pengukuran dan bagaimana cirinya ?
2. Apa saja Jenis data dan bagaimana cirinya ?
3. Apa saja macam skala pengukuran sikap dan Bagaimana cirinya?

C. Tujuan
1. Berdasarkan paparan teori dapat mengetahui Tipe skala pengukuran
dan bagaimana cirinya.
2. Berdasarkan paparan teori dapat mengetahui Apa saja Jenis data dan
bagaimana cirinya.
3. Berdasarkan paparan teori dapat mengetahui Apa saja macam skala
pengukuran sikap dan Bagaimana cirinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tipe skala Pengukuran


Skala pengukuran merupakan acuan dalam menentukan panjang
pendeknya interval pada suatu variabel berdasarkan jenis data yang melekat pada
variabel tersebut. Skala pengukuran sebagai pedoman untuk menentukan alat ukur
demi memperoleh hasil data kuantitatif1. Dengan menentukan skala pengukuran,
maka nilai variabel yang diukur dengan instrument tertentu dalam bentuk angka,
sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif.
Skala pengukuran memiliki implikasi penting untuk analisis data, seperti
halnya untuk jenis penarikan kesimpulan dari penelitian yang dibuat berdasarkan
pengukuran tersebut2. Dalam Pengelompokan skala memakai sistem bilangan
nyata. Dasar yang paling umum untuk membuat skala memiliki ciri-ciri
bilangannya berurutan, selisih antara bilangan-bilangan adalah berurutan, deret
bilangan mempunyai asal mula yang unik yang ditandai dengan bilangan nol.
Sugiyono membagi menjadi empat tipe skala pengukuran yaitu skala nominal,
ordinal, interval dan skala rasio secara singkat sebagai berikut.3

1. Skala Nominal
Skala nominal merupakan sebuah skala dimana peneliti memberikan tanda
untuk katagori atau kelompok tertentu. Skala nominal ini dikatakan sebagai skala
yang paling lemah dibandingkan dengan skala lain. Bilamana menggunakan skala
nominal maka akan dibuat suatu partisi dalam suatu himpunan dalam kelompok-
kelompok yang harus mewakili kejadian yang berbeda dan dapat menjelaskan
semua kejadian yang terjadi dalam kelompok tersebut. Mengelompokkan
mahasiswa dalam suatu kegiatan tertentu ke dalam suatu kelompok misalnya,
maka seorang mahasiswa hanya bisa dimasukkan ke dalam satu kelompok saja.
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods).
(Bandung: Alfabeta, 2015) hal 132
2
Abbas Tashakkori dan Charles Teddlie, Mixed Methodology, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, cet. 1, 2010), hal. 130.
3
Ni Nyoman Yuliarmi dan A A I N Marhaeni. Metode Riset Jilid 2, (Bali: CV. Sastra
Utama). Hal.4

3
Demikian juga bila menggunakan bilangan-bilangan untuk menyatakan
kelompok–kelompok maka bilangan–bilangan tersebut hanya merupakan label
dan tidak mempunyai nilai kuantitatif.
Pada skala nominal tidak ada hubungan jarak, dan tidak ada asal mula
hitungan. Skala ini mengabaikan segala informasi mengenai berbagai tingkatan
dari ciri-ciri yang diukurnya. Meskipun skala nominal dianggap lemah , namun
skala ini berguna dan banyak digunakan dalam penelitian. Skala ini secara luas
digunakan dalam penelitian survey maupun dalam penelitian ex post facto,
bilamana data digolongkan menurut sub-sub kelompok utama dari populasi.
Pengelompokan lain yang dimaksudkan seperti contoh: jenis kelamin/gender,
responden dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu laki-laki dan
perempuan. Kedua kelompok ini dapat ditandai dengan kode angka 1 dan 2.
Angka ini adalah hanya sebagai label katagori/kelompok dengan tanpa nilai
intrinsik. Tanda tersebut tidak over lapping dan bersifat katagori yang mutually
exclusive, dan juga bersifat collectively exhaustive, dengan kata lain tidak ada
katagori yang ketiga.
Contoh lain adalah status perkawinan responden, afiliasi politik, jenis
pekerjaan, agama yang dipeluk, dan sebagainya. Berbagai uji nyata statistik bisa
dipakai untuk skala nominal, uji statistik yang paling umum digunakan adalah uji
kai kuadrat (Chi Squre). Skala nominal memiliki ciri sebagai berikut.4
a. Hanya bersifat membedakan, tidak mengurutkan mana kategori yang lebih
tinggi, mana kategori yang lebih rendah.
b. Memiliki kategori yang bersifat homogen, mutually exclusive dan
exchaustive. Mutually exclusive dan exchaustive artinya setiap individu harus
dapat dikategorikan hanya pada satu kategori saja dan setiap kategori harus
mengakomodasi seluruh data.

2. Skala Ordinal
Skala ordinal ini tidak hanya membedakan variable menurut katagori,
tetapi juga ada ranking di antara katagori tersebut. Skala ordinal ini meliputi ciri-
ciri skala nominal ditambah suatu urutan. Untuk variabel-variabel yang berkaitan
4
Zulfikar dan I. Nyoman Budiantara, Manajemen Riset Dengan Pendekatan Komputasi
Statistika, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), hal. 98

4
dengan preferensi dapat diranking dari paling baik sampai paling buruk, dari
pertama sampai terakhir. Skala ordinal menyediakan informasi tentang bagaimana
responden membedakannya berdasarkan ranking. Namun, demikian skala ordinal
ini tidak memberikan indikasi berapa besar perbedaan di antara ranking tersebut.
Pemakaian skala ordinal mengungkapkan suatu pernyataan mengenai lebih
besar dari pada atau kurang dari pada atau menyatakan suatu kesamaan, tanpa
menunjukkan berapa lebih besarnya atau berapa kurangnya. Contoh: tingkat
kebersihan seperti: sangat bersih, bersih, tidak bersih; tingkat kesuksesan seperti
tidak sukses, cukup sukses, sukses, sangat sukses; tingkat kepuasan: tidak puas,
cukup puas, puas, sangat puas.
Contoh mengenai skala ordinal mencakup skala pendapat dan skala
preferensi, skala untuk kelas ekonomi yaitu kelas ekonomi atas, menengah, dan
bawah. Teknik perbandingan berpasangan yang dipakai secara luas memakai
skala ordinal, karena angka-angka dari skala ini hanya mempunyai pengertian
secara urutan. Uji nyata secara statistik untuk skala ordinal secara teknis
dimasukkan kepada metode-metode yang disebut dengan statistik non –
parametric. Skala Ordinal memiliki ciri sebagai berikut.5
a. Kategori data saling memisah.
b. Kategori data ditentukan berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang
dimilikinya.
c. Kategori data dapat disusun sesuai dengan besarnya karakteristik yang
dimiliki.

3. Skala Interval
Skala interval dapat menggunakan operasi matematik tertentu pada data
yang dikumpulkan dari responden. Pada skala interval ini memiliki ukuran jarak
antar dua poin skala. Pada skala ini dapat dihitung rata-rata dan standar deviasi
dari jawaban-jawaban/variabel yang diteliti. Dengan kata lain skala interval tidak
hanya mengelompokkan menurut katagori tertentu, ada ranking, tetapi juga
mengukur besarnya perbedaan antar katagori. Contoh: data ordinal yang diberi

5
Singgih Santoso, Menguasai SPSS 22 From Basic To expert Skills,(Jakarta: Kompas
Gramedia, 2015), hal 7

5
skor dengan jarak yang sama (sangat tidak setuju, tidak setuju, cukup setuju,
setuju, sangat setuju).
Skala interval memiliki ciri-ciri skala nominal dan ordinal, dan ditambah
satu lagi yaitu skala ini mencakup konsep kesamaan interval (jarak antara 1 dan 2
sama dengan jarak antara 3 dan 4). Misalnya selisih antara pukul 3 dan 6 pagi
sama dengan selisih antara pukul 4 dan 7 pagi, tetapi tidak dapat dikatakan bahwa
pukul 6 pagi adalah dua kali lebih siang dibandingkan dengan pukul 3 pagi karena
waktu nol merupakan asal mula yang ditetapkan secara sembarang.
Contoh lain yang merupakan skala interval adalah skala suhu celcius dan
Fahrenheit. Keduanya mempunyai titik nol yang ditetapkan secara arbitrer.
Suhu/temperatur 98,6 º c - 99,6 º c sama intervalnya dengan 104 º c - 105 º c.
Prosedur-prosedur statistik yang dapat dipakai adalah korelasi product moment,
uji t., uji F dan lain-lain uji parametrik. Berikut ini adalah ciri-ciri dari skala
interval.
a. Kategori data memiliki sifat saling memisah.
b. Kategori data memiliki aturan yang logis.
c. Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah karaaktristik khusus
yang dimilikinya.
d. Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama
dalam jumlah yang dikenakan pada kategori.
e. Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam skala (tidak memiliki nilai
nol absolut).

4. Skala Rasio
Skala ini memiliki semua sifat yang telah disebutkan, yaitu ada perbedaan,
ranking, ada jarak dan memiliki nilai 0 mutlak. Skala ini memiliki kekuatan paling
tinggi di antara skala yang ada, karena memiliki nilai 0 mutlak. Contoh: seseorang
yang beratnya 60 kg adalah 2 kali lipat dari mereka yang beratnya 30 kg. Rata-rata
aritmatik maupun rata-rata geometrik dan pengukuran dispersi dapat digunakan
seperti standar deviasi, variasi, atau koefisien variasi, pada skala rasio ini.
Contoh lain yang termasuk skala rasio adalah pendapatan, pengeluaran, tingkat
likuiditas, tingkat keuntungan, jumlah laba, jumlah hutang, nilai aktiva (Rp) dan

6
sebagainya. Skala rasio ini banyak digunakan dalam nerbagai bidang oleh peneliti
dalam penelitian bisnis maupun penelitian sosial. Misalnya nilai uang, jarak,
jumlah waktu dalam arti periode waktu, jumlah anak yang dilahirkan, jumlah anak
masih hidup, tingkat fertilitas, tingkat mortalitas, tingkat kematian, umur, tingkat
pengangguran, tingkat perceraian, penghasilan keluarga, tahun pendidikan dan
sebainya. Semua teknik statistik yang telah disebut sebelumnya dapat dipakai
pada skala rasio.
Data yang diperoleh dengan menggunakan pengukuran skala seperti yang
telah disebutkan itu sesuai dengan namanya adalah data nominal, data ordinal,
data interval, dan data rasio.
Skala rasio memiliki beberapa ciri sebagai berikut.
a. Sebagai lambang atau simbol yang dapat membedakan
b. Menunjukkan peringkat atau urutan
c. Jarak atau interval yang sama
d. Memiliki titik nol mutlak
Dari keempat jenis skala tersebut skala ordinal/interval yang paling banyak
digunakan untuk meneliti fenomena atau gejala sosial. Para ahli sosial
membedakan dua tipe skala menurut fenomena sosial yang diukur yaitu: 1) skala
pengukuran untuk mengukur perilaku sosial dan kepribadian, 2) skala pengukuran
untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial. Yang
termasuk tipe pertama adalah skala sikap, skala moral, tes karakter, skala
partisipasi sosial. Yang termasuk tipe kedua adalah skala untuk mengukur status
sosial ekonomi. lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dan kondisi
kerumahtanggaan.

B. Macam-Macam Data
Berdasarkan skala pengukurannya adalah sebagai berikut.6
1. Data Nominal (diskrit),
Data nominal (diskrit) adalah data yang hanya digolonggolongkan
secara terpisah, secara diskrit, atau kategori. Contoh : misalnya dalam

6
Anetha L.F Tilaar, Assesmen Pembelajran Matematika, (Tondano: Percetakan UNIMA
Press) Hal.135

7
suatu kelas setelah dihitung terdapat 50 mahasiswa, terdiri dari 30 pria
dan 20 wanita. data nominal/diskrit bukan kontinum.
2. Data Kontinum
Data kontinum adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan
ini diperoleh dari hasil pengukuran.
a. Data Ordinal : adalah yang berbetuk Ranking atau peringkat.
contoh : Juara I, II, dan III.
Dalam skala maka jaraknya tidak sama I II III IV V VI 98 93 76 70 50 70.
b. Data Interval : adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai
nilai nol (0) absolut/mutlak.
Contoh : Skala thermometer, walaupun ada nilai 0C, tetapi tetap ada nilainya.
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12.
c. Data Ratio : adalah data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol
mutlak.
Contoh : Data tentang berat, panjang dan volume.

Berdasarkan skala pengukurannya, data dibedakan menjadi 4 kelompok,


yaitu: data nominal, ordinal, interval dan rasio. Rincian mengenai ciri-ciri dan
contoh masing-masing data disajikan pada Tabel 2.1.7

Tabel 2.1 Pengelompokan Data Berdasarkan Skala Pengukuran


No Skala Ciri-ciri Contoh
1. Nominal - dibedakan dalam kategori - jenis kelamin
tanpa memperhatikan urutan - suku
- satu pengukuran hanya - data alamat
menghasilkan satu-satunya - tanggal/ tempat lahir
kategori - agama
- setiap kategori dianggap sama
(tanpa tingkatan)
- data paling “rendah” dalam

7
Bambang Widjanarko Otok dan Dewi Juliah Ratnaningsih, Modul Pengumpulan dan
Penyajian Data,hal 19

8
level pengukuran data
- tidak bisa dioperasikan secara
matematis
2. Ordinal - dibedakan dalam kategori - rangking kelas I, II,
berdassarkan urutan III
- memiliki tingkatan data - juara I, II, III
- lebih “tinggi” dibandingkan - tingkat kepangkatan
data nominal dalam level - tingkat senioritas
pengukuran data pegawai
- tidak bisa dioperasikan secara - status sosial (kaya,
matematis sedang, miskin)
- tingkat pengetahuan
3. Interval - urutan bertingkat dan - interval suhu (cukup
dikuantifikasi (diberi nilai) panas: 50°-80°C,
- memiliki interval tertentu panas 80°-110°C,
- lebih “tinggi” dibanding data sangat panas: 110°-
ordinal dalam level 140°C)
- dapat dianalisis dengan uji - skor IQ
statistic parametrik - nilai mahasiswa
(A=4, B=3, C=2,
D=1, dan E=0)
- urutan kualitas
pelayanan (sangat
puas=5, puas=4,
cukup puas=3, kurang
puas=2, tidak puas=1)
4. Rasio - data bersifat angka dalam arti - angka produksi
yang sesuangguhnya - tinggi badan
- memiliki angka nol absolut - harga saham
- memiliki kedudukan paling - jumlah warga desa
“tinggi” dalam level
pengukuran data
- dapat dioperasikan secara

9
matematis

Hubungan antara skala pengukuran dengan jenis datanya (kuantitattif atau


kualitatif) dapat ditabelkan sebagai berikut:8
Table 2.2 Hubungan Skala Pengukuran dengan Jenis Data
Skala Pengukuran Kualitatif Kuantitatif
Nominal √
Ordinal √
Interval √
Rasio √

C. Jenis-jenis Skala sikap9


1. Dichotomous scale
Skala ini sering juga dikenal dengan skala guttman, merupakan
skala pengukuran yang ingin mendapatkan jawaban tegas, misalnya
jawaban ya, tidak; benar, salah; pernah, tidak pernah; positif, negatif dan
sebagainya. Skala ini termasuk tipe skala nominal.
Data yang diperoleh adalah data interval dan rasio dikhotomi (dua
alternatif).10 Pada skala ini ada 2 interval, yaitu setuju dan tidak setuju.
Contoh :
1) Bagaimana pendapat saudara, apabila orang itu menjabat direktur
perusahaan ini? a) Setuju b) Tidak setuju
2) Apakah pimpinan saudara pernah melakukan pemeriksaan di ruang
kerja anda? a) Pernah b) Tidak pernah
2. Category scale
Skala ini membagi responden ke dalam beberapa katagori (lebih
dari 2 katagori). Skala ini termasuk tipe skala nominal. Misalnya
pertanyaan tentang agama, tempat tinggal, jenis pekerjaan, lapangan
pekerjaan, dan sebagainya.
3. Likert scale

Bambang Widjanarko Otok dan Dewi Juliah Ratnaningsih, Modul Pengumpulan dan
8

Penyajian Data,hal 21
9
Ni Nyoman Yuliarmi dan A A I N Marhaeni. Metode Riset Jilid 2, (Bali: CV. Sastra
Utama). Hal.7
10
Anetha L.F Tilaar, Assesmen Pembelajran Matematika, (Tondano: Percetakan UNIMA
Press) Hal.137

10
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dalam skala ini variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel, dan indicator variabel ini akan dijadikan titik tolak dalam
menyusun butirbutir instrumen penelitian yang dapat berupa pernyataan
atau pertanyaan. Skala ini tergolong ke dalam tipe skala ordinal/interval.
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi.
Dengan skala likert, maka variabel akan dijabarkan menjadi dimensi, dan
indikator variabel.11 Indikator variabel sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan
skala likert mempunyai gradasi yang sangat positif sampai sangat
negative yang dapat berupa kata-kata.
Menurut Sugiyono “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial.”12
Contoh :
Pernyataan Positif Negatif
1. Sangat Setuju (SS) 51
2. Setuju (S) 42
3. Ragu-ragu (RR) 33
4. Tidak Setuju (TS) 24
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Contoh:
Jika instrumen tersebut diberikan kepada 100 orang karyawan yang
diambil secara random. Setelah dilakukan analisis, misalnya:
25 orang menjawab SS;
40 orang menjawab ST;
5 orang menjawab RR;
20 orang menjawab TS;
10 orang menjawab STS.
11
Anetha L.F Tilaar, Assesmen Pembelajran Matematika, (Tondano: Percetakan UNIMA
Press) Hal.136
12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta). Hal.93

11
Berdasarkan data tersebut 65 orang (65%) karyawan menjawab setuju dan
sangat setuju.
Dihitung berdasarkan skoring:
Jumlah skor untuk 25 orang (SS) = 25 x 5 = 125
Jumlah skor untuk 40 orang (ST) = 40 x 4 = 160
Jumlah skor untuk 5 orang (RR) = 5x3 = 15
Jumlah skor untuk 20 orang (TS) = 20 x 2 = 40
Jumlah skor untuk 10 orang (STS) = 10 x 1 = 10
Jumlah = 350
Jumlah skor kriterium yang tertinggi = 5 x 100 = 500
Jumlah skor kriterium yang terendah = 1 x 100 = 100
Tingkat persetujuan terhadap metode kerja baru = TP = (HS:ST) x 100%
TP = (350:500) x 100% = 70%.
Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut : STS TS RR ST SS
100 200 300 350 400 500
4. Semantic Defferensial
Semantic Defferensial merupakan skala yang dapat digunakan
untuk mengukur sikap, hanya saja bentuknya tidak merupakan pilihan
ganda maupun checklist, akan tetapi disusun dalam bentuk satu garis
kontinum dengan jawaban sangat positif terletak di bagian kanan garis dan
jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya.
Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan
untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang.
Di samping itu skala ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana
pandangan seseorang terhadap suatu konsep/obyek apakah sama atau
berbeda.
Jawaban yang diberikan oleh responden dengan menggunakan
skala ini berada pada rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif.
Responden dapat memberikan jawaban disesuaikan dengan persepsi
terhadap fenomena yang dinilai. Jika angka 1 sampai dengan 5
menunjukkan nilai negatif sampai dengan sangat positif dan responden
memilih angka 5 sebagai persepsi mereka, ini berarti bahwa persepsi

12
responden terhadap apa yang ditanyakan sangat positif, sedangkan bila
memberi jawaban pada angka 3, berarti cukup positif, dan bila memberi
jawaban pada angka 1 maka persepsi responden terhadap apa yang
ditanyakan sangat negatif.
Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya
tidak pilihan ganda atu checklist, tetapi tersusun dalam suatu garis
kontinum yang jawabannya sangt positif terletak di bagian kiri garis, atau
sebaliknya. Data yang diperoleh adalah interval. Responden dapat
memberikan, pada rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif.13
Hal itu tergantung kepada persepsi responden kepada yang
dimiliki.
Contoh :
Beri Nilai Gaya Kepempimpinan Kepala Sekolah Anda
1. Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat
2. Tepat Janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
3. Bersahabat 5 4 3 2 1 Memusuhi
4. Bersahabat 5 4 3 2 1 Suka marah
5. Memberikan 5 4 3 2 1 Mendominasi bawahan kepercayaan pada
bawahan.
5. Rating Scale14
Rating scale adalah data mentah yang diperoleh berupa angka,
kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif, sedangkan Likert,
Guttman, dan Semantic deferential data kualitatif ke kuantitatif.
Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju,
pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif.
Dalam skala model Rating Skala, responden tidak akan menjawab
salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab
salah satu dari jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Rating Skala ini
lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi untuk

13
Anetha L.F Tilaar, Assesmen Pembelajran Matematika, (Tondano: Percetakan UNIMA
Press) Hal.136
14
Ibid. hal.138

13
mengukur persepsi, status skala ekonomi, kelembagaan, pengetahuan,
kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.
Contoh :
Seberapa baik tata ruang kantor SMUN VI ?
Berilah jawaban angka
4 bila tata ruang itu sangat baik
3 bila tata ruang itu cukup baik
2 bila tata ruang itu kurang baik
1 bila tata ruang itu sangat tidak baik
Jawaban dengan melingkari nomor jawaban Interval No Pernyataan
Tentang Tata Ruang Kantor, Jawaban :
1. Penataan meja kerja sehingga arus kerja menjadi pendek 4 3 2 1
2. Pencahayaan dalam tiap ruangan 4 3 2 1
3. Pencahayaan buatan/listrik tiap ruang sesuai dengan 4 3 2 1
4. Warna lantai sehingga tidak menimbulkan pantulan cahaya 4 3 2 1
5. Sirkulasi udara setiap ruangan 4 3 2 1
6. Keserasian warna alat-alat kantor, perabotan dengan ruangan 4 3 2 1
7. Penempatan lemari arsip 4 3 2 1
8. Penempatan ruang pimpinan 4 3 2 1
9. Meningkatkan keakraban sesama pegawai 4 3 2 1
10. Kebersihan ruangan 4 3 2 1.
Bila instrumen tersebut digunakan sebagai angket dan diberikan
pada 30 responden, sebelum dianalisis maka tabulasi data dapat dilakukan
seperti dalam halaman berikut.
Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) = 4 x 10x
30 = 1200. Untuk ini skor tertinggi = 4, jumlah butir = 10 dan jumlah
responden = 30. Jumlah skor hasil pengumpulan data = 818.
Dengan demikian kualitas tata ruang kantor SMAN VI menurut
persepsi 30 responden itu818:1200=68% dari kriteria yang ditetapkan. Hal
ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut : 300 600 900
1200 818 Sangat/ tidak/ Kurang/ Cukup /Sangat Baik : Nilai interval 818

14
termasuk dalm kategori interval kurang baik dan cukup baik, tetapi lebih
mendekati cukup baik.
Contoh : Seberapa tinggi pengetahuan anda terhadap mata
pelajaran-mata pelajaran berikut sebelum dan seudah mengikuti
pendidikan dan latihan.
0 = bila sama sekali belum tahu 1 = telah mengetahui sampai dengan 25%
2 = telah mengetahui sampai dengan 50% 3 = telah mengetahui sampai
dengan 75% 4 = telah mengetahui 100% (semuanya) Mohon dijawab
dengan cara melingkari nomor sebelum dan sesudah latihan pengetahuan.
0 1 2 3 4 Komunikasi 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 Tata Ruang Kantor 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 Pengambilan Keputusan 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 Sistem Pembuatan Laporan 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 Pemasaran 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 Akuntansi 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 Statistik 0 1 2 3 4.
Dengan diketahui pengetahuan sebelum dan sesudah mengikuti
diklat, maka pengaruh pendidikan dan latihan dalam menambah
pengetahuan para pegawai yang mengikuti diklat dapat diketahui. Data
untuk tambahan pengetahuan bisa ratio. Instrumen untuk menjaring data
nominal.
Contoh :
a. Berapakah jumlah pegawai di tempat anda bekerja? …….. Pegawai.
b. Berapakah orang yang dapat berbahasa Belanda? …….. Orang.
c. Berapa orangkah pemimpin yang anda sukai? ……. Orang.
d. Berapakah jumlah komputer yang dapat digunakan di lembaga anda?
.......... computer
e. Darimana anda mengetahui tata kerja yang baru?
Instrumen untuk menjaring data ordinal
Contoh :
Berilah ranking ke sepuluh barang berikut yang laris di pasaran. Nama
Barang Ranking

15
Nomor A ……………. B ……………. C ……………. D ……………. E
……………. F ……………. G ……………. H ……………. I
……………. J …………….
Misalnya barang D paling laris di pasaran, maka barang tersebut diberi
ranking 1.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

16
Berdasarkan skala pengukurannya adalah sebagai berikut: Data
nominal (diskrit) adalah data yang hanya digolonggolongkan secara
terpisah, secara diskrit, atau kategori. Data kontinum adalah data yang
bervariasi menurut tingkatan dan ini diperoleh dari hasil pengukuran. Data
Ordinal : adalah yang berbetuk Ranking atau peringkat. Data Interval :
adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nilai nol (0)
absolut/mutlak. Data Ratio : adalah data yang jaraknya sama, dan
mempunyai nilai nol mutlak.
Ada empat tipe dasar skala pengukuran yaitu : 1) skala nominal; 2)
skala ordinal, 3) skala interval; 4) skala rasio. Tingkat kecanggihan dari
skala akan semakin tinggi jika bergerak dari nominal ke skala rasio.
Informasi dari variable dapat diperoleh dengan tingkat/derajat yang lebih
tinggi, jika digunakan skala interval atau rasio, dibandingkan dengan
skala-skala lainnya. Dengan skala yang derajat kecanggihannya lebih
tinggi, maka analisis data yang lebih canggih dapat digunakan
Jenis-jenis Skala sikap : Dichotomous scale Skala ini sering juga
dikenal dengan skala guttman, Category scale Skala ini membagi
responden ke dalam beberapa katagori (lebih dari 2 katagori). Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Semantic Defferensial merupakan skala yang dapat digunakan
untuk mengukur sikap, hanya saja bentuknya tidak merupakan pilihan
ganda maupun checklist, akan tetapi disusun dalam bentuk satu garis
kontinum dengan jawaban sangat positif terletak di bagian kanan garis dan
jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya.
Rating scale adalah data mentah yang diperoleh berupa angka,
kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif, sedangkan Likert,
Guttman, dan Semantic deferential data kualitatif ke kuantitatif.
Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju,
pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif.

B. Saran

17
Makalah ini masih perlu banyak perbaikan dan saran dari ibu dosen
maupun teman-teman. Saran sangat kami harapkan untuk perbaikan
makalah ini supaya lebih baik lagi.

DAFTAR RUJUKAN

Bambang Widjanarko Otok dan Dewi Juliah Ratnaningsih, Modul Pengumpulan


dan Penyajian Data.

18
Ni Nyoman Yuliarmi dan A A I N Marhaeni. 2019. Metode Riset Jilid 2. Bali:
CV. Sastra Utama.

Santoso, s. (2015). Menguasia SPSS 22 From Basic to Expert Skill. Jakarta:


Kompas Gramedia.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi


(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Tashakkori, Abbas dan Charles Teddlie.(2010). Mixed Methodology. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, cet. 1

Tilaar,Anetha L.F. 2018. Assesmen Pembelajran Matematika, (Tondano:


Percetakan UNIMA Press) Hal.137

Zulfikar dan I. Nyoman Budiantara.2014. Manajemen Riset Dengan Pendekatan


Komputasi Statistika. Yogyakarta: CV Budi Utama Deepublish

19

Anda mungkin juga menyukai