Anda di halaman 1dari 19

TEORI AKUTANSI

RESUME
BAB 2 HAKIKAT DAN PENGGUNAAN

Oleh Kelompok 7 :
I Putu Krisnathan Anugraha (116210389)
Ni Ketut Adhi Darma Wahyuni (116210422)
I Putu Widhyadnyana Putra (116210458)
I Kadek Apriandika (116210476)
Angel Ernamaria Luhukay (116210484)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar
2018
2.1 Definisi dan Peranan Akuntansi
2.1.1 Definisi Akuntansi
Definisi akuntansi seperti yang diberikan oleh Komite Terminologi dari American
Institute of Certified Public Accountants adalah Akuntansi merupakan suatu seni pencatatan,
pengklasifikasian, dan pengikhitasaran dalam cara yang signifikan dan satuan mata uang,
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang paling tidak sebagian di antaranya memiliki sifat
keuangan dan selanjutnya menginterpretasikan hasilnya. Ruang lingkup akuntansi adalah proses
pengidentifikasian, pengukuran dan pengkomunikasian informasi ekonomi sehingga
memungkinkan adanya pertimbangan dan pengambilankeputusan berdasarkan informasi oleh
para pengguna informasi tersebut.
Baru-baru ini akuntansi didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa. Fungsinya adalah
untuk memberikan informasi kuantitatif dari entitas ekonomi, terutama yang bersifat keuangan
dan dimaksudkan untuk bermanfaat bagi pengambilan keputusan ekonomi, dan dalam
menentukan pilihan di antara serangkaian tindakan alternatif yang ada.
Adapun perusahaan memberikan dan menerima informasi dari empat sumber, yaitu:
1. Bagi para penanam modal, perusahaan memberikan a) laporan keuangan, b) rilis –rilis pers,
c) pertemuan-pertemuan bagi para analis, dan d) buku – buku fakta. Dari para penanam
modal ia menerima informasi mengenai a) kebenaran dalam permodalan, b) melaksanakan
penawaran surat berharga, dan (c) kapasitas keuangan.
2. Kepada para pelanggan dari pemasok, perusahaan memberikan informasi mengenai mutu
produk/jasa dan menerima informasi mengenai kelayakan kredit dan kualifikasi pelanggan.
3. Kepada masyarakat secara umum, perusahaan menerima informasi mengenai a) kebijakan/
peraturan perpajakan, b) persyaratan pemberian pekerjaan, c) mutu udara/air, dan d)
pembatasan-pembatasan lingkungan dan memberikan informasi mengenai a) dampak –
dampak kepada lingkungan, b) dampak-dampak pemberian pekerjaan, dan c) pelaporan
pajak.
4. Kepada orang-orang yang berbakat, perusahaan menerima informasi mengenai a)
kredensial/kompetensi, b) kebijakan-kebijakan ketenagakerjaan, c) kompensasi, dan d)
informasi yang berhubungan dengan pekerjaan, dan memberikan informasi mengenai a)
tunjangan, b) kebijakan pemberian pekerjaan, c) kompensasi, dan d) informasi yang
berhubungan dengan pekerjaan.
2.1.2 Akuntansi: Seni atau Ilmu?
Akuntansi adalah seni atau keahlian menyarankan agar keahlian akuntansi yang
dibutuhkan untuk menjadi seorang pedagang yang baik harus diajarkan dan memerlukan adanya
pedekatan “legalistik” terhadap akuntansi. Para pendukung akuntansi adalah ilmu yang
sebaliknya menyarankan agar mengajarkan model pengkuran akuntansi untuk dapat memberikan
pandangan yang telah konseptual kepada para mahasiswa akuntansi mengenai apa yang hendak
dilakukan oleh akuntansi akrual konvensional dalam memenuhi sasaran umum guna melayani
kebutuhan para penggunanya; dan untuk menumbuhkan pemikiran-pemikiran kritis di bidang
akuntansi dan perubahan-perubahan dinamis yang terjadi di dalamnya.
Menurut Mautz, akuntansi berhubungan dengan perusahaan, yang tentunya merupakan
kelompok sosial; akuntansi berkepentingan dengan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian
ekonomi lainnya yang memiliki konsekuensi dan mempunyai dampak atas hubungan sosial;
akuntansi menghasilkan pengetahuan yang berguna dan berarti bagi orang-orang yang terlibat
dalam aktivitas-aktivitas yang memiliki implikasi sosial; akuntansi pada hakikatnya bersifat
mental. Menurut dasar pedoman-pedoman yang ada, akuntansi adalah suatu ilmu social.
2.1.3 Sifat dan peranan akuntansi
Sifat baik dalam praktik akuntansi meliputi :
a. Kejujuran dari akuntan pada umumnya dan dari auditor pada khususnya.
b. Memiliki kepedulian terhadap status ekonomi pihak lain dalam bentuk penyelenggaraan
dan akuntabilitas.
c. Sinsitif terhadap nilai kerja sama dan konflik dengan mengantisipasi terjadinya konflik
dan menciptakan semacam adanya penekanan kerja sama malalui penggunaan teknik-
teknik akuntansi manajemen.
d. Sifat akuntansi yang komunikatif dengan menceritakan pengalaman-pengalaman
ekonomi melalui dialog-dialog akuntansi.
e. Penyebaran informasi ekonomi dengan memberikan informasi mengenai ekonomi untuk
pengambilan keputusan.
Tetapi kadang kala realisasi dari sifat-sifat di atas dihalangi oleh kendala-kendala:
a. Dominasi dari imbalan eksternal yang mengancam kebebasan auditor.
b. Kekuatan institusi yang merusak, dan kegagalan membedakan antara sifat baik dengan
hukum.
2.2 Pengukuran dalam Akuntansi
2.2.1 Hakikat Pengukuran dalam Akuntansi
Secara umum akuntansi dianggap sebagai salah satu alat pengukuran sekaligus suatu
disiplin komunikasi. Pengukuran memiliki arti “pemberian angka-angka kepada objek atau
kejadian-kejadian menurut aturan-aturan tertentu.” Ketika pengukuran tidak memadai atau tidak
mungkin dilaksanakan, informasi yang tidak dapat dikuantifikasikan atau bersifat nonmoneter
dapat disajikan di catatan kaki.
2.2.2 Jenis Ukuran
Terdapat beberap jenis ukuran yang mungkin dalam akuntansi :
1. Ukuran-ukuran akuntansi dapat langsung maupun tidak langsung. Ukuran langsung atau
utama adalah ukuran nyata dari suatu objek atau atribut yang ia miliki. Ukuran tidak
langsung atau sekunder diambil secara tidak langsung melalui suatu transformasi aljabar
dari sejumlah angka yang mencerminkan ukuran langsung dari beberapa objek atau
atribut. Kebanyakan ukuran yang digunakan dalam akuntansi adalah ukuran tidak
langsung yang dihasilkan dari beberapa transformasi.
2. Dilihat dari dimensi waktu pengambilan keputusan, ukuran akuntansi dapat
diklasifikasikan sebagai ukuran lampau, ukuran masa kini, atau ukuran masa depan yang
masing-masing mengacu pada kejadian di masa lampau, masa kini, atau masa depan.
3. Jika dilihat secara relatif terhadap waktu ketika ukuran itu dibuat, ukuran akuntansi dapat
diklasifikasikan sebagai suatu ukuran retrospektif, ukuran kontemporer, atau ukuran
prospektif. Hal ini memungkinkan untuk memiliki:
a. Tiga jenis ukuran masa lampau: ukuran masa lampau retrospektif, ukuran masa
lampau kontemporer, dan ukuran masa lampau prospektif.
b. Dua jenis ukuran masa kini: ukuran masa kini kontemporer dan ukuran masa kini
prospektif.
c. Seluruh ukuran masa depan menjadi ukuran prospektif.
4. Pengukuran dapat berupa :
a. Pengukuran fundamental di mana suatu angka dapat diberikan kepada suatu sifat
sesuai dengan referensinya terhadap hukum alam, dan tidak bergantung kepada
pengukuran dari variable-varabel yang lain.
b. Pengukuran turunan yang bergantung kepada pengukuran dari dua atau lebih
kuantitas dan bergantung kepada adanya suatu teori empiris yang telah diverifikasi
yang meghubungkan suatu sifat tertentu dengan sifat yang lain.
5. Pengukuran dapat (a) dilakukan ketika teori-teori empiris yang telah dikonfirmasikan
mungkin dapat digunakan untuk mendukung keberadaan mereka; atau (b) dibuat melalui
suatu keputusan resmi, yang didasarkan pada definisi yang arbitrer. Kebanyakan
pengukuran dalam akuntansi adalah pengukuran melalui keputusan resmi, meskipun
suatu pendekatan ilmiah terhadap penyusunan teori akuntansi dan verifikasinya mencoba
untuk memberikan pengujian empiris yang dibutuhkan, dan karenanya mengurangi
bahkan menghilngkan sebagian kearbitreran dalam definisi dan pengukuran konsep-
konsep akuntansi.
2.2.3 Jenis Skala
Skala nominal (nominal scale) akan membantu dalam penentuan keseimbangan, seperti
penomoran pemain sepak bola. Skala ini merupakan sistem pengklasifikasian atau pelabelan
yang sederhana seperti kasus pada kode akun. Angka-angka yang diberikan mencerminkan
objek-objek itu sendiri, dan bukannya sifat yang mereka miliki.
Skala ordinal (ordinal scale) membantu dalam penentuan lebih besar atau lebih kecil
suatu hal, seperti tingkat mutu wol atau nomor suatu jalan. Skala ini merupakan urutan sistem
preferensi. Suatu masalah yang terdapat dalam skala ordinal adalah perbedaan atau interval di
antara angka-angka tidaklah harus selalu sama.
Skala interval (interval scale) membantu dalam penentuan keseimbangan dari interval
atau perbedaan seperti suhu dan waktu. Skala ini memberikan nilai yang seimbang kepada
interval-interval di antara angka-angka yang telah diberikan.
Skala rasio (ratio scale) membantu dalam penentuan keseimbangan dari rasio, dengan
tambahan fitur dari adanya suatu awal yang unik, titik nol alamah, di mana diketahui jarak dari
titik tersebut ke paling sedikit satu objek.

2.3 Pemikiran Di Balik Akuntansi Pencatatan Berpasangan


Akuntansi pecatatan berpasangan terdiri atas dua jenis, yaitu akuntansi pencatatan
berpasangan klasifikasional dan akuntansi pencatatan berpasangan kausal. Kedua jenis
pencatatan tersebut bergantung pada keseimbangan dari debit dan kredit.
Akuntansi pencatatan berpasangan klasifikasional (classificational double-entry
accounting) ditujukan untuk tetap menjaga persaamaan akuntansi fundamental yang merangkum
posisi klasifikasional tersebut:
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik
Dalam akuntansi pencatatan berpasangan klasifikasional ini, sisi debit menggambarkan
suatu klasifikasi, sementara sisi kredit menggambarkan klasifikasi yang lain.dengan demikian
terdapat dua klasifikasi yang berbeda.
Pembukuan pencatatan berpasangan kausal menggambarkan hubungan sebab akibat
antara suatu kenaikan dengan penurunan. Nilai dari kenaikan (debit) di-offset oleh nilai
penurunan yang sama (kredit).
Dalam menilai kedua jenis pembukuan tersebut, kita dapat menghindari akan
memandang pencatatan klasifikasional hanya sekedar satu kasus khusus dari pembukuan dengan
banyak yat jurnal, hal ini bukanlah suatu hal yang sempurna secara absolut.
Berlawanan dengan pencatatan berpasangan klasifikasional, dualita dalam pencatatan
berpasangan kausal memiliki akar yang lebih dalam. Dalam pencatatan berpasangan kausal,
suatu kenaikan (debit) dipasangkan dengan satu penurunan (kredit).

2.4 Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum


2.4.1 Arti GAAP
Akuntansi dipraktikkan dalam suatu kerangka yang implisit. Kerangka ini dikenal
sebagai prinsip-prinsip yang berlaku umum (GAAP). Pernyataan dari Accounting Principles
Board (APB) of the American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) menyatakan
bahwa GAAP mencatat “pengalaman, alasan, kebiasaan, penggunaan, dan .. kebutuhan praktis
dan mereka .... mencakup ketentuan, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk mendefinisikan
praktik akuntansi yang berlaku umum. Ini adalah pedoman bagi profesi akuntansi dalam
pemilihan teknik-teknik akuntansi dan pembuatan laporan keuangan dengan cara yang dianggap
sebagai praktik akuntansi yang baik.
Skinner berpendapat bahwa metode akuntansi harus dapat memenuhi paling sedikit satu
dan biasanya beberapa kondisi-kondisi berikut ini, untuk dapat dikualifikasikan sebagai suatu
metode yang berlaku umum :
a. Metode tersebut kan benar-benar digunakan dalam kasus-kasus yang jumlahnya
signifikan, dimana terdapat kondisi yang memungkinkan untuk menggunakan metode
tersebut.
b. Metode tersebut mendapat dukungan yang diberikan melalui pernyataan-pernyataan dari
lingkungan akuntansi professional.
c. Metode-metode tersebut mendapat dukungan secara tertulis dari pengajar dan pemikir
akuntansi terkemuka.
Literatur yang menyinggung GAAP telah mengalami perluasan seiring dengan waktu
dengan dimuatnya sejumlah laporan, opini, dan pernyataan lainnya dari berbagai sumber yang
berwenang. Sumber-sumber umum yang lain dari GAAP adalah :
1. Pedoman audit dan akuntansi industry dan pernyataan posisi AICPA serta interpretasi
akuntansi AICPA
2. Publikasi-publikasi lain dari FASB, seperti bulletin teknis, dan publikasi lain yang
diterbitkan oleh pendahulunya, seperti APB Statement
3. Publikasi dari Securities and Exchange Commision (SEC), seperti rilis-rilis seri akuntansi
4. Praktik-praktik yang lazim dan diakui seperti tercermin dalam publikasi tahunan AICPA,
Accounting Trends and Techniques
5. Makalah isu-isu AICPA, penyataan konsep FASB, buku-buku teks, dan artikel-artikel.
2.4.2 Mana yang Harus Digunakan? GAAP, GAAP Khusus, atau OCBOA ?
GAAP kini tidak lagi dilihat sebagai satu set aturan pengukuran yang kaku. Banyaknya
perbedaan dalam penerapan mereka, pada kenyataannya, akan berbeda tergantung pada kondisi
yang terjadi. Di satu pihak, kita memiliki bermacam-macam GAAP dan GAAP khusus (special
GAAP) yang berbeda.
Terdapat lebih banyak perhatian pula yang diberika pada alternative-alternatif dari
GAAP, yang pada dasarnya mengenai laporan keuangan yang dibuat menurut basis akuntansi
komprehensif lainnya (other comprehensive bases of accounting-OCBOA). Dorongan untuk
berpindah ke OCBOA timbul akibat adanya perubahan yang terjadi pada undang-undang
perpajakan yang dibuat oleh Undang-Undang Economic Recovery Act (Pemulihan Ekonomi)
pada tahun 1981 dan meningkatnya pemisahan akuntansi perpajakan dari akuntansi GAAP,
meningkatnya jumlah persekutuan, perusahaan subbab S dan entitas-entitas lain yang lebih
memilih untuk menyajikan laporan keuangan yang berdasarkan atas perpajakan dan basis kas,
serta kesimpulan sementara dari komite khusus AICPA untuk studi kelebihan beban standar
akuntansi yang mendukung peningkatan akuntansi dengan basis pajak.
Penggunaan laporan berdasarkan OCBOA menimbulkan lebih banyak masalah baik
kepada pengguna maupun para CPA :
1. Bagi para pengguna, mereka mungkin tidak terlihat sebagai alternatif yang dapat
diterima atau dikenal dari GAAP.
2. Bagi para praktisi, laporan berdasarkan OCBOA dapat menimbulkan masalah akibat
kurangnya pedoman yang komprehensif seperti yang tersedia bagi laporan
berdasarkan GAAP.
Namun, mana yang harus digunakan? GAAP, GAAP khusus atau OCBOA? Mereka yang
menginginkan keseragaman dan komparabilitas akan memilih GAAP; mereka yang
menginginkan fleksibilitas dan cara-cara yang lebih baik untuk menghadapi kondisi-kondisi yang
beragam akan memilih GAAP khusus. Sedangkan mereka yang memperdebatkan adanya
kondisi-kondisi unik atau menantang standar yang berlebihan akan memilih untuk menggunakan
OCBOA.

2.4.3 GAAP Kecil Vs GAAP Besar


Apakah benar terdapat perbedaan antara usaha-usaha besar dengan usaha-usaha kecil,
dan di antara kebutuhan dari masing-masing para pengguna informasinya, yang membenarkan
adanya perbedaan dalam aturan akuntasi melalui dua bentuk GAAP; GAAP kecil untuk usaha-
usaha kecil dan/atau dikendalikan langsung, dan GAAP besar untuk perusahaan-perusahaan
besar.
a. Perbedaan antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil
Perusahaan kecil adalah suatu perusahaan yang operasinya relatif kecil, biasanya
dengan total pendapatan kurang dari $5 juta. Biasanya perusahaan ini (a) dikelola oleh
pemilik, (b) dan jika ada, memiliki hanya sedikit pemilik yang lain, (c) seluruh
pemiliknya ikut terlibat secara aktif dalam pelaksanaan urusan-urusan perusahaan,
kecuali mungkin bagi beberapa anggota keluarga tertentu, (d) jarang terjadi perpindahan
kepemilikan, dan (e) memiliki struktur modal yang sederhana.
Sedangkan perusahaan besar (publik) adalah suatu perusahaan yang (a) sahamnya
diperdagangkan di pasar publik atau bursa saham atau pasar over-the-counter atau (b)
diwajibkan untuk memberikan laporan keuangannya kepada Securities and Exchange
Commission. Suatu perusahaan juga dapat dianggap perusahaan publik jika laporan
keuangannya diterbitkan sebagai persiapan dilakukannya penjualan sekuritas (surat
berharga) jenis apa pun di sebuah bursa umum.
b. Perbedaan di antara pengguna laporan keuangan
Bukti yang ada menegaskan bahwa analisis keuangan dan pemegang saham
publik adalah pengguna utama dari laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan publik,
di mana pemilik manajer dan kreditor adalah pengguna utama dari laporan keuangan
perusahaan pribadi. Sehingga selanjutnya dinyatakan bahwa kelompok-kelompok yang
berbeda dapat dianggap memiliki kebutuhan informasi yang berbeda pula. Namun bukti
yang lain menegaskan bahwa para petugas pinjaman bank dan analisi sekuritas memiliki
tingkat preferensi yang sama tingginya untuk berbagai jenis informasi yang umumnya
dicantumkan dalam laporan keuangan.
c. Posisi resmi mengenai “GAAP Kecil”
Kebutuhan akan pengukuran, pelaporan, dan pengungkapan yang berbeda
berdasarkan atas ukuran (besar versus kecil) maupun kepemilikan (publik versus pribadi)
telah mendapat perhatian dari profesi akuntansi sejak tahun 1952. Divisi standar
akuntansi AICPA memulai sebuah studi mengenai aplikasi GAAP pada usaha-usaha yang
lebih kecil dan/atau dikelola langsung dengan membentuk Komite Prinsip-Prinsip
akuntansi yang berlaku umum bagi Usaha-usaha yang Lebih Kecil dan/atau Milik Pribadi
(Committee on GAAP for Smaller and/or Closely Held Bussinesses) pada tahun 1974
(Komite “GAAP Kecil”).
Komite “GAAP Kecil” mempelajari respons yang diterima, kemudian
menyimpulkan secara umum dalam laporannya yang diterbitkan pada tahun 1979 bahwa
terdapat dukungan yang kuat dalam profesi secara keseluruhan untuk mempertimbangkan
kembali praktik-praktik yang berlaku sehubungan dengan penerapan dari prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum pada laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan kecil
dan/atau dikelola langsung, dan dengan mematuhi standar-standar dari laporan CPA atas
laporan-laporan tersebut.
AICPA kemudian membentuk Accounting and Review Services Committee
(ARSC) dan memberikannya status sebagai komite senior. Tujuan ARSC adalah untuk
menilai kembali seluruh aspek dari pernyataan-pernyataan AICPA yang dapat diterapkan
pada asosiasi dari CPA dengan laporan keuangan yang tidak diaudit, sebuah proyek yang
pada dasarnya berorientasi pada usaha kecil.
Bola kembali berada di tangan FASB. Pendekatan yang lebih logis bagi FASB
adalah mengatasi masalah standar yang berlebihan terlebih dahulu, yang akan
mengurangi masalah yang dihadapi oleh perusahaan kecil. Membuat suatu “GAAP
Kecil” secara praktik dan logis adalah kurang tepat. Banyaknya keberatan yang muncul
sehubungan dengan adanya dua set GAAP sudah cukup memberikan alasan. Contoh-
contoh keberatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perbaikan dalam pelaporan dari satu kelompok pengguna hendaknya juga mendorong
perbaikan pelaporan dari kelompok lain.
2. Semua perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang sama, menghadapi
kondisi ekonomi yang serupa, dan dapat memiliki jenis-jenis transaksi yang sama.
3. Kebanyakan perusahaan pribadi pada akhirnya nanti akan menjadi perusahaan publik.

2.5 Kebijakan Akuntansi dan Perubahannya


Perusahaan perlu menentukan pilihan di antara berbagai metode akuntansi yang berbeda-
beda dalam melakukan pencatatan transaksi dan pembuatan laporan keuangannya. Pilihan-
pilihan ini, seperti yang ditentukan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum,
mencerminkan kebijakan akuntansi dan perusahaan tersebut.
Ketua SEC, Arthur Levitt, berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan publik telah
menggunakan enam praktik akuntansi untuk mengelola keuntungaan perusahaan :
a. Melebihsajikan perusahaan restrukturisasi membersihkan neraca
b. Mengklasifikasikan jumlah yang signifikan dari nilai harga suatu entitas yang beli
menjadi biaya penelitian dan pengembangan sehingga dapat dihapuskan melalui satu kali
pembebanan saja (pembebanan sekaligus)
c. Menciptakan kewajiban yang besar untuk menampung pengeluaran-pengeluaran di masa
depan guna melindungi laba di masa depan
d. Menggunakan asumsi yang tidak realistis dalam mengestimasi nilai kewajiban untuk hal-
hal seperti retur penjualan, kerugian pinjaman, dan biaya jaminan sehingga kelebihan
akrual dapat dibalik untuk meningkatkan laba dari periode berikutnya
e. Membuat kesalahan secara disengaja dalam buku perusahaan dan menjustifikasi
kegagalan untuk memperbaiki kesalahan tersebut dengan alasan matrealitas
f. Mengakui pendapatan sebelum proses untuk menghasilkannya selesai.
2.6 Akuntansi yang Dirancang
Pada dasarnya, jika seorang pengamat yang memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu dari
luar bidang akuntansi memeriksa disiplin ilmu akuntansi dan proses akuntansi serta outputnya, ia
mungkin akan dengan mudah tergoda untuk melihat lebih jauh berbagai usaha percobaan untuk
memilih teknik dan solusi akuntansi yang sesuai dengan sasaran dan gambaran yang telah
ditetapkan sebelumnya dan disampaikan sebagai penyusunan realitas yang mewakilinya.
Fenomena ini dapat disebut sebagai akuntansi yang dirancang karena kekontrasan yang
dimilikinya dengan pemilihan teknik dan solusi yang didasarkan pada suatu prinsip, suatu
fenomena yang dapat disebut akuntansi prinsip. Aspek-aspek dari akuntansi yang dirancang
termasuk konsep-konsep yang berbeda seperti : (a) hipotesis salah saji keuangan secara selektif,
(b) perataan laba, (c) manajemen laba, (d) akuntasi kreatif, dan (e) kecurangan akuntansi.
2.6.1 Hipotesis Salah Saji Keuangan Secara Selektif
Hipotesis dari salah saji keuangan yang selektif, seperti yang dikemukakan oleh Revsine,
menyatakan “Masalah ini bukanlah suatu yang insidental, melainkan hasil dari aturan-aturan
pelaporan yang fleksibel dan menyusun yang disebarluaskan oleh para penyusun standar yang
telah ‘ditangkap’ oleh subjek yang dimaksudkan dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses
pelaporan keuangan.” Hipotesis salah saji keuangan secara selektif diasumsikan melintasi kedua
sektor publik dan pribadi “karena para partisipan di kedua sektor tersebut dimotivasi untuk
mendukung standar-standar yang secara selektif membuat salah saji dari realitas ekonomi ketika
hal tersebut sesuai dengan tujuan mereka. Ini berlaku untuk para manajer, pemegang saham,
auditor, dan para penyusun standar.
1. Para manajer lebih menyukai standar pelaporan yang “longgar” dibandingkan dengan
standar yang terlalu ketat, karena hal ini memungkinkan (a) pergesaran laba di antara
tahun yang lebih menguntungkan bagi pencapaian bonus, (b) memberikan kesan kepada
para pemegang saham, dan (c) melindungi posisi mereka dengan mencegah terjadinya
pengambilalihan.
2. Para pemegang saham juga mendapatkan keuangan dari longgarnya standar jika dilihat
dari perataan laba yang dilaporkan oleh manajer akan menurunkan volatilitas dari laba
yang dilaporkan, menurunkan persepsi pasar atas risiko kegagalan dan meningkatkan
nilai perusahaan.
3. Auditor mungkin memilih aturan pelaporan yang sama yang mendistorasikan realitas
ekonomniuntuk harmonisasi dengan klien, atau aturan yang kaku ketika mereka
menginginkan tumbal yang kuat sebagai pelindung.
4. Penyusun standar mungkin memilih hipotesis salah saji yang dilakukan sendiri untuk
proteksi pribadi dan altruisme.
5. Para akademisi mungkin memilih hipotesis salah saji secara selektif karena memberikan
kesempatan bagi mereka untuk mengemukakan terori dan proposal sebagai imbalan atas
kenaikan remunerasi dan gengsi.
Situasi ini menuntut adanya suatu perubahan dengan mengisolasi proses penentuan
standar dan jangkauan regulator. Revsine mengusulkan proses empat langkah berikut :
1. Mendidik publik
2. Memperbaiki proses pemilihan dan pengawasan para penyusun standar
3. Menetapkan pengaturan pendanaan baru
4. Menciptakan indenpedensi bagi para penyusun standar
2.6.2 Peralatan Laba
Definisi awal mengatakan bahwa perataan laba adalah “pengaturan fluktuasi laba dari
tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke
periode-periode yang kurang menguntungkan.”
Definisi yang lebih akhir mengenai perataan laba melihatnya sebagai fenomena “proses
manipulasi profil waktu dari pendapataan atau laporan pendapatan untuk membuat laporan laba
menjadi kurang bervariasi, sambil sekaligus tidak meningkatkan pendapatan yang dilaporkan
selama periode tersebut.”
Kedua definisi di atas sepertinya mengandung maksud bahwa hanya terdapat satu bentuk
perataan laba yang digunakan untuk meredam fluktuasi yang terjadi pada pendapatan menuju ke
arah tingkat pendapatan yang diharapkan. Perataan yang dibuat atau disengaja pada dasarnya
adalah suatu perataan akuntansi yang menggunakan fleksibilitas yang ada dalam prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan pilihan-pilihan serta kombinasi-kombinasi yang tersedia
untuk meratakan laba. Karenanya dan pada dasarnya perataan laba adalah suatu bentuk akuntansi
yang dirancang.
Perataan alami, berbeda dengan perataan buatan, adalah produk alamiah dari proses
penghasilan laba, dan bukannya hasil dari tindakan yang diambil oleh manajemen. Perataan yang
dibuat dapat dicapai baik melalui perataan artifisial ataupun perataan nyata. Perataan artifisial
adalah hasil yang diperoleh dari penggunaan manipulasi akuntansi untuk meratakan laba.
Perataan yang sesungguhnya melibatkan pilihan yang disengaja dan perubahan waktu dari
transaksi yang dapat mempengaruhi arus kas dan mengendalikan peristiwa ekonomi yang
mendasarinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih dan mengubah waktu pembelian,
menyewa produksi, investasi, penjualan, penganggaran modal, penelitian dan pengembangan,
periklanan dan keputusan-keputusan lainnya.
2.6.3 Manajemen Laba
Para Manajer mempunyai fleksibilitas untuk memilih diantara beberapa cara alternatif
dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi yang
sama. Fleksibilitas ini, yang dimaksudkan untuk memungkinkan para manajer mampu
beradaptasi terhadap berbagai situasi ekonomi dan menggambarkan konsekuesni ekonomi yang
sebenarnya dari transaksi tersebut, dapat juga digunakan untuk mempengaruhi tingkat
pendapatan pada suatu waktu tertentu dengan tujuan untuk memberikan keuntungan bagi
manajemen dan para pemangku kepentingan. Ini adalah esensi dari manajemen laba, yaitu seuatu
kemampuan untuk “memanipulasi” pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang
tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan.
2.6.4 Kreatifitas dalam Akuntansi
Kreativitas dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda tergantung dari tujuan yang
dimiliki oleh pembuat laporan akuntansi. Bentuk-bentuk kreativitas dalam akuntansi ini biasanya
dikenal dalam praktik dan literatur-literatur sebagai (a) akuntansi “mandi besar” dan (b)
akuntunsi kreatif.
1. Akuntansi ‘mandi besar’
Akuntansi ‘mandi besar’pada umumnya mengacu kepada langkah-langkah yang diambil
oleh manajemen untuk secara drastis mengurangi laba per saham saat ini untuk mendapatkan
peningkatan laba per saham di masa depan. Situasi ini serupa dengan pilihan untuk melakukan
prosedur-prosedur penurunan laba yang akan meningkatkan kemungkinan untuk memenuhi
sasaran-sasaran pendapatan di masa depan. Prosedur ‘mandi besar’ secara umum dapat
mengikuti perubahan yang terjadi dalam manajemen, memberikan peluang bagi para manajer
baru untuk membuat suatu standar laba yang lebih rendah di mana mereka kelak akan dievaluasi
terhadapnya, menjamin suatu hasil kerja yang baik bagi mereka.
2. Akuntansi Kreatif
Akuntansi kreatif adalah istilah yang biasanya digunakan oleh pers populeruntuk
mengacu pada apa yang dianggap oleh jurnalis dilakukan oleh akuntan untuk menjadikan laporan
keuangan tampak lebih bagus dari yang seharusnya. Sebagai akibat dari adanya bukti-bukti
internasional atas fenomena ini, akuntansi kreatif telah mendapatkan beragam karakteristik dan
definisi. Beberapa penjelasan mengenai akuntansi kreatif disajikan berikut ini:
a. Akuntansi kreatif mewakili cara-cara yang digunakan untuk mencapai suatu
penyimpangan diantara akun-akun yang bukan berasal dari suatu perkiraan yang
memiliki basis atas transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun
yang sedang ditinjaudan titik mula awalnya
b. Akuntansi kreatif melibatkan adanya manipulasi, penipuan, dan penyajian yang tidak
benar.
c. Akuntansi kreatif melibatkan penyelundupan akuntansi
d. Akuntansi kreatif meliputi aktivitas- aktivitas seperti “memainkan pembukuan” ,
“pelaporan kosmetik”, “dan “window dressing”
e. Akuntansi kreatif adalah transformasi angka-angka akuntansi keuangan dari arti yang
sebenarnya menjadi apa yang diinginkan oleh pembuatnya dengan mengambil
keuntungan dari aturan-aturan yang ada dan/atau mengabaikan beberapa atau seluruh
aturan sisanya.
f. Akuntansi kreatif juga direfrensikan sebagai penggunaan tipu muslihat akuntansiuntuk
mendorong pendapatan yang mengalami kelesuhan atau meratakan pendapatan yang
tidak beraturan.
2.6.5 Kecurangan dalam Akuntansi
Kecurangan adalah istilah genetik dan merangkum seluruh ragam cara yang dapat
diciptakan oleh kecerdasan manusia, yang dilakukan oleh seseorang untuk meraih keuntungan
dari orang lain melalui penyajian yang salah. Dalam organisasi bisnis, kecurangan dapat
dilakukan untuk atau terhadap perusahaan tersebut. Maka kecurangan ini disebut sebagai
kecurangan korporat. Manajemen atau orang yang berada pada posisi yang bisa dipercaya dapat
pula melakukan kecurangan. Maka hal ini disebut kecurangan manajemen atau kejahatan kerah
putih. Kecurangan dapat melibatkan penggunaan sistem akuntansi untuk menggambarkan citra
yang salah mengenai perusahaan. Maka ini merupakan bentuk dari kecurangan laporan
keuangan. Kecurangan juga dapat melibatkan kegagalan auditor untuk mendeteksi kesalahan
ataupun penyajian keliru, inilah yang disebut kegagalan audit.
a. Kecurangan korporat
Kecurangan korporat atau kejahatan ekonomi pada umumnya dilakukan oleh pejabat,
eksekutif, dan/atau manajer pusat laba dari perusahaanpublik untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi jangka pendek mereka. Pada kenyatannya, mungkin gaya manajemen yang berorientasi
pada jangka pendek yang menciptakan adanya kebutuhan untuk melakukan kecurangan korporat,
mengingat tekanan untuk meningkatkan profitabilitas yang ada dalam menghadapi kecilnya
peluang, dan kebutuhan untuk mengambil risiko-risiko yang tidak bijaksana atas sumber daya
perusahaan.
b. Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan
Kecurangan dalam pelaporan keuangan begitu merajalela sehingga dibentuklah suatu
komisi khusus untuk menginvestigasinya : Komisi Nasional mengenai Kecurangan dalam
Pelaporan Keuangan. Komisi ini mendefinisikan kecurangan dalam pelaporan keuangan sebagai
perlakuan yang sengaja atau sembrono, baik tindakan atau penghilangan, yang menghasilkan
laporan keuangan yang secara material menyesatkan.
Jenis-jenis yang umum dari kecurangan dalam pelaporan keuangan meliputi:
1. Manipulasi, pemalsuan atau pengubahan catatan-catatan atau dokumen-
dokumen
2. Penekanan atau penghilangan dampak dari transaksi-transaksi yang sudah
selesai dari catatan-catatan dokumen
3. Pencatatan transaksi tanpa ada substansinya
4. Kesalahan penerapan dalam kebijakan-kebijakan akuntansi
5. Kegagalan untuk mengungkapkan informasi yang signifikan
c. Kejahatan Kerah Putih
Kejahatan kerah putih tersebut dimotivasi oleh norma-norma sosial, diterima dan
didorong oleh kelompok-kelompok yang secara tidak langsung memberikan dukungan kepada
aktivitas yang ilegal. Kejahatan kerah putih dapat dikenali dari lima komponen utamanya : (1)
maksud untuk melakukan kejahatan, (2) menyamarkan tujuan, (3) manggantungkan diri pada
kenaifan korban, (4) tindakan korban secara sukarela untuk membantu pelaku kejahatan, dan (5)
penyembunyian pelanggaran tersebut.Tidak seperti kejahatan tradisional, tujuannya adalah untuk
mencari uang dalam jumlah besar daripada jumlah kecil saja, dan modus operandinya adalah
dengan menggunakan teknologi dan komunikasi masa daripada tenaga kasar dan peralatan
sederhana.
d. Kegagalan Audit
Auditor diharapkan mampu mendeteksi dan memperbaiki atau mengungkapkan
penghilangan atau kesalahan saji informasi keuangan yang material. Ketika auditor gagal untuk
memenuhi ekpektasi ini, maka kegagalan audit adalah hasil yang tidak dapat dielakkan. Maka
kemudian tingkat kualitas auditlah yang dapat menghindarkan terjadinya kegagalan audit.
Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas bahwa laporan keuangan tidak memuat
penghilangan apapun kesalahan penyajian yang materian. Kualitas audit juga didefinisikan dari
segi risiko audit, dengan jasa bermutu tinggi akan mencerminkan risiko audit yang lebih kecil.
Risiko audit didefinisikan sebagai risiko bahwa auditor kemungkinan dengan tanpa
sepengetahuannya gagal untuk dengan tepat memodifikasi pendapatan atas laporan keuangan
yang memuat kesalahan penyajian yang material.
2.7 Proletarisasi Teknis dan Ideologis Para Akuntan
Ploretalisasi akuntan mencerminkan adanya suatu pergeseran pengendalian ke arah
majikan atau manajemen dan hilangnya kebebasan kreatif yang telah dinikmati akuntan sebagai
profesional yang telah dinikmati akuntan sebagai profesional yang bekerja sendiri. Jadi,
perubahan yang terjadi dalam teknologi akuntansi memaksa adanya perubahan dalam struktur
proses tenaga kerja akuntansi dan menempatkan akuntan di sebuah bentuk yang baru dari kelas
proletar, menjadi bawahan. Dari prosesnya, mereka kehilangan kendali atas baik arti maupun
akhir dari tenaga kerja, suatu fenomena yang dikenal sebagai proletarisasi teknis. Fenomena ini
telah dipercepat dan dipermudah oleh tingkat spesialisasi dan fragmentasi yang lebih tinggi yang
dibebankan pada praktik akuntansi, suatu prosespenurunan keahlian, yaitu rasionalisasi dari
tugas-tugas yang sebelumnya profesional menjadi sejumlah fungsi-fungsi rutin yang hanya
membutuhkan sedikit pelatihan. Disamping prolaterisasi teknis, munculnya kelas pekerja baru,
atau kelas profesional manajerial, menimbulkan pula proletarisasi ideologis, yang mengacu
kepada pemberian kendali oleh manajemen untuk modal, atas sasaran dan tujuan sosial yang
mendasari pekerjaan.

2.8 Kesadaran Para Pengguna yang Direkayasa


Sebuah oenjelasan yang didasarkan atas pemikiran mengenai dominasi ideologis akan
memperdebatkan bahwa hierarki sosioekonomi relatif tidak mempan terhadap informasi pada
saat rapat tahunan atau rapat-rapat lainnya. Dominasi kapitalis atas informasi dapat diungkapkan
dalam tiga pernyataan :
a. Aturan kelas dari manajemen memberikan produk informasi yang mereka ciptakan
b. Dominasi semacam itu dipelihara oleh penegasan negara atas perjanjian-perjanjian
dalam kontrak, perlindungan hak milik, dan penjagaan ketertiban masyarakat; dan
c. Sarana-sarana informasi yang diatur oleh manajemen, seperti laporan tahunan dan
rilis pers, memungkinan manajemen untuk menyebarkan informasi yang berguna
bagi perlindungan kepentingan-kepentingannya sendiri
Tiga pernyataan di atas dihubungkan dengan tiga bentuk dominasi : eksplotasi pasar,
pemaksaan hukum, dan dominasi ideologis. Bentuk-bentuk dominasi ini, meskipun dapat
dipisahkan secara analitis, namun secara empiris memiliki saling ketergantungan. Mereka
memungkinkan manajemen untuk menyampaikan keyakinan-keyakinan kepada para pengguna
dan, dalam prosesnya, membentuk pemahaman mereka akan perusahaan. Apa yang didapatkan
oleh perusahaan adalah kesadaran yang direkayasa yang kompatibel dengan ekspektasi dari
manajemen.
2.9 Perspektif Etika dalam Akuntansi
Para akuntan akan menemukan bahwa mereka mengerjakan tugas sehari-hari disuatu
lingkungan yang dikelola oleh suatu kumpulan aturan, prinsip, dan praktik yang kompleks.
Dalam mengerjakan tugas-tugas mereka, mereka diminta untuk melakukan satu peran tertentu.
Dengan menerima peran-peran tertentu, akuntan pada saat yang bersamaan menerima kewajiban
yang berhubungan dan tanggung jawab moral dari peran tersebut. Terdapat suatu etika di
belakang posisi dan pekerjaan yang perlu untuk diperhitungkan. Dengan etika berarti adalah
adanya kepentingan terhadap pertimbangan-pertimbangan moral yang terlibat dalam
pengambilan keputusan moral mengenai apa yang secara moral benar dan salah atau secara
moral buruk dan baik. Hal ini mengasumsikan adanya standar moral yang mempengaruhi
keadaan manusia.

2.9.1 Etika Utilitarian


Etika utilitarian atau ultitarianisme sebagai suatu pendekatan dalam memcahkan isu-isu
moral juga dikenal pula dengan istilah konsekuentalisme. Pendekatan ini melihatapakah suatu
tindakan dapat dianggap benar atau salah secara moral dengan hanya didasarkan pada
konsekuensi akibat dari kita melakukannya.
Keunggulan dari etika utilitarian berhubungan dengan :
a. Sasaran moralitas : dinyatakan bahwa moralitas adalah suatu hal yang penting
karena kinerja dari suatu tindakan yang tepat akan mengarah kepada kepuasan umum
dari kehendak manusia
b. Proses pemikiran moral : Kaum konsekuentalis paling tidak menawarkan suatu
prosedur yang secara relatif jelas untuk menemukan tindakan apa yang paling tepat
untuk dilakukan : mendaftar semua alternatif yang ada, memastikan kemungkinan
kensekuensinya, dan mengevaluasi konsekuensi tersebut dilihat dari segi implikasi
yang mereka berikan kepada semua orang yang terpengaruh.
c. Fleksibilitas dab pengecualian: Kita hanya perlu mengakui kasus-kasus khusus di
mana terdapat alasan yang baik untuk meyakini bahwa konsekuensi-konsekuensi
dari mengikuti aturan moral tradisional adalah lebih buruk daripada konsekuensi dari
membuat seuatu pengecualian
d. Menghindari konflik aturan : Dari sudut pandang konsekuentialis, adanyakonflik
dalam aturan adalah pertanda bahwa kita sedang berhadapan dengan salah satu
keadaan yang luar biasa di mana kita tidak dapat begitu saja mengikuti aturan-aturan
yang sesuai.
Kesulitan kesulitan yang berhubungan dengan utilitarianisme adalah :
a. Penolakan dan kewajiban khusus : Utilitarianisme tidak memperhitungkan
kewajiban-kewajiban moral khusus kita kepada orang-orang yang memiliki
hubungan khusus dengan kita
b. Penolakan dari hak asasi : Utilitarianisme tidak memperhitungkan adanya hak-hak
asasi masing-masing individu dalam menentukan isu-isu moral
c. Penolakan dari keadilan : Dengan hanya memerhatikan satu faktor, para
konsekuentalis telah melupakan faktor-faktor moral penting yang lainnya, seperti
keadilan, yang perlu dipertimbangan.
2.9.2 Etika Deontologi
Etika deontologi sebagai salah satu pendekatan dalam memecahkan isu-isu moralitas
dikenal pula dengan istilah moralitas berbasis aturan. Pendekatan ini mempertimbangkan suatu
tindakan yang menurut moral benar jika ia telah usai dengan aturan moral yang tepat. Sebuah
tindakan yang melanggar aturan tersebut namun ternyata menghasilkan sesuatu hal yang
menguntungkan akan tetap dianggap salah. Sumber-sumber aturan tersebut dapat berupa teologis
yang mengandung artian bahwa tindakan-tindakan tertentu ditentukan sebagai sesuatu yang
bermoral oleh suatu agama, atau sosialis yang mengandung artian bahwa mereka merupakan
hasil dari suatu konsesnsus sosial yang menentukan apakah tindakan tersebut adalah merupakan
suatu tindakan yang benar atau salah.
2.9.3 Pemikiran akan kelayakan
Karena kekuatan dan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh etika utilitarianisme
dan deontologi, suatu kompromi yang sesuai akan menjadi suatu hal yang ideal. Satu alternatif
baik dari etika utilitarianisme maupun etika deontologi ditawarkan oleh pemikiran akan
kelayakan. Kelayakan yang berasal dari konsep yunani kuno kathokonda, dapat digunakan untuk
mengevaluasi moralitas dari suatu tindakan melalui suatu refrensi terhadap apakah mereka
pantas atau sesuai dengan etos yang diakui bersama-sama oleh individu dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai