Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI
SIFAT DAN PENGGUNAAN AKUNTANSI

Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester Empat


Mata Kuliah Teori Akuntansi
Dosen Bapak Sahidillah Nurdin, SE

Disusun oleh :
Rizka Yuliana

65120014

Maya Yulia Anggraeni

65120024

Mohamad Iqbal Sidiq

65120035

Ani Apriani Hidayat

65120046

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BSI BANDUNG
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah yang berjudul Sifat dan Penggunaan Akuntansi di
susun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Nilai Mata Kuliah Teori
Akuntansi.
Tidak sedikit kendala yang kami hadapi dalam mengerjakan makalah ini,
namun berkat dorongan dari hati kecil, dan kemauan yang kuat dengan bantuan
dari berbagai pihak, dan atas Ridho-nya jualah kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah
membantu kami dalam mengerjakan makalah ini, Kedua orang tua kami yang
telah membantu baik moril maupun materil, dan kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang juga memberi semangat dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, untuk itu
kami berharap kepada pembaca supaya memberikan kritik dan sarannya guna
membangun kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bandung, 15 Mei 2013

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penulisan

1.5 Metode Penulisan

BAB II4
PEMBAHASAN

2.1 Pengukuran dalam Akuntansi. 4


2.1.1 Sifat Pengukuran dalam Akuntansi.

2.1.2 Tipe-tipe Ukuran. 4


2.1.3 Tipe-tipe Skala.

2.2 Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). 7


2.2.1 Makna PABU.

2.2.2 Apa yang Seharusnya? PABU, PABU Spesial, atau BAKL?.


2.2.3 PABU Kecil vs PABU Besar.

12

2.2.4 Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).


2.3 Hipotesis Perataan Income.

15

2.3.1 Sifat Perataan Income.

15

2.3.2 Motivasi Perataan.

16

10

13

ii

2.3.3 Dimensi-dimensi Perataan.

19

2.3.4 Hipotesis Salah Saji Keuangan Selektif. 21


BAB III

24

PENUTUP

24

3.1 KESIMPULAN24
DAFTAR PUSTAKA 25

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi adalah suatu pencatatan, pengklasifikasian dan pengikhtisaran
dalam cara signifikan dan saruan mata uang, transaksi-transaksi dan kejadiankejadian yang paling tidak sebagian di antaranya, memiliki sifat keuangan
mengintrepestasikan hasilnya.
Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat
agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak
berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik.
Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan istilah
pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari akuntansi dimana
informasi

keuangan

pada

suatu

bisnis

dicatat,

diklasifikasi,

diringkas,

diinterpretasikan, dan dikomunikasikan. Auditing, satu disiplin ilmu yang terkait


tapi tetap terpisah dari akuntansi, adalah suatu proses dimana pemeriksa
independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan
suatu pendapat atau opini yang masuk akal tapi tak dijamin sepenuhnya
mengenai kewajaran dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum.
Praktisi akuntansi dikenal sebagai akuntan. Akuntan bersertifikat resmi
memiliki gelar tertentu yang berbeda di tiap negara. Contohnya adalah Chartered
Accountant (FCA, CA or ACA), Chartered Certified Accountant (ACCA atau
FCCA), Management Accountant (ACMA, FCMA atau AICWA), Certified Public
Accountant (CPA) dan Certified General Accountant (CGA). Di Indonesia,
akuntan yang bersertifikat disebut BAP atau Bersertifikat Akuntan Publik.
Dan perspektif yang lebih luas mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:
proses

pengidentifikasian,

pengukuran

dan

pengkomunikasian

informasi

pengguna informasi memungkinkan adanya pertimbangan dan pengambilan


keputusan berdasarkan indormasi pengguna informasi tersebut. Dan baru-baru ini
akuntansi didefiniskan berkaitan dengan konsep informasi kuantitatif:
Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa. Fungsinya adalah untuk memberi
informasi kuantitatif dan entitas ekonomi, terutama bersifat keuangan dan
dimaksudkan untuk bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi dan
dalam menentukan pilihan diantara serangkaian tindakan-tindakan alternatif
yang ada.
Adapun perusahaan memberikan dan menerima informasi dari empat sumber:
1.
2.
3.
4.

Bagi para penanam modal


Kepada para pelanggan dan pemasok
Kepada masyarakat secara umum
Kepada orang-orang berbakat.

Berdasarkan dari uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji secara


mendalam tentang sifat dan penggunaan akuntansi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengukuran dalam akuntansi ?
2. Bagaimana prinsip akuntansi berterima umum (PABU) ?
3. Bagaimana hipotesis perataan income ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memahami pengukuran dalam akuntansi
2. Memahami prinsip akuntansi berterima umum
3. Memahami hipotesis perataan income
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca. Serta dapat
memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis untuk kepentingan
kegiatan belajar mengajar.
1.5 Metode Penulisan
Penyusun memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan
makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, juga dari
media media lain seperti e-book.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengukuran Dalam Akuntansi

2.1.1 Sifat Pengukuran Dalam Akuntansi


Secara umum akuntansi dipandang sebagai disiplin pengukuran dan
pengkomunikasian. Yang dimaksud dengan pengukuran adalah pelekatan suatu
angka kepada objek atau peristiwa menurut aturan tertentu . Langkah pertama
dalam akuntansi adalah mengidentifikasi dan memilih objek, aktivitas atau
peristiwa dan atributnya yang diperkirakan relavan bagi pengguna sebelum
pengukuran yang sesungguhnya dilakukan. Secara alami, limitasi data yang
tersedia dan karakteristik spesifik lingkungan, seperti ketidakpastiaan, tidak
adanya objektivitas dan verifiabilitas, dapat menjadi kendala dalam pengukuran.
Meskipun ada kendala kendala dalam pengukuran,pengukuran dalam akuntansi
secara tradisional meliputi pelekatan nilai numeris pada objek, pristiwa, atau
atribut mereka sedemikian rupa sehingga menjamin kemudahan agregasi atau
disagregasi data. Jika pengukuran tidak memadai atau tidak layak dilakukan,
informasi nonkuaniitatif atau nonmoneter dapat disediakan dalam catatan kaki.
2.1.2 Tipe tipe ukuran
Berbagai tipe ukuran yang mungkin dalam akuntansi :
1. Ukuran akuntansi dapat langsung atau tidak langsung. Ukuran
langsung atau utama adalah ukuran sesungguhnya dari suatu objek
atau atributnya. Ukuran tidak langsung atau sekunder diturunkan
secara tidak langsung melalui transformasi aljabar seperangkat angka
yang merepresentasi ukuran langsung suatu objek atau atribut. Objek
atau atribut ini adalah objek intrinsik dari ukuran tidak langsung. Kos
produksi per unit yang diturunkan dengan cara membagi produksi total
dengan volume produksi merupakan ukuran tidak langsung atau
sekunder. Sebagian besar ukuran yang digunakan dalam akuntansi
adalah ukuran tidak langsung yang diperoleh dari beberapa
transformasi. Adalah derajat transformasi yang memberikan perbedaan
antara apa ukuran langsung dan tidak langsung, dan menentukan
sumber kesalahan pengukuran. Jadi, suatu suatu kesalahan pengukuran
akan terjadi baik dalam (a) kuantifikasi utama yang asli atau, (b)
proses transformasi.
4

2. Berkaitan dengan dimensi waktu keputusan, ukuran akuntansi dapat


diklasifikasi menjadi ukuran masa lalu, ukuran masa sekarang, atau
ukuran masa depan yang secara berturut-turut merujuk ukuran bagi
suatu peristiwa yang akan datang.
3. Untuk merujuk apakah objek akuntansi atau atributnya mengukur
peristiwa masa lalu, sekarang, atau masa depan relatif terhadap waktu
dilakukannya pengukuran, ukuran akuntansi dapat diklasifikasi
menjadi ukuran retrospektif, ukuran kontemporer, atau ukuran
prospektif. Hal ini memungkinkan dimilikinya:
a. Tiga jenis ukuran masa lalu: ukuran masa lalu retrospektif, ukuran
masa lalu kontemporer dan ukuran masa lalu prospektif.
b. Dua jenis ukuran masa sekarang: ukuran masa sekarang
kontemporer dan ukuran masa sekarang prospektif.
c. Semua ukuran masa depan bersifat prospektif.
4. Pengukuran dapat berupa:
a. Pengukuran fundamental dimana angka dapat dilekatkan pada
suatu kekayaan dengan mengacu pada hukum alam, dan tidak
didasarkan pada pengukuran variabel-variabel lain.
b. Pengukuran turunan yang didasarkan pada pengukuran dua atau
lebih kuantitas dan tergantung pada eksistensi teori empiris
verifikasian

yang

mengkaitkan

kekayaan

tertentu

dengan

kekayaan lain.
5. Pengukuran dapat (a) dibuat bila teori empiris yang sah digunakan
untuk mendukung eksistensinya; atau (b) dibuat dengan fiat,
didasarkan pada definisi arbitrer. Sebagian besar pengukuran akuntansi
adalah pengukuran dengan fiat, meskipun suatu pendekatan ilmiah
untuk konstruksi teori akuntansi berusaha menyediakan pengujian
empiris

yang

perlu,

dan

mengurangi

bahkan

menghilangkan

kearbitreran dalam definisi dan pengukuran konsep akuntansi.


Mettessich menyatakan:
[pengukuran dengan fiat] merupakan yang paling tidak diinginkan
karena pengukuran tersebut sangat tergantung pada intuisi peneliti dan
sering kali menawarkan terlalu banyak definisi atau alternatif yang
mungkin.

Kita

mungkin

mengukur

nilai

aset

dengan harga

pembeliannya (dasar kos historis), dengan pendapatan bersih

diskontoan, dengan hasil likuidasinya yang pontesial, atau banyak


variasi dan konfirmasi lain. Sekarang ini tidak ada kemungkinan untuk
menyimpulkan nilai akuntansi baik melalui hukum alam (yaitu,
dengan pengukuran fundamental) maupun melalui kombinasi dua atau
lebih ukuran fundamental yang menghasilkan pengukuran turunan.
Sebagian besar ukuran ekonomik dan akuntansi termasuk dalam
kategori

pengukuran

dengan

fiat,

yang

direfleksikan

dalam

kearbitreran definisional tertentu dari disiplin kita.


2.1.3 Tipe-tipe skala
Setiap pengukuran dibuat dengan suatu skala. Skala dapat digambarkan
dalam istilah-istilah umum sebagian skala normal, ordinal, interval atau rasio.
Skala nominal membantu dalam penentuan persamaan, seperti penomoran
pemain sepak bola. Skala ini merupakan klasifikasi sederhana sistem pelabelan
seperti dalam kasus bagan akun. Angka-angka lebih merefleksikan objek itu
sendiri, daripada merefleksikan karakteristiknya.
Skala ordinal membantu dalam penentuan lebih besar dari atau lebih kecil
dari, seperti kelas wool atau nomer jalan. Skala ini merupakan urutan sistem
preferensi. Masalah dalam skala ordinal adalah bahwa perbedaan atau interval di
antara angka-angka tidak selalu sama.
Skala interval membantu dalam penentuan persamaan interval atau
perbedaan seperti temperatur dan waktu. Skala ini melekatkan nilai yang sama
untuk interval antara angka-angka yang dilekatkan.
Skala rasio membantu dalam penentuan persamaan rasio, dengan
karakteristik tambahan adanya titik awal yang unik, yaitu suatu titik nol natural,
dimana jarak dari titik nol tersebut kesedikitannya satu objek diketahui.
Akuntansi berdasarkan diri pada masing-masing skala pengukuran
tersebut:
Skala nominal meskipun mendasar dalam proses akuntansi bukan skala satusatunya atau yang paling penting dalam displin kita. Proses evaluasi-inti akuntansi
6

teoritis-menggunakan

skala

rasio;

analisis

laporan

keuangan

terutama

menggunakan skala ordinal; dan aspek-aspek terntentu akuntansi kos dapat


dipandang sebagai penerapan skala interval.

2.2 Prinsip Akuntansi Berterima Umum


2.2.1 Makna PABU
Akuntansi dipraktikan dalam suatu kerangka yang implisit. Rerangka unu
dikenal sebagai prinsip berterima umum. Pernyataan No. 4 dari APB menyatakan
bahwa PABU dilihat dalam pengalaman, alasan, kebiasaan, penggunaan, dan ...
kebutuhan praktis dan PABU mencakup konvensi, aturan, dan prosedurprosedur yang perlu untuk mendefinisi prinsip akuntansi yang berterima pada
suatu waktu tertentu. PABU merupakan panduan bagi profesi akuntansi dalam
memilih teknik akuntansi dan penyiapan laporan keuangan dengan cara yang
dianggap sebagai praktik akuntansi yang baik. Konvensi, aturan, dan prosedur
memperoleh status khusus untuk dimasukkan dalam PABU karena memiliki
dukungan autoritatif substansial. APB merujuk pada istilah ini dalam Bab 6
pernyataan APB No. 4:
Ketika prinsip-prinsip akuntansi berterima umum memasukkan suatu
konsensus prinsip-prinsip ini tergantung pada gagasan-gagasan yang tidak
dirumuskan dengan jelas seperti penerimaan umum dan dukungan
autoritatif substansial
Sebuah cara untuk memberi makna yang dapat diakui terhadap istilah
berterima umum adalah menggambarkan kondisi dimana suatu metode
akuntansi akan dianggap berterima umum. Sebagai contoh, Skinner berpendapat
bahwa metode akuntansi tersebut harus memenuhi sedikitnya satu dan biasanya
beberapa kondisi berikut, untuk mengkualifikasinya sebagai berterima umum:
a. Metode tersebut benar-benar digunakan dalam sejumlah kasus yang
signifikan dimana keadaannya cocok.
b. Metode tersebut mendapat dukungan melalui pengumuman masyarakat
akuntansi profesional, atau badan autoritatif lain seperti SEC di USA

c. Metode tersebut memeiliki dukungan dalam tulisan sejumlah pengajar


dan pemikir akuntansi yang diakui.
Literatur tentang PABU telah meluas mencakup sejumlah pernyataan, opini,
dan pengumuman lain dari berbagai sumber autoritatif. PABU, mencakup
pengumuman-pengumuman badan penetap standar, yaitu pernyataan standar
akuntansi keuangan dari FASB dan interprestasinya, opini APB dan buletin riset
akuntansi dari AICPA.
Sumber lain PABU adalah:
1. Pedoman audit dan akuntansi industri dan pernyataan posisi AICPA
dan interpretasi akuntansi AICPA
2. Publikasi-publikasi lain dari FASB, seperti buletin teknis, dan
pendahulunya, seperti pernyataan APB.
3. Publikasi-publikasi SEC, seperti terbitan seri akuntansi.
4. Praktik-praktik yang diakui dan sering muncul seperti terefleksi
dalam publikasi AICPA tahunan Accounting Trends and Techniques.
5. Makalah-makalah terbitan AICPA, pernyataan konsep FASB, buku
teks, dan artikel-artikel.
Sumber-sumber yang berlimpah ini dapat dipandang sebagai suatu hirarki.
Ekshibit 2.3 menyajikan hirearki tersebut sebagai rumah berlantai empat rumah
PABU. Keautoritatifan pedoman akuntansi bersandar pada posisi premi profesi
dan SEC.
Penggunaan istilah penerimaan umum masih merupakan sumber
kebingungan, khususnya dalam situasi yang baru atau ketika suatu standar
dimandatkan. Seperti dinyatakan oleh Skinner:
Dalam sebuah situasi yang baru, tentu saja tidak ada prinsip akuntansi
berterima umum. Jika entitas yang berbeda mengadopsi kebijakan yang
berbeda, tidak ada mekanisme untuk menilai mana yang berterima
umum. (Dalam praktik, bukan tidak mungkin bahwa semua akan
dianggap berterima umum.) Dipihak lain, sebuah rekomendasi dari suatu
badan penetap standar dengan sendirinya dianggap berterima umum dan

mengabaikan praktik yang lain, betapapun tidak populernya rekomendasi


tersebut.
Lantai ke Pernyataan APB

Paper

empat

AICPA

Lantai ke Buletin
tiga

teknis Interprestasi

FASB

Lantai ke Pediman
dua

isu Pengumuman

Pernyataan Buku

profesional

konsep

teks dan

lain

FASB

artikel

akuntansi Praktik industri yang

AICPA

sering muncul

audit Pedoman akuntansi industri Pernyataan

industri AICPA

AICPA

posisi

AICPA

Lantai ke Pernyataan FASB Interprestasi Opini FASB

Buletin riset akuntansi

satu

AICPA

FASB

Pondasi

Mencakup asumsi kelangsungan hidup, subtansi mengungguli bentuk,


netralitas, dasar akrual, konservatisme, materialitas.

Sumber: Stevin, Rubin, The House GAAP,Journal of Accountancy (Juni 1984),


hal. 123. Dicetak ulang dengan ijin oleh the American Institute of Certified Public
Accountants, Inc. (Ekshibit 2.3 Rumah PABU).
2.2.2 Apa yang seharusnya? PABU, PABU Spesial, atau BAKL?
PABU merupakan panduan bagi profesi akuntansi dalam memilih teknik
akuntansi dan penyiapan laporan keuangan dengan cara dianggap sebagai praktik
akuntansi yang baik.
PABU Spesial merupakan suatu pedoman atau aturan yang diadopsi oleh
FASB untuk mengelola atau sebagai syarat dari laporan keuangan yang telah
dianut sejak tahun 1987.
BAKL adalah suatu alternative lain dari PABU terhadapa laporan keuangan
yang disiapkan sesuai basis akuntansi komperenshif lain
Ada perubahan persepsi terhadap PABU, yang tidak dilihat sebagai
seperangkat aturan pengukuran yang kaku. Bahkan berbagai penerapan PABU,
berbeda-beda tergantung keadaan. Di satu sisi, kita memiliki PABU spesial yang
beragam dan berbeda-beda seperti PABU untuk organisasi kepemerintahan, PABU
untuk perusahaan-perusahaan regulasian, PABU untuk organisasi nirlaba, PABU
9

untuk perusahaan investasi, dan PABU untuk perbankan. Bahkan ada perdebatan
yang serius tentang perlunya seperangkat PABU spesial untuk perusahaan kecil.
Ini semua telah secara resmi diadopsi oleh FASB, baik dengan telah memberi
kepada perusahaan kecil dan bisnis yang dikelola secara terutup beberapa
pembebasan dari persyaratan ungkapan laporan keuangan tertentu seperti
penghentian persyaratan untuk mengungkapkan earnings per lembar saham dan
informasi segmen bagi perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan secara
publik pada tahun 1987- atau telah membedakan antara ungkapan yang
dipersyaratkan bagi semua perusahaan dan yang dipersyaratkan hanya bagi tipe
perusahaan tertentu.
Ada juga minat yang lebih besar terhadap alternatif PABU, yaitu terhadap
laporan keuangan yang disiapkan sesuai dengan basis akuntansi komprehensif lain
(BAKL). Dorongan untuk berpindah ke BAKL datang dari perubahan-perubahan
dalam hukum pajak yang dibuat oleh Economic Recovery Act of 1981 dan
meningkatnya pemisahan akuntansi pajak dari akuntansi PABU, meningkatnya
jumlah persekutuan, korporasi subchapter S dan entitas lain yang memilih untuk
menyajikan laporan keuangan berbasis pajak atau kas, dan kesimpulan sementara
studi tentang terlalu banyaknya standar akuntansi oleh komite khusus AICPA yang
setuju dengan akuntansi berbasis pajak. Panduan untuk praktisi berupa pernyataan
tentang BAKL disediakan oleh pernyataan AICPA pada tahun 1976 tentang
Laporan Khusus Standar Pengauditan No. 14. Diantara keempat laporan yang
diidentifikasi, salah satunya berbasis BAKL. Untuk diklasifikasi sebagai BAKL,
salah satu dari empat kriteria berikut harus dipenuhi:
1. Basis akuntansi yang harus memenuhi persyaratan perundang-undangan. Ini
pada dasarnya adalah PABU untuk perusahaan regulasian.
2. Basis akuntansi yang dapat digunakan untuk pembayaran pajak income. Ini
pada dasarnya adalah akuntansi berbasis pajak.
3. Basis akuntansi yang didasarkan pada penerimaan dan pembayaran kas dengan
atau tanpa dukungan akrual. Ini pada dasarnya adalah akuntansi berbasis kas
atau akuntansi berbasis kas modifikasian.
4. Basis akuntansi yang dihasilkan dari penerapan seperangkat kriteria tertentu.
Laporan keuangan nilai sekarang atau laporan keuangan yang disesuaikan
dengan tingkat harga merupakan contoh yang baik.
10

Penggunaan laporan BAKL menimbulkan lebih banyak masalah baik bagi


pengguna maupun akuntan publik (CPA):
1. Bagi pengguna, BAKL tidak tampak sebagai alternatif PABU yang dapat
diterima atau dikenal. Hal ini menjadi semakin buruk karena auditor harus
melaporkan paragraf tengah yang:
a. Menyatakan, atau lebih disukai menunjuk pada catatan atas laporan
keuangan yang menyatakan, basis penyajian laporan keuangan yang
dilaporkan oleh auditor.
b. Merujuk pada catatan atas laporan keuangan yang menggambarkan
bagaiman basis penyajian tersebut berbeda dari PABU dan yang menyatakan
pengaruh moneter perbedaan tersebut.
c. Menyatakan bahwa laporan keuangan tidak dimaksudkan untuk disajikan
sesuai dengan PABU
Paragraf tengah ini dapat dipandang oleh pengguna yang kurang canggih
sebagai kualifikasi oleh auditor, daripada sebagai pernyataan informasional.
2. Bagi praktisi, laporan BAKL mungkin menimbulkan masalah karena tidak
adanya panduan komprehensif seperti yang tersedia pada laporan PABU.
Untuk mengatasi situasi tersebut Technical Information Service (TIS) AICPA,
sebuah departemen jasa konsultasi, dapat digunakan oleh anggota AICPA untuk
mendapatkan bantuan tentang masalah-masalah akuntansi atau pengauditan
melalui surat atau telepon.
Tetapi apa yang seharusnya: PABU, PABU Spesial, atau BAKL? Mereka yang
lebih memilih keseragaman atau keterbandingan komparabilitas akan mendukung
PABU; mereka yang lebih memilih fleksibilitas dan jalan yang lebih baik dalam
menghadapi keadaan yang beragam akan mendukung PABU spesial. Mereka yang
mendukung keadaan yang unik atau menentang terlalu banyaknya standar akan
mendukung BAKL.
2.2.3 PABU Kecil vs PABU Besar
Akuntansi menghadapi masalah usaha kecil yang terlalu dibebani oleh biaya
administratif dan akuntansi dalam rangka mematuhi aturan-aturan yang tidak
relevan, dan kebutuhan akan oembebasan dalam bentuk keringanan-keringanan.

11

Bila mengjingat bahwa lebih dari separuh pabrikasi, perdagangan, dan penjualan
eceran di USA diproduksi oleh usaha skala kecil dan menengah, kegawatan
masalah menjadi semakin bertambah. Pertanyaannya adalah apakah memang ada
perbedaan yang nyata antara usaha besar dan kecil dan diantara kebutuhan
pengguna informasi usaha besar dan kecil sehingga membenarkan/menjustifikasi
perbedaan dalam aturan akuntansi dalam bentuk dua PABU: sebuah PABU kecil
untuk usaha kecil atau yang dikelola secara tertutup, dan sebuah PABU besar
untuk perusahaan besar.
a. Perbedaan antara usaha besar dan usaha kecil
Berkaitan dengan perbedaan antara usaha besar dan usaha kecil,
pertanyaannya adalah bagaimana mengidentifikasi perusahaan-perusahaan
yang ahrus lebih dibebaskan dari persyaratan pelaporan keuangan yang ada.
Sebuah definisi diperlukan untuk membedakan antara perusahaan kecil dan
besar atas dasar perbedaan yang nyata diantara mereka. Secara tentatif FASB
mendefinisi perusahaan kecil sebagai berikut:

PABU Kecil
Sebuah perusahaan yang operasinya relatif kecil, biasanya dengan
pendapatan total kurang dari $5 juta. Perusahaan umumnya
1. Dikelola oleh pemilik sendiri
2. Memiliki beberapa pemilik lain, jika ada
3. Semua pemilik secara aktif terlibat dalam menjalankan urusan urusan
perusahaan kecuali mungkin anggota keluarga tertentu
4. Jarang terjadi pemindahan hak kepemilikan
5. Memiliki struktur modal yang sederhana.
PABU besar
Sebuah perusahaan yang sekuritasnya di perdagangkan di pasar publik di
bursa saham ( di stock exchange atau di over the counter market ). Perusahaan
yang di wajibkan untuk menyerahkan laporan keuangan oleh SEC ,dan
perusahaan yang laporan keuangannya diterbitkan sebagai persiapan bagi
penjualan suatu sekuritas di pasar publik.

12

2.2.4 Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)


Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) memberi pedoman tentang
akuntansi, yaitu:
a. Pengukuran
Pengukuran atau penilaian adalah penentuan jumlah rupiah sebagai unit
pengukur suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan.

b. Pengakuan
Pengakuan ialah suatu jumlah rupiah (kos) kedalam system akuntansi
sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi
dalam laporan keuangan.
c. Penyajian
Pengungkapan berarti pembeberan hal hal informative yang di anggap
penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan
melalui laporan keuangan utama dan cara cara penyampaiannya.
d. Pengauditan
Pengauditan ialah membahas prinsip, prosedur, dan teknik pengauditan
laporan keuangan untuk member pendapat tentang kewajaran penyajian
laporan keuangan.
PABU yang dikenakan pada perusahaan sehingga investor memiliki
tingkat minimum konsistensi dalam laporan keuangan yang mereka gunakan
ketika menganalisis perusahaan untuk tujuan investasi. Penutup PABU hal-hal
seperti pengakuan pendapatan, neraca klasifikasi barang dan pengukuran saham
yang beredar. Perusahaan diharapkan untuk mengikuti aturan PABU ketika
melaporkan data keuangan mereka melalui laporan keuangan. Jika laporan
keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip PABU, sangat waspada!
Perlu diingat bahwa PABU hanyalah satu set standar. Ada banyak ruang di
dalam PABU untuk akuntan yang tidak bermoral untuk mendistorsi angka. Jadi,
bahkan ketika sebuah perusahaan menggunakan PABU, Anda masih perlu untuk
meneliti laporan keuangannya.

13

2.3 Hipotesa Perataan Income


2.3.1 Sifat perataan Income
Perataan income dapat dipandang sebagai upaya yang sengaja dilakukan
untuk menormalkan income dalam rangka mencapai kecenderungan atau tingkat
income yang diinginkan. Pada tahun 1953, Heyworth mengamati lebih banyak
teknik akuntansi yang dapat diterapkan untuk mempengaruhi pelekatan income
bersih pada periode akuntansi yang berturut-turut untuk meratakan atau
penyamarataan amplitudo fluktuasi income bersih periodik . Kemudian diikuti
dengan argumen yang dibuat oleh Mousen , Downs , dan Gordon bahwa manajer
korporat mungkin terdorong untuk meratakan income mereka sendiri atau
sekuritas, dengan asumsi bahwa stabilitas dalam income rata-rata yang besar
dengan variabilitas yang lebih besar. Secara lebih spesifik, teorisasi Gordon
tentang perataan income adalah sebagai berikut :
Proposisi 1 : Kriterium yang digunakan manajemen korporat dalam
memilih

prinsip

akuntansi

adalah

maksimisasi

utilitas

atau

kemakmurannya .
Proposisi 2 : utilitas manajemen meningkat seiring dengan (1) keamanan
kerjanya , (2) aras (level) dan tingkat pertumbuhan dalam income
manajemen, (3) aras dan tingkat pertumbuhan besarnya korporasi.
Proposisi 3 : Pencapaian tujuan manajemen yang dinyatakan dalam
Proposisi 2sebagaian tergantung pada kepuasan memegang saham
terhadap kinerja korporasi, yaitu jikan hal-hal lain sama, makin bahagia

14

pemegang saham, makin besar keamanan kerja, income, dan sebagainya,


dan manajemen.
Proposisi 4 : Kepuasan pemegang saham terhadap korporasi meningkat
seiring dengan rata-rata tingkat pertumbuhan income korporasi ( atau ratarata tingkat return terhadap modalnya) dan stabilitas income-nya. Proposisi
ini siap diverifikasi sebagaimana peroposisi2.
Teorema : apabila keempat proposisi di atas diterima atau terbukti benar,
maka manajemen dalam lingkup kekuasaannya, yaitu ruang gerak yang
diijinkan oleh aturan akuntansi, akan (1) meratakan income yang
idlaporkan dan (2) meratakan tingkat pertumbuhan income. Kami
mengartikan meratakan tingkat pertumbuhan income sebagai berikut :
jika tingkat pertumbuhan tinggi, praktik akuntansi yang menguranginya
harus diadopsi , dan sebaliknya.
Definisi terbaik tentang peranan income diberikan oleh Beidelman sebagai
berikut : peralatan earnings yang dilaporkan dapat didefinisi sebagai yang
sengaja dilakukan untuk memperkecil atau fluktuasi pada tingkat earnings yang
dianggap normal bagi suatu perusahaan. Dalam pengertian ini perataan
merepretasi suatu bagian upaya manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi
tidak suatau bagian upaya manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi tidak
normal dalam earning pada tingkat yang diijinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi
dan manajemen yang sehat
Berdasarkan definisi di atas , apa yang perlu dijelaskan adalah motivasi
perataan, dimensi perataan, dan instrumen perataan.

2.3.2 Motivasi Perataan


Sejak 1953 Heyworth mengklaim bahwa motivasi di balik perataan
meliputi peningkatan dengan kreditor, investor, dan pekerja, dan memperkecil
siklus bisnis melalui proses psikologis. Gordon mengemukan bahwa :

15

1. Kriterium yang digunakan manajemen korporat dalam memilih prinsip


akuntansi

adalah

untuk

memaksimumkan

utilitas

atau

kemakmurannya.
2. Utilitas yang sama adalah sebuah fungsi keamanan kerja, aras dan
tingkat pertumbuhan gaji dan aras dan tingkat pertumbuhan ukuran
perusahaan.
3. Kepuasaan pemegang saham terhadap kinerja korporasi meningkatkan
status dan penghargaan terhadap manajer.
4. Kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan
stabilitas income perusahaan.
Proposisi proposisi ini memuncakkan kebutuhan untuk meratakan
sebagimana dijelaskan dalam teorema berikut :
Apabila keempat proposisi di atas diterima atau terbukti benar,
maka manajemen dalam lingkup kekuasaannya yaitu ruang gerak
yang diizinkan oleh aturan akuntansi, akan (1) meratakan income
yang dilaporkan, dan (2) meratakan tingkat pertumbuhan income.
Kami mengartikan meratakan tingkat pertumbuhan sebagai
berikut : jika tingkat pertumbuhan tinggi, praktik akuntansi yang
menguranginya harus diadopsi, dan sebaliknya.
Beidelman mempertimbangkan dua alasan bagi manajemen untuk
meratakan earnings yang dilaporkan. Argumen pertama berdasarkan pada
asumsi bahwa sebuah arus earnings yang stabil mampu mendukung
tingkat dividen yang lebih tinggi daripada arus earnings yang lebih
variabel, dan memiliki pengaruh yang menguntungkan dalam nilai saham
perusahaan karena resiko perusahaan yang berkurang. Dia menyatakan :
Hingga tingkat dimana variabilitas trend earnings yang dilaporkan
mempengaruhi ekspektasi subjektif investor untuk hasil earnings
masa depan dan dividen yang mungkin, manajemen dapat
mempengaruhi nilai saham perusahaan dengan meratakan earnings
yang menguntungkan.

16

Argumen ke dua berkaitan dengan perataan adalah kemampuan untuk


melawan sifat siklis earnings yang dilaporkan dan mengurangi korelasi return
ekspektasian perusahaan dengan return fortopolio pasar. Dia menyatakan :
Hingga tingkat di mana autonormalisasi earnings berhasil, dan
berkurangnya kovarian return dan dengan pasar diakui oleh
investor dan dimasukan dalam proses evaluasi mereka, perataan
akan menambah efek yang menguntungkan dalam nilai saham.
Hal itu terjadi karena kebutuhan yang dirasakan manajemen untuk
menetralisir ketidakpastian lingkungan dan memperkecil fluktuasi yang besar
dalam kinereja operasi perusahaan karena siklus yang silih berganti antara waktu
baik dan buruk. Untuk mewujudkannya, manajemen mungkin terpaksa
menggunakan prilaku slack organisaional, slack peranggaran, atau perilaku
penghindaran resiko. Masing masing perilaku ini mengharuskan keputusan yang
mempengaruhi timbulnya dan / atau alokasi biaya ( cost ) discretionary yang
berakibat pada perataan income.
Disamping perilaku perilaku yang dimaksudkan untuk menetrealisir
ketidakpastian lingkungan ini, adalah mungkin untuk mengindentifikasi
karakterisasi organisaional dan membedakan di antara berbagai perusahaan
derajat perataan mereka. Sebagai contoh, Kamim dan Ronen menguji pengaruh
pemisahan kepemilikan dan pengendalian terhadap perataan income, dibawah
hipotesis bahwa perusahaan yang dikendalikan manajemen akan lebih mungkin
melakukan perataan sebagai manifestasi kebebasan manajerial dan slack
peranggaran. Hasil penelitian mereka meneguhkan bahwa perataan income lebih
tinggi diantara perusahaan yang dikenadalikan manajemen dengan halangan
masuk yang tinggi.
Manajemen juga ditugasi untuk mengelakan berita tentang kendalakendala prinsip akuntansi berterima umum dengan berusaha meratakan angka
income sedemikian rupa untuk menyampaikan ekspektasi mereka terhadap arus
kas masa depan, mempertinggi keandalan prediksi yang didasarkan

pada

serangkaian angka income yang telah diratakan. Ada tiga kendala yang dianggap
mengiring manajer untuk melakukan perataan :
17

1. Mekanisme

pasar

kpmpetitif,

yang

mengurangi

pilihan

bagi

manajemen ;
2. Skema kompensasi manajemen, yang secara langsung terkait dengan
kinerja perusahaan ; dan
3. Ancaman penggantian manajemen.
Perataan ini tidak terbatas pada manajemen arah stinggi dan akuntansi
eksternal, tetapi juga digunakan oleh manajemen aras yang lebih rendah dan
akuntansi internal dalam bentuk slack organisasional dan slack penganggaran.
Akhir akhir ini istilah perataan income diganti dengan manajemen
earnings . Manajemen earnings didorong oleh keinginan manajemen untuk
meningkatkan income tahunan korporat, untuk mempengaruhi proxy contests dan
kemungkinan regulasi perdagangan luar negeri.

2.3.3 Dimensi dimensi Perataan


Dimensi perataan pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk
melakukan perataan angka income. Dascher dan Malcolm membedakan antara
perataan rill dan perataan artivisial sebagai berikut :
Perataan rill merujuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau tidak
dilakukan atas dasar efek perataannya terhadap income, sedangkan
perataan

artivisial

merujuk

pada

prosedur

akuntansi

yang

di

implenmentasikan untuk memindahkan biaya dan atau penapatan dari satu


periode ke periode yang lain.
Kedua tipe perataan tersebut mungkin tidak dapat dibedakan. Sebagai
contoh, jumlah biaya yang dilaporkan mungkin lebih tinggi atau lebih rendah
daripada periode sebelumnya baik karena tindakan sengaja terhadap besarnya
biaya ( perataan rill ) atau metode pelaporan ( perataan artivisial ). Untuk kedua
tipe tersebut, uji operasional yang disarankan adalah mencocokan :
kurva dengan arus income yang dihitung dengan cara,
a. Mengeluarkan variabel manipulatif yang mungkin dan
b. Memasukkannya
18

Perataan artivisial juga dipikirkan oleh copeland dan difenisi sebagai


berikut :
Perataan income melibatkan pemilihan repetitif pengukuran akuntansi atau
aturan laporan dalam pola tertentu, yang efeknya adalah untuk melaporkan
arus income dengan variasi yang lebih kecil dari trend yang akan muncul
jika tidak dilakukan perataan.
Selain perataan rill dan artivisial , dalam literatur dikenal dimensi perataan
yang lain. Dimensi perataan yang ketiga dikenal sebagai perataan klasifikatori.
Barnet et all membedakan tiga dimensi perataan, sebagai berikut :
1. Perataan melalui terjadinya peristiwa / atau pengakuan : manajemen dapat
menentukan waktu terjadinya transaksi sedemikian rupa sehingga efek
transaksi tersebut terhadap income akan cenderung memperkecil
variasinya dari wkatu ke waktu. Waktu terjadinya peristiwa yang
direncanakan ( misalnya riset dan pengembangan ) sebagaian besar akan
merupakan fungsi dari aturan akuntansi yang mengatur tentang pengakuan
akuntansi terhadap peristiwa tersebut.
2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu : berkaitan dengan terjadinya
dan pengakuan suatu peristiwa , manajemen memiliki kebebasan yang
lebih untuk mengendalikan penentuan reperiode yang dipengaruhi oleh
kuantifikasi peristiwa tersebut. Perataan melalui klasifikasi ( sehingga
disebut perataan klasifikatori ) : ketika statistik laporan income selain
income bersih ( nilai bersih semua pendapatan dan biaya ) merupakan
objek perataan , manajemen dapat mengklasifikasi elemen elemen dalam
laporan income untuk mengurangi variasi dari wkatu ke waktu dalam
statistik tersebut.
Pada dasarnya perataan rill berkaitan dengan perataan melalui terjadinya
peristiwa dan / atau pengakuan, sedangkan perataan artivisial berkaitan dengan
perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu.

19

2.3.4

Hipotesis Salah Saji Keuangan Selektif


Informasi akuntansi pada dasarnya merupakan akuntansi surogasi yang
digunakan oleh pembuat keputusan yang tidak dapat mendasarkan diri
pada perisitiwa yang disaksikan secara langsung. Manipulasi terhadap
surogasi ini menyediakan bagi pembuat keputusan suatu peluang untuk
pengiriman sintal tertentu yang membentuk persepsi orang terhadap
kinerja manajerial, yang dimungkinkan oleh aturan-autran arbitrer yang
rumit dan menyesatkan. Hipotesis salah saji keuangan selektif, diajukan
oleh Revsine, menyatakan bahwa Masalahnya bukan kebetulan,
melainkan

merupakan

hasil

dari

aturan-aturan

pelaporan

yang

direncanakan dan fleksibel yang diumumkan oleh penetap standar yang


telah ditangkap pleh pihak yang dituju oleh standar dan pihak-pihak lain
yang terlibat dalam proses pelaporan keuangan. Istilah menangkap
menunjuk pada proses di mana tujuan utama regulasi untuk menlindungi
konsumen diputar untuk keuntungan pihak yang dituju oleh standar.
Hipotesis salah saji keuangan selektif diasumsikan terjadi baik pada sektor
publik maupun swasta karena partisipasi dalam kedua sektor tersebut
didorong untuk mendukung standar yang secara selektif menyajikan
realitas ekonomi secara salah bila standar itu sesuai dengan tujuan
mereka. Ini berlaku bagi para manajer, pemegang saham, auditor dan
penetap standar.
1. Manajer lebih memilih standar pelaporan yang longgar daripada
standar yang ketat karena hal tersebur memungkinkan (a) pemindahan
income antar tahun yang lebih menguntungkan dalam pencapaian
bonus, (b) mempengaruhi pemegang saham dan (c) melindungi
pekerjaan merka dengna mencegah pengambil alihan.
2. Keuntungan pemegang saham juga diperoleh dari standar yang longgar
apabila perataan pelaporan earnings oleh manajer membuat volatilitas
earnings yang dilaporkan menjadi lebih rendah, penurunan persepsi
pasar terhadap risiko kegagalan dan peningkatan nilai perusahaan,

20

3. Auditor mungkin memilih aturan pelaporan yang sama yang


mendistorsi realtias ekonomi untuk menjaga keharmonisan dengan
klien, atau aturan-aturan yang kaku bila dapat dimanfaatkan sebagai
tameng.
4. Penetap standar mungkin lebih memilih hipotesis salah saji sendiri
untuk perlindungan diri sendiri dan altruisme
5. Akademisi mungkin lebih memilih hipotesis salah saji selektif karena
akan memberi peluang bagi akademisi untuk menyediakan teori dan
usulan-usulan yang akan menghasilkan balas jasa dan prestise.
Situasi tersebut menuntut adanya perubahan dengan mengisolasi
proses penetapan standar pihak-pihakyang mencoba mempengaruhi
peraturan. Resvine menyarankan proses empat langkah berikut:
1. Mendidik masyarakat,
2. Meningkatkan proses pemilihan dan pemantauan penetap standar,
3. Menetapkan rencana pendanaan yang baru, dan
4. Menciptakan independensi bagi penetap standar.
Ketua SEC Levitt mengusulkan rencana aksi enam bagian untuk
membahas isu-isu ini dan meningkatkan reliabilitas dan transparansi
laporan keuangan:

Perusahaan publik akan diwajibkan untuk membuat ungkapan


rinci tentang dampak perubahan dalam asumsi akuntansi
sehingga pasar dapat memahami dengan lebih baik sifat dan
pengaruh restrukturisasi keajiban dan akrual kerugian lainnya

dengan lebih baik.


Pedoman SEC yang baru akan menekankan perlunya
mempertimbangkan faktor-faktor kualitatif, bukan hanya

faktor-faktor kuantitatif dalam menilai materialitas.


AICPA akan mengklarifikasi aturan-aturan untuk pengauditan
riset dan pengembangan yang dibeli dan memperdebatkan
pedoman yang telah ada tentang restrukturisasi, penghapusan

akuisisi besar, dan praktik pengakuan pendapatan.


Pedoman SEC tambahan tentang pengakuan pendapatan
mungkin dipublikasi. Projek ini akan mempertimbangkan
ketetapan standar pengakuan pendapatan perangkat lunak yang
diadopsi baru-baru ini untuk industri yang lain.
21

FASB akan mempercepat projek-projek tertentu yang berkaitan

dengan definisi kewajiban konstruktif.


Divisions of Enforcement and Corporation Finance SEC akan
menelaah

perusahaan-perusahaan

yang

mengumumkan

restruktrusasi cadangan kewajiban, penghapusan-penghapusan


besarn atau praktik-praktiklain yang nampak untuk mengatur
earnings.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat

menyimpulkan bertujuan untuk menjawab dan memperbaiki tatanan isu-isu yang


berkaitan dengan sifat akuntansi, kaitannya dengan manajemen kepercayaan pada
akuntansi berpasangan dan prinsip akuntansi berterima umum.
Definisi dan penggunaan dari akuntansi meninggalkan kita dengan suatu
fakta yang pasti bahwa akuntansi memang benar suatu ilmu sosial, suatu ilmu
dengan aturan-aturan praktik dan teori-teori yang mendukung.
Layaknya laporan yang baik, tentunya harus mengikuti standar baku yang
sudah ditetapkan. Bahwa ada berbagai perbedaan antara perusahaan satu dan
22

perusahaan lain dalam menyampaikan akun-akun di laporan keuangan, namun


secara umum, tetap mengikuti aturan baku yang ditetapkan secara umum. Standar
baku ini, di Negeri Paman Sam, dikenal dengan istilah prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum (Generally Acceptance Accounting Principles = GAPP),
sedangkan di Indonesia dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia
(PSAK). Tujuannya jelas, sebagai standar untuk dapat membandingkan kinerja
dan posisi keuangan perusahaan satu dengan yang lainnya.
Dalam makalah ini disimpulkan bahwa sifat dan penggunaan akuntansi
dengan masalah pengukuran dalam akuntansi, prinsip akuntansi berterima umum
(pabu) dan hipotesis perataan income adalah beberapa kalangan dapat menjadi
demikian kompleks, diliputi banyak isu dan makna. Definisi dan penggunaan
akuntansi memberi suatu kenyataan bahwa akuntansi sungguh-sungguh suatu
sains sosial, dengan aturan-aturan praktis dan teori-teori yang mendukung.
Makalah ini diasumsikan memiliki penguasaan terhadap aturan-aturan praktis.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmed Riahi dan Belkaoui. 2000. Teori Akuntansi Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat

23

Anda mungkin juga menyukai