Pengertian devaluasi yaitu bentuk kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengurangi nilai mata uang lokal negara terhadap nilai mata uang asing. Secara jelas,
pengertian devaluasi merupakan situasi dimana mata uang lokal memiliki harga yang semakin
murah secara internasional. Akibat dari devaluasi ini pun sangat berpengaruh pada
perekonomian suatu negara terutama dalam kegiatan perdagangan internasional.
Terjadinya devaluasi tentu karena ada beberapa tujuan yang dilakukan oleh
pemerintah. Tujuan devaluasi yaitu untuk meningkatkan pemakaian produksi dalam negeri.
Dengan meningkatkan pemakaian dalam negeri maka barang impor akan lebih mahal
dibanding dengan barang lokal.
Tujuan devaluasi yang lain yaitu untuk meningkatkan dan menekan jumlah impor.
Sehingga diharapkan mampu memperbaiki balance of payment negara. Kesetimbangan
balance off payment maka kurs mata uang asing menjadi lebih stabil.
Penyebab Terjadinya Devaluasi
Devaluasi sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam kegiatan impor. Semakin banyak
masyarakat melakukan impor barang maka akan semakin besar pula kemungkinan terjadinya
devaluasi. Tingginya volume barang dari luar negeri yang tidak diimbangi dengan ekspor
barang menjadikan terjadinya devaluasi.
Jika impor barang terus meningkat, permintaan untuk konversi nilai mata uang lokal juga
meningkat. Permintaan yang semakin tinggi ini pun akan naik dan nilai rupiah akan menurun.
Diputuskannya kebijakan devaluasi oleh pemerintah sebagai bentuk mitigasi menstabilkan
ekonomi negara.
Secara singkatnya, penyebab terjadinya devaluasi yaitu aktivitas impor yang tinggi
tanpa diimbangi ekspor yang tinggi pulas seperti bahan dasar, elektronik maupun kebutuhan
yang lainnya. Penyebab selanjutnya yaitu kegiatan ekspor yang hanya pada biota makanan dan
laut saja. Selain kedua penyebab tersebut, ada penyebab lain yaitu tingkat pengangguran yang
tinggi. Semakin tinggi tingkat pengangguran maka akan semakin cepat terjadinya devaluasi.
ekonomi kerakyatan
Arah pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh Presiden Jokowi selama 4
tahun ini bisa dikatakan sudah tepat atau 'on the track'. Arah kebijakannya secara makro
dan fundamental sudah tepat, yaitu selain menguatkan daya saing secara nasional, juga
membangun dan meningkatkan ekonomi kerakyatan.
Ekonomi kerakyatan ini bisa dipahami sebagai sistem ekonomi yang berbasis
pada kekuatan ekonomi rakyat. Sedangkan, ekonomi rakyat sendiri adalah sebuah
aktivitas ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan, yang secara
swadaya mengelola sumberdaya ekonomi yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang
mana ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keluarganya, tanpa harus
mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya.
Jadi poin ekonomi rakyat ini adalah aktivitas usaha rakyat, mandiri, swadaya,
dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keluarga. Dan, yang paling
terpenting tidak merugikan pihak lain. Dalam pengertian sehari-hari kita bisa melihat
ekonomi rakyat ini dalam wujud UMKM.
Peranan ekonomi kerakyatan ini cukup besar dalam perekonomian nasional.
Bahkan, bisa dikatakan sebagai tulang punggung ekonomi nasional saat ini. Sebab,
kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai hingga 60,34 persen.
Jumlah UMKM ini juga sangat dominan, yakni mencapai 98,5 persen dari seluruh
aktivitas ekonomi, dengan rincian usaha kecil 93,4 persen dan usaha menengah
mencapai 5,1 persen. Penyerapan tenaga kerja pun juga besar, yaitu mencapai hingga 97
persen.
Melihat besarnya potensi ekonomi berbasis kerakyatan itu, pemerintahan
Presiden Jokowi mendorong berbagai program yang mendukung tumbuhnya ekonomi
kerakyatan ini. Yaitu, mulai dengan membangun dari pinggiran dan desa, membuka
akses jalan dan jembatan ke daerah terisolasi/tertinggal, dan memperkuat basis
pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan.
Kemudian, salah satu yang terpenting adalah memberikan akses prmodalan pada
usaha rakyat. Hal itu diwujudkan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui
Bank BUMN.
Untuk mendukung pertumbuhan UMKM tersebut, selama 4 tahun ini
pemerintah terus menambah plafon KUR untuk usaha rakyat. Dimulai dari alokasi
sebesar 22,75 T pada tahun 2015, naik menjadi 94,4 T pada 2016, kemudian 95,56 T
pada tahun 2017, hingga 123,53 T pada tahun 2018.
Disamping itu, pemerintah juga terus memangkas suku bunga Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dari yang awalnya 22%, hingga menjadi hanya 7% per tahun. Kebijakan
ini dimulai sejak 1 Januari 2018.
Sedangkan realisasi penyaluran KUR hingga Agustus 2018 senilai Rp. 87,5
Triliun atau sekitar 73%. Jumlah kredit ini telah disalurkan kepada sekitar 3,3 juta
debitur melalui 41 bank, lembaga keuangan non-bank maupun koperasi.
Berdasarkan data realisasi KUR yang dihimpun oleh sekretariat Komite
Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM, sejak tahun 2015 sampai dengan Juni 2018, nilai
KUR yang telah disalurkan sebesar Rp 277,4 Triliun dengan outstanding sebesar Rp
130,8 Triliun kepada 11,8 juta pelaku UMKM. Capaian tersebut juga diikuti dengan
terjaganya tingkat Non Performing Loan (NPL) KUR pada tingkatan 1,06 %.
Pada tahun ini, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk sektor produksi
mempunyai target minimum sebesar 50%. Meningkatnya target penyaluran KUR ini
sebagai bentuk keberpihakan pemerintah dalam mendukung pengembangan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di tanah air.
Selain skema KUR, pemerintahan Presiden Jokowi juga mengajukan program
Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) untuk memberikan akses permodalan kepada usaha
rakyat. Program ini adalah skema kredit yang khusus menyasar usaha mikro yang
berada di lapisan terbawah dan biasanya belum bisa difasilitasi perbankan melalui
program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Program UMi diinisiasi oleh pemerintahan Presiden Jokowi sejak pertengahan
2017 dengan sasaran pelaku usaha sektor mikro yang tidak memiliki akses kredit dari
perbankan atau belum bank-able, dengan sasaran 44 juta pelaku usaha di seluruh
Indonesia.
Pada tahun 2018 ini, pembiayaan ultra mikro (UMi) meningkat dibandingkan periode
sebelumnya. Pemerintah menyiapkan dana 3,24 triliun rupiah untuk kredit UMi dengan
target penerima dana lebih dari 800.000 debitur pada 2018.
Sebelumnya, realisasi pembiayaan UMi pada 2017 mencapai 743 miliar rupiah untuk
307.000 debitur dengan tingkat pinjaman bervariasi mulai dari 1 juta hingga 10 juta
rupiah per debitur.
Kebijakan berikutnya yang berpihak pada usaha rakyat ditunjukkan oleh
pemerintahan Presiden Jokowi melalui penurunan pajak untuk UMKM. Mulai tahun ini,
pemerintah menurunkan pajak UMKM dari 1% menjadi 0,5% per tahun. Diakui oleh
Presiden Jokowi, langkah ini ditujukan untuk memberikan insentif agar pelaku UMKM
bisa membuat usahanya lebih besar lagi.
Secara singkat, ada 3 kebijakan yang dilakukan pemerintahan Presiden Jokowi
untuk menguatkan ekonomi kerakyatan, yaitu akses permodalan KUR, UMi, dan
penurunan pajak.
Dengan adanya beberapa program tersebut, Presiden Jokowi berharap agar
UMKM dapat lebih cepat naik kelas, sehingga yang kecil menjadi menengah, kemudian
yang menengah bisa menjadi besar. Sehingga usaha rakyat ini bisa menjadi usaha-usaha
nasional yang kuat dan tangguh.