Anda di halaman 1dari 62

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI IMPLMENTASI KEPUTUSAN

PRESIDEN (KEPPRES) NOMOR 12 TAHUN 2020 TENTANG

PENETAPAN BENCANA NON ALAM PENYEBARAN CORONA VIRUS

DISEASE (COVID-19) SEBAGAI BENCANA NASIONAL

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sintuwu Maroso

OLEH :
MASNUR
NIRM : 91711403161029

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO

2021
Telah diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Sarjana pada Fakultas Hukum

Universitas Sintuwu Maroso Poso, pada tanggal 14 juni 2021

Panitia Ujian

Ketua (Dekan) : Dr. Abdul Muthalib Rimi, S.H,. M.H ……………….

Sekretaris : Albert Morangki, S.H,. M.H ……………….

Anggota : Darmi L. Penyami, S.H,. M.H ……………….

Penguji : Moh. Irfan Latowale, S.H,. M.H ………………..

: Ara Heppy Koespitasari, S.H,. M.H ………………..

: Albert Morangki, S.H,. M.H ………………...

: Jemmy Dedi Rengku, S.H,. M.H ………………...

DEKAN

Dr. Abdul Muthalib Rimi, S.H,. M.H


NIDN : 0914086002

LULUS PADA TANGGAL, 14 juni 2021


LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : TINJAUAN YURIDIS MENGENAI IMPLEMENTASI

KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES) NOMOR 12

TAHUN 2020 TENTANG PENETAPAN BENCANA

NON ALAM PENYEBARAN CORONA VIRUS

DISEASE 2019 (COVID-19) SEBAGAI BENCANA

NASIONAL

NAMA : MASNUR

NIRM : 91711403161029

Menyetujui
Komisi Pembimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

MOH. IRFAN LATOWALE, SH., MH ARA HEPPY KOESPITASARI,SH., MH

Dekan Ketua Program Stuudi

Dr. Abdul Muthalib Rimi, S.H,. M.H Darmi L. Penyami, S.H,. M.H
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis diberikan kesehatan, kesabaran, dan
keikhlasan dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Tinjauan
Yuridis Mengenai Implementasi Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12
Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus
Disease (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum pada program strata satu Fakultas Hukum
Universitas Sintuwu Maroso Poso.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan perkenan Allah SWT dan berkat
dorongan semangat, tenaga, dan pikiran serta bimbingan dari berbagai pihak yang
sangat membantu penulis. Oleh karena itu, penulis akan menyampaikan rasa
terima kasih dan rasa penghormatan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Suwardhi Pantih, S.SOS., M.M, selaku Rektor Universitas Sintuwu
Maroso beserta seluruh Staf dan jajarannya.
2. Bapak Dr. Abdul Muthalib Rimi, S.H., M.H, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sintuwu Maroso Poso.
3. Bapak Albert Morangki, S.H., M.H, selaku Wakil Dekan Faklutas Hukum
Universitas Sintuwu Maroso Poso.
4. Bapak Darmi L. Penyami, S.H., M.H, selaku Ketua Program Studi Fakultas
Hukum Universitas Sintuwu Maroso Poso.
5. Bapak Moh. Irfan Latowale, S.H., M.H,. selaku Pembimbing I dan Ibu Ara
Heppy Koespitasary, S.H., M.H, selaku Pembimbing II yang telah sudi
mencurahkan waktu serta memberikan banyak bimbingan kepada penulis
selama proses penyelesaian penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Albert Morangki, S.H., M.H. dan Bapak Jemmy Dedi Rengku, S.H.,
M.H, selaku Tim Penguji yang telah banyak memberi masukan dan saran
dalam upaya penyempurnaan karya tulis ini.
7. Seluruh Staf Dosen pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Sintuwu
Maroso Poso yang telah memberi banyak ilmu, kerja sama, serta penulis
dengan baik selama menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sintuwu
Maroso.
8. Staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas Sintuwu Maroso yang selalu
setia melayani penulis dalam urusan administrasi.
9. Terima kasih banyak buat Papa Basirin dan Mama Nasrah, kakak-kakakku
Muhammad Faisal Afandi dan Nasriani Dian Pratiwi serta adikku Cittya
Nurul Izza yang selalu setia memberi support dalam menyelesaikan skripsi
ini.
10. Terima kasih buat Ibu angkatku di Poso, Ibu Farida yang tidak henti-
hentinya memberikan semangat dan support.
11. Teman-teman seperjuangan Kelas A (Reguler) 2017 Fakultas Hukum
Universitas Sintuwu Maroso, yang saling memberikan motivasi, nasihat dan
membantu dalam berbagai hal.
12. Terima kasih kepada seniorku Angkatan 2015 Kelas B (Non Reguler) yakni
Meika Ayu Wulandari yang selalu memberikan masukan dan motivasi kepada
saya dalam mengerjakan skripsi ini.

Terima kasih atas bantuan, atensi serta saran-saran yang telah diberikan
kepada penulis. Allah SWT kiranya yang akan membalas semua kebaikan yang
telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan sempai dengan
penyelesaian penelitian ini.

Poso, 2021

MASNUR
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………iv
ABSTRAK………………………………………………………………………vi
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………….......................1

B. Rumusan Masalah……………………………………………....................8

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..8

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bencana ………...……………………………...…...………..10

B. Pengertian Bencana Nonalam……………………………..………...…...10

C. Pengertian pandemi…………………………………………..………..…11

D. Pengertian Wabah………………………………………………..…..…..11

E. Pengertian Kesehatan…………………………………………..……...…11

F. Pengertian Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020…...12

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan Masalah…………………….………………………13

B. Sumber-sumber Penelitian……………………………………………….13

C. Prosedur Pengumpulan Dan Pengelolaan Bahan-bahan Hukum………...15

D. Metode Analisis Masalah……………………………………………..….16


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peraturan Penetapan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19)

Sebagai Bencana Nasional Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12

Tahun 2020 ……………………………………………….……………..17

B. Penerapan Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020…...22

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………47

B. Saran…………………….……………………………………………….48

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..50
ABSTRAK SKRIPSI

Masnur, 2021. TINJAUAN YURIDIS MENGENAI IMPLEMNTASI


KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES) NOMOR 12 TAHUN 2020 TENTANG
PENETAPAN BENCANA NON ALAM PENYEBARAN VIRUS CORONA
DISEASE (COVID-19) SEBAGAI BENCANA NASIONAL. Fakultas Hukum
Universitas Sintuwu Maroso.
Dibimbing Oleh Moh. Irfan Latowale, S.H,. M.H dan Ara Heppy Koespitasari,
S.H,. M.H
Pandemi dari mewabahnya Virus Corona Disease (COVID-19) telah
menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi kehidupan manusia, banyaknya
korban jiwa baik yang tertular/terinfeksi hingga meninggal dunia akibat
keganasan virus ini. Dampak lainnya adalah terpuruknya di bidang ekonomi
masyarakat dan banyaknya perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) dikarenakan kurangnya daya beli masyarakat. Dikarenakan aspek-aspek
tersebut membuat Presiden Republik Indonesia Menetapkan Pandemi dari Virus
Corona Disease (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional dalam bentuk Keputusan
Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Non
Alam Penyeberan Virus Corona Disease (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.
Keppres ini dibuat untuk mempercepat penangana penyebaran virus corona yang
menyebar luas hampir di seluruh wilayah di Indonesia.
Penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah sebagai berikut: (1)
Bagaimanakah peraturan penetapan penyebaran Corona Virus Disease (COVID-
19) sebagai Bencana Nasional menurut Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor
12 Tahun 2020? dan (2) Bagaimanakah penerapan Keputusan Presiden
(KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020?. Adapun yang menjadi tujuan daripada
penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana peraturan penetapan
penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional
menurut Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020. 2. Untuk
mengetahui bagaimana penerapan Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12
Tahun 2020.
Bahan-bahan penelitian diperoleh melalui Metode Penelitian Hukum
Normatif, maka penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
Konseptual (Conceptual Approach) dan pendekatan Perundang-Undangan (Statue
Approach). Hasil penelitian, Implementasi dari Keputusan Presiden (KEPPRES)
Nomor 12 Tahun 2020 ini adalah dilakukannya segala upaya untuk menangani
bencana nasional atas penyebaran virus corona, dalam Keputusan Presiden Nomor
12 Tahun 2020 tersebut dijelaskan pemerintah pusat memberikan kewenangan
kepada kepala daerah baik Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagai Ketua Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona Disease (COVID-19) guna
penanganan penyebaran virus corona yang lebih maksimal.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bencana merupakan sebuah peristiwa dimana akibat peristiwa tersebut

memberikan dampak kerugian besar terhadap kehidupan manusia, di dalam pasal

1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan

Bencana mendifinisikan Bencana adalah rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu dalam kehidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor

alam dan/ atau faktor nonalam maupun faktor manusia yang mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan

dampak psikologis.

Bencana nonalam menjadi salah satu jenis bencana dalam Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, di dalam pasal 1 ayat

(3) menjelaskan bahwa bencana nonalam merupakan bencana yang diakibatkan

oleh serangkaian peristiwa dari nonalam diantara lain berupa gagal modernisasi

gagal teknologi, ledakan nuklir, dampak industri, pencemaran lingkngan, wabah

penyakit, dan epidemi.

Salah satu bencana nonalam yang sedang terjadi saat ini ialah sebuah pandemi

dari mewabahnya Virus Corona (COVID-19) yang telah menular hampir seluruh

wilayah di dunia, di dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang

Wabah Penyakit Menular menjelaskan bahwa wabah merupakan suatu kejadian


penyakit yang menular terhadap manusia dengan tingkat penyebaran yang sangat

besar pada

waktu dan daerah tertentu.

Virus Corona adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai

dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis Corona Virus yang

diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti

Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS). Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis

baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus

penyebabnya COVID-19 ini dinamakan Sars-coV-2. Virus corona adalah zoonosis

(ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS

ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke

manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penukaran Corona Virus Disease

(COVID-19) ini masih belum diketahui.

Tanda dan gejala umum infeksi Corona Virus Disease (COVID-19) antara lain

gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa

inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus

Corona Virus Disease (COVID-19) yang berat dapat menyebabkan pneumonia,

sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan

gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan

beberapa kasus mengalami kesulitan pernapasan, dan hasil rontgen menunjukkan

infiltrate pneumonia luas di kedua paru-paru.


Wabah Corona Virus Disease (COVID-19) dapat menular dari manusia ke

manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang yang

paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien

Corana Virus Disease (COVID-19). Rekomendasi standar untuk mencegah

penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan, menghindari kontak secara

langsung dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak erat dengan

siapapun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin.

Dan selalu menerapkan 5M, yaitu :

1. Menjaga jarak.

2. Memakai masker.

3. Mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.

4. Menjauhi keramaian.

5. Membatasi mobilitasi dan interaksi.

Pada saat awal munculnya kasus pertama Corona Virus Disease (COVID-19)

di Indonesia membuat penyebarannya langsung meningkat tajam terutama di

jantung ibu kota negara Indonesia dan diikuti oleh beberapa daerah sekitar DKI

Jakarta dan wilayah lainnya di Indonesia. Dengan penyebaran yang sangat begitu

cepat membuat Kepala Daerah Provinsi DKI Jakarta mengambil langkah dengan

menerapkan karantina wilayah atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Beberapa bidang kehidupan menjadi sasaran akibat mewabahnya Virus Corona

Disease (COVID-19), diantaranya :

1. Kesehatan, Sektor paling pertama yang paling terpukul akibat mewabahnya

virus corona adalah sektor kesehatan, banyaknya rumah sakit mulai dari
rumah sakit umum hingga swasta kewalahan akibat melonjaknya pasien

yang terpapar virus corona, dan masyarakat yang mengeluhkan tidak

mendapat pelayanan kesehatan yang maksimal. Adapun masyarakat yang

merasa takut untuk datang ke rumah sakit karena takut terpaparnya virus

corona atau masyarakat yang ingin melakukan pemeriksaan kesehatan

umum, masyarakat lebih memilih menahan untuk melakukan pemeriksaan

dari pada mengambil resiko besar kemungkinan terpapar virus corona di

rumah sakit. Para tenaga medis juga sangat berisko terpapar virus corona

karena mereka adalah orang pertama terdepan dalam penanganan pasien

corona dan melakukan berkontak langsung kepada pasien walaupun para

tenaga medis dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD). Banyaknya

kasus-kasus tenaga medis yang ikut terpapar virus corona dan dirawat

dengan pasien lainnya bahkan ada banyak kasus para tenaga medis

meninggal dunia akibat virus corona, baik itu dokter hingga tenaga

pembantu kesehatan.

2. Perekonomian. Masuknya virus corona di Indonesia membuat

perekonomian terpuruk akibat roda perekonomian yang tidak berjalan

dengan semestinya, daya beli masyarakat yang menurun dan banyaknya

pelaku usaha gulung tikar karena menurunnya jumlah pendapatan, ini

disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat dan berlakunya aturan

larangan masyarakat untuk melakukan kegiatan diluar rumah, membuat para

pengusaha baik pegusaha kecil hingga besar medapat kerugian yang sangat

besar, akhirnya banyak perusahaan besar melakukan putus hubungan kerja


(PHK) besar-besaran terhadap karyawan yang mengakibatkan

menambahnya permasalahan baru yakni meningkatnya jumlah

pengangguran dan angka kemiskinan masyarakat Indonesia.

3. Pendidikan, di bidang Pendidikan sendiri juga mengalami keterpurukan,

setelah mewabahnya Virus Corona di Indonesia semua Institusi Pendidikan

ikut meniadakan pembelajaran langsung, walaupun begitu pembelajaran

tetap berjalan walaupun secara Online (Daring). Metode pembelajaran ini

memiliki banyak kekurangan dan dikeluhkan orang tua pelajar, karena

masih banyak daerah-daerah terpencil yang masih minim akses internet dan

tidak semua memiliki handphone pintar (smartphone) untuk menerima

materi dari pengajar.

4. Di sektor wisata, ketika sebuah daerah atau negara melakukan karantina

wilayah atau lockdown, maka masyarakat atau wisatawan baik wisatawan

lokal maupun internasional tidak di izinkan masuk ke wilayah atau negara

tersebut guna memutus rantai penularah virus corona. Ini menjadikan para

pengusaha di sektor perhotelan dan restaurant harus menutup usahanya

karena tidak adanya wisatawan lokal atau mencanegara.

5. Transportasi, di bidang Transportasi menjadi imbas akibat diberlakukannya

karantina wilayah akibat mewabahnya virus corona, dampaknya mulai dari

transportasi yang ada di darat, laut hingga udara. Masih banyak masyarakat

yang sangat bergantung pada transportasi umum untuk melakukan

perjalanan baik di dalam kota maupun keluar kota. Ketika pemerintah

memberlakukan karantina wilayah dan menerapkan protokol kesehatan jika


melakukan kegiatan diluar rumah, menjadikan masyarakat tidak

menggunakan angkutan umum lagi karena berlakunya peraturan larangan

berkumpul dan menjaga jarak, dan masyarakat juga merasa takut

menggunakan transportasi umum karena resiko terpaparnya virus corona

sangat tinggi. Di transportasi udara yaitu penerbangan mengalami jumlah

penurunan penumpang dari imbas mewabahnya virus corona, akibatnya

banyak maskapai penerbangan mengalami kerugian sangat besar.

6. Sosial, dampak adanya karantina wilayah membuat masyarakat tidak

melakukan aktivitas sosial di luar rumah. Mulai larangan pergi bekerja,

bersekolah, membuat acara hingga beribadah. Jadi semua kegiatan hanya

boleh dilakukan di dalam rumah atau bersama keluarga. Aturan yang

diberlakukan soal bekerja dari rumah membuat beberapa kantor pemerintah

dan kantor pelayanan publik lainnya tidak mampu memberikan pelayanan

dengan maksimal, ditambah jam kantor yang dikurangi membuat sebagian

masyarakat tidak mendapatkan pelayanan.

7. Sektor terakhir adalah sektor pangan, karena memberlakukan karantina

wilayah akan dipastikan ketersediaan pangan akan berkurang, disebabkan

sebagain besar pemasok kebutuhan pokok berasal dari daerah di luar

karantina dan di tambah adanya larangan masuk ke daerah yang sedang

melakukan karantina. Para pelaku produksi bahan pangan juga mengurangi

produksi akibat turunnya daya beli masyarakat, karena pada masa karantina

masyarakat memilih berhemat dalam pengelolaan keuangannya.


Bencana akibat mewabahanya Virus Corona berbeda dengan bencana biasa

seperti banjir, gempa bumi dan lain-lainnya, dikarenakan wabah Virus Corona

dalam penanganannya sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama,

dibutuhkan kerja sama yang baik antara Pemerintah dan masyarakat dalam

pemutusan dan meminimalisirkan penyebaran dari Virus Corona. Bentuk untuk

mencegah bertambahnya kasus infeksi dari Virus Corona dengan memberikan

sebuah Vaksin guna meningkatkan imunitas dan kekebalan tubuh terhadap

ancaman Virus Corona.

Dari sekian banyak dampak yang sangat merugikan masyarakat dan

pemerintah di berbagai sektor kehidupan menjadikan pandemi dari wabah Virus

Corona Disesae (COVID-19) sebagai sebuah bencana. Karena dampak dari

penyebaran Virus ini menyebar hampir ke seluruh wilayah yang ada di Indonesia

dan membuat banyaknya korban jiwa akibat mewabahnya Virus Corona Disease

(COVID-19) baik yang terinfeksi hingga menyebabkan kematian akibat

keganasan Virus tersebut. Ini membuat Pemerintah Indonesia menetapkan wabah

Virus Corona Disease (COVID-19) sebagai Bencana Nasional Nonalam dengan

dibuatnya Keputusan Presiden (KEPPRES) No. 12 Tahun 2020 tentang

Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-

19) Sebagai Bencana Nasional pada tanggal 13 April 2020 oleh Presiden

Indonesia.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap : Tinjauan Yuridis Mengenai Implementasi Keputusan

Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana


Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) Sebagai Bencana

Nasional

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang termuat dalam latar belakang di atas, maka

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah peraturan penetapan penyebaran Corona Virus Disease

(COVID-19) sebagai Bencana Nasional menurut Keputusan Presiden

(KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020 ?

2. Bagaimanakah penerapan Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12

Tahun 2020 ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penullis dalam tulisan ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana peraturan penetapan penyebaran Corona

Virus Disease (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional menurut Keputusan

Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020.

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Keputusan Presiden (KEPPRES)

Nomor 12 Tahun 2020

D. Manfaat Penelitian
Dari manfaat penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat dan kegunaan
bagi penulis, teman-teman dan masyarakat. Adapun manfaat penulis ini antara

lain :

1. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam Hukum

yang berkaitan dengan pandemi Corona Virus Disease (COVID-19).

2. Sebagai bentuk pengabdian sebagai mahasiswa tingkat akhir untuk menguji

kualitas personalnya.

3. hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadireferensi bagi mahasiswa yang

sedang melakukan penelitian pada perpustakaan di Universitas Sintuwu

Maroso Poso.

4. Hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

S1 Sarjana Hukum di Universitas Sintuwu Maroso Poso


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bencana

Bencana adalah suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan

oleh alam, manusia atau disebabkan oleh keduanya yang menimbulkan korban

penderitaan pada manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan dan

fasilitas umum.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2001) mendifiniskan

bencana adalah peristiwa atau kejadian yang terjadi di suatu wilayah atau daerah

yang menimbulkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta

memburuknya kesehatan manusia dan pelayanan kesehatan, yang memerlukan

bantuan dari pihak luar.

Sedangkan menurut Badan Kesehatan Dunia yaitu WHO (2002)

mendefinisikan bencana ialah kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan

ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya kesehatan manusia atau

menurunya segi pelayanan kesehatan.


Menurut Heru Sri Haryanto mendifinisakn bahwa Bencana adalah terjadinya

kerusakan pada pola-pola kehidupan normal, yang bersifat merugikan manusia,

struktur sosial serta munculnya kebutuhan pada masyarakat.

B. Pengertian Bencana Nonalam

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan

Bencana menjelaskan bahwa Bencana Nonalam adalah bencana yang diakibatkan

oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa

kegagalan modernisasi gagal teknologi, wabah penyakit, dan epidemi.

C. Pengertian Pandemi

Pandemi merupakan epidemi sebuah penyakit terhadap manusia atau hewan

yang penyebarannya sangat luas, seperti antar negara bahkan antar benua.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menjelaskna bahwa

pandemi adalah sebuah penyakit atau wabah yang terjangkit dimana-mana atau

meliputi geografis yang sangat luas.

D. Pengertian Wabah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan Wabah adalah

sebuah istilah yang ditujukan untuk penyebutan sebuah penyakit yang tersebar

sangat luas yang menjangkit banyak orang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah

Penyakit Menular menjelaskan dalam pasal ayat (1) bahwa wabah penyakit

menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu


penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara

nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta

dapat menimbulkan malapetaka.

E. Pengertian Kesehatan

Kesehatan merupakan kondisi kesejahteraan jiwa, fisik, dan mental yang

memungkinkan manusia hidup lebih aktif secara sosial.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan adalah suatu keadaan

fisik , mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya tidak adanya penyakit

atau kelemahan.

F. Pengertian Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020

Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020 merupakan

sebuah keputusan yang ditetapkan oleh presiden guna penanggulangan

bencana nasional oleh penyebaran Virus Corona yang di laksanakan oleh

gugus tugas percepatan penanganan Corona Virus Disease (COVID-19)


BAB III

METODE PENILITIAN

A. Metode Pendekatan Masalah

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian hukum normatif, yaitu dengan cara meneliti bahan pustaka.. Penelitian

ini biasa disebut dengan penelitian kepustakaan atau studi dokumen. Menurut

Bambang Waluyo, nama lain dari penelitian yuridis normative adalah penelitian

hukum doktriner juga disebut sebagai penelitian perpustakaan atau studi

dokumen, karena penelitian ini dilakukan dan ditujukan hanya pada peraturan-

peraturan yang tertulis danbahan-bahan hukum lainnya (Bambang Waluyo 1991 :

13).

Adapun metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan undang-undang (statue Approach) yang dilakukan dengan cara

menelaah peraturan perundang-undangan maupun regulasi yang erat hubungannya

dengan judul penelitian ini. Selain itu penulis juga menggunakan metode

pendekatan konseptual (concrptual approach) yaitu sebuah pendekatan dengan


menggunakan pandangan atau doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu

hukum. Pandangan atau doktrin-doktrin tersebut dapat memberikan kejelasan ide-

ide dengan memberikan pengertian-pengertian, asas hukum, maupun konsep

hukum yang sesuai dengan permasalahan hukum yang sedang diteliti.

B. Sumber-sumber Penilitian

Penelitian ini dilakukan terhadap bahan-bahan hukum dan perundang-

undangan. Sumber-sumber penelitian berupa bahan-bahan hukum primer dan

bahan-bahan hukum yang bersifat autoritatif, yang mempunyai otoritas. Bahan-

bahan dari hukum primer terdiri atas perundang-undangan dan putusan-putusan

hakim. Sedangkan bahan-bahan sekunder terdiri dari berupa publikasi berkaitan

dengan hukum dan komentar-komentar atau putusan-putusan pengadilan (Peter

Mahmud Marzuki, 2006 : 140).

Adapun bahan hukum yang digunakan sebagai sumber dalam penelitian ini

adalah :

1. Bahan hukum primer, yakni bahan-bahan dari perundang-undangan yang

tertulis yang dibentuk oleh Lembaga Negara atau pejabat yang berwenang

dan mengikat ssecara umum, yaitu :

a. Undang-Undang Dasar 1945.

b. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan

Bencana.

c. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit

Menular.
d. Undang-Undang Nomor 36 tentang Kesehatan.

e. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Karantina Kesehatan.

f. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan

Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penaganan Corona

Virus Disease (COVID-19)

g. Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020 tentang

Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease

(COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.

2. Bahan Hukum Sekunder, yakni bahan-bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan-bahan hukum primer berupa karya-karya ilmiah dan hasil

penelitian para ahli-ahli hukum.

3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan hukum yang dapat memberikan

petunjuk maupun penjelaan dan penjelasan terhadap bahan-bahan hukum

primer dan sekunder yakni dengan menggunakan kamus.

C. Prosedur Pengumpulan Data Dan Pengolahan Bahan-bahan Hukum

1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum, baik bahan Hukum Primer, bahan

Hukum Sekunder maupun bahan Hukum Tersier, bahkan juga bahan non

hukum berupa karya-karya ilmiah yang ada relevansinya dengan

permasalahan dalam penelitian ini.

2. Melakukan telaah atas semua bahan-bahan yang telah dikumpulkan,

kemudian di pilah-pilah dan diperiksa kembali yaliditasinya untuk

menghindari penggunaan bahan-bahan hukum yang kurang relevan dengan

materi penilitian
3. Menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab

permasalahan atau masalah hukum mengatur tentang Tinjauan Yuridis

Mengenai Implementasi Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun

2020 Tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus

Disease (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.

4. Memberikan saran-saaran berdasarkan argumentasi yang telah dikemukakan

dalam kesimpulan.

D. Metode Analisis Masalah

Penelitian hukum adalah merupakan suatu proses untuk menemukan aturan

hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna memecahkan

masalah. Jadi mengelolah bahan-bahan hukum yang diperoleh, peneliti

menggunakan metode induktif dan dedukatif yaitu cara berfikir yang bertitik tolak

dari kenyataan-kenyataan umum berupa fakta-fakta menuju kepada suatu

kesimpulan yang sifatnya khusus sehingga guna memperoleh pemahaman

komprehensif tentang jawaban atas permasalahan yang dikaji dalam penelitian

ini.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. peraturan penetapan penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19)

sebagai Bencana Nasional menurut Keputusan Presiden (KEPPRES)

Nomor 12 Tahun 2020

Penetapan peraturan terkait penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19)

Sebagai Bencana Nasional oleh Presiden Republik Indonesia tidak lepas dari

sebuah pandemi dari mewabahnya sebuah virus yang menular antar manusia.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular

menjelaskan bahwa wabah merupakan suatu kejadian penyakit yang menular

terhadap manusia dengan tingkat penyebaran yang sangat besar pada waktu dan
daerah tertentu. Di dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah

Penyakit Menular menjelaskan :

Pasal 1
Huruf a
Yang dimaksud dengan penyakit menular dalam undang-undang ini adalah

penyakit menular pada manusia. Karena penyakit dapat terjangkit dari hewan

kepada manusia atau sebaliknya (“zoonosa”), maka di dalam upaya

penanggulangan wabah selain ketentuan-ketentuan undang-undang ini, perlu juga

diperhatikan ketentuan-ketentuan mengenai kesehatan hewan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Peternakan Dan Kesehatan Hewan.

Yang dimaksud dengan jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi

dari keadaan yang lazim adalah sebagai berikut :

Berjangkitnya penyakit menular dalam masyarakat atau wilayah sangat

bervariasi sesuai dengan penyebab penyakit serta jumlah dan golongan

penduduk yang terancam. Pada umumnya jumlah penderita penyakit menular

di suatu wilayah diamati dalam satuan waktu tertentu (mingguan, empat

mingguan, atau tahunan).

Apabila jumlah penderita suatu penyakit menular meningkat melebihi

keadaan yang lazim di suatu daerah dalam satuan waktu tertentu, dan dapat

menimbulkan malapetaka, maka keadaan ini dapat dianggap sebagai suatu

wabah. Dengan demikian satu kasus tunggal dari siatu penyakit baru yang

belum diketahui sebelumnya disuatu daerah memerlukan laporan yang


secepatnya disertai dengan penyelidikan epidemiologis. Apabila ditemuka

penderita kedua dari jenis penyakit yang sama dan diperkirakan penyakit ini

dapat menimbulkan malapetaka, maka keadaan, ini cukup merupakan indikasi

(pertanda) untuk menetapkan daerah tersebut sebagai daerah wabah.

Penyebarannya yang susah terdeteksi membuat penyebarannya begitu cepat

dikarenakan tidak semua seseorang yang terinfeksi atau terpapar dari virus corona

memiliki gejala-gejala sebagai tanda seseorang tersebut telah terpapar virus

corona, hanya sebagian yang memiliki gejala jika terpapar virus corona khususnya

bagi orang-orang yang memiliki riwayat penyakit bawaan terutama penyakit paru-

paru atau sistem pernafasan. Pemutusan mata rantai penyebaran covid-19

mengalami kesulitan dikarenakan seseorang yang tidak mengalami gejala-gejala

dari terpaparnya virus tersebut membuat Gugus Tugas Percepatan Penanganan

Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) sulit melacak penyebarannya,

salah satu cara mengetahuinya dengan cara melakukan Swab test yang di analisis

di lab menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) secara berkala.

Keterpurukan di berbagai sektor kehidupan manusia dari mewabahnya virus

corona membuat masyarakat harus melakukan aktivitas dengan mengurangi

kegiatan diluar rumah dan berkontak dengan orang lain agar bisa terhindar

terpaparnya virus corona. Penyebaran yang sangat begitu cepat di wilayah

Indonesia membuat pemerintah mengambil langkah-langkah pencegahan, dengan

mengeluarkan peraturan-peraturan untuk mencegah atau meminimalisirkan

penyebaran virus corona. Salah satu peraturan yang disahkan akibat pandemi virus

corona adalah peraturan Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020


Tentang Penetapan Penyebaran Corona Virus (COVID-19) Sebagai Bencana

Nasional. Penetapan tersebut disebabkan penyebaran virus corona yang sangat

luas di wilayah Indonesia hingga menyebar ke pelosok-pelosok daerah, dan

menimbulkan kesengsaraan di masyarakat karena dampaknya hampir seluruh

aspek kehidupan masyarakat, terutama bagi para pelaku usaha besar, menengah,

hingga pelaku usaha kecil. Alasan wabah virus corona yang di tetapkan sebagai

Bencana Nasional karena sudah memenuhi unsur-unsur dalam kategori sebuah

bencana yang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana, ada beberapa indikator yang dipakai dalam

ditetapkannya penyebaran wabah virus corona sebagai suatu Bencana Nasional,

yakni :

1. Jumlah korban, akibat mewabahnya virus corona yang sangat cepat membuat

jumlah korban baik yang terpapar virus corona atau sampai meninggal dunia

terus meningkat.

2. Kerugian harta benda, banyaknya para pelaku usaha baik pelaku usaha besar,

menengah dan hingga kecil mengalami kerugian sangat besar dan bahkan ada

yang terpaksa menutup usahanya akibat kurangnya daya beli masyarakat

akibat mewabahnya virus corona.

3. Cakupan luas wilayah yang terkena bencana, penyebaran virus corona tidak

hanya di satu wilayah saja atau kota besar saja, melainkan menyebar luas

hingga masuk ke pelosok daerah yang mengakibatkan penyebarannya hingga

sekarang hampir selurus wilayah di Indonesia.


4. Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan, dampak dari penyebaran virus

corona bukan hanya disektor kesehatan, namun juga aspek ekonomi sosial,

banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal yang terjadi

diperusahaan-perusahaan besar maupun menegah diakibatkan turunnya daya

beli masyarakat mengakibatkan perusahaan mengurangi produksinya, untuk

mengurangi kerugian yang besar maka perusahaan melakukan PHK kepada

karyawan atau pegawai guna menutupi kerugian perusahaan tersebut.

Dasar hukum mengenai peraturan Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12

Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebran Corona Virus

Disease (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional ialah sebagai berikut :

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

2. Undang-Undang No.4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273).

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, tambahan

lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723).

4. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan

Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) sebagaimana telah diubah

dengan keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan atas

Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan

Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).


Dengan dasar-dasar hukum tersebut menjadikan pandemi dari wabah Virus

Corona Disease (COVID-19) sebagai sebuah bencana yang di kategorikan sebagai

sebuah Bencana Nonalam yang sangat memberikan dampak yang luar biasa

diberbagai sektor kehidupan manusia, yang menjadi perhatian akibat Pandemi

Virus Corona Disease (COVID-19) adalah dibidang kesehatan dan ekonomi. Di

bidang kesehatan merupakan yang paling mengalami keterpurukan dikarenakan

Virus Corona menyerang langsung ke tubuh manusia dan merusak sel-sel

kekebalan tubuh manusia, dengan beberapa alasan itulah menjadikan sebuah

pandemi Virus Corona Disease (COVID-19) sebagai suatu bencana nasional yang

menjadi perhatian penting bagi pemerintah.

B. Penerapan Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun

2020

Dalam penyebaran virus corona yang begitu cepat membuat pemerintah pusat

tidak mampu mengontrol penyebarannya hingga ke daerah-daerah di Indonesia.

Peraturan Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020 tersebut

dikeluarkan untuk mengoptimalkan penanganan penyebaran virus corona hingga

ke daerah-daerah terpelosok sekalipun karena penanganan penyebaran virus

corona sudah menjadi tugas setiap kepala daerah di wilayahnya masing-masing.

Peraturan Keputusan Prsiden (KEPPRES) Nomor 12 tahun 2020 dalam pasal

3 menyatakan bahwa Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagai ketua Gugus Tugas

percepatan penanganan Corona virus Disease 2019 (COVID-19) di daerah, dalam


menetapkan kebijakan oleh kepala daerah masing-masing harus memperhatikan

kebijakan pemerintah pusat, karena kewenangan sepenuhnya berada di pemerintah

pusat. Menjadikan dalam penanganan penyebaran virus corona bisa berjalan

dengan optimal dan dapat mengurangi beban dari pemerintah pusat dalam

penanganan penyebaran virus corona, namun kepala daerah memiliki tanggung

jawab atas daerahnya mengenai penanganan penyebaran virus corona, mulai dari

mengambil kebijakan-kebijakan apa saja dalam penanganan penyebaran virus

corona.

Pada umumnya kepala daerah akan membentuk Gugus tugas percepatan

penanganan Virus Corona Disease (COVID-19) yang akan menentukan status

zona daerahnya. Adapun zona mengenai penyebaran virus corona diantaranya:

1. Zona hijau, yaitu wilayah atau daerah yang sudah tidak ada kasus atau infeksi

dari virus corona dan risiko penularannya kecil dan bisa terkontrol. Dalam

implementasinya gugus tugas tetap melakukan pengawan dengan melakukan

pengawasan dan pemeriksaan terhadap seluruh pintu masuk ke daerah yang

berstatus zona hijau terasebut. Di zona ini kegiatan diluar rumah seperti

keagamaan, sekolah, transportasi, pemerintahan dan bisnis masih bisa

dijalankan, walaupun berstatus zona hijau kegiatan diluar rumah harus

memperhatikan standar protokol kesehatan yaitu 5M.

2. Zona kuning, yaitu wilayah atau daerah yang memiliki resiko penularan

rendah. Daerah yang masuk zona ini apabila penyebaran virus corona masih

bisa terkendali walaupun kemungkinan tranmisi, zona kuning kegiatan masih


bisa dilakukan di luar rumah namun terbatas dan harus melakukan penerapan

protokol kesehatan yang ketat.

3. Zona orange, yaitu wilayah atau daerah yang memiliki reiko penularan

sedang, zona tersebut memiliki resiko penularan cukup tinggi dan memiliki

kemungkinan potensi penyebaran tak terkendali. Kemungkinan tranmisi lokal

bisa terjadi dengan cepat dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan

Penyebaran Virus Corona Disease (COVID-19) memantau kluster-kluster

baru dan melakukan testing yang agresif untuk menekan penyebaran virus

corona. Pada zona ini kegiatan diluar rumah sangat di batasi dan disarankan

berada di rumah, kegaiatan yang mendesak boleh dilakukan di luar rumah

namun selalu menjaga jarak di segala aspek dan melakukan cuci tangan jika

kembali melakukan kegiatan di luar.

4. Zona merah, merupakan kategori zona yang paling memiliki resiko penularan

yang sangat tinggi, di zona ini penyebaran virus corona sangat tak terkendali

dan tranmisi penyebaran lokal sangat cepat menyebar, penyebarannya sangat

luas dan menyebabkan munculnya kluster-kluster baru.

Kepala daerah yang sekaligus juga sebagai ketua gugus tugas percepatan

penanganan penyebaran virus corona akan mengambil kebijakan jika

mendapatkan lonjakan kasus infeksi dari virus corona, kebijakan tersebut adalah

dilakukannya pembatasan sosial (social distancing) yakni pembatasan masyarakat

untuk melakukan kunjungan/kegiatan ke tempat ramai atau melakukan kontak

langsung dengan orang lain di luar rumah. Jika kasus penyebaran virus corona

meningkat walaupun melakukan pembatasan sosial (social distancing), Dalam


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Karantina Kesehatan,

menjelaskan bahwa Karantina merupakan pembatasan kegiatan dan/atau

pemisahan seseorang yang terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan

dalam peraturan perundang-undangan meskipun belum menunjukkan gejala

apapun atau sedang berada dalam masa inkubasi, dan/atau pemisahan peti kemas,

alat angkut, atau barang apapun yang diduga terkontaminasi dari orang dan/atau

barang yang mengandung penyebab penyakit atau sumber bahan terkontaminasi

lain untuk mecegah kemungkinan penyebaran ke orang dan/atau barang

sekitarnya.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Karantina Kesehatan.

Menjelaskan ada empat jenis karantina, yaitu :

1. Karantina Rumah

Karantina Rumah adalalah pembatasan penghuni dalam suatu rumah beserta

isinya yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa

untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau terkontaminasi.

Masyarakat yang berdekatan dengan rumah yang sedang melaksanakan karantina

tidak boleh melakukan interaksi langsung ataupun melakukan kegiatan yang

menimbulkan bersentuhan barang yang berhubungan langsung dengan rumah

yang sedang menjalankan karantina rumah.

Pasal 50

(1) Karantina rumah dilaksanakan pada situasi ditemukannya kasus kedaruratan

kesehatan masyarakat yang terjadi hanya di dalam satu rumah.


(2) Karantina rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan terhadap

seluruh orang dalam rumah, barang, atau alat angkut yang terjadi kontak erat

dengan kasus.

(3) Terhadap kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirujuk ke rumah sakit

yang memiliki kemampuan menangani kasus.

Pasal 51

(1) Pejabat karantina kesehatan wajib memberikan penjelasan kepada penghuni

rumah sebelum melaksanakan tindakan karantina rumah.

(2) Penghuni rumah yangdikarantina selain kasus, dilarang keluar rumah selama

waktu yang telah ditetapkan oleh pejabat karantina kesehatan.

Pasal 52

(1) Selama penyelenggaraan karantina rumah, kebutuhan hidup dasar bagi orang

dan makanan hewan ternak yang berada dalam karantina rumah menjadi tanggung

jawab pemerintah pusat.

(2) Tanggung jawab pemerintah pusat dalam penyelenggaraan karantina rumah

sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan melibatkan

pemerintah daerah dan pihak yang terkait.

2. Karantina Wilayah

Karantina Wilayah adalah pembatasan penduduk dalam suatu wilayah

termasuk pintu masuk beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau

terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran

penyakit atau kontaminasi.


Ketika dilakukannya karantina wilayah masyarakat yang sedang melakukan

karantina wilayah tidak boleh lagi melakukan kegiatan diluar rumah dan pintu

keluar dan masuk di tutup, artinya masyarakat baik yang berada di wilayah yang

melakukan karantina tidak diperbolehkan keluar dari wilayah tersebut,begitupun

sebaliknya masyarakat yang berada di luar wilayah yang melakukan karantina

tidak diperbolehkan masuk ke wilayah karantina.

Pasal 53

(1) Karantina wilayah merupakan bagian respons dari kedaduratan kesehatan

masyarakat.

(2) Karantina wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan kepada

seluruh anggota masyarakat di suatu wilayah apabila hasil dari hasil konfirmasi

laboratorium sudah terjadi penyebaran penyakit antar anggota masyarakat di

wilayah tersebut.

Pasal 54

(1) Pejabat karantina kesehatan wajib memberikan penjelasan kepada masyarakat

di wilayah setempat sebelum melaksanakan karantina wilayah.

(2) Wilayah yang dikarantina diberi garis karantina dan dijaga terus menerus oleh

pejabat karantina kesehatan dan Kepolisan Negara Republik Indonesia yang

berada di luar wilayah karantina.

(3) Anggota masyarakat yang dikarantina tidak boleh keluar masuk wilayah

karantina.
(4) Selama masa karantina wilayah ternyata salah satu atau beberapa anggota di

wilayah tersebut ada yang menderita penyakit kedaduratan kesehatan masyarakat

yang sedang terjadi maka dilakukan tindakan isolasi dan segera ke Rumah Sakit.

Pasal 55

(1) Selama dalam karantina wilayah, kebtuhan hidup dasar orang dan makanan

hewan ternak yang berada di wilayah karantina menjadi tanggung jawab

pemerintah pusat.

(2) Tanggung jawab pemerintah pusat dalam penyelenggaraan karantina wilayah

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan melibatkan pemerintah

daerah dan pihak terkait.

3. Karantina Rumah Sakit

Karantina Rumah Sakit adalah pembatasan seseorang dalam rumah sakit yang

diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk

mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.

Seseorang yang diduga terinfeksi atau sedang terinfeksi virus corona namun

tidak memiliki gejala-gejala akan dilakukan karantina rumah sakit guna

menghindari tertular di masyarakat terkhusus keluarga dan masyarakat yang

berdekatan rumah, karantina dilakukan selama maksimal 14 hari dengan

melakukan Rapid Test untuk secara berkala, jika pasien ketika melakukan Rapid

Test dinyatakan Non Reaktif maka pasien boleh diperbolehkan untuk pulang

namun masih melakukan protokol kesehatan secara ketat untuk menghindari

tertular atau terinfeksi kembali oleh virus corona.

Pasal 56
(1) Kegiatan karantina Rumah Sakit merupakan bagian respons dari kedaduratan

kesehatan masyarakat.

(2) Karantina Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

kepada seluruh orang yang berkunjung, orang yang bertugas, pasien dan barang,

serta apapun di suatu rumah sakit bila dibuktikan berdasarkan hasil konfirmasi

laboratorium telah terjadi penularan penyakit yang ada di ruang isolasi keluar

ruang isolasi.

Pasal 57

(1) Pejabat karantina kesehatan wajib memberikan penjelasan kepada orang yang

berkunjung, orang yang bertugas di rumah sakit, dan pasien sebelum

melaksanakan Karantina Rumah Sakit.

(2) Rumah Sakit yang dikarantina diberi garis karantina dan dijaga terus menerus

oleh pejabat karantina kesehatan, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang

berada di wilayah karantina.

(3) Seluruh orang, barang, dan/atau hewan yang berada di rumah sakit yang

dikarantina sebagaimana dimaksud pada auat (2) tidak boleh keluar dan masuk

rumah sakit.

Pasal 58

Selama dalam tindakan karantina rumah sakit, kebutuhan hidup dasar seluruh

orang yang berada di rumah sakit menjadi tanggung jawab pemerintah pusat

dan/atau pihak terkait.

4. Pembatasan Sosial Berskala Besar


Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah pembatasan kegiatan tertentu

penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau

terkontamiasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran atau

kontaminasi.

Pasal 59

(1) Pembatasan Sosial Berskala Besar merupakan bagian respons dari kedaduratan

kesehatan masyarakat.

(2) Pembatasan Sosial Berskala Besar bertujuan mencegah meluasnya penyebaran

penyakit kedaduratan kesehatan masyarakat yang sedang terjadi antar orang di

suatu wilayah tertentu.

(3) Pembatasan Sosial Berskala Besar sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)

paling sedikit meliputi :

a. Peliburan sekolah dan tempat kerja

b. Pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau

c. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.

(4) Penyelenggaraan Pemabatasan Sosial Berskala Besar berkoordinasi dan

bekerja sama dengan berbagai pihak terkait sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Tujuan penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan berdasarkan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Karantina Kesehatan sebagai berikut :

a. Melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau faktor resiko kesehatan

masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaduratan kesehatan masyarakat.


b. Mencegah dan menyangkal penyakit dan/atau faktor resiko masyarakat yang

berpotensi menimbulkan kedaduratan kesehatan masyarakat.

c. Meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan; dan

d. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan petugas

kesehatan.

Kepala Daerah yang sekaligus menjadi ketua Gugus Tugas Percepatan

Penanganan Virus Corona Disease (COVID-19) akan mengambil kebijakan

terakhir jika di wilayahnya mengalami lonjakan penyebaran virus corona yang

begitu cepat dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB, dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang

Pembatasan Sosial Bersekala Besar dalam rangka percepatan penanganan Corona

Virus Disease (COVID-19) pada pasal 1, disebutkan bahwa pembatasan sosial

bersekala besar adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu

wilayah yang diduga terinfeksi Corona Virus Disease (COVID-19) sedemikian

rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran CoronaVirus Disease (COVID-

19).

Penetapan suatu wilayah yang dikategorikan sebagai Pembatasan Sosial

Berskala Besar haruslah mendapat persetujuan dari kementrian kesehatan

sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Bersekala Besar dalam rangka

percepatan penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) pasal 2 “Dengan

persetujuan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

kesehatan, pemerintah daerah dapat melakukan Pembatasan Sosial Bersekala


Besar atau pembatasan terhadap pergerakan orang dan barang untuk satu provinsi

atau kabupaten/kota tertentu. Pelaksanaan Pembatasan Sosial bersekala Besar

harus didasarkan pada pertimbangan epidomiologis, besarnya ancaman,

efektifitas, dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan politik,

ekonomi, sosial, budaya pertahanan dan keamanan”.

Kepala Daerah harus mengetahui kriteria untuk bisa mengajukan menerapkan

Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) diantaranya :

1. Persyaratan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah

terpenuhinya kriteria situasi penyakit berupa peningkatan signifikan jumlah

kasus dan/atau kematian akibat penyakit, penyebaran kasus yang cepat ke

beberapa wilayah, dan terdapat kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa

di wilayah atau negara lain. Karenanya, penetapan Pembatasan Sosial

Berskala Besar oleh Menteri didasarkan pada terjadinya peningkatan jumlah

kasus dan/atau kematian secara bermakna dalam kurun waktu tertentu, dan

ada bukti terjadinya transmisi lokal.

2. Peningkatan jumlah kasus dan/atau kematian secara bermakna diketahui dari

pengamatan kurva epidemologis kasus dan/atau kematian. Adanya

kecenderungan peningkatan kasus dan/atau kematian dalam kurun waktu hari

atau minggu menjadi bukti peningkatan bermakna.

3. Kecepatan penyebaran penyakit di suatu area/wilayah dilakukan dengan

melakukan pengamatan area/wilayah penyebaran penyakit secara harian dan

mingguan. Penambahan area/wilayah penyebaran penyakit dalam kurun

waktu hari atau minggu menjadi bukti cepatnya penyebaran penyakit.


4. Terjadinya transmisi lokal di suatu area/wilayah menunjukkan bahwa virus

penyebab penyakit telah bersikulasi di area/wilayah tersebut dan bukan

merupakan kasus dari daerah lain.

Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) paling sedikit dilakukan dengan

peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan; dan atau

pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Pembatasan kegiatan PSBB

harus mempertimbangkan kebutuhan Pendidikan, produktivitas kerja, dan ibadah

penduduk dan juga harus dilakukan dengan memperhatikan pemenuhan

kebutuhan dasar penduduk. Yang dimaksud dengan “kebutuhan dasar penduduk”

antara lain kebutuhan pelayanan kesehatan, kebutuhan pangan, dan kebutuhan

kehidupan sehari-hari lainnya.

Jika sudah memenuhi pertimbangan mengenai kebutuhan masyarakat jika

dilakukannya PSBB maka Kepala Daerah dapat melakukan pengusulan. Adapun

langkah-langkah dalam pengusulan PSBB diantaranya :

1. Gubernur/bupati/walikota menyampaikan usulan kepada Menteri disertai

dengan data gambaran epidemilogis dan aspek lain seperti ketersediaan

logistic dan kebutuhan dasar lain, ketersediaan fasilitas kesehatan, tenaga

kesehatan, dan perbekalan kesehatan termasuk obat dan alat kesehatan. Data

yang disampaikan kepada Menteri juga termasuk gambaran kesiapan Gugus

Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) Daerah.

2. Ketua pelaksana Gugus tugas percepatan Penanganan Corona Virus Disease

(COVID-19) dalam menyampaikan usulan kepada Menteri untuk menetapkan


Pembatasan Sosial Berskala Besar di wilayah tertentu, berdasarkan penilaian

terhadap kriteria Pembatasan Sosial Berskala Besar.

3. Permohonan oleh gubernur/bupati/walikota dapat disampaikan secara sendiri-

sendiri atau Bersama-sama.

4. Permohonan dari gubernur untuk lingkup satu provinsi atau kabupaten/kota di

wilayahnya.

5. Permohonan dari bupati/walikota untuk lingkup satu kabupaten/kota di

wilayahnya.

6. Dalam hal bupati/walikota akan mengajukan daerahnya ditetapkan

Pembatasan Sosial Berskala Besar, maka terlebih dahulu konsultasi kepada

gubernur dan surat permohonan penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar

ditembuskan kepada gubernur.

7. Dalam hal terdapat kesepatan Pemerintah Daerah lintas provinsi untuk

ditetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar secara Bersama, maka

pengajuan permohonan Pembatasan Sosial Berskala Besar kepada Menteri

dilakukan melalui Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus

Disease (VOVID-19). Untuk itu, kepada Pemerintah Daerah yang daerahnya

akan ditetapkan secara Bersama-sama harus berkordinasi dengan Ketua

Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease

(COVID-19).

8. Untuk percepatan proses penetapan, permohonan tersebut dapat disampaikan

dalam bentuk file elektronik, yang ditujukan pada alamaat email

psbb.covid19@kemkes.go.id.
9. Penetapan Pembatasan sosial Berskala Besar oleh Menteri dilakukan

berdasarkan rekomendasi kajian dari tim yang dibentuk yang sudah

berkordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan CoronaVirus

disease (COVID-19). Kajian tersebut berupa kajian epidemiologis dan kajian

terhadap aspek politik, ekonom, sosial, budaya pertahanan, dan keamanan.

Untuk itu tim yang dibentuk terdiri dari unsur kementrian kesehatan,

kementrian/lembaga lain yang terkait dan para ahli.

10. Menteri menyampaikan keputusan atas usulan Pembatasan sosial Berskala

Besar untuk wilayah Provinsi/kabupaten/kota tertentu dalam waktu paling

lama 2 (dua) hari sejak diterimanya permohonan penetapan.

11. Dalam hal permohonan penetapan belum disertai dengan data dukung, maka

Pemeritah Daerah harus melengkapi data dukung paling lambat 2 (dua) hari

sejak menerima pemberitahuan dan selanjutnya diajukan kembali kepada

Menteri.

12. Penetapan dilaksanakan dengan mempertimbangkan rekomendasi tim dan

memperhatikan pertimbangan dari Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan

Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

13. Pertimbangan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus

Disease 2019 (COVID-19). Paling lama disampaikan kepada Menteri dalam

waktu 1 (satu) hari sejak diterimanya permohonan penetapan. Dalam hal

waktu tersebut tidak dapat dipenuhi, maka Menteri dapat menetapkan

Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan tetap memperhatikan ketentuan

peraturan perundang-undangan.
14. Formulir permohonan penetapan Pembatasan sosial Berskala Besar oleh

gubernur/bupati/walikota, atau Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilakukan selama

masa inkubasi terpanjang (14 hari). Jika masih terdapat bukti penyebab berupa

adanya kasus baru, dapat diperpanjang dalam masa 14 hari sejak ditemukannya

kasus terakhir. Beberapa aspek dan bidang yang akan menjadi dampak dari

penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diantaranya :

1. Peliburan Sekolah

a. Yang dimaksud dengan peliburan sekolah adalah penghentian proses belajar

mengajar di sekolah dan menggantinya dengan proses belajar mengajar di

rumah dengan media yang paling efektif.

b. Pembatasan kegiatan semua lembaga Pendidikan, pelatihan, penelitian,

pembinaan, dan lembaga sejenisnya, dengan tetap dapat menjalankan proses

pembelajaran melalui media yang paling efektif dengan mengutamakan

upaya pencegahanpenyebaran penyakit.

c. Pengecualian peliburan sekolah bagi lembaga Pendidikan, pelatihan,

penelitian yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.

2. Peliburan Tempat Kerja

a. Yang dimaksud dengan peliburan tempat kerja adalah pembatasan proses

bekerja di tempat kerja dan menggantinya dengan proses bekerja di

rumah/tempat tinggal, untuk menjaga produktivitas/kinerja bekerja.


b. Pengecualian peliburan tempat kerja yaitu bagi kantor atau instansi tertentu

yang memberikan pelayanan terkait pertahanan dan keamanan, ketertiban

umum, kebutuhan pangan, bahan bakar minyak dan gas, pelayanan

kesehatan, perekonomian, keuanagan, komunikasi, industri, ekspor dan

impor, distribusi, logistic, dan kebutuhan dasar lainnya sebagai berikut ;

1) Kantor pemerintah di tingkat pusat dan daerah, badan usaha milik negara

(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan perusahaan publik

tertentu seperti :

a) Kantor Pemerintah terkait aspek Pertahanan Keamanan :

(1) Instansi Tentara Nasional Indonesia (TNI)

(2) Instansi Kepolisian Negara Republik indinesia (POLRI).

b) Bank Indonesia, Lembaga Keuangan, dan Perbankan

c) Utilitas publik (termasuk pelabuhan, bandar udara, penyeberanagn,

pusat distribusi dan logistik, telekomunikasi, minyak dan gas bumi,

listrik, air dan sanitasi)

d) Pembangkit listrik dan unit transmisi

e) Kantor Pos

f) Pemadam kebakaran

g) Pusat informatika nasional

h) Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara

i) Bea Cukai di Pelabuhan/ Bandara/ Perbatasan darat

j) Karantina hewan,ikan, dan tumbuhan

k) Kantor pajak
l) Lemabaga/badan yang bertanggung jawab untuk menajemen

bencana dan peringatan dini.

m) Unit yang bertanggung jawab untuk mengoperasikan dan

memelihara kebun binatang, pembibitan, margasatwa, pemadam

kebakaran di hutan, menyiram tanaman, patrol dan pergerakan yang

diperlukan.

n) Unit yang bertanggung jawab untuk pengelolaan panti asuhan/ panti

jompo/ panti sosial lainnya.

Kecuali untuk TNI/POLRI, kantor tersebut diatas harus bekerja dengan

jumlah minimum karyawan dan tetap mengutamakan upaya pencegahan

penyebaran penyakit (pemutusan rantai penularan) sesai dengan protokol

di tempat kerja.

2) Perusahaan komersial dan swasta :

a) Toko-toko yang berhubungan dengan bahan dan barang pangan atau

kebutuhan pokok serta barang penting, yang mencapai makanan

(antara lain : beras, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih,

bawang bombay, gula, minyak goreng, tepung terigu, buah-buahan

dan sayuran, daging sapi, daging ayam, telur ayam, ikan, susu dan

produk susu, dan air minum dalam kemasan) termasuk warung

makan/rumah makan/restoran, serta barang penting yang mencakup

benih, bibit, pupuk, pestisida, obat dan vaksin untuk ternak, pakan

ternak, gas LPG, triplek, semen, besi baja konstruksi, dan baja

ringan.
b) Bank, kantor asuransi, penyelenggara system pembayaran, dan

ATM, termasuk vendor pengisian ATM dan vendor IT untuk operasi

perbankan, call center perbankan dan operasi ATM.

c) Media cetak dan elektronik.

d) Telekomunikasi, layanan internet, penyiaran dan layanan kabel. IT

dan layanan yang diaktifkan dengan IT (untuk layanan esensial)

sebisa mungkin diupayakan untuk bekerja dari rumah, kecuali untuk

mobilitas penyelenggaraan komunikasi, vendor/supplier

telekomunikasi/IT, dan penyelenggara infakstruktir data.

e) Pengiriman semua bahan dan barang pangan atau barang pokok serta

barang penting termasuk makanan, obat-obatan, peralatan medis.

f) Pompa bensin, LPG, outlet ritel dan penyimpanan Minyak dan Gas

bumi.

g) Pembangkit listrik, dan unit layanan tranmisi dan distribusi.

h) Layanan pasar modal sebagaimana yang ditentukan oleh Bursa Efek

Jakarta.

i) Layanan ekspedisi barang, termasuk sarana angkutanroda dua

berbasis aplikasi dengan Batasan hanya untuk mengangkut barang

dan tidak untuk penumpang.

j) Layanan penyimpanan dan pergudangan dingin (cold storage).

k) Layanan keamanan pribadi.


Kantor tersebut di atas harus bekerjsa dengan jumlah minimum karyawan

dan tetap mengutamakan upaya pencegahan penyebaran penyakit

(pemutusan rantai penularan) sesuai dengan protokol di tempat kerja.

3) Perusahaan industry dan kegiatan produksi :

a) Unit produksi komoditas esensial, termasuk obat-obatan, farmasi,

perangkat medis atau alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah

tangga, bahan baku dan zat antaranya.

b) Unit produksi, yang membuthkan proses berkelanjutan, setelah

mendapatkan izin yang diperlukan dari kementerian perindustrian.

c) Produksi Minyak dan Gas Bumi, batubara dan mineral dan kegiatan

yang terkait dengan operasi pertambangan.

d) Unit manufaktur bahan kemasan untuk makanan, obat-obatan,

farmasi dan alat kesehatan.

e) Kegiatan pertanian bahan pokok dan holtikultura.

f) Unit produksi barang ekspor.

g) Unit produksi barang pertanian, perkebunan, serta produksi usaha

mikro kecil menengah.

Kantor tersebut di atas harus bekerjsa dengan jumlah minimum karyawan

dan tetap mengutamakan upaya pencegahan penyebaran penyakit

(pemutusan rantai penularan) sesuai dengan protokol di tempat kerja.

4) Perusahaan logistik dan transportasi


a) Perusahaan angkutan darat untuk bahan dan barang pangan atau

barang pokok serta barang penting, barang ekspor dan impor,

logistik, distribusi, bahan baku dan bahan penolong untuk industry

dan usaha mikro kecil menengah.

b) Perusahaan pelayaran, penyeberangan, dan penerbangan untuk

angkutan barang.

c) Perusahaan jasa pengurusan transportasi dan penyelenggara pos.

d) Perusahaan jasa pergudangan termasuk cold chain.

Kantor tersebut di atas harus bekerjsa dengan jumlah minimum karyawan

dan tetap mengutamakan upaya pencegahan penyebaran penyakit

(pemutusan rantai penularan) sesuai dengan protokol di tempat kerja.

3. Pembatasan Kegiatan Keagamaan.

a. Bentuk pembatasan kegiatan keagamaan adalah kegiatan keagamaan yang

dilakukan di rumah dan dihadiri keluarga terbatas, dengan menjaga jarak

setiap orang.

b. Semua tempat ibadah harus ditutup untuk umum.

c. Pengecualian kegiatan keagamaan sebagaimana huruf a dilaksanakan dengan

pedoman pada peraturan perundang-undangan, dan fatwa atau pandangan

lembaga keagamaan resmi yang diakui oleh pemerintah.

d. Pemakaman yang orang meninggal bukan karena COVID-19 dengan jumlah

yang hadir tidak lebih dari 20 orang dapat diizinkan dengan mengutamakan

upaya pencegahan penyebaran penyakit (pemutusan rantai penularan).

4. Pembatasan Kegiatan di Tempat atau Fasilitas Umum.


Dalam bentuk pembatasan tempat atau fasilitas umum dengan memperhatikan

pemenuhan kebutuhan dasar penduduk, kecuali ;

a. Supermarket, minimarket, pasar, toko, atau tempat penjualan obat-obatan dan

peralatan medis kebutuhan pangan, barang kebutuhan pokok, barang penting,

bahan bakar minyak, gas, dan energi.

b. Fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas lain dalam rangka pemenuhan

pelayanan kesehatan. Rumah sakit dan semua instansi medis terkait, termasuk

unit produksi dan distribusi, baik sektor public maupun swasta, seperti

apotek, unit tranfusi darah, toko obat, toko bahan kimia dan peralatan medis,

laboratorium, klinik ambulance, dan laboratorium penelitian farmasi termasuk

faasilitas kesehatan untuk hewan akan tetap berfungsi. Transportasi untuk

semua tenaga medis, perawat, staf medis, layanan dukungan rumah sakit

lainnya tetap diizinkan untuk beroperasi.

c. Hotel, tempat penginapan (homestay), pondokan dan motel, yang

menampung wisatawan dan orang-orang yang terdampak akibat COVID-19,

staf medis dan darurat, awak udara dan laut.

d. Perusahaan yang digunakan/diperuntukkan untuk fasilitas karantina.

e. Fasilitas umum untuk kebutuhan perorangan.

f. Tempat atau fasilitas umum untuk pemenuhan kebutuhan dasar lainnya

termasuk kegiatan olahraga.

Pengecualian tersebut dilaksanakan dengan tetap dalam bentuk pembatasan

kerumunan orang serta berpedoman pada protokol dan peraturan perundang-

undangan.
5. Pembatasan Kegiatan Sosial Dan Budaya.

Pembatasan kegiatan sosial dan budaya dilaksanakan dalam bentuk pelarangan

kerumunan orang dalam kegiatan sosial dan budaya serta berpedoman pada

pandangan lembaga adat resmi yang diakui pemerintah dan peraturan perundang-

undangan.

Hal ini juga termasuk semua perkumpulan atau pertemuan politik, olahraga,

hiburan, akademik, dan budaya.

6. Pembatasan Moda Transportasi

a. Transportasi yang mengangkut penumpang

Semua layanan transportasi udara, laut, kereta api, jalan raya (kendaraan

umum/pribadi) tetap berjalan dengan pembatasan jumlah penumpang.

b. Transportasi yang mengangkut barang

Semua layanan transportasi udara, laut, kereta api, jalan raya tetap berjalan

untuk barang penting dan esensial, antara lain :

1) Angkutan truck barang untuk kebutuhan medis, kesehatan, dan sanitasi

2) Angkutan barang untuk keperluan bahan pokok

3) Angkutan untuk makanan dan minuman termasuk barang seperti sayur-

sayuran dan buah-buahan yang perlu distribusi ke pasar dan supermarket.

4) Angkutan untuk pengendaraan uang.

5) Angkutan BBM/BBG.

6) Angkutan truck barang untuk keperluan distribusi bahan baku industri

manufaktur dan assembling.

7) Angkutan truck barang untuk keperluan ekspor dan impor.


8) Angkutan truck barang dan bus untuk keperluan distribusi barang

kiriman (kurir service, titipan kilat, dan sejenisnya).

9) Angkutan bus jemputan karyawan industry manufaktur dan assembling.

10) Angkutan kapal penyeberangan.

c. Transportasi untuk layanan kebakaran, layanan hukum dan ketertiban, dan

layanan darurat tetap berjalan.

d. Operasi kereta api, bandar udara dan pelabuhan laut, termasuk bandar udara

dan pelabuhan lautTN/POLRI, untuk pergerakan kargo, bantuan dan

evakuasi, dan organisasi operasional terkait tetap berjalan.

7. Pembatasan kegiatan lainnya khususnya terkait aspek pertahanan dan

keamanan.

Pembatasan kegiatan lainnya khususnya terkait aspek pertahanan dan

keamanan dikecualikan pada kegiatan-kegiatan operasi militer/kepolisisan baik

sebagai unsur utama maupun sebagai unsur pendukung dengan mencakup sebagai

berikut :

a. Kegiatan Operasi Militer :

1) Kegiatan operasi militer perang dan kegiatan operasi militer selain perang.

2) Kegiatan operasi militer yang dilaksanakan TNI untuk mendukung Gugus

Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, baik di tingkat nasional, maupun

di tingkat daerah provinsi/kabupaten/kota.

3) Kegiatan operasi militer yang dilaksanakan TNI dalam rangka menghadapi

kondisi darurat negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Kegiatan Operasi POLRI :


1) Kegiatan operasi kepolisian terpusat atau kewilayahan.

2) Kegiatan kepolisian yang dilaksanakan unsur kepolisian untuk mendukung

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, baik di tingkat nasional,

maupun di tingkat daerah provinsi/kabupaten/kota.

3) Kegiatan rutin kepolisian untuk tetap terjaminnya keamanan dan ketertiban

masyarakat.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan berdampak pada pembatasan

ruang gerak semua masyarakat di wilayah tersebut, namun dibalik sisi baiknya

guna memutus mata rantai dari penularan penyakit Virus Corona Disease

(COVID-19) tetapi menimbulkan dampak yang besar bagi ekonomi masyarakat di

wilayah yang memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),

terutama para pelaku usaha yang sedang berusaha mempertahankan usahanya

yang sedang mengalami keterpurukan akibat diberlakukannya PSBB, namun

dibalik dampak kerugian di bidang ekonomi yang terpenting adalah keselamatan

manusia. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) merupakan jalan terbaik guna

menyelamatkan nyawa manusia agar bisa terhindar atau mencegah mewabahnya

virus corona sehingga dapat memutus rantai penularan. Keberhasilan dalam

penaganan Virus Corona Disease (COVID-19) tidak lepas dari pentingnya

kesadaran masyarakat akan bahayanya dari COVID-19 tersebut dan adanya kerja

sama yang baik antara Pemerintah dan masyarakat sehingga penanggulangan

dalam penanganan COVID-19 di masyarakat dapat berjalan efektif. Untuk itu

sebelum melakukan penerapan Karantina Wilayah atau Pembatasan Sosial

Berskala Besar (PSBB), Pemerintah pusat dan daerah terlebih dahulu melakukan
pemenuhan terhadap kebutuhan pokok kepada masyarakat selama masa

diberlakukannya Karantina Wilayah atau Pembatasan Sosial Besrkala Besar

(PSBB).

Walaupun dengan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar ini bisa

mencegah penularan COVID-19 namun juga memberikan dampak bagi masyrakat

yaitu meningkatnya angka kemiskinan di daerah yang melakukan Pembatasan

sosial Berskala Besar disebabkan adanya larangan melakukan aktivitas diluar

rumah dan melakukan kegiatan yang menimbulkan perkumpulan massa, membuat

masyarakat yang bergantung pada usahanya tidak bisa berjalan dengan baik dan

mengakibatkan pelaku usaha kecil memilih menutup usahannya dari pada

meneruskan usahanya namun mendapat kerugian.

Jika diberlakukannya Pembatsan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan

optimal dan ketat akan memberikan dampak positif dengan menurunnya jumlah

kasus penyebaran dan memutus rantai penularan Virus Corona Disease (COVID-

19) secara signifikan. Maka dari itu pentingnya persiapan yang matang sebelum

melakukannya Pembatasan sosial Berskala Besar (PSBB) tersebut, jika

pelaksanaannya tanpa persiapan dan terburu-buru maka akan menimbulkan

kesengsaraan dimasyarakat, seperti banyaknya kasus kelaparan yang diakibatkan

oleh kurangnya bantuan kebutuhan bahan pokok oleh pemerintah terhadap

masyarakatnya, terkhusus masyarakat miskin yang hanya bergantung pada

bantuan bahan pokok dari Pemerintah selama Pembatasan Sosial Berskala Besar

(PSBB).
Pandemi Virus Corona Disease (COVID-19) merupakan sebuah bencana yang

menjadi musuh bersama bagi seluruh elemen baik pemerintah hingga masyarakat,

dengan adanya kerja sama yang baik antara pihak pemerintah hingga masyarakat

maka penanganan dalam penyebaran Virus Corona Disease (COVID-19) bisa

berjalan dengan optimal, hasilnya adalah akan banyak nyawa yang bisa

terselamatkan dari wabah Virus Corona Disease (COVID-19) walaupun

mengorbankan berbagai bidang kehidupan lainnya terutama di bidang ekonomi,

yang artinya akibat diberlakukannya PSBB membuat terpuruknya berbagai sektor

kehidupan masyarakat demi memutus mata rantai dari wabah Virus Corona

Disease (COVID-19).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
berdasarkan penelitian dari uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis

mengemukakan beberapa kesimpulan :

1. Mewabahnya virus corona di Indonesia memberikan dampak begitu besar

bagi kehidupan manusia, hampir seluruh aspek menjadi sasaran akibat

mewabahnya virus corona ini, dari kesehatan, Pendidikan,ekonomi dan lain-

lain, dari sekian banyaknya dampak-dampak tersebut membuat pemerintah

mengambil langkah-langkah guna menangani situasi tersebut, yaitu dengan

mengeluarkan peraturan-peraturan penanganan penyebaran virus corona.

Salah satu peraturan tersebut adalah Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor

12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona

Virus Disease (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional. Ini disebabkan

meningkatnya jumlah korban akibat virus corona baik yang terinfeksi maupun

yang meninggal, meluasnya cakupann wilayah penyebaran virus ini, serta

menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia.

2. Karena pandemi virus corona adalah sebuah bencana nasional maka butuh

penanganan yang lebih ketat lagi dengan melibatkan seluruh elemen

masyarakat, Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020 ini

menjelaskan bahwa kepala daerah mulai dari gubernur,bupati hingga walikota

sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona Disease

(COVID-19) agar penanganan penyebaran virus corona lebih maksimal dan

dapat mengurangi beban pemerintah pusat dalam penanganan virus corona.

Ketua gugus tugas di setiap daerah dapat melakukan beberapa kebijakan

untuk meminimalisirkan penyebaran dan memutus mata rantai virus corona


ini, mulai dari melakukan karantina wilayah hingga melakukan Pembatasan

sosial berskala besar.

B. Saran

1. Sebelum pemerintah daerah yang sekaligus sebagai Ketua Gugus Percepatan

Penanganan Virus Corona Disease (COVID-19) menerapkan karantina

wilayah ataupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) harus melihat

dulu kondisi masyarakatnya, dalam artian pemerintah harus mengetahui

kebetuhan apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat selama dilakukannya

karantina terkhusus adalah kebutuhan pokok. karena selama kegiatan

karantina masyarakat akan sulit mendapatkan kebutuhan pokok karena

beberapa faktor yang di jelaskan oleh penulis di atas. Maka dari itu sebelum

menerapkan karantina baik karantina wilayah hingga PSBB dari pemerintah

daerah hingga pusat harus memberikan sembako kepada masyarakat selama

dilaksanakannya karantina wilayah atau PSBB. Dengan begitu masyarakat

bisa menjalani karantina tersebut tanpa kekurangan.

2. Keberhasilan suatu daerah atau negara dalam melawan penyebaran virus

corona tidak lepas dari peran seluruh elemen masyarakat guna memutus mata

rantai penyebaran virus corona, banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan karena kurangnya kesadaran atas bahayanya dari virus corona ini,

seperti masih banyaknya masyarakat yang menggunakan masker jika

melakukan kegiatan di luar rumah, tidak menerapkan jaga jarak jika berada di

tempat umum dan jarang melakukan cuci tangan jika habis melakukan

kegiatan di luar rumah.


Jika pemerintah dan semua elemen masyarakat bersatu dan sadar atas

pentingnya mematuhi protokol kesehatan maka akan mudah sekali melawan

virus corona ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adyatama, E dan Persada, S 2020, Dampak COVID-19, Doni Monardo

sebut 1,6 juta orang PHK, dilihat 15 april 2021,


http://nasional.tempo.co/read/1331187/dampak-COVID-19-doni-

monardo-sebut-16-juta-orang-kena-PHK/full&view=ok

Aladokter 2020, Virus Corona (COVID-19), dilihat 16 spril 2021,

http://www.aladokter.com/virus-corona

Anonym 2020, COVID-19 pandemic, dilihat 15 april 2021,

http://en.wikipedia.org/wiki/2019-20_coronavirus_pandemic.

Arifin D.(2020, Juni 10) Pengelompokan Kriteria Risiko COVID-19 di

Daerah Berdasarkan Zona Warna dilihat 4 juni 2021,

https://bnpb.go.id/berita/pengelompokan-kriteria-risiko-covid19-

daerah-berdasarkan-zonasi-warna.

Bakornas PB, 2006. Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan

Upaya Migitasinya di Indonesia, Sat Bakornas PBP, Jakarta

C. S. Goldsmith and A. Tamin, “Tranmission electron microscopic image

of an isolate from the first U.S. case of 2019-nCoV,” New York,

2020

Departemen Kesehatan RI (2020). Berita Positif. Depkes RI.

http://padk.kem-kes.go.id/article/read/2020/03/24/17/berita-

positif.html

Idhom, A 2020, Update Corona Indonesia & Dunia 3 maret 2021: Data

Korban Terkini, dilihat 15 april 2021, http://tirto.id/epvt

L. E. Gralinski and V. D. Menachery, “Return Of Of The The Coronavirus

:,” pp. 1-8, 2020.


Teddy Trii Setio Berty, 2021, http://m.liputan6.com. Kasus penyebaran

covid-19 turun 19 persen

Tempo (2020), tempo-darurat COVID-19, dilihat 15 april 2021,

http://www.scribd.com/document/453744741/20200321-tempo-

Darurat-Covid-19#

United Nations Development Programme (2020), COVID-19 Pandemic

Human-ity Needs Leadership and Solidarity to Defeat the

Coronavirus, dilihat 15 april 2021,

http://www.undp.org/content/undp/en/home/cotonavirus.html

WHO. (2020), coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report-73.

https://doi.org/10.001/jama.2020.2633

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Karantina Kesehatan.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan

Bencana

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular

Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020 tentang

Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease

(COVID-19) Sebagai Bencana Nasional


Peraturan Pemerintah Republik indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang

Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan

Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19)

Undang-undang Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan

Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan

Corona Virus Disease (COVID-19)

Anda mungkin juga menyukai