Anda di halaman 1dari 32

GAMBARAN GANGGUAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL PADA

PENDERITA ULKUS DIABETIK DI KABUPATEN POSO

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

NURUL GITA SAFITRI


NIM : PO0220219029

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
DIII KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2021/2022
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya tulis ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan Program
Studi D-III Keperawatan Poso.
Nama : Nurul Gita Safitri
Nim : PO0220219029

Poso, 2022
Pembimbing I

Dafrosia D Maggasa, S.kep, Ns, M. Biomed


NIP.

Poso, 2022
Pembimbing II

Ulfa Sulfyaningsi, S.kep, Ns, M. kes


NIP.

Menyetujui,
Ketua Program Studi Keperawatan

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM
NIP. 197307271997031002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat yang
telah diberikan-Nya, sehingga Proposal penelitian yang berjudul “Gambaran
Gangguan Jiwa Dan Psikososial Pada Penderita Ulkus Diabetik Di
Kabupaten Poso ” ini bisa terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Proposal penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak Kepada Kedua Orang
Tua Saya Abd Haris Sumaga dan Marliah Rahman yang telah membesarkan dan
mendidik saya sehingga menjadi seperti sekarang, serta selalu mendukung dan
memberikan nasihat agar saya selalu sabar dan ikhlas selama penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini dan berbagai pihak yang telah membantu penulis, kepada:
1. Nasrul, SKM,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Palu.
2. Selvi Afrida M,D.Kp.M.Si selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Palu.
3. Agusrianto,S.Kep.Ns.MM selaku Ketua Program Studi Keperawatan Poso.
4. Dafrosia D. Manggasa, S.kep, Ns, M. Biomed. selaku pembimbing utama
yang sabar, tidak pernah lelah dan telah meluangkan waktu dan tenaga
dalam memberikan bimbingan dan arahan serta saran-saran kepada peneliti
dalam menyusun Proposal penelitian.
5. Ulfa Sulfyaningsi, S.kep, Ns, M.kes selaku pembimbing pendamping yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dalam pembuatan
Proposal penelitian ini.
6. Seluruh dosen dan tenaga kependidikan Program Studi Keperawatan Poso,
yang telah banyak mengajarkan dan membantu dalam pembelajaran dan
perkuliahan.
7. Terkhusus kepada saudaraku Suciana, Rahmad dan patner dari awal dan
akhir I Nyoman Yuiawan s yang telah memberikan semagat dan dukungan
kepada penulis untuk menyelesaikan proposal penelitian ini.
8. Kepada Teman dekatku bestie Mardiah, Afifah, ulfa, Ainun, Jeane, indah
dan anggota ex semongko yang selalu menemani penulis dalam suka
maupun duka dan menjadi teman dalam perjuangan penulis.
9. Kepada teman-teman mahasiswa jurusan Keperawatan angkatan 2019
terimakasih atas kebersamaannya, yang selalu menyemangati dan
memberikan dukungan dan telah menghiasi hari-hari penulis suka maupun
duka selama 3 tahun ini.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penulis maka Proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan penulis untuk dijadikan sebagai perbaikan dalam penyusunan hasil
penelitian.

Poso, Januari 2022

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Pasien diabetes melitus yang sudah lama didiagnosa penyakit
diabetes memiliki risiko lebih tinggi terjadinya komplikasi. Kadar gula
darah dalam tubuh yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu dapat
mengakibatkan terjadinya hiperglikemia sehingga menimbulkan
komplikasi yang berhubungan dengan neuropati diabetik dimana pasien
diabetes melitus akan kehilangan sensasi perasa dan tidak menyadari
timbulnya ulkus diabetik(Purwanti & Maghfirah, 2016).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan


sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia
menderita diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka
pervelensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama.
Berdasarkan jenis kelamin memperkirakan prevelensi diabetes di tahun
2019 yaitu 9% pada perempuan, dan 9,65% pada laki-laki. Prevelensi
diabetes diperkirakan meningkat seiring bertambahnya umur
pendududk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur 65-79
tahun. Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai 578 juta di
tahun 2030 dan 700 juta ditahun 2045. Pada tahun 2019 Indonesia
termasuk di peringkat ke 7 didunia dengan jumlah penderita terbanyak,
yaitu sebesar 10,7 juta(Kemenkes, 2020).
Sedangkan prevelensi penderita diabetes melitus di sulawesi
tengah yaitu 1,54% atau 21.904 juta. Berdasarkan jenis kelamin yaitu
2,01% pada perempuan, dan 1,09% pada laki-laki(Riskesdas, 2018).

Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi dari penyakit


Diabetes Melitus. Prevalensi penderita Ulkus Diabetik di Indonesia
sekitar 15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan Ulkus
Diabetik merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak
sebesar 80% untuk Diabetes Mellitus(Oktorina, Rola, Wahyuni &
Harahap, 2019). Pada pesien yang mengalami ulkus diabetik akan
mempunyai masalah fisik berupa luka di kaki yang lama sembuh
bahkan sampai berbau tak sedap, kelainan bentuk kaki, keterbatasan
mobilitas fisik dan ketidakmampuan untuk melaksanakan fungsi baik
dalam keluarga maupun masyarakat. Hal tersebut akan mengganggu
citra tubuh serta akan menyebabkan masalah-masalah psikologis berupa
gangguan kecemasan dan depresi yang dapat menurunkan kualitas
hidup penderita. Ditandai dengan keterbatasan fisik penderita sehingga
menurunkan kemampuan penderita untuk bekerja dan bergaul dengan
orang lain(Setiawan Herno et al., 2020).

Komplikasi ulkus diabetik merupakan situasi yang menimbulkan


nyeri berkepanjangan dan rasa tidak menyenangkan yang dapat
memicu terjadinya stres pada penderita. Stres adalah respon tubuh yang
tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu
fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak
dapat di hindari, dan setiap orang mengalaminya. Stres dapat
berdampak secara total terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial,
spiritual individu, bahkan stres juga bisa dapat mengancam pada
fisiologis(Indriani et al., 2017). Penderita ulkus diabetik sering
dikaitkan dengan beberapa gangguan kejiwaan dimana pasien ulkus
diabetik dua kali lebih beresiko memiliki status kecemasan, depresi dan
masalah psikologis yang serius(Ardian, 2016).

Berdasarkan laporan hasil Riskesdas 2018 diketahui prevalensi


gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia sebesar 9,8%.
Hal tersebut menunjukkan masih tingginya masalah gangguan mental
emosional di Indonesia. Prevalensi tertinggi terjadi pada kelompok usia
> 75 tahun sebesar 15,8% dan terendah pada usia 25 – 24 tahun sebesar
8,5%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi pada perempuan
(12,1%) lebih tinggi dibanding laki-laki (7,6%). gangguan mental
emosional dapat memengaruhi aktifitas sehari-hari yang berdampak
terhadap menurunnya produktifitas(Kemenkes, 2021).

pada penilitian Arsitha Depresi cenderung meningkatkan risiko


atau kemungkinan tidak terjadinya perbaikan infeksi pada ulkus kaki
diabetik, Persentase subjek dengan depresi ringan lebih besar
dibandingkan depresi sedang namun subjek dengan depresi sedang
lebih banyak yang tidak mengalami perbaikan infeksi ulkus
diabetik(Auliana et al., 2017). Sehingga kemungkinan tingkat depresi
berpengaruh terhadap infeksi ulkus kaki diabetik. dan hasil penelitian
yunding juga didapat bahwa responden penderita ulkus diabetik
mayoritas mengalami stress sedang. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang menyatakan bahwa distribusi responden yang
mengalami gangguan psikologis juga cukup tinggi dimana distribusi
tertinggi adalah depresi ringan (21%), depresi berat (18%) dan depresi
sedang (12%)(Yunding, 2018).

Pada kejadian ulkus diabetik terdapat faktor-faktor yang dapat


menyebabkan kecemasan. menurut Stuart (2007) antara lain kecemasan
terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi
atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan
kecemasan terhadap sistem diri, kecemasan ini membahayakan harga
diri, identitas diri dan fungsi sosial individ(Tristiningdyah, 2016). Ulkus
kronik terbukti menjadi salah satu faktor risiko depresi pada pasien
dengan diabetes mellitus dengan gejala yang terbanyak adalah
membenci diri sendiri, merasa gagal, distorsi kesan mengenai tubuhnya
(body image), dan penurunan libido atau penurunan gairah
seksual(Auliana et al., 2017). Mayoritas penderita DM juga dapat
mengalami stress berat dan gangguan citra tubuh negatif. Stress
memicu aktivasi HPA (Hipothalamus, pituitary adrenocortical) aksis,
sehingga sekresi hormon kortisol dari korteks adrenal
meningkat(Yuniarsih et al., 2018). Pada pasien ulkus diabetik juga
mengalami stress yag berkepanjangan yang disebabkan salah satunya
ketakutan saat sebelum dilakukanya tindakan amputasi(Yunding, 2018).

Dampak yang ditimbulkan pada pasien mengalami Stress juga


menyebabkan penurunan inflamasi dan memperpanjang waktu
penyembuhan luka dan dapat terinfeksi serta mengalami gangguan
penutupan luka(Yunding, 2018). Semakin lama penyembuhan luka,
maka semakin besar biaya perawatan. Status ekonomi yang rendah
membuat penderita ulkus diabetik putus asa, tidak teratur berobat, dan
merasa bersalah karena berasumsi membebani keluarga. Kondisi ini
akan menunda penyembuhan luka. Takut kematian juga mempengaruhi
psikologis penderita ulkus diabetik(Yuniarsih et al., 2018).

berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk


melakukan penilitian yang berjudul “ gambaran gangguan jiwa dan
psikososial pada pasien ulkus diabetik di kab poso”, yang bertujuan
untuk mengambarkan pasien ulkus diabetik mengalami gejala-gejalah
gangguan jiwa dan masalah psikososial.

II. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan
masalah. Yang didapatkan adalah bagaimana “gambaran
gangguan jiwa dan psikososial pada pasien ulkus diabetik di kab
poso” ?

III. Tujuan Penilitian.


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran gangguan jiwa dan psikososial pada
pasien ulkus diabetik di kab poso.
IV. Manfaat Penelitian
1. Bagi keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagi salah satu cara untuk
mengetahui gambaran psikologi pada pasien ulkus diabetik.
2. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan bacaan dan sumber ilmu bagi mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Palu untuk mengetahui gambaran gangguan jiwa dan
psikologis pada pasien ulkus diabetik.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan akan menjadi sumber data yang dapat dikembangkan
oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian lanjutan.
Penelitian ini yang bersifat berkelanjutan dengan jumlah sampel
yang lebih banyak dan durasi waktu yang lebih lama.
V.
Bab II

Tinjauan pustaka

A. Tinjauan teori ulkus diabetik


1. Pengertian Ulkus Diabetik
Ulkus diabetik adalah kelainan patologis kaki yang terdiri dari
infeksi, ulserasi dan rusaknya jaringan yang lebih dalam yang
berkaitan dengan gangguan neurologis, kondisi penyakit arteri perifer
yang parah dan komplikasi metabolik pada ekstremitas bawah.
Kelainan pada kaki merupakan sumber utama dari morbiditas dan
hospitalisasi pada pasien diabetes. Diestimasikan 15 % pasien DM
akan berkembang menjadi ulkus kaki. Lima puluh sampai tujuh puluh
persen (50–70%) amputasi ekstremitas bawah dilakukan pada pasien
DM. Sebanyak 50 % dari kasus amputasi pada pasien DM ini
diperkirakan dapat dicegah bila pasien diajarkan tindakan preventif
dalam perawatan kaki(Ningsih, 2008).
Ulkus diabetik merupakan kerusakan yang terjadi sebagian atau
keseluruhan pada daerah kulit yang meluas ke jaringan bawah kulit,
tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada seseorang yang
menderita penyakit Diabetes Melitus (DM), kondisi ini timbul akibat
dari peningkatan kadar gula darah yang tinggi. Apabila ulkus kaki
berlangsung lama, tidak dilakukan penatalaksanaan dan tidak sembuh,
luka akan menjadi terinfeksi(Meidayanti, 2017).

2. Klasifikasi ulkus diabetik


Klasifikasi ulkus diabetik menurut (Meggitt Wagner)  terdiri dari 5
grade, sebagai berikut:
a. Derajat 0 : tidak ada ulkus, hanya nyeri di kaki.
b. Derajat 1 : ulkus dipermukaan kulit, yang tidak mengenai
jaringan kulit bawah
c. Derajat 2 : ulkus yang lebih lebih dalam
d. Derajat 3 : ulkus sudah melibatkan tulang, 
e. Derajat 4 : Gangren yang terdapat pada kaki atau bagian distal
kaki.
f. Derajat 5 : Gangren yang terjadi pada seluruh kaki atau
sebagian pada tungkai.

3. Etiologi
Ada beberapa hal yang yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetik
yaitu:
a. Neuropati diabetik
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karen tingginya kadar gula
daam darah, yang bisa merusak urat saraf penderita an
menyebabkan hilang atau menurunya rasa nyeri pada kaki,
sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak
terasa.
b. Penyempitan pembuluh darah
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah
menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan
terjadi di pembuluh darah besar/ sedang pada tungkai akan mudah
mengalami ulkus diabetik.
c. Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran
neuropati.
d. Penyakit Arteri Perifer
Penyakit arteri perifer disebabkan oleh adanya arteriosklerosis dan
aterosklerosis. Arteriosklerosis adalah penurunan elastisitas pada
arteri. Sedangkan arterosklerosis adalah adanya akumulasi
“plaques” yang dapat berupa lemak, kalsium, sel darah putih, sel
otot halus di dalam dinding arteri. Salah satu penyebab dari kedua
penyakit tersebut hiperglikemia. Hiperglikemia menimbulkan
peningkatan viskositas darah, dan juga menyebabkan disfungsi sel
endotelium arteri perifer. Pada kondisi normal, sel endotel
mensintesis nitrit oksida yang menyebabkan vasodilatasi dan
melindungi pembuluh darah dari cedera endogen. Namun pada
hiperglikemia, terjadi gangguan sintesa nitrit oksida yang berfungsi
mengatur homeostasis endothel, antikoagulasi, proliferasi sel otot
polos. Sel endothel yang kekurangan vasodilator dan nitrit oksida
akan mengalami vasokonstriksi, yang akhirnya menyebabkan
iskemia. Saat kaki mengalami cedera kecil atau lecet, bagian
tersebut membutuhkan suplai darah yang adekuat untuk regenerasi,
jika terdapat iskemia maka pemulihan cedera kecil akan terhambat
dan berkembang menjadi ulkus kaki diabetikum yang jika tidak
ditangani dapat membentuk gangren.

4. Patofisiologi ulkus diabetik


Terjadinya masalah kaki pada pasien DM diawali adanya
hiperglikemia yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan
pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun
motorik dan autonomik akan menyebabkan berbagai perubahan pada
kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan
distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan
mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi
menyebabkan infeksi merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran
darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya
pengelolaan kaki DM. Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya
komplikasi kaki diabetik meliputi neuropati perifer, kelainan bentuk
kaki, ulkus, infeksi dan gangguan pembuluh darah perifer. Insufisiensi
dari arteri akibat penyakit mikrovaskuler dimanifestasikan dengan
adanya klaudizio, nyeri pada saat istirahat atau tidur, tidak adanya nadi
popliteal atau tibia, penipisan dan keringnya kulit, tidak adanya rambut
kaki, kemerahan dan pucat pada saat kaki dielevasikan. Gangguan
arteri akan menganggu kemampuan penyembuhan luka.
5. Penyembuhan ulkus diabetik
Pendapat dari Efendi (2020) menyampaikan bahwa usia >50
tahun berisiko mengalami penyembuhan luka yang lama. Menurut
WHO, seseorang yang berusia 30 tahun keatas akan mengalami
kenaikan kadar gula darah baik puasa maupun toleransi makan
sehingga terjadi gangguan sekresi dan resistensi insulin di sel yang
dapat mempengaruhi efektifitas protein dan zat- zat lain dalam proses
penyembuhan luka kaki diabetic.
Pada dasarnya proses penyembuhan luka merupakan proses
fisiolgis tubuh yaitu sel jaringan hidup yang akan beregenerasi kembali
ke struktrur sebelumnya. Proses penyembuhan luka terdiri dari 3 fase,
yaitu fase inflamasi yang terjadi pada hari ke 0-3 atau sampai hari ke 5,
fase proliferasi (fase granulasi) yang terjadi pada hari ke ke-2 sampai
hari ke-24, dan fase maturasi yang terjadi pada hari ke-24 hingga 1
tahun atau lebih (Arisanty, 2014). Perawatan luka yang maksimal
dilakukan hingga luka menjadi sembuh, tergantung pada tingkat
keparahan luka. Kembali pada teori mengenai tahapan penyembuhan
luka, pada fase maturasi (pematangan jaringan) dimulai pada hari ke-
24 hingga 1 tahun atau bahkan lebih. Proses penyembuhan luka
bergantung pada kadar protein, vitamin A, vitamin C, Fe, tembaga. Zat
tersebut membantu dalam pembentukan kolagen dengan baik. Asam
amino dan kalori lebih banyak untuk penderita luka diabetes, kondisi
malnutrisi menjadi penyebab keterlambatan penyembuhan luka

B. Tinjauan gangguan jiwa dan masalah-masalah psikososial


1. Devinisi Ganguan jiwa
Gangguan jiwa adalah pada fungsi mental yang meliputi
emosi, pikiran, perilaku, perasaan, motivasi,kemauaan, dan
presepsi sehingga mengganggu dalam proses hidup di
masyarakat(Nasir & munith 2011). Gangguan jiwa menurut
kusmawati (2010), adalah perilaku tau pola psikologis yang
ditunjukan individu yang dapat menyebabkan distress, gangguan
fungsi dan penurunan kualitas hidup.salah satu gangguan jiwa yang
umum terjadi dalah skizofrenia.
2. Definisi Psikososial
Psikososial berasal dari kata psikologi dan sosial. Pengertian
Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan
yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia
secara ilmiah.Adapun pengertian sosial adalah segala perilaku
manusia yang menggambarkan hubungan non individualis.
Psikososial adalah perilaku ilmiah. Adapun pengertian sosial
adalah segala perilaku manusia yang menggambarkan hubungan
non individualis. Psikososial adalah perilaku seseorang yang
timbul dalam konteks sosial, baik itu individu dengan individu
maupun individu dengan kelompok (Sepdanius, 2015).
Definisi lain menyebutkan bahwa aspek psikososial merupakan
aspek hubungan yang dinamis antara dimensi psikologis/kejiwaan
dan sosial. Penderitaan dan luka psikologis yang dialami individu
memiliki kaitan erat dengan keadaan sekitar atau kondisi sosial.
Pemulihan psikososial bagi individu maupun kelompok masyarakat
ditujukan untuk meraih kembali fungsi normalnya sehingga tetap
menjadi produktif dan menjalani hidup yang bermakna setelah
yang traumatik (Iskandar, Dharmawan & Tim Pulih, 2005).
Dengan demikian dampak psikososial adalah suatu perubahan
psikis dan sosial yang terjadi setelah adanya beban atau tekanan
atau peristiwa traumatik.
3. Masalah-masalah psikososial
a. kecemasan
Menurut American Psychological Association (APA) kecemasan
merupakan keadaan emosi yang muncul saat individu sedang
stress, dan ditandai oleh perasaan tegang, pikiran yang membuat
individu merasa khawatir dan disertai respon fisik (jantung
berdetak kencang, naiknya tekanan darah, dan lain sebagainya).
b. Depresi
Seseorang bisa dikatakan depresi apabila aktifitas fisiknya
menurun, berpikir sangat lamban dan diikuti oleh perubahan
suasana hati. Sesorang yang mengalami depresi memiliki
pemikiran yang negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap masa
depan dan dunianya, pemikiran tidak sesuai lagi dengan realitas,
tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang
lain.juga ingatan mereka menjadi lemah, serta kesulitan dalam
mengambil keputusan. Depresi merupakan reaksi yang normal bila
berlangsung dalam waktu yang pendek dengan segera diatasi dan
atau mendapat pertolongan dari profesioanal di bidangnya. Namun
depresi akan menjadi gangguan mental parah bahkan menjadi
penyakit jiwa jika yang bersangkutan tidak segera mendapatkan
pertolongan baik secara medis maupun psikologis atau akan terjadi
bunuh diri(Sulistyorini & Sabarisman, 2017).
c. PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) 
Menurut (Diagnostic And Statistical Manual Of Metal
Disorder IV-TS) devinisi PTSD adalah suatu gangguan melibatkan
sekelompok gejala kecemasan yang terjadi setelah seseorang telah
terkena peristiwa traumatis yang mengakibatkan perasaan ngeri,
tidak berdaya atau takut. Gangguan emosional tersebut dialami
seseorang setelah mengalami kejadian traumatis. Gangguan
tersebut dapat meliputi tiga gejala pokok yakni perasaan
mengalami kembali (re-experiencing), keinginan untuk
menghindari semua stimulus yang berhubungan dengan peristiwa
traumatis (avoidance), dan peningkatan kesadaran yang berlebihan
(arousal), yang dialami selama kurun waktu satu bulan atau
lebih(Pratiwi et al., 2010).
4. Dampak Gangguan Psikososial
Dampak psikososial dapat meneyebabkan melemahkan fungsi secara
fisik, psikis, sosial, biologis, emosional dan kognitis:
a. Lemahnya keberfungsian fisik menyebabkan seseorang tidak bisa
melakukan suatu aktifitas dengan baik.
b. Lemahnya keberfungsian psikis dapat menyebabkan seseorang
merasa minder, rendah diri, trauma, stress, dan depresi, sehingga
sulit untuk mengaktualisasikan diri dan berelasi dengan lingkungan
sosialnya.
c. Lemahnya keberfungsian secara biologis disebabkan karena
lemahnya keberfungsian secara fisik, sehingga mengakibatkan
seseorang mengalami sakit.
d. Lemahnya keberfungsian emosional dapat menyebabkan seseorang
tidak bisa mengendalikan diri terhadap hal-hal yang dianggap
sensitif.
e. Lemahnya keberfungsian kognisi mengakibatkan seseorang tidak
bisa mengendalikan diri karena pikiran rasionalnya sudah hilang
dari ingatannya.
5. Dampak psikososial pada ulkus kaki diabetes
Kondisi kronik seperti halnya DM memiliki dampak pada
kehidupan pasien, teman, keluarga dan hubungannya dengan orang lain.
Ketrampilan koping juga berpengaruh positif pada kesehatan emosional
dan respon fisik seseorang. Reaksi terhadap diagnosis DM unik pada
beberapa individu, diantaranya adalah marah, rasa bersalah, tidak berdaya,
bingung, dan denial. Banyak faktor yang mempengaruhi bagaimana pasien
DM dapat menerima kondisi ini dan dapat berpartisipasi dalam perawatan
dirinya. Faktor-faktor tersebut yaitu usia, pengetahuan, kepercayaan, locus
of control, dukungan keluarga dan budaya (Dunning, 2003

Penilitian yang dilakukan Renner (2017) didapatkan bahwa Stres


psikologi pada pasien yang menderita luka secara luas diketahui memiliki
hubungan yang signifikant, stres psikologi/ depresi merupakan penyebab
paling sering terjadinya luka kronis atau perlambatan penyembuhan luka.
Hal ini sejalan dengan penilitian yang didapatkan junaedi (2018) Hasil
penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden mengalami stres sedang.
Proses penyembuhan luka pasien juga mayoritas mengalami proses
penyembuhan yang lambat. Hasil analisis didapatkan terdapat hubungan
antara stress dengan proses penyembuhan luka ulkus diabetik. Dimana
penderita yang mengalami stress akan berdampak terhadap proses
penyembuhan lukanya yang tidak baik atau lambat(Yunding, 2018).

penelitian yang dilakukan oleh Suwardianto dan Andynugroho


(2016), terdapat 51% responden dalam penelitian tersebut memiliki tingkat
kemandirian fungsional yang buruk atau harus bergantung dengan orang
lain atau alat-alat tertentu disekitarnya untuk melakukan aktivitas sehari-
hari seperti mandi, makan, toileting, berpindah dan berpakaian. Responden
dalam penelitian tersebut sering merasakan lemas, hal ini mempengaruhi
kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga hasil
kemandirian fungsionalnya buruk(Zulaekhah et al., 2019). Penilitian in
juga sejalan dengan penelitian Desni tri utami (2014) didapatkan sebagian
besar pasien mengatakan bahwa rasa gelisah dan kesakitan yang terkadang
membuat pasien tidak bisa bekerja seperti biasanya dan menghambat
aktivitas atau rutinitas sehari-hari. Hal tersebut mungkin yang membuat
domain kesehatan fisik yang cenderung rendah(Utami et al., 2014).

C. Tinjauan Self Reporting Qustioner (SRQ-29)


Self Reporting Quetionnaire 29 (SRQ 29) merupakan kuesioner yang
dikembangkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai alat ukur
adanya masalah/gangguan jiwa pada seseorang. SRQ 29 berisi 29
pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang mungkin
mengganggu selama 30 hari terakhir. pengunaan kuesioner SRQ-29, sesuai
yang juga digunakan oleh Kemenkes selama masa pandemi Covid-19
tahun 2020. Terdiri dari 29 pertanyaan untuk mengidentifikasi ganguan
jiwa dan kondisi psikosoial. Nilai batas pisah SRQ-20 adalah 6, yaitu
apabila responden menjawab “ya” minimal sebanyak 6 butir pertanyaan,
maka subjek dikelompokkan mengalami stres atau gangguan mental
emosional.
Kuisioner RSQ-29

N Pertanyaan ya tidak
O
1. Apakah Anda sering merasa sakit Kepala?
2. Apakah Anda kehilanga nafsu makan?
3. Apakah tidur Anda nyenyak?
4. Apakah anda merasa takut?
5. Apakah Anda merasa cemas, tegang, atau
khawatir?
6. Apakah tangan Anda gemetar?
7. Apakah Anda mengalami gangguan
pencernaan?
8. Apakah Anda merasa sulit berpikir jernih?
9. Apakah Anda merasa tidak bahagia?
10. Apakah Anda lebih sering menangis?
11. Apakah Anda merasa sulit untuk menikmati
aktivitas sehari-hari?
12. Apakah Anda mengalami gangguan
pencernaan?
13. Apkah aktivitas/tugas sehari-hari Anda
terbengkalai?
14. Apakah Anda merasa tidak mampu berperan
dalam kehidupan ini?
15. Apakah Anda kehilangan minat terhadap
banyak hal?
16. Apakah Anda merasa tidak berharga?
17. Apakah Anda mempunyai pikiran untuk
mengakhiri hidup Anda?
18. Apakah Anda merasa lelah sepanjang waktu?
19. Apakah Anda merasa tidak enak diperut?
20. Apakah Anda mudah lelah?
21. Apakah anda minum alkohol lebih banyak
dari biasanya atau apakah anda mengunakan
narkoba?
22. Apakah Anda yakin bahwa seseorang
mencoba mencelakai Anda dengan cara
tertentu?
23. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang
tidak biasa dalam pikiran Anda?
24. Apakah Anda pernah mendengar suara tanpa
tahu sumbernya atau yang orang lain tidak
dapat mendengar?
25. mendengar? Apakah Anda mengalami mimpi
yang mengganggu tentang suatu bencana
/musibah aau adakah saatsaat Anda seolah
mengalami kembali bencana itu?
26. Apakah Anda menghindari kegiatan, tempat,
orang atau pikiran yang mengingatkan Anda
akan bencana tersebut?
27. Apakah minat anda terhadap teman dan
kegiatan yang biasa Anda lakukan berkurang?
28. Apakah Anda merasa sangat terganggu jika
berada dalam situasi yang mengingatkan
Anda akan bencana atau jika Anda berpikir
tentang bencana itu?
29. Apakah Anda kesulitan memahami atau
mengekspresikan perasaan anda?
Skor

BAB III
KERANGKA PENILITIAN

I. Kerangka Penelitian
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan visualisasi hubungan antara
berbagai variabel, yang dirumuskan oleh peneliti setelah membaca
berbagai teori yang ada dan kemudian menyusun teorinya sendiri yang
akan digunakannya sebagai landasan untuk penelitiannya. Dalam
penelitian yang berjudul Gambaran gangguan jiwa dan psikososial
pada penderita ulkus diabetik di kabupaten poso.

B. Variabel penilitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri
dari satu variabel saja yaitu variabel independent (variabel bebas)
yaitu kondisi kesehatan jiwa dan psikososial pada penderita ulkus
diabetik.

Gangguan jiwa dan


psikososial Ulkus diabetik
BAB IV
METODE PENELITIAN

I. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif non


eksperimental dengan menggunakan studi deskriptif. Studi deskriptif
yaitu penelitian yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena,
situasi, karakteristik individual, atau kelompok tertentu secara
objektif. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menggambarkan
peristiwa penting yang terjadi. Pada penilitian ini bermkasud
mendeskripsikan bagaimana gambaran gangguan jiwa dan psikososial
yang terjadi pada penderita ulkus diabetik di kabupaten poso.

II. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Poso pada bulan
Februari sampai dengan april 2022.

III. Populasi dan Sampel


A. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik
kesimpulannya (sintesis) (Masturoh & Anggita T, 2018). Populasi pada
penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami ulkus diabetik
yang ada dikabupaten poso.
B. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan
(Masturoh & Anggita T, 2018). pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah non-probability sampling dengan tehnik sampling
consecutive sampling yaitu teknik pengambilan sampel di mana setiap
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dipilih sampai ukuran sampel
yang diperlukan tercapai. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam
penelitian ini adalah:
1. Kriteria inklusi:
a. Pasien yang menderita ulkus diabetik di kabupaten poso
b. Pasien yang bisa membaca
c. Kesadaran compos mentis.
2. Kriteria eksklusi
a. Memiliki riwayat gangguan jiwa atau psikososial
b. Yang tidak bisa membaca.
IV. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi variabel-variabel yang akan
diteliti secara operasional di lapangan (Masturoh & Anggita T, 2018).
Pada penelitian ini mempunyai satu variabel penelitian yaitu gangguan
jiwa dan psikososial pada pasien ulkus diabetik.
NO Variabel Devinisi Alat ukur &cara Hasil ukur Skala ukur
ukur
1. Gambaran Keadaan atau kondisi yang Kuesioner  1-5 : Normal ordinal
kondisi gangguan menggambarkan tentang Reporting atau tidak ada
jiwa dan psikologi baik bukan Questionnaire Self-29 indikasi masalah
psikososial pasien keluhan maupun bukan. kesehatan jiwa
ulkus diabetik. atau gangguan
emosional.
 6-20 : terindikasi
masalah
kesehatan jiwa
atau gangguan
psikososial.

2. Data Demografi
a. Usia Umur responden yang Wawancara 35-45 tahun interval
dihitung mulai dari lahir di 46-55 tahun
56-65 tahun
dunia sampai pada ulang
tahun terakhirnya.
b. Jenis kelamin Perbedaan biologis antara Wawancara 1= laki-laki Nominal
laki-laki dan perempuan. 2= perempuan
c. pekerjaan Suatu kegiatan yang Wawancara 1= berkeja Nominal
bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
2= tidak bekerja
d. pendidikan Proses pembelajaran akhir Wawancara SD Ordinal
yang ditempuh oleh SMP
respomden. SMA
Perguruan Tinggi
e. pendapatan Penghasilan perbulan Wawancara <750.000- 1.000.000 Interval
ekonomi responden
>1.000.000-250.000
>3.000.000
f. lama Awal mula responden Wawancara <10 th interval
menderita menderita ulkus diabetik
DM/ulkus sampai saat ini >10 th
diabetik

g. ulkus berulang Ulkus yang dialami Wawancara Ya Ordinal


berulang oleh responden Tidak
Tabel 1.1 devinisi operasional
V. Teknik Pengumpulan Data
A. Tahap Pengumpulan Data
Proses penelitian ini akan dilakukan mulai Februari sampai dengan
Maret. Prosedur pertama yang dilakukan untuk pengumpulan data
yaitu:
1. Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada
institusi.
2. Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan di RSUD Poso.
3. Setelah mendapatkan izin, pertama pasien yang merupakan calon
subjek penelitian diberikan penjelasan.
4. Jika pasien telah mengerti dan bersedia dijadikan subjek penelitian,
barulah dilakukan pemisahan sample sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi.
5. Setelah pasien mengerti, maka akan dilakukan pendatanganan
lembar prsetujuan setelah penjelasan (Inform Consent).
6. Pasien akan diwawancarai untuk mendapatkan data dirinya
7. Peneliti Akan Memberikan Kuesioner Yang Sebelumnya Telah
Diberikan Informasi Dan Persetujuan Oleh Peneliti.
B. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penilaian kuesioner
SRQ-29 untuk mengetahui kesehatan jiwa dan psikososial pada
penderita ulkus diabetik. Kuesioner ini merupakan kuesioner untuk
mengukur kondisi kesehatan jiwa seseorang. Kuesioner ini
dikembangkan oleh WHO pada taun 1994. kuesioner SRQ (Self
Reporting Questionare). Kuesioner SRQ tersebut terdiri dari 29 item
pertanyaan, dan diukur menggunakan skala guttman. Skala guttman
adalah skala yang memiliki jawaban tegas yaitu ya dan tidak.
Penilaian kondisi kesehatan jiwa didasarkan pada interpretasi
kuesioner SRQ dengan menjumlahkan jawaban “ya” yang diperoleh
dari
setiap pengisian pertanyaan kuesioner. Jika didapatkan jawaban “ya”
sebanyak enam atau lebih maka responden dikatakan terindikasi
gangguan mental emosional atau masalah kesehatan jiwa.

C. Teknik Pengelolaan Data


Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahapan menurut N.
Purba (2018) :
1. Editing semua data yang telah terkumpul dilakukan analisa data
dengan memeriksa semua kuesioner apabila data belum lengkap
ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancarai
ulang responden.
2. Coding kemudian data diberi kode secara manual sebelum diolah
dengan computer.
3. Processing data yang dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam
program computer dengan cara mengentri data dari kuesioner.
4. Cleaning setelah data di masukkan ke dalam komputer lakukan
pemeriksaan terhadap semua data guna menghindari terjadinya
kesalahan dalam pemasukan data.
VI. Analisa Data
A. Analisa univariate
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
Univariate. Analisa data univariate merupakan proses analisis data
pada tiap variabelnya. Analisa data ini sebagai prosedur statistik yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran pada setiap variabelnya. Pada
penelitian ini analisis univariat digunakan untuk mengetahui
gambaran karakteristik responden. Yang dianalisis yaitu data
demografi serta data kesehatan jiwa pasien diabetik.
VII. Etika Penelitian
Penelitian lebih dahulu mengajukan permohonan ijin kepada
kepala RSUD Poso untuk mendapatkan persetujuan dan pelaksanaan
penelitian, adapun etika yang perlu diperhatikan meliputi :
A. Lembar persetujuan (Informed consent)
Dalam pengambilan subjek yang akan diteliti terlebih dahulu
diberikan surat persetujuan menjadi responden. Pemberian lembar
persetujuan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
responden bersedia atau tidak menjadi subjek yang akan diteliti.
B. Tanpa nama (Anonimity)
Pada lembar pengumpulan data tidak perlu diisi nama responden
sehingga dapat menjaga kerahasiaan identitas.
C. Kerahasiaan (Confidentiality)
Data yang diterima peneliti akan diberitahukan dan dilaporkan
hanya kepada pihak yang memang berkepentingan dan terkait dengan
penelitian ini.
Daftar Pustaka

Ardian, I. (2016). Konsep Spiritualitas dan Religiusitas dalam konteks


keperawatan Pasien DM Tipe 2. NURSCOPE Jurnal Keperawatan Dan
Pemikiran Ilmiah, 2(5), 1–9.
https://www.readcube.com/articles/10.30659/nurscope.2.2.40-48
Auliana, A., Yunir, E., Putranto, R., & Nugroho, P. (2017). Pengaruh Depresi
Terhadap Perbaikan Infeksi Ulkus Kaki Diabetik. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia, 2(4), 212. https://doi.org/10.7454/jpdi.v2i4.88
Indriani, R., Asyrofi, A., & Setianingsih. (2017). Studi Kejadian Ulkus
Diabetikum Dan Tingkat Stres Klien Diabetisi. Jurnal Keperawatan, 9(1),
30–37. https://doi.org/https://doi.org/10.32583/keperawatan.9.1.2017.30-37
Kemenkes, R. (2020). infoDATIN. In pusat data dan informasi kementrian
kesehatan RI.
Kemenkes, R. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2020. In Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf
Meidayanti, gusti ayu made dwi. (2017). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Ulkus Diabetikum (DM 2) Dengan Perfusi Perifer Tidak Efektif Di
Ruang Cendrawasih RSUD Wangaya Denpasar Tahun 2018.
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/542/
Ningsih, E. S. P. (2008). PENGALAMAN PSIKOSOSIAL PASIEN DENGAN
ULKUS KAKI DIABETES DALAM KONTEKS ASUHAN
KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS DI RSUPN DR CIPTO
MANGUNKUSUMO JAKARTA. In Fakultas Ilmu Kesehatan.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-10/20437500-Endang Sri P
Ningsih.pdf
Oktorina, Rola, Wahyuni, A., & Harahap, E. Y. (2019). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada
Penderita Diabetes Mellitus. Real in Nursing Journal, 2(3), 108.
https://doi.org/10.32883/rnj.v2i3.570
Pratiwi, C. A., Karini, S. M., & Agustin, R. W. (2010). Perbedaan Tingkat Post-
Traumatic Stress Disorder Ditinjau Dari Bentuk Dukungan Emosi Pada
Penyintas Erupsi Merapi Usia Remaja Dan Dewasa Di Sleman, Yogyakarta.
Psikologi Universitas Sebelas Maret, 15(2), 86–115.
Purwanti, L. E., & Maghfirah, S. (2016). Faktor Risiko Komplikasi Kronis (Kaki
Diabetik) dalam Diabetik Melitus Tipe 2. The Indonesian Journal of Health
Science, 7(1), 26–29.
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJHS/article/view/382/261
Riskesdas, S. T. (2018). Laporan Provinsi Sulawesi Tengah, Riskesdas 2018.
Setiawan Herno, Mukhlis Hamid, Wahyudi Dian Arif, & Rika, D. (2020).
Kualitas Hidup Ditinjau dari Tingkat Kecemasan Pasien Penderita Ulkus
Diabetikum. Majalah Kesehatan Indonesia, 1(2), 33–38.
Sulistyorini, W., & Sabarisman, M. (2017). DEPRESI : SUATU TINJAUAN
PSIKOLOGIS. Sosio Informa, 3(2), 153–164.
https://doi.org/10.33007/inf.v3i2.939
Tristiningdyah, D. (2016). PENGARUH PERAWATAN LUKA DI RUMAH
TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN ULKUS DIABETES
MELITUS DI WILAYAH PUSKESMAS TOROH I. Journal of Physics A:
Mathematical and Theoretical, 1(1), 39–50.
https://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/article/view/
99/114
Utami, D. T., Karim, D., & Agrina. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Dengan Ulkus Diabetikum. Jurnal
Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Keperawatan, 1(2), 1–7.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOM PSIK/article/view/3434
Yunding, J. (2018). EFEK STRESS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA
DIBETIK DI KLINIK IWCC MAJENE. Journal of Health, Education and
Literacy, 1(1), 33–39. https://doi.org/10.31605/j-healt.v1i1.154
Yuniarsih, L., Budiharto, I., & Sukarni. (2018). Diabetic Foot Ulcer di Klinik
Kitamura Pontianak ( The Analysis Of Healing Inhibitors Factors Of
Diabetic Foot Ulcer At The Kitamura Clinic Pontianak ). JURNAL
PRONERS, 4(1), 121–130.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26418/jpn.v4i1.34588
Zulaekhah, S., PH, L., & Arisdiani, T. (2019). Tingkat Ansietas Pasien Ulkus
Diabetes Mellitus. Community of Publishing in Nursing (COPING), 7(1),
45–50. https://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/view/53657
Lembar Pengumpulan Data

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Pendapatan Rp/bln :
Lama menderita DM :
Apakah pernah mengalami luka sebelumnya :

Kuisioner RSQ-29
N Pertanyaan ya tidak
O
1. Apakah Anda sering merasa sakit Kepala?
2. Apakah Anda kehilanga nafsu makan?
3. Apakah tidur Anda nyenyak?
4. Apakah anda merasa takut?
5. Apakah Anda merasa cemas, tegang, atau khawatir?
6. Apakah tangan Anda gemetar?
7. Apakah Anda mengalami gangguan pencernaan?
8. Apakah Anda merasa sulit berpikir jernih?
9. Apakah Anda merasa tidak bahagia?
10. Apakah Anda lebih sering menangis?
11. Apakah Anda merasa sulit untuk menikmati aktivitas
sehari-hari?
12. Apakah Anda mengalami gangguan pencernaan?
13. Apkah aktivitas/tugas sehari-hari Anda terbengkalai?
14. Apakah Anda merasa tidak mampu berperan dalam
kehidupan ini?
15. Apakah Anda kehilangan minat terhadap banyak hal?
16. Apakah Anda merasa tidak berharga?
17. Apakah Anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup
Anda?
18. Apakah Anda merasa lelah sepanjang waktu?
19. Apakah Anda merasa tidak enak diperut?
20. Apakah Anda mudah lelah?
21. Apakah anda minum alkohol lebih banyak dari biasanya
atau apakah anda mengunakan narkoba?
22. Apakah Anda yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai
Anda dengan cara tertentu?
23. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa
dalam pikiran Anda?
24. Apakah Anda pernah mendengar suara tanpa tahu
sumbernya atau yang orang lain tidak dapat mendengar?
25. mendengar? Apakah Anda mengalami mimpi yang
mengganggu tentang suatu bencana /musibah aau adakah
saatsaat Anda seolah mengalami kembali bencana itu?
26. Apakah Anda menghindari kegiatan, tempat, orang atau
pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana tersebut?
27. Apakah minat anda terhadap teman dan kegiatan yang
biasa Anda lakukan berkurang?
28. Apakah Anda merasa sangat terganggu jika berada dalam
situasi yang mengingatkan Anda akan bencana atau jika
Anda berpikir tentang bencana itu?
29. Apakah Anda kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan anda?
skor

Anda mungkin juga menyukai