Anda di halaman 1dari 37

SEMINAR KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


HARGA DIRI RENDAH

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK RUANGAN SRIKAYA

1. Yunus Januar Erta Randubada : PO0220219038


2. Zaqia Nur Ivaturahma : PO0220219039
3. Zulfahnur : PO0220219040
4. Adrias S Toparoa : PO0220219041
5. Dian Anggarawati : PO0220219043
6. Rosita Akmalda : PO0220219044
7. Renaldi Ifan Sumantir Ngape : PO0220219045
8. Mardiah : PO0220219019
9. Nurul Gita Safitri : PO0220219029

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN POSO

TAHUN 2022
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Harga Diri Rendah

1. Definisi

Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah,


efektif dalam kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya,
sedangkan masalah kesehatan dapat menyebabkan harga diri, sehingga
harga diri dikaitkan dengan hubungan interperonal yang buruk dan
beresiko terjadinya depresisehingga perasaan negatif mendasari
hilangnya kepercayaan diri dan harga diri individu dan menggambarkan
gangguan harga diri (Wandono, 2017). Harga diri rendah adalah
disfungsi psikologis yang meluas–terlepas dari spesifiknya.
Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa mereka ingin
memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi harga
diri rendah, banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang
secara substansial sepenuhnya (Pardede, Ariyo & Purba, 2020).

Harga diri rendah merupakan kunci penting dimana yakin terhadap


kemampuannya dalam melakukan suatu perilaku dalam memperoleh
hasil yang diinginkan. Memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung
memiliki kenyakinan dan kemampuan untuk memperoleh suatu tujuan
(Pardede, Ariyo & Purba, 2020). Jika dihadapkan dengan yang sulit
maka dibutuhkan kepercayaan dan kemampuan keluarga serta tindakan
yang tepat untuk merawat anggota keluarga yang sakit (Pardede,
Harjuliska, & Ramadia, 2021).

2. Klasifikasi

klasifikasi harga diri rendah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Harga Diri Rendah Situsional adalah keadaan dimana individu


yang sebelumnya memilki harga diri positif mengalami perasaan
negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian
(kehilangan, perubahan)
b. Harga Diri Rendah Kronik adalah keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau
kemampuan dalam waktu lama. (Pardede, Keliat, & Yulia, 2020),

3. Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri


seseorang menurut (Muhith, 2015)
a. Faktor predisposisi

Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri


Rendah yaitu:
1) Perkembangan individu yang meliputi

a) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak


merasa tidak dicintai kemudian dampaknya anak gagal
mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk mencintaui
orang lain.
b) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari
orang-orang tuanya atau orang tua yang penting/dekat
individu yang bersangkutan.
c) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna,
orang tua atau orang terdekat sering mengkritik sering
merevidasikan individu.
d) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna
dan merasa rendah diri.
2) Ideal diri

a) Individu selalu dituntut untuk berhasil.

b) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.

c) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya


rasa percaya diri.
b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga


Diri Rendah menurut (Pardede, Keliat, & Yulia 2020), mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
1) Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga
sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri.
2) Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan
seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana
alam dalam perampokan. Respon terhadap trauma pada
umunya akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya
adalah represi dan denial.
c. Perilaku

1) Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat memulai dengan


mengobservasi penampilan Klien, misalnya kebersihan,
dandanan, pakaian. Kemudian Perawat mendiskusikannya
dengan Klien untuk mendapatkan pandangan Klien tentang
gambaran dirinya.
2) Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri
yang Rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
mengekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang
sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif
membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri (Pardede,
Keliat, & Wardani, 2013).

d. Rentang Respon

Tabel 2.1 Rentang Respon Harga Diri Rendah (Muhith, 2015)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga Diri Keracunan Depersonal


Diri Diri Rendah Identitas isasi
Keterangan :

1) Respon adaptif :

Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat


membangun (konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
2) Respon maladaptif :

Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat


merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
3) Aktualisasi diri :

Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat


mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya.
4) Konsep diri positif :

Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan


kelemahannya secara jujur dan dalam menilai suatu masalah
individu berpikir secara positif dan realistis.
5) Kekacauan identitas :

Suatu kegagalan individu untuk mengintegritasikan berbagai


identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian
psikososial dewasa yang harmonis.
6) Depersonalisasi :

Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari


lingkungan. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik
dan kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan
dalam membedakan diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya
sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.
e. Tanda dan Gejala

Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah menurut
(Keliat, 2018), yaitu :
1) Mengkritik diri sendiri

2) Perasaan tidak mampu


3) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
4) Menghindar dari orang lain (menyendiri)

5) Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-


cakap dengan klien lain/perawat
6) Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, pandangan
hidup yang pesimis
7) Berdiam diri di kamar/ klien kurang mobilitas atau penurunan
produktivitas
8) Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap dan
penolakan terhadap kemampuan sendiri
9) Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari

f. Mekanisme Koping

Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang


pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme
pertahanann ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan (Eko, 2014). Pertahanan tersebut
mencakup berikut ini :
Jangka pendek :

1) Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis


identitas diri ( misalnya, konser musik, bekerja keras,
menonton tv secara obsesif)

2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara


(misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik,
kelompok, gerakan, atau geng)

3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan


perasaan diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas)
Menurut Pardede (2019), pertahanan jangka panjang
mencakup berikut ini :
a) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang
diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan
keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu

b) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai


dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat.

c) Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,


disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement,
berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk).

4. Penatalaksanaan

Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan


sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya
lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya (Pardede, Keliat, & Yulia,
2015). Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang


hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan
yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua
(atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa
otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang
termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas),
Aripiprazole (untuk antipsikotik).
b. Psikoterapi

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi


dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama (Rokhimma & Rahayu,
2020).
B. Konsep Asuhan Keperawatan

Adapun konsep asuhan keperawatan harga diri rendah menurut (Keliat,


2015), adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian

a. Identifikasi klien

b. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak


dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama
perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
c. Keluhan utama / alasan masuk

1) Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan


klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
2) Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah
melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan
tindakan kriminal.
d. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat


mempengaruhi respon psikologis dari klien.
e. Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP,


pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal,
neonatus dan anak-anak.
f. Sosial Budaya

Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,


kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress
yang menumpuk.
g. Aspek fisik / biologis

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi,


suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau
perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
h. Aspek psikososial

1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga


generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri

a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap


tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan
kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok
dan masyarakat dan kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas,
lingkungan dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian
dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya
terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya
sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan
ibadah.
i. Status mental

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,


aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut,
khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi
klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan
daya tilik diri.

2. Pohon Masalah

Risiko Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat di angkat adalah :
1. Harga diri rendah
2. Koping individu tidak efektif
3. Risiko isolasi sosial

4. Strategi Pelaksanaan (SP)

No Pasien Keluarga
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi kemampuan Mendiskusikan masalah yang
dan aspek positif yang dimiliki dirasakan keluarga dalam
pasien merawat pasien
2. Membantu pasien menilai Menjelaskan pengertian, tanda
kemampuan pasien yang masih dan gejala harga diri rendah yang
dapat digunakan dialami pasien beserta proses
terjadinya
3. Membantu pasien sesuai Menjelaskan cara – cara merawat
kemampuan yang dipilih pasien isolasi social
4. Melatih pasien sesuai
kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan pasien
6. Meganjurkan pasien
memasukkan dalam kegiatan
harian
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktekkan
harian pasien cara merawat pasien dengan
harga diri rendah
2. Melatih kemampuan kedua Melatih keluarga mempraktekkan
cara merawat langsung kepada
pasien harga diri rendah
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP3K
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge
planning)
2. Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang

5. Implementasi

Menurut Pardede, Keliat, & Yulia (2015), implementasi


disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi
nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana, hal ini
terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana
tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan
kondisinya (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri,
apakah kemampuan interpersonal, intelektual, tekhnikal sesuai
dengan tindakan yang akan dilaksanakan, dinilai kembali
apakah aman bagi klien. Setelah semuanya tidak ada
hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan
(Rokhimma & Rahayu, 2020).

6. Evaluasi

Kemampuan yang diharapkan dari pasien menurut (Keliat, 2016),


yaitu:
a. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif
yang dimliki
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat dikerjakan

c. Pasien dapat melatih kemampuan yang dapat dikerjakan

d. Pasien dapat membuat jadwal kegiatan harian

e. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal kegaiatan harian


BINA HUBUNGAN SALING PERCAYA (BHSP)

Nama : Tn. M

Diagnosa : Harga Diri Rendah

Ruangan : Srikaya

Tanggal masuk : 18 Januari 2022

Jam :

Pertemuan : Ke 1 (BHSP)

A. Orientasi
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Zaqia nur ivaturahma , saya
biasa dipanggil suster Iva” “saya disini bersama dengan 9 orang teman saya” Nama bapak
siapa? senang nya dipanggil siapa?” “bisa saya minta waktunya sebentar bapak untuk
berbincang-bincang? “ yah, kurang lebih 15 menit”
“Apakah bapak bersedia?”
B. Kerja
“Saya  dan teman – teman saya adalah perawat yang dinas diruang Srikaya ini, kami dinas
diruangan ini selama 1 minggu.”
“Hari ini kami dinas pagi dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore , jadi selama 1 minggu ini saya
dan teman – teman saya yang akan merawat bapak.”
“saat ini bapak ceritakan apa yang bapak rasakan dan mengapa sampai ada ditempat ini ? “
C. Terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak M sekarang?”
“Apakah bapak masih ingat nama saya ?”
“Boleh bapak sebutkan kembali ?”
“Baiklah bapak, besok saya akan dating lagi untuk berbincang-bincang dengan bapak, apakah
bapak bersedia ? Bapak mau kita berbincang-bincang ? Jam berapa ?”
“baiklah bapak sampai jumpa besok yah, silahkan bapak untuk istirahat”
“Wassalamualaikum, selamat pagi”
D. Evaluasi

Implementasi Evaluasi
Melakukan Bina Hubungan Saling Percaya S:
- Pasien menjawab salam
- Pasien menyebutkan namanya
- Pasien menceritakan perasaannya saat ini
- Pasien menceritakan kejadian sampai
mengapa dia ada di Rs
- Pasien masih mengingat nama perawat
- Pasien mau mengadakan kontrak waktu
untuk bertemu kembali

O:
- Pasien mau berjabat tangan dengan
perawat
- Pasien tampak lebih banyak diam
- Pasien tidak mampu memulai
pembicaraan
- Pasien menjawab pertanyaan dengan
datar
- Kontak mata pasien kurang
- Pasien tampak gelisah

A:
Pasien mampu membina hubungan saling
percaya dengan perawat

P:
Lanjutkan SP1P harga diri rendah
Ruangan Rawat : Ruangan Srikaya Tanggal dirawat : 18 Januari 2022

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. M (L)
Umur : 47 Tahun
No CM : 073771

II. ALASAN MASUK


Alasan MRS :
Pasien masuk Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan gelisah, kadang mengamuk bicara –
bicara sendiri, merusak barang – barang dirumah dan sulit tidur.

Saat Pengkajian :
Saat pengkajian pasien mengatakan sering mendengar suara – suara, pasien juga
mengatakan dirinya tak pernah di hargai karna selalu disalahkan dan di marahi ketika
ada masalah dirumahnya. Pasien merasa seperti sendirian tidak punya siapa – siapa.
Saat pengkajian pasien terlihat sedih, gelisah dan bingung. pasien terlihat putus asa
saat menceritakan masalahnya tentang apa yang telah dia perbuat.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masalalu dan saat ini sudah yang ke 3 kali
pasien masuk RSJ. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil, karena pasien tidak rutin
minum obat sehingga keluarga membawanya kembali ke RSJ . Pasien pernah
mengalami trauma aniaya fisik saat pasien bekerja di bengkel pasien pernah di pukuli
orang dan pasien pernah mengalami penolakan dari keluarganya, ketika terjadi
sesuatu masalah didalam keluarga pasien selalu disalahkan dan dimarahi.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Pasien mengatakan
memiliki pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan yaitu pasien pernah di
pukuli orang saat bekerja dibengkel.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. TTV
TD : 120/90 mmHg N : 90 x/m
S : 36,0 C P : 20 x/m
2. Ukur
BB : 56 kg TB : 160 cm
3. Keluhan fisik
Tidak ada keluhan fisik pasien

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :

: Laki – laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh :
Pasien mengatakan dirinya menyukai seluruh anggota tubuhnya
b. Identitas :
Pasien mengatakan sebelum masuk RS dirinya bekerja di bengkel. Pasien
merasa bersyukur dengan pekerjaanya.
c. Peran :
Pasien adalah seorang suami dan ayah dari 3 orang anak, pasien mengatakan
bahwa dirinya mampu memberikan nafkah kepada keluarganya.
d. Ideal diri :
Pasien berharap tidak pernah lagi di salahkan dan di marahi oleh keluarganya
dan pasien berharap cepat keluar dari RSJ.
e. Harga diri :
Pasien merasa tidak mempunyai harga diri karna selalu disalahkan dan
dimarahi oleh keluarganya

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :
Pasien mengatakan orang yang paling berarti bagi kehidupannya adalah anak –
anaknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat :
Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan organisasi apapun dalam
masyarakat namun pasien selalu terlibat dalam kegiatan di masyarakat
misalnya seperti kerja bakti. Dan sekarang pasien mengatakan malas untuk
berinteraksi dengan orang lain karena tidak mau menerima dirinya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Pasien mengatakan jarang berhubungan dengan orang lain karena merasa tidak
ada yang perlu dibicarakan, pasien lebih sering diam dan berbaring ditempat
tidur. Pasien juga merasa curiga dengan orang lain.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam, pasien juga selalu melakukan ibadah tepat waktu,
pasien mengetahui jika beribadah membuat pasien jauh lebih tenang.
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan setiap jumat selalu shalat jumat, dan biasa mengikuti
pengajian di malam jumat .

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Pasien terlihat berpenampilan rapi, rambut tersisir rapi, pakaian bersih, mulut
tidak berbau, pasien mandi 3x sehari
2. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan lambat, pasien tidak mampu memulai
pembicaraan dan kontak mata tidak ada.
3. Aktivitas motorik
Pasien lebih sering berdiam diri dan Nampak seperti gelisah, tidak mampu
berintereaksi dengan orang lain, terlebih lagi pasien tidak dapat memulai
pembicaraan dengan orang lain. Dan pasien tampak lesu saat berbicara.
4. Alam perasaan
Pasien mengatakan saat ini perasaannya lumayan senang, namun terkadang tiba –
tiba merasa gelisah
5. Afek
Selama berbincang-bincang pasien sangat datar tidak ada perubahan roman muka
pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan
6. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata pasien kurang dan pasien sibuk memainkan
jarinya. pasien terlihat seperti tertidur saat bicara, mata tertutup dan terlihat sedih.
7. Persepsi
Pasien mengatakan mendengarkan suara-suara yang datang dengan sendirinya
yang mengatakan tentang kejelekan keluarganya sehingga pasien merasa kesal
dan marah.dan merasa tak berguna.
8. Isi pikir
Pasien mengatakan bahwa bisikan-bisikan yang dia dengar adalah benar adanya.
Pasien merasa bahwa dia harus melakukannya
9. Arus pikir
Selama interaksi pembicaraan sudah nyambung dan tepat sesuai topik, hanya saja
masih tetlihat bingung dan terlihat seperti memikirkan hal lain. Dan saat di tanya
jawaban dari pasien hanya tidak
10. Tingkat kesadaran
Pasien tampak bingung dan terlihat gelisah, ngantuk tetapi dapat menjawab
pertanyaan yang di ajukan
11. Memori
Pasien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang karena saat ditanya karena
saat ditanya mengapa pasien bisa masuk di RSJ pasien menjawab dengan tidak
jelas dan kadang menjawab tidak tahu
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Perhatian pasien sangat mudah untuk dialihkan
13. Kemampuan penilaian
Pasien tidak mampu mengambil keputusan saat diberi pilihan mandi dulu sebelum
makan atau makan sebelum mandi
14. Daya tilik diri
Pasien tidak merasa dirinya mengalami gejala penyakit dan merasa tidak perlu
pertolongan
ANALISA DATA

Nama klien : Tn. M

Ruangan : Srikaya

No Tanggal Data Masalah keperawatan


1. Ds : Harga diri rendah
- Mengeluh hidup tidak
bermakna
- Pasien mengatakan putus
asa
Do :
- Kontak mata kurang
- Tidak berinisiatif
berinteraksi dengan orang
lain
- Tampak lemah lesu
- Pasien tampak lebih
sering berdiam diri
2. Ds : Resiko Isolasi sosial
- Mengatakan malas
berinteraksi
- Mengatakan orang lain
tidak mau menerima
dirinya
- Merasa tak berguna
Do :
- Menyendiri
- Mengurung diri
- Tidak mau bercakap –
cakap dengan orang lain
- Tidak berinisiatif
berhubungan dengan
orang lain
3. Ds : Koping individu tidak efektif
- Pasien mengatakan
apabila pasien mempunyai
masalah pasien sering
memendamnya (tidak mau
mencesritakan pada orang
lain.
Do :
- Klien tampak menyendiri

POHON MASALAH

Resiko Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Harga diri rendah


2. Resiko Isolasi sosial
3. Koping individu tidak efektif
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama klien : Tn.M

Ruangan : Srikaya

No Tgl Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan


keperawatan keperawatan
1. Harga diri 1. Klien dapat SP1P
rendah mengidentifikas 1. Mengidentifikasi
i kemampuan kemampuan dan
dan aspek aspek positif yang
positif yang dimiliki
dimiliki 2. Membantu pasien
2. Klien dapat menilai
menilai kemampuan
kemampuan pasien yang masih
yang digunakan dapat digunakan
3. Klien dapat 3. Membantu pasien
menetapkan sesuai kemampuan
kegiatan sesuai yang dipilih
dengan 4. Melatih pasien
kemampuan sesuai kemampuan
yang dimiliki yang dipilih
4. Klien dapat 5. Memberikan
melakukan pujian yang wajar
kegiatan sesuai terhadap
kondisi sakit keberhasilan
5. Klien dapat pasien
memanfaat kan 6. Menganjurkan
system pasien
pendukung yang memasukkan
ada dalam kegiatan
harian
SP2P
7. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
8. Melatih
kemampuan kedua
9. Menganjurkan
pasien memasukan
dalam jadwal
kegiatan harian

SP1K
10. Mendiskusikan
masalah yang
dirasakan keluarga
dalam merawat
pasien
11. Menjelaskan
pengertian, tanda
dan gejala harga
diri rendah yang
dialami pasien
beserta proses
terjadinya
12. Menjelaskan cara
– cara merawat
pasien isolasi
sosial

SP2K
13. Melatih keluarga
mempraktekkan
cara merawat
pasien dengan
harga diri rendah
14. Melatih keluarga
mempraktekkan
cara merawat
langsung kepada
pasien harga diri
rendah

SP3K
15. Membantu
keluarga membuat
jadwal aktivitas di
rumah termasuk
minum obat
16. Menjelaskan
follow up pasien
setelah pulang

No Tgl Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan


keperawatan keperawatan
2. Isolasi sosial 1. Klien dapat SP1P
Mengidentifik 1. Mengidentifikasi
asi penyebab penyebab isolasi
isolasi sosial sosial pasien.
pasien. 2. Berdiskusi dengan
2. Klien dapat klien tentang
Berdiskusi keuntungan
dengan klien berinteraksi dengan
tentang orang lain.
keuntungan 3. Berdiskusi dengan
berinteraksi klien tentang
dengan orang kerugian
lain. berinteraksi dengan
3. Klien dapat orang lain.
Berdiskusi 4. Mengajarkan klien
dengan klien cara berkenalan
tentang dengan satu orang.
kerugian 5. Menganjurkan
berinteraksi klien memasukkan
dengan orang kegiatan latihan
lain. berbincang-
4. Klien dapat bincang dengan
Mengajarkan orang lain dalam
klien cara kegiatan harian.
berkenalan
dengan satu
orang.
5. Klien dapat
Menganjurkan
klien
memasukkan
kegiatan
latihan
berbincang-
bincang
dengan orang
lain dalam
kegiatan
harian.

SP2P
6. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien.
7. Memberikan
kesempatan kepada
klien
mempraktikan cara
berkenalan dengan
satu orang.
8. Membantu klien
memasukkan
kegiatan latihan
berbincang-
bincang dengan
orang lain dalam
kegiatan harian.
Sp3p
9. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien.
10. Memberikan
kesempatan kepada
klien
mempraktikkan
cara berkenalan
dengan dua orang
atau lebih.
11. Menganjurkan
klien memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian.
No Tgl Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan
keperawatan keperawatan
3. Koping 1. Klien dapat SP1P
individu Membina 1. Membantu klien
tidak efektif hubungan mengenal koping
saling percaya yang tidak efektid
2. Klien dapat 2. Menganjurkan
Membantu koping konstruktif
klien mengenal : bicara terbuka
koping yang dengan orang lain
tidak efektid 3. Memasukan ke
3. Klien dapat jadwal kegiatan
Menganjurkan harian
koping
konstruktif :
bicara terbuka
dengan orang
lain
4. Klien dapat
Memasukan ke
jadwal kegiatan
harian
SP2P
4. Mengevaluasi
pelaksanaan
jadwal kegiatan
harian
5. Mengajarkan
koping kosntruktif
: melakukan
kegiatan
6. Masukan ke
jadwal kegiatan
harian

Sp3p
7. Mengevaluasi
pelaksanaan
jadwal kegiatan
harian
8. Mengajarkan
koping konstruktif
: latihan
fisik/olahraga
9. Masukan ke
jadwal kegiatan
harian

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN


Harga Diri Rendah

Pertemuan  : Ke 2 (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
a) Pasien mengatakan seperti tidak punya harga diri karna selalu disalahkan dan
dimarahi oleh keluarganya ketika ada masalah dirumah
b) Pasien mengatakan dirinya pernah dipukuli orang saat bekerja dibengkel
2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah
3. Tindakan keperawatan
a) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b) Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
c) Membantu klien memilih atau menetapkan kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan klien
d) Melatih klien sesuai dengan dengan kemampuan yang dipilih
e) Memberikan pujian yang wajar terhadap kebersihan klien
f) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi :
“Assalamualaikum bapak, masih ingat dengan saya? Boleh bapak sebutkan
kembali? “ bagus ! bagaimana perasaan bapak hari ini ?“baiklah, bagaimana kalau
kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah bapak
lakukan? Setelah itu kita akan menilai kegiatan mana yang masih dapat bapak
lakukan .setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk dilatih”.“kalau
begitu dimana kita duduk? Bagaimana kalau diruang tamu?berapa lama?
Bagaiman kalau 30 menit”
2. Fase Kerja :
“bapak, apa saja kemampuan yang bapak miliki? ” .”Bagus, apa lagi?”.“Saya buat
daftarnya ya! Kegiatan apa yang biasa bapak lakukan dirumah sakit? Bagaimana
dengan merapikan tempat tidur? berkebun?”. “wah, bagus sekali ada 2
kegiatan/kemampuan yang bapak miliki.”. “bapak, dari tiga kegiatan/kemampuan
ini,yang mana yang masih dapat dikerjakan dirumah sakit? Coba kita liat yang
pertama dan kedua bisakah?”.“bagus sekali ada 2 kegiatan yang masih bisa
dikerjakan dirumah sakit ini.”. “sekarang, coba bapak pilih satu kegiatan yang
masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini?”. “bagus sekali kegiatan merapikan
tempat tidur masih bisa bapak lakukan di rumah sakit”. “kalau begitu, bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur bapak?”. “mari kita lihat
tempat tidur bapak.coba lihat, sudah rapikah tempat tidur bapak?”. “ayo kita
latihan merapikannya”
“nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur bapak, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya.bagus! sekarang kita angkat sepreinya, dan kasurnya kita
balik.”
“nah, sekarang kita pasang lagi sepreinya, kita mulai dari arah atas, yah bagus!”
“sekarang sebelah kaki,tarik dan masukkan lalu sebelah pinggir dimasukkan.
sekarang ambil bantal,rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala.mari kita lipat
selimut, nah letakkan sebelah bawa/kaki.bagus!.”.“bapak sudah bisa merapikan
tempat tidur dengan baik sekali.coba perhatikan bedakan dengan sebelum
dirapikan?”
3. Fase Terminasi :
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur?.”. “yah, ternyata banyak memiliki kemampuan yang bisa dilakukan
dirumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah bapak
peraktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga
dirumah setelah pulang.”. “sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian.
Bapak mau berapa kali sehari merapikan tempat tidur?. “bagus, dua kali pagi-pagi
jam berapa?”. “Lalu sehabis istirahat, jam 16.00, ya?”. “besok pagi kita latihan
lagi kemampuan yang kedua. bapak masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu
dilakukan dirumah selain merapikan tempat tidur?”. “yah, bagus berkebun, kalau
begitu kita akan berkebun besok jam 8 pagi di depan ruangan ini sehabis makan
pagi, ya!”. “terimah kasih yaa pak sudah mau bercerita dengan saya dan mau
melakukan kegiatan/kemampuan yang bapak punya. sampai jumpa besok pak!”
Strategi Pelaksanaan Tindakan KeperawatanSP1P Isolasi Sosial
Hari/Tanggal :

Jam :

Pertemuan ke 1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien

a. Mengatakan malas berinteraksi, Mengatakan orang lain tidak mau menerima


dirinya, Merasa tak berguna
b. Menyendiri, Mengurung diri, Tidak mau bercakap – cakap dengan orang lain
Diagnosa

1. Isolasi sosial

Intervensi : SP1P

1. Identifikasi penyebab isolasi sosial pasien

2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain

3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain

4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang

5. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan

orang lain dalam kegiatan harian

B. Strategi komunikasi tindakan keperawatan


SP.1 P

1. Fase Orentasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat Pagi bapak!” masih ingat dengan saya? Benar pak! saya suster yang

merawat bapak

b. Validasi

“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”

c. Kontrak
- Topik

“sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang

tentang keuntungan dan kerugian berintraksi dan juga cara berkenalan

dengan orang lain...”

- Waktu

“berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?

Bagaimana kalau 15 menit saja?

- Tempat

“di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah... di

ruangan ini saja kita berbincang-bincang...”

2. Fase kerja

“bapak”, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan bapak siapa?

Menurut bapak apa keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak

berinteraksi dengan orang lain? Kalau bapak tidak tahu saya akan

memberitahukan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain yaitu bapak

punya banyak teman, saling menolong, saling bercerita, dan tidak selalu

sendirian. Sekarang saya akan mengajarkan bapak cara berkenalan, begini

pak.“selamat pagi, kenalkan nama saya N, hobi main bola, asal dari poso, nama

bapak siapa?, hobi bapak apa?, asal bapak dari mana?”. Coba bapak praktekan

yang saya ajarlkan tadi. Bagus... bapak dapat mempraktekkan apa yang saya

ajarkan tadi..bagaiman kalau kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain di

masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”

2) Evaluasi Objektif

“coba bapak ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan kerugian

tidak berinteraksi dengan orang lain?”

b. Tindak Lanjut

“tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi

dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya harap bapak dapat

mencobanya bagaimana berinteraksi dengan orang lain!“

c. Kontrak yang akan datang

1. Topik

“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan

berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan

mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain?

2. Waktu

“besok saya datang kembali jam 10:00, berapa lama bapak punya waktu

untuk berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 15 menit

saja?”

3. Tempat

“ di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah...

bagaimana kalau besok kita melakukannya di teras depan saja?


STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KOPING INEFEKTIF

A. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Pasien mengatakan apabila pasien mempunyai masalah pasien sering
memendamnya (tidak mau mencesritakan pada orang lain.
2. Diagnosa
Keperawatan Koping individu inefektif
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien
dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat.
b. Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
c. Klien merasa lebih tenang.
4. Tindakan keperawatan
5. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam
terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien.
6. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengarkan setiap
perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi.
7. Ajarkan klien teknik relaksasi dan mekanisme koping.
B. Strategi Pelaksanaan I : Klien dengan koping individu iefektif
FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi pak. Masih ingat dengan saya ?, bagus….
2. Evaluasi / validasi:
“Baiklah, bagaimana perasaan hari ini?”Ada keluhan tidak ?”
3. Kontrak Topik :
“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar tentang
keadaan bapak? Waktu : “Saya rasa 30 menit cukup pak. Apakah pak bersedia?”
Tempat : “pak mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”
FASE KERJA
“Baiklah pak, bisa pak jelaskan kepada saya bagaimana biasanya cara bapak untuk
menghadapi masalah dalam hidup?”Baik pak, lalu bagaimana perasaan pak terkait
masalah yang sedang bapak hadapi saat ini ?”. “Saya mengerti pak sangat sulit
menerima kenyataan ini. Tapi kondisi sebenarnya memang pak harus bisa
menghadapi dan mengatasi masalah ini. Sabar ya, pak.” “Saya tidak bermaksud untuk
tidak mendukung pak. Tapi coba bapak pikir, jika pak pulang ke rumah nanti, pak
akan menjalankan peran sebagai kepala keluarga lagi. Jadi pak harus berusaha
menghadapi semuanya agar anggota keluarga yang pak pimpin dapat kembali ke jalan
yang seharusnya.” “pak, seluruh cobaan yang dihadapi manusia semua sudah diatur
oleh Tuhan. Tidak ada satu orang pun yang dapat mencegahnya,termasuk saya
ataupun pak sendiri. Dan saya yakin bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan di
luar batas kemampuan seseorang untuk menghadapinya.”. “pak sudah bisa
memahaminya?” “pak tidak perlu cemas. , Sebaiknya pak mengisi dengan kegiatan
kegiatan positif dan kesibukan lainnya agar bapak tidak memikirkan kejadian yang
bapak alami saat ini. Saya percaya pak mempunyai keahlian yang bisa digunakan. pak
juga tidak akan hidup sendiri. pak masih punya keluarga dan orang lain yang sayang
dan peduli pak. Disamping itu, anak-anak pak juga masih memerlukan perhatian pak
saat ini.” “Untuk mengurangi rasa cemas pak, sekarang pak ikuti teknik relaksasi yang
saya lakukan. Coba sekarang pak tarik napas yang dalam, tahan sebentar, kemudian
hembuskan perlahan-lahan.” “Ya, bagus sekali pak, seperti itu.”“ pak juga bisa
meluapkan amarah bapak dengan cara berteriak atau menangis. Tetapi saran saya, jika
pak ingin berteriak sekencangkencangnya, sebaiknya pak pergi ke pantai atau ke
tempat yang jauh dari keramaian agar tidak mengganggu aktivitas orang-orang
sekitar.Dengan cara seperti itu, beban yang ibu hadapi akan sedikit berkurang dan pak
akan mampu menghadapi permasalahan yang muncul.”

FASE TERMINASI
Evaluasi :
a. Subjektif: “Bagaimana perasaan ibu sekarang? Apa ibu sudah mulai
memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?”
b. Objektif : “Kalau begitu, coba ibu jelaskan lagi, hal-hal yang ibu dapatkan dari
perbincangan kita tadi dan coba ibu ulangi teknik relaksasi yang telah kita
lakukan.” Tindak Lanjut : “Ya, bagus sekali bu. Nah, setiap kali ibu merasa
cemas, ibu dapat melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali ibu merasa bahwa
ibu tidak terima dengan kenyataan ini, ibu dapat mengingat kembali
perbincangan kita hari ini. Kontrak yang akan datang: ”Sudah 30 menit ya, bu.
Saya rasa perbincangan kita kali ini sudah cukup. Besok sekitar jam 09.00
saya akan datang kembali untuk membicarakan tentang hal – hal positif yang
dapat ibu lakukan untuk mengisi waktu. Mungkin besok kita bisa berbincang-
bincang di taman depan ya bu.” “Apa ada yang ingin ibu tanyakan?”Baiklah,
kalau tidak ada, saya pamit dulu ya bu.” Masukan dari bu ria : ( prinsip SP
pada resiko koping tidak efektif )
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/ Diagnosa Implementasi keperawatan Evaluasi keperawatan


tgl keperawatan
Harga diri Melakukan SP1P gangguan S :
rendah konsep diri harga diri rendah - Pasien menjawab
1. Mengidentifikasi salam dari perawat
kemampuan dan aspek - Pasien
positif yang dimiliki mengungkapkan tidak
pasien mengetahui
2. Membantu pasien kemampuan apa saja
menilai kemampuan yang bisa ia kerjakan.
pasien yang masih O :
dapat digunakan - Pasien belum mampu
melakukan kegiatan
3. Membantu pasien
positif yang sesuai
memilih kegiatan yang
kempuannya.
akan dilatih sesuai
- Pasein masih nampak
dengan kemampuan
murung.
pasien
- Pasien nampak masih
4. Melatih pasien sesuai
bermalas-malasan.
kemampuan yang
- Kontak mata pasien
dipilih
masih kurang
5. Memberikan pujian
A:
yang wajar terhadap
- SP1P belum tercapai
keberhasilan pasien
P:
6. Menganjurkan pasien
- Lanjutkan SP1P
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

Anda mungkin juga menyukai