Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gastroentritis adalah radang dari lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disadari muntah.
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih
banyak dari biasanya.
Adapun komplikasi dari gastroenteritis yaitu yaitu dehidrasi
syok hypovolemik yang terdekompensasi, hipokalemia dengan
gejala meteorisme, hipotermi, lemah, hipoglekimia, dan intoleransi
lactose selinder sebagai akibat deferensi enzim iktosa karena
kerusakan mukosa usus halus.
Gastroenteritis dianggap akut kalau berlangsunng kurang
dari 7 hingga 14 hari dan kronik kalau berlangsung lebih dari 2
sampai 3 minggu. Gastroenteritis infeksius yang akut dan tersebar
diseluruh penjuru dunia menyebabkan lebih dari 4 juta kematian
setiap tahunnya pada balita, khususnya di Negara berkembang dan
menjadi penyebab malnutrisi kalori, protein dan dehidrasi.
Kematian akibat gastroenteritis yang jumlahnya jutaan,
mayoritas disebabkan oleh hal sepeleh, yaitu habisnya cairan tubuh
yang keluar karena buang air dan muntah. Hilangnya caian sedikit
demi sedikit oleh banyak orang dianggap hal biasa. Di plosok desa
terutama di daerah jawa, bahkan ada yang menganggap bahwa
anak gastroenteritis sebagai pertanda akan bertambah pintar.
Padahal jika kekurangan cairan lebih dari 10% dari berat badan
anak atau bayi akan menyebabkan kematian hanya dalam tempo 3
hari.
Data dari direktorat penyehatan lingkungan depertemen
kesehatan menyebutkan, pada tahun 2001 angka kematian rata-
rata yang diakibatkan gastroenteritis adalah 23 per 100.000
penduduk, sedangkan angka tersebut lebih tinggi pada anak-anak
berusia dibawah 5 tahun, yaitu 75 per 100.000 penduduk. Hasil
survey pada tahun 2006 menunjukan bahwa kejadian gasroentritis
pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000 penduduk dan
terjadi satu-dua kali per tahun pada anak-anak berusia dibawah 5
tahun.

B. TUJUAN
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman belajar
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien gastroentritis
melalui perawatan yang komprensif.

C. MANFAAT
 Mengetahui lebih lanjut lagi tentang penyakit gastroenteritis.
 Mengetahui asuhan keperawatan pada kasus gastroenteritis
dengan baik dan benar.
BAB II
KONSEP PENYAKIT

A. DEFINISI
Dehidrasi adalah peradangan pada mukosa lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai
muntah.
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada
lambung, usus besar, dan usus halus disebabkan infeksi makanan
yang mengandung bakteri atau virus yang memberikan gejala diare
dengan frekwensi lebih banyak dengan konsistensi encer dan
kadang-kadang doisertai dengan muntah-muntah. Dari biasanya
disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang bersifat pathogen.
Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena ia
disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora
yang menghuni tempat diseluruh permukaan bumi.

B. ETIOLOGI
Dapat dibagi dalam 3 faktor:
1. Factor infeksi
 Infeksi bakteri: vibrio cholera, E. coli, salmonella,
shigella, staphylococcus
 Infeksi virus: enterovirus, roavirus
 Infeksi parasit: entamoeba histolytica
2. Factor malabsorbsi
 Malaborbsi karbohidrat
 Malabsorbsi lemak
 Malabsorbsi protein
3. Factor psikologis
Rasa takut, cemas.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri
2. Rasa perih uluhati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut
8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
9. Diare
10. Demam
11. Membrane mukosa mulut dan bibir kering
12. Lemah
13. Fontanel cekung
14. Turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun)
15. Penurunan berat badan.

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis
adalah:
 Gangguan osmotic, adanya makanan dan zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul gastroentritis.
 Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (misalnya
toxin) pada dinding usus, akan terjadi peningkatan sekresi
air dan elektrolit ke dalam rongga usus, yang selanjutnya
timbul gastroentris karena timbulnya.
 Gangguan motilitas usus, hyperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kemampuan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul gastroenteritis.
Sebaliknya bila peristaltic usus menurun, akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan dan selanjutnya
dapat menimbulkan gastroenteritis.
 Gastroenteritis dapat disebakan oleh infeksi virus atau
bakteri secara langsung atau oleh efek dari neurotoxin yang
diproduksi ileh bacteria. Infeksi ini menimbulkan peningkatan
produksi air dan garam ke dalam lumen usus dan juga
peningkatan motilitas, yang menyebabkan sejumlah besar
makanan yang tidak dicerna dan cairan dikeluarkan. Dengan
gastroenteritis yang hebat sejumlah besar cairan dan
elektrolit hilang, dapat menimbulkan dehidrasi, hyponatremi,
dan hypokalemia.

E. TERAPI
1. Terapi rehidrasi
Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan
dan elektrolit secara tepat kemudian mengganti cairan yang
hilang sampai diarenya berhenti dengan cara memberi oralit
untuk pengobatan sementara sebelum ke rumah sakit dan
mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2. Diatetik
Pemberian makanan dan minuman khusus pada klien
dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan,
memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih. Makanan harus
ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada
status gizi.
3. Obat-obatan
 Obat anti sekresi
 Obat anti spasmolitik
 Obat antibiotic
 Obat anti diare
 Obat antiemetic.
BAB III
KONSEP TEORI ASKEP

A. PENGKAJIAN
1) Identitas/biodata
 Identitas pasien
 Identitas penaggung jawab
2) Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat kesehatan keluarga
3) Pola fungsi kesehatan:
 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien tidak mengetahui penyebab
penyakitnya, higienitas pasien sehari-hari kurang
baik.
 Pola nutrisi dan metabolic
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
 Pola eliminasi
Akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih
dari 4 kali sehari, BAK sediki atau jarang.
 Pola aktivitas dan latihan
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang
lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen
yakni dibantu oleh orang lain.
 Pola istirahat tidur
Akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
 Pola persepsi sensoris dan kognitif
Pasien masih dapat menerima informasi
namun kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
 Pola hubungan dengan orang lain
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-
hari mengalami gangguan.
 Pola reproduksi / seksual
Mengalami penurunan libido akibat terfokus
pada penyakit.
 Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien mengalami gangguan konsep diri
karena kebutuhan fisiologisnya terganggu sehingga
aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.
 Pola mekanisme koping
Pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress.
Pasien memiliki koping yang adekuat.
 Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit.
4) Pemeriksaan fisik
 Data umum
 Pemeriksaan head to toe.
B. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
Gastroentritis menurut NANDA adalah:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan volume cairan aktif (diare, muntah)
2. Hipetermi berhubungan dengan penyakit (proses infeksi)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan muntah, hilangnya nafsu makan
4. Kurang pengetahuan tentang gastroenteritis
berhubungan dengan kurangnya informasi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi
rectal karena diare.

C. INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktuf (diare, muntah)
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
kekurangan volume cairan teratasi dan keseimbangan elektrolit
asam basa dapat tercapai dengan criteria hasil: keseimbangan
cairan, keseimbangan elektrolit dan asam basa.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah pantau
warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan volume cairan (rasional
untuk mempermudah penghitungan balance cairan), pantau
status hidrasi misal kelembaban membrane mukosa,
keadekuatan nadi (rasional untuk menentukan tingkatan
dehidrasi), tingkatkan asupan cairan per oral (rasional untuk
mengurangi dehidrasi), manajemen nutrisi misal diet makanan
padat, panttau asupan makan klien (rasional untuk
menyediakan asupan makanan dalam diet seimbang, kolborasi
pemberian cairan parental RL (rasional untuk menggantikan
cairan dalam tubuh yang hilang saat diare)

2. Hipertermi berhubugan dengan penykit (proses infeksi)


Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masalah
hipertermi dapat teratai dengan criteria hasil: suhu kulit dalam
rentang yang diharapkan, suhu tubuh dalam batas normal, nadi
dan pernafasan dalam rentang yang diharapkan, peubahan
warna kulit tidak ada.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji
tingkat kenaikan suhu tubuh, pantau warna kulit (rasional untuk
mempermudah mengenali hipertermi), pantau suhu badan
minimal setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan (rasional untuk
indicator perkembangan kondisi pasien, pantau nadi dan
pernafasan (rasional jika hipertermi maka nadi dan pernafasan
meningkat), berikan kompres air hangat pada kening, ketian,
dan lipat paha (rasional untuk menurunkan hipertermi melalui
proses evaporasi), kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik
(rasional untuk menurunkan suhu tubuh dengan menstimulus
pusat pengaturan suhu di hipotalamus)

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


muntah, hilangnya nafsu makan
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
keutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan criteria hasil: asupan
makanan dan cairan adekuat, mempertahankan berat badan
atau pertambahan berat badan, ada kemauan untuk makan,
tidak muntah setelah makan.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji
status nutrisi pada pasien serta intake dan outputnya (rasional
untuk mengetahui status nutrisi pasien), timbang BB setiap hari
(rasional untuk mengetahui apakah ada penurunan BB atau
tidak karena indicator perubahan status nutrisi), observasi dan
catat respon terhadap pemberian makanan (rasional untuk
mengkaji toleransi pemberian makan), anjurkan untuk
memberikan makanan sedikit tapi sering (rasional untuk
mengurangi menekan kerja gastric sehingga mengurangi mual
dan mencegah resiko muntah), kolabprasi dalam pemberian
obat anti emetic (rasional untuk mencegah muntah dengan
menstimulasi pusat pengaturan muntah chemoreceptor triger
zone dan central vomiting centre).

4. Kurang pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis dan


perawatannya berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan keluarga
mengerti tentang kondisi penyakit dan perawatan di rumah
dengan criteria hasil: keluarga pasien mengerti tentang
pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari gastroenteritis,
cara pencegahan dan perawatan dengan gastroenteritis serta
dapat mendemonstrasikan cara membuat oralit dan LGG
dengan baik dan benar.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji
tingkat pengetahuan dan perawatan (rasional untuk mengetahu
sejauh mana pengetahuan tentang penyakit tersebut), berikan
penjelasan tentang penyakit dan kondisi, berikan penjelasan
setiap akan melakukan prosedur tindakan keperawatan
(rasional untuk membantu memahami informasi yang
berhubungan dengan penyakitnya, mengurangi kecemasan
pada setiap melakukan tindakan), berikan penjelasan tentang
perawatan di rumah seperti pembuatan larutan gula garam
(rasional untuk mengetahui penanganan awal diare di rumah).

5. Kerusakan jaringan kulit berhubungan dengan iritasi rectal


karena diare
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan integritas
kulit tidak mengalami kerusakan dengan criteria hasil: hidrasi,
pigmentasi, dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan,
terbebas dari adanya lesi, keutuhan kulit.

D. IMPLEMENTASI
1. Mengobservasi tanda-tanda vital
2. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi
3. Mengukur input dan output cairan (balance cairan)
4. Mengkaji pola nutrisi kliean dan perubahan yang terjadi
5. Menimbang berat badan klien
6. Melakukan pemeriksaan fisik abdomen (palpasi,perkusi, dan
aulkuturasi)
7. Kolaborasi dengan tim gizi
8. Kaji tingkat pendidikan kelurga klien
9. Menjelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui
penkes
10. Mengobservasi bokong dan perineum dari infeksi
E. EVALUASI
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh
3. Integritas kulit kembali normal
4. Rasa nyaman terpenuhi
5. Pengetahuan keluarga meningkat
6. Cemas pada klien teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.


Jogjakarta: Diva Press
Betz, Cecily Lynn. 2009. Keperawatan Pediatri. Jakarta:EGC
Bresee, J. S., et al., 2012. The Etiologi of Severe Acute Gastroentritis
Among Adults Visiting Emergency Departements in the United States. The
Journal of Infectious Disease. 205 : 1374-1381
Bararah, T. 2013. ASUHAN KEPERAWATAN : PANDUAN LENGKAP
MENJADI PERAWAT PROFESIONAL Jilid 1. Jakarta:Prestasi
Pustakaraya

Anda mungkin juga menyukai