2 Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk 1. Memaksimalkan ventilasi.
jalan napas berhubungan keperawatan selama 3 x 24 memaksimalkan ventilasi. 2. Mengetahui tindakan yang
dengan mukus dalam jumlah jam diharapkan bersihan 2. Identifikasi pasien perlunya akan dilakukan selanjutnya.
berlebih. jalan napas pada pasien pemasangan alat jalan napas 3. Mengoptimalkan
menjadi efektif dengan buatan. pernapasan.
kriteria hasil: 3. Keluarkan sekret dengan batuk 4. Mengetahui adanya ketidak
1. Tidak terdapat sputum atau suction. normalan pada pernapasan
pada jalan napas pasien. 4. Catat pergerakan dada, amati untuk mengoptimalkan atau
2. Tidak terdapat retraksi kesimetrisan, penggunaan otot memaksimalkan tindakan.
dinding dada pada saat tambahan, retraksi otot 5. Mengetahui tindakan yang
pasien bernapas supraclavicular dan intercostal. akan dilakukan selanjutnya.
3. Suara napas pasien 5. Auskultasi suara nafas, catat 6. Memudahkan pengenceran
normal yaitu vesikuler. adanya suara tambahan. sekret agar lebih mudah
6. Lakukan nebulizer jika perlu. untuk disuction atau
4. Tanda-tanda vital dalam 7. Monitor TTV. dikeluarkan.
batas normal yaitu : 7. Memonitor status
TD : hemodinamik pasien.
Sistolik : 100-140
mmHg
Diastolik : <85 mmHg
N : 60-100 kali/menit
R : 12-20 kali/menit
T : 36,5-37,5 0 C
SPO2 : 95 – 100 %
3 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh sesering 1. Mengetahui perkembangan
dengan proses penyakit. keperawatan selama 3 x 24 mungkin. penyakit.
jam diharapkan hipertermi 2. Monitor IWL. 2. Mengetahui tindakan yang
dapat teratasi dengan 3. Monitor warna kulit dan suhu akan dilakukan selanjutnya.
kriteria hasil: kulit. 3. Warna kulit yang pucat
1. Tanda-tanda vital dalam 4. Monitor TTV. menunjukkan adanya
batas normal yaitu : 5. Monitor intake dan output. sianosis dan warna kulit
TD : 6. Berikan selimut pada pasien. yang kemerahan
Sistolik : 100-140 7. Kolaborasi pemberian antipiretik. menunjukkan adanya
mmHg peradangan atau inflamasi.
Diastolik : <85 mmHg Suhu tubuh yang tinggi
N : 60-100 kali/menit dapat menunjukkan tanda-
R : 12-20 kali/menit tanda terjadinya infeksi.
T : 36,5-37,5 0 C
SPO2 : 95 – 100 % 4. Memonitor status
2. Kulit tidak teraba panas hemodinamik pasien.
3. Pasien tampak tidak 5. Menjaga keseimbangan
berkeringat cairan dan elektrolit karena
hipertermi dapat
menyebabkan
ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.
6. Mencegah hilangnya
kehangatan tubuh.
7. Menurunkan panas tubuh
dengan terapi farmakologi.
4 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan pasien dalam 1. Mengetahui kondisi pasien
berhubungan dengan tirah keperawatan selama 3 x 24 mobilisasi. sehingga dapat menentukan
baring. jam diharapkan hambatan 2. Kaji skala aktivitas dan skala otot terapi yang tepat.
mobilitas pasien dapat pasien. 2. Mengetahui kondisi pasien
teratasi dengan kriteria 3. Bantu pasien dalam pemenuhan sehingga dapat menentukan
hasil: kebutuhan ADLs. terapi yang tepat.
1. Tanda-tanda vital dalam 4. Ajarkan pasien bagaimana 3. Memudahkan pemenuhan
batas normal yaitu : merubah posisi dan berikan kebutuhan ADLs.
TD : bantuan jika perlu. 4. Agar tubuh pasien tidak
Sistolik : 100-140 5. Pasang side rails pada bed pasien kaku dan mencegah
mmHg jika perlu. terjadinya luka tekan.
Diastolik : <85 mmHg 6. Monitor TTV. 5. Menghindari pasien dari
N : 60-100 kali/menit resiko jatuh.
R : 12-20 kali/menit 6. Memonitor status
T : 36,5-37,5 0 C hemodinamik pasien.
SPO2 : 95 – 100 %
2. Skala aktivitas pasien
menjadi 2 yaitu dibantu
orang lain
3. Skala otot pasien
menjadi :
4 4
(kanan) 4 4 (kiri)
P=
Lanjutkan intervensi
(Intervensi 1-9)
2 Jum’at/ 4 Ketidakefektifan 15.00 1. Memposisikan pasien untuk S=-
Januari 2019 bersihan jalan napas memaksimalkan ventilasi.
berhubungan dengan Hasil : O=
mukus dalam jumlah Memposisikan pasien semi fowler. a. Tidak terdapat sputum
berlebih. 15.00 2. Mengidentifikasi pasien perlunya pada jalan napas pasien
pemasangan alat jalan napas buatan. b. Terdapat retraksi
Hasil : dinding dada pada saat
Pasien terpasang OPA, ETT dan pasien bernapas
ventilator. c. Terdapat suara napas
15.15 3. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau ronki
suction. d. Tanda-tanda vital :
Hasil : TD : 153/62 mmHg
Tidak terdapat sputum pada jalan napas MAP : 89 mmHGg
pasien N : 108 x/ menit
15.00 4. Mencatat pergerakan dada, amati R : 28 x/ menit
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, T : 36,20 C
retraksi otot supraclavicular dan SPO2 : 100%
intercostal.
Hasil : A=
Terdapat retraksi dinding dada pada saat Masalah teratasi sebagian
pasien bernapas.
15.00 5. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya P=
suara tambahan. Lanjutkan intervensi
Hasil : (Intervensi 1-7)
Terdapat suara napas ronki
17.00 6. Melakukan nebulizer jika perlu.
Hasil :
Pasien dinebulizer (Combivent/4 jam)
15.00 7. Memonitor TTV.
Hasil :
TD : 153/62 mmHg
MAP : 89 mmHGg
N : 108 x/ menit
R : 28 x/ menit
T : 36,20 C
SPO2 : 100%
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan intervensi
(Intervensi 1-9)
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
2. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan.
4. Monitor respirasi dan status O2
5. Kaji dan monitor rata-rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi pasien.
6. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal.
7. Monitor suara nafas, seperti dengkur.
8. Monitor pola nafas , seperti bradipnea, takipnea,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot.
9. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan.
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan intervensi
(Intervensi 1-7)
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
napas buatan.
3. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
4. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal.
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan.
6. Lakukan nebulizer jika perlu.
7. Monitor TTV.
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan intervensi
(Intervensi 1-7)
1. Memonitor suhu tubuh sesering mungkin.
2. Memonitor IWL.
3. Memonitor warna kulit dan suhu kulit.
4. Memonitor TTV.
5. Memonitor intake dan output.
6. Memberikan selimut pada pasien.
7. Kolaborasi pemberian antipiretik.
P=
Lanjutkan intervensi
(Intervensi 1-5)
1. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi.
2. Kaji skala aktivitas dan skala otot pasien.
3. Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs.
4. Pasang side rails pada bed pasien jika perlu.
5. Monitor TTV.
CATATAN PERKEMBANGAN
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Intervensi dihentikan (Pasien meninggal pukul 06.00
WITA)
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Intervensi dihentikan (Pasien meninggal pukul 06.00
WITA)
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Intervensi dihentikan (Pasien meninggal pukul 06.00
WITA)
4 Minggu / 6 Hambatan mobilitas 22.00 S=- Eka Putri Wulandari
Januari 2019 fisik berhubungan
dengan tirah baring O=
a. Tanda-tanda vital :
TD : 77/44 mmHg
MAP : 54 mmHGg
N : 102 x/ menit
R : 24 x/ menit
T : 38,00 C
SPO2 : 99 %
b. Skala aktivitas :
4 yaitu tergantung total
c. Skala otot :
1 1
(kanan) 1 1 (kiri)
yaitu kejapan yang hampir tidak terdeteksi atau
bekas kontraksi dengan observasi atau palpasi
A=
Masalah belum teratasi
P=