Anda di halaman 1dari 46

CASE PRESENTATION

ANALISIS PERILAKU PENDERITA DM TERHADAP PENGENDALIAN KADAR


GULA DARAH DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA Ny. C
DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG
Periode 11 Desember 2017 – 10 Februari 2018

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Semarang

Disusun Oleh :
Fernanda Lurma Wardani
301010206815
Pembimbing :
dr. M. Ulil Fuad

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus yang berjudul

ANALISIS PERILAKU PENDERITA DM TERHADAP PENGENDALIAN KADAR


GULA DARAH DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA Ny. C
DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG
Periode 11 Desember 2017 – 10 Februari 2018
DENGAN PENDEKATAN L GREEN

oleh
Fernanda Lurma Wardani
30101206815
Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim penilai
Puskesmas Halmahera Kota Semarang.

Telah Disahkan
Semarang, Januari 2018

Pembimbing PKM Halmahera Pembimbing Kepaniteraan IKM

dr. Noegroho Edy Rijanto, M.Kes dr. M. Ulil Fuad

Kepala PKM Halmahera Kepala Bagian IKM

dr. Noegroho Edy Rijanto, M.Kes Dr. Siti Thomas Zulaikha, SKM, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus Analisis Perilaku Penderita
DM terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah dan Pencegahan Komplikasi pada Ny. C di
Puskesmas Halmahera Semarang. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam
rangka menjalankan kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini dapat
diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Noegroho Edy Rijanto, M.Kes. selaku Kepala Puskesmas Halmahera dan pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh Kepanitraan
Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Halmahera Semarang.
2. Dokter, Paramedis serta Staf Puskesmas Halmahera atas bimbingan dan kerjasama yang
telah diberikan.
Kami menyadari sepenunhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat berterima
kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata kami berharap semoga hasil Laporan Kasus Analisis Perilaku Penderita
DM terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah pada Ny. C di Puskesmas Halmahera
Semarang periode kepaniteraan 11 Desember 2017 – 4 Februari 2018 dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

3
DAFTAR ISI

CASE REPORT 1
ANALISIS PERILAKU PENDERITA DM TERHADAP PENGENDALIAN KADAR GULA
DARAH DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA Ny. C 1
DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG 1
ANALISIS PERILAKU PENDERITA DM TERHADAP PENGENDALIAN KADAR GULA
DARAH DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA Ny. C 2
DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR TABEL 5
BAB I 6
3.2. Perilaku Pasien A yang Benar Mengenai Pencegahan Komplikasi DM 27
3.3. Perilaku Pasien A yang Salah Mengenai Pencegahan Komplikasi DM 28
3.4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku yang Menyebabkan Komplikasi DM 29
3.4.1 Faktor Predisposisi 29
3.4.2 Faktor Pendorong 30
3.5 Daftar Masalah 31
3.6. Diagram Lawrence Green pada Pasien A 32
3.7. Diagram Procede Preceed pada Pasien A 33
BAB IV 37
4.1 Kesimpulan 37
4.2 Saran 37
4.2.1 Untuk Pasien & keluarga 37
4.2.2 Untuk Puskesmas 38
4.2.3 Untuk Unissula 38

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Checklist Survey PHBS. 32

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

atau kedua-duanya (Perkeni, 2015). World Health Organization (WHO, 2016)

memprediksi adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM di

berbagai penjuru dunia dan menjadikannya sebagai salah satu ancaman kesehatan

global. Di Indonesia sendiri jumlah penyakit tidak menular semakin meningkat,

dimana penyakit diabetes mellitus merupakan penyebab kematian keenam

(Balitbangkes RI, 2008).

WHO memperkirakan bahwa secara global, 422 juta orang dewasa berusia di

atas 18 tahun yang hidup dengan diabetes pada tahun 2014 dan memprediksi kenaikan

jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3

juta pada tahun 2030. Hal ini juga didukung oleh data dari International Diabetes

Federation (IDF) menyatakan bahwa terdapat 382 juta orang (175 juta diperkirakan

belum terdiagnosis) di dunia yang menderita DM pada tahun 2013 dan prediksi adanya

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi

14,1 juta pada tahun 2035 (Kemenkes RI, 2014). Laporan Riskesdas tahun 2017 oleh

Depkes menunjukkan rata-rata prevalensi DM di daerah urban untuk usia di atas 15

tahun sebesar 5,7% dari 133 juta jiwa. Berdasarkan profil kesehatan daerah jawa

Tengah tahun 2015, penyakit DM merupakan kasus penyakit tidak menular terbanyak

kedua yaitu sebesar 18,33% . Sedangkan di Puskesmas Halmahera didapatkan data dari

peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) pada akhir 2017 yaitu

6
terbanyak penderita DM sebesar 51,6%. Peningkatan penyakit ini sebagian besar akan

terjadi di negara berkembang, disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, penuaan, diet

tidak sehat, obesitas dan gaya hidup yang menetap (WHO, 2016).

Indonesia yang merupakan negara berkembang saat ini tengah mengalami

transisi epidemiologi model terlambat atau kontemporer, dimana terjadi jumlah kasus

penyakit degeneratif meningkat dan jumlah kasus penyakit infeksi pun belum

mengalami penurunan. Oleh karena itu Indonesia mengalami beban ganda masalah

kesehatan (double burden of disease) (Fikawati, 2008). Salah satu penyakit Non infeksi

yang masih tinggi adalah Diabetes Melitus (Balitbangkes RI, 2008). Diabetes Melitus

yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan di berbagai sistem

tubuh terutama saraf dan pembuluh darah. DM yang tidak terkontrol dapat mengancam

kehidupan bila terjadi komplikasi seperti sindrom hiperglikemia hiperosmolar

nonketosis (Chandramohan, 2015). Perilaku penderita diabetes melitus terdiri atas

pengetahuan, sikap dan tindakan penderita terhadap pengendalian kadar gula darah dan

pencegahan komplikasi diabetes melitus. Semakin tinggi pengetahuan penderita maka

akan meningkatkan kepatuhan penderita diabetes melitus dalam meminum obat

(Mweemba, 2008). Perilaku mengatur pola makan menunjukkan hasil yang signifikan

untuk menurunkan komplikasi diabetes melitus (Sukoco, 2011). Komplikasi DM yang

dapat terjadi yaitu retinopati, nefropati, neuropati perifer, Charcoat joints, neuropati

otonom, sampai dengan disfungsi seksual (ADA, 2014).

Dari uraian di atas, penulis bermaksud ingin mengetahui hubungan antara

perilaku terhadap pengendalian kadar gula darah dan terjadinya komplikasi penyakit

diabetes melitus pada Ny. C yang menjalani pengobatan di Puskesmas Halmahera

Semarang.

7
1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana perilaku Ny.C yang mempengaruhi pengendalian kadar gula dan

pencegahan komplikasi penyakit diabetes melitus di Puskesmas Halmahera?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui dan menganalisa perilaku penderita yang berpengaruh terhadap

pengendalian kadar gula darah dan pencegahan komplikasi penyakit diabetes

melitus pada Ny. C berdasarkan pendekatan Lawrence Green.

1.3.2. Tujuan khusus

1.3.2.1. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor predisposisi yang

mempengaruhi penyakit diabetes melitus pada Ny. C.

1.3.2.2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor enabling yang

mempengaruhi penyakit diabetes melitus pada Ny. C.

1.3.2.3. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor reinforcing yang

mempengaruhi penyakit diabetes melitus pada Ny. C.

1.3.2.4. Untuk mengendalikan kadar gula darah dan mencegah komplikasi

penyakit diabetes melitus pada Ny. C.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat bagi mahasiswa

1.4.1.1. Memberi masukan dan informasi ilmiah untuk memperkaya keilmuan.

1.4.1.2. Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut.

1.4.2. Manfaat bagi masyarakat

1.4.2.1. Memberi rekomendasi langsung kepada masyarakat untuk

memperhatikan perilaku dan lingkungan tempat tinggalnya.

1.4.2.2. Masyarakat mengetahui cara pengendalian diabetes melitus.

8
1.4.2.3. Memberi rekomendasi kepada tenaga kesehatan untuk lebih

memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan promotif dan

preventif.

9
BAB II

ANALISA SITUASI

2.1. Cara dan Waktu Pengamatan

Data diperoleh dari observasi langsung (home visit), wawancara dengan pasien

dan catatan medik selama pasien berobat. Anamnesa kepada pasien dan kunjungan

rumah untuk mengamati kondisi lingkungan, perilaku pasien dan keluarga pasien

dilakukan di Karang Tempel Utara No.320 pada tanggal 30 Desember 2017 dan 6

Januari 2018.

2.2. Laporan Hasil Pengamatan

2.2.1. Identitas Pasien

a. Nama : Ny. C

b. Jenis Kelamin : Wanita

c. Umur : 61 tahun

d. Agama : Islam

e. Pendidikan : Lulus SMP

f. Pekerjaan : Wiraswasta

g. Status Pernikahan : Janda

h. Alamat : Karang Tempel Utara No.320

2.2.2. Anamnesis Holistik

ASPEK 1 : PERSONAL

Keluhan utama Badan lemas

Harapan Pasien sembuh sehingga bisa sehat seperti semula dan

penyakit tidak kambuh lagi.

10
Kekhawatiran Sakit yang dialami bertambah parah dan adanya komplikasi

ASPEK 2 : ANAMNESIS MEDIS UMUM

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke puskesmas Halmahera dengan keluhan badan terasa lemas, selain

itu pasien juga mengeluh sering haus terus menerus dan banyak minum sehingga pasien

juga sering buang air kecil (BAK), BAK lebih sering pada malam hari sebanyak >5x

sehingga menganggu istirahat di malam hari. Pasien mengaku nafsu makan juga menigkat

dibanding sebelumnya, namun satu bulan ini nafsu makan berkurang. Sebelum sakit pasien

memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan manis dalam porsi besar bersamaan dengan

makan nasi. Ketika minum pasien lebih sering mengkonsumsi teh manis 3 kali dalam

sehari, serta pasien jarang olahraga dan melakukan aktivitas fisik, kegiatan pasien lebih

sering duduk menunggu warung di depan rumah. Keluhan lain yang dirasakan pasien

adalah kadang badan terasa pegal-pegal.

Keluhan dirasakan pertama kali sekitar bulan Agustus 2017 awal, saat itu pasien

merasa badan lemas. Karena di keluarga ada yang mengalami penyakit gula maka pasien

disuruh anaknya untuk cek gula darah dan hasilnya tinggi saat itu GDP 221. Sejak itu di

diagnosa mengalami diabetes melitus, dan di sarankan ikut program PROLANIS dan

disarankan kontrol sebulan sekali. Namun karena baru mendaftar BPJS, pasien baru sekali

ikut PROLANIS.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.

- Riwayat alergi disangkal.

- Riwayat hipertensi disangkal.

11
- Riwayat kolesterol disangkal.

- Riwayat alkohol disangkal.

- Riwayat merokok disangkal.

- Riwayat penyakit jantung disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat diabetes melitus pada almarhum ibu pasien dan almarhum suami pasien. Pasien

mengaku dari dulu di keluarga pasien menyukai makanan yang manis-manis.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal bersama cucu laki-lakinya dan 3 anak kosnya. Pasien bekerja sebagai

wirasawata dengan membuka warung di depan rumah.

ASPEK 3 FAKTOR RESIKO INTERNAL

1. Data Individu :

Pasien berusia 61 tahun, Pendidikan terakhir pasien adalah SMP. Berat badan

pasien 64 kg, dan tinggi badan 155 cm dimana BMI = 26,6 status gizi obesitas I.

2. Data Perilaku

Sebelum mengetahui bahwa dirinya menderita DM, pasien makan nasi sepiring

sehari tiga kali dengan lauk seperti telor, tahu, tempe, ayam, sayur dan makanan

bersantan, sering minum air manis yaitu teh manis 3 kali dalam sehari. Pasien sering

ngemil makanan manis yang dibeli dipasar, beraktifitas seperti biasa bila dirumah

(memasak, membersihkan rumah) dan bila sudah selesai pekerjaan rumah pasien duduk

menjaga warung. Setelah mengetahui bahwa dirinya menderita DM, pasien mengurangi

jumlah konsumsi nasi dan mengurangi konsumsi gula namun masih minum teh manis

saat pagi hari dan sore. Pasien hanya tahu yang manis-manis yang dilarang oleh dokter.

Pasien kontrol ke puskesmas secara rutin. Tetapi pasien tidak mengkonsumsi obat

12
secara teratur sesuai anjuran dokter. Pasien juga jarang berolahraga. Pengetahuan

tentang penyakit diabetes melitus dan pencegahannya kurang, sehingga kurang

mengerti pola hidup sehat untuk penderita diabetes melitus.

ASPEK 4

FAKTOR RESIKO EKSTERNAL

1. Data Lingkungan

 Ekonomi

Pasien bekerja sebagai wiraswasta. Memiliki 3 orang anak. Ketiga anaknya

sudah berumah tangga dan sudah tinggal di rumahnya sendiri. Seorang cucu laki-

laki cucunya ikut tinggal bersama pasien, serta pasien tinggal dengan 3 anak kos.

Pasien tinggal di rumah sederhana daerah Karangtempel Utara dengan luas tanah

sekitar 80 m2 dan luas bangunan ± 80 m2. Rumah tersebut terdiri atas ruang

keluarga, 5 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan dapur. Pendapatan cukup untuk biaya

hidup sehari-hari. Pasien berobat menggunakan BPJS.

 Sosial Masyarakat

Keluarga pasien berhubungan baik dengan tetangganya sekitar rumah.

Tetangga pasien ada yang menderita diabetes melitus. Rata-rata lingkungan

masyarakat pasien adalah golongan menengah ke bawah.

2. Data Fasilitas Pelayanan yang Terdekat

a. Sarana Pelayanan Kesehatan

Pasien memeriksakan dirinya di Puskesmas Halmahera

b. Akses Pelayanan Kesehatan

Pasien menuju ke Puskesmas Halmahera dengan naik angkot saat berangkat dan

13
naik becak saat pulang. Jarak dari rumah hingga Puskesmas Halmahera sekitar 2

kilometer.

c. Program pada Pelayanan Kesehatan

 Penyuluhan. Menurut pasien, ia belum pernah mendapatkan informasi detail

mengenai diabetes melitus sebelumnya. Namun oleh dokter di puskesmas

pasien mengaku pernah mendapatkan penjelasan mengenai makanan yang

harus dihindari pada pasien diabetes melitus, tetapi pasien masih agak kurang

paham tentang mengatur pola makan. Pasien baru mengikuti PROLANIS 1x

setelah mendaftar BPJS.

ASPEK 5 : DERAJAT FUNGSIONAL

Skala 1 : tidak ada kesulitan, di mana pasien dapat hidup mandiri.

Genogram

Keterangan :

: Pasien : Penderita DM

: Perempuan : Tinggal serumah

: laki-laki : Meninggal

14
Bentuk dan Struktur Keluarga

Bentuk keluarga : Keluarga inti (nuclear family)

Struktur keluarga

● Komunikasi : Terbuka, jika ada masalah didiskusikan dan dicari

penyelesaiannya

● Struktur peran :

- Pasien sebagai sebagai ibu rumah tangga dan bekerja.

- Ketiga anak pasien telah bekerja.

● Struktur kekuatan : expert power (pendapat ahli) dan informational power (pengaruh

yang dilalui melalui proses persuasi)

● Nilai/norma/budaya keluarga :

- Apabila sakit, keluarga pasien memeriksakan diri ke Puskesmas.

Fase Kehidupan Keluarga

Keluarga pasien berada di fase kehidupan anak-anak meninggalkan keluarga (satu-persatu

anak-anak meninggalkan keluarga).

Identifikasi Fungsi Keluarga

● Fungsi biologis

Meneruskan keturunan (-)

Memelihara dan membesarkan anak (√)

Memenuhi kebutuhan gizi keluarga (√)

● Fungsi psikologis

15
Memberi perhatian di antara anggota keluarga (√)

● Fungsi sosial

Membentuk norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak (√)

● Fungsi ekonomi

Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa depan (√)

Risiko-risiko Internal Keluarga

● Sikap keluarga yang cenderung tidak memperhatikan penyakit pasien dan faktor resiko

● Status ekonomi menengah

● Higiene sanitasi baik

Risiko-risiko Eksternal Keluarga

Kurangnya pengetahuan serta penerapan masyarakat mengenai perilaku yang benar dalam

mencegah DM dan komplikasinya

Usia
No Nama Pendidikan Status Status DM
(tahun)

1 Tn. Ismail (Alm) - - Suami +

2 Ny. Choiriyah 61 Lulus SMP Istri +

3 Tn. Chandra aji 38 D3 Anak -

4 Ny. Dian lestari 35 D3 Anak -

Ny. Cornelia
4 32 Lulus SMA Anak -
Ismaya

16
Skala Fungsional Keluarga

Skala 1 : tidak ada kesulitan, di mana pasien dapat hidup mandiri.

PEMERIKSAAN FISIK PASIEN

Kesadaran dan Keadaan Umum

Kesadaran composmentis dan keadaan umum baik. Berat badan 64 kg dengan tinggi badan

155 cm.

Tanda Vital

a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

b. Nadi

- Frekuensi : 80x/menit

- Irama : Reguler

- Isi & Tegangan : Cukup

- Ekualitas : Ekual

c. Laju Pernapasan : 20 x/menit

d. Suhu : 36,8 oC (per aksilla)

e. Antropometri

- Berat Badan : 64 kg

- Tinggi Badan : 155 cm

- BMI : 26,6

Status Present

a. Kepala : Mesocephale

b. Rambut : Hitam dan putih, tidak mudah dicabut

c. Kulit : Tidak sianosis, Ikterus (-), Petechie (-),

17
d. Mata : Oedema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3 mm/3mm) bulat-di tengah, mata

cekung (-/-)

e. Hidung : Epistaksis (-/-)

f. Telinga : Aurikula dalam batas normal, discharge (-/-)

g. Mulut : Gusi berdarah (-), bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-),

tremor (-), lesi (-).

h. Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)

i. Tenggorok : Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang.

j. Thorak

Inspeksi : gerak hemithorak kanan dan kiri tidak ada yang tertinggal

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi :sonor pada seluruh lapang paru, jantung dalam batas normal

Auskultasi : suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan, jantung dalam batas

normal

k. Abdomen

Inspeksi : Datar, supel

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Thympani

Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal

l. Ekstremitas : Akral dingin (-), ekstrimitas pucat (-), oedem (-)

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan GDP (25 Desember 2017)

hasil : 173 mg/dL

18
2.3. Diagnosis Holistik

A. Aspek 1 : Personal

● Keluhan Utama : Badan lemes

● Harapan : Pasien sembuh sehingga bisa sehat seperti semula dan tidak kambuh

lagi

● Kekhawatiran : Sakit yang dialami bertambah parah dan adanya komplikasi.

B. Aspek 2 : Diagnosis Medis Umum

Diagnosis Klinis : Diabetes melitus tipe 2

Diagnosis Banding : -

C. Aspek 3 : Faktor Risiko Internal

● Genetik

● Kurangnya perhatian terhadap pola makan yang sehat

● Kurangnya aktivitas, seperti olahraga

● Kurangnya pengetahuan tentang diabetes melitus dan pencegahannya

D. Aspek 4 : Faktor Risiko Ekstenal

● Kurangnya penyuluhan mengenai diabetes melitus

E. Aspek 5 : Derajat Fungsional

Skala 1 : tidak ada kesulitan, di mana pasien dapat hidup mandiri.

2.4. Usulan Penatalaksanaan Komprehensif

A. Identifikasi Masalah

Pada hari Selasa tanggal 25 Desember 2017, seorang Wanita bernama Ny. C

berusia 61 tahun datang ke Puskesmas Halmahera mengeluh badan terasa lemas,

selain itu pasien juga mengeluh sering haus terus menerus dan banyak minum

sehingga pasien juga sering buang air kecil (BAK), BAK lebih sering pada malam

hari sebanyak >5x sehingga menganggu istirahat di malam hari. Pasien mengaku

19
nafsu makan juga menigkat dibanding sebelumnya, namun satu bulan ini nafsu makan

berkurang. Sebelum sakit pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan manis

dalam porsi besar bersamaan dengan makan nasi. Ketika minum pasien lebih sering

mengkonsumsi teh manis 3 kali dalam sehari, serta pasien jarang olahraga dan

melakukan aktivitas fisik, kegiatan pasien lebih sering duduk menunggu warung di

depan rumah. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah kadang badan terasa pegal-

pegal. Dari pemeriksaan penunjang ditemukan hasil GDP 173 mg/dL.

Berdasarkan identifikasi dari faktor risiko internal ditemukan bahwa pasien

memiliki riwayat keluarga diabetes melitus tipe 2 yaitu ibu kandung pasien, selain

itu suami pasien juga penderita diabetes melitus. Pasien juga kurang

memperhatikan pola makannya, yiatu mengkonsumsi makanan dalam porsi besar

dan sering mengkonsumsi minuman manis. Selain itu pasien juga kurang

beraktivitas sepereti olahraga dan kurangnya pengetahuan tentang diabetes melitus,

serta kurangnya penyuluhan terhadap pentingnya mengkonsumsi obat dalam

menurunkan kadar gula pada DM dan pentingnya berolahraga.

Berdasarkan identifikasi dari faktor risiko eksternal ditemukan bahwa

kurangnya penyuluhan pelayanan kesehatan mengenai diabetes miletus dan kurang

support dan perhatian keluarga terhadap penyakit pasien.

B. Intervensi

1. Promotif

a. Patient Centered

- Memberikan edukasi kepada pasien tentang diabetes miletus dan pola

diet diabetes melitus.

- Memberikan edukasi dan memotivasi pasien untuk menambah aktivitas

dan berolahraga dengan memberikan gambaran video senam DM.

20
- Memotivasi pasien untuk memperbanyak variasi makanan yang aman

dikonsumsi oleh penderita diabetes miletus.

- Memotivasi pasien untuk mengkonsusmi obat secara teratur

b. Family Focused

- Memberikan edukasi kepada keluarga tentang diabetes melitus dan

pentingnya support kepada pasien.

c. Community Oriented

- Menyarankan puskesmas untuk menambahkan leaflet atau poster

mengenai diabetes melitus.

- Puskesmas atau pihak terkait dapat melakukan kunjungan ke rumah

pasien dan memberikan edukasi tentang diabetes melitus.

- Mengadvokasi tokoh masyarakan dan tokoh agama untuk mengajak

masyarakat hidup sehat.

2. Preventive

a. Patient Centered

- Pasien memiliki pola makan dengan jumlah, jenis, dan jadwal makan

sesuai dengan diet diabetes melitus.

- Pasien rutin memeriksakan gula darah setiap bulan.

- Pasien melakukan olahraga secara teratur.

- Pasien minum obat dari puskesmas secara teratur.

b. Family Focused

- Keluarga pasien mengingatkan dan mengawasi pasien untuk minum obat

secara teratur.

c. Community Oriented

- Deteksi dini penderita diabetes melitus oleh tenaga kesehatan.

21
- Tokoh masyarakat dan agama ikut serta mengajak hidup sehat

3. Kuratif

a. Patient Centered

- Metformin 500 mg 3 x 1 saat makan

b. Family Focused

- Keluarga diharapkan dapat mengingatkan dan mengawasi pasien untuk

meminum obat tersebut

c. Community Oriented

- Kader, tokoh masyarakat dan tokoh agama diharapkan dapat bekerja

sama untuk melaporkan kejadian diabetes melitus kepada puskesmas.

4. Rehabilitatif

a. Patient Centered

- Setiap pagi pasien berolahraga rutin ringan (Senam, jalan santai) ± 30

menit

b. Family Focused

- Anggota keluarga dapat mengajak pasien untuk berolahraga bersama

c. Community Oriented –

C. Cara Membuat Jadwal Makan, Komposisi Makanan, dan Jenis Makanan

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan

penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan

kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi

bergantung pada beberapa faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat

badan, dan lain-lain.

Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi

adalah sebagai berikut :

22
Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg

Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm,

rumus dimodifikasi menjadi :

Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg

Normal : BB ideal ± 10 %

Kurus : < BBI - 10 %

Gemuk : > BBI + 10 %

Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).Indeks massa

tubuh dapat dihitung dengan rumus:

IMT = BB(kg)/ DM2(m2)

Klasifikasi IMT*

BB Kurang < 18,5

BB Normal 18,5-22,9

BB Lebih≥ 23,0

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain :

 Jenis Kelamin

Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori

wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/ kg BB

 Umur

Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk dekade

antara 40 dan 59 tahun, di- kurangi 10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun,

dan dikurangi 20% di atas usia 70 tahun.

 Aktivitas Fisik atau Pekerjaan

Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas

fisik.Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberi- kan pada kedaaan

23
istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30% dengan aktivitas

sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat.

 Berat Badan :

 Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% tergantung ke- pada tingkat

kegemukan

 Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebu- tuhan untuk

meningkatkan BB.

 Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling

sedikit 1000-1200 kkal perhari untuk wanita dan 1200-1600 kkal perhari

untuk pria.

Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi

dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%),

serta 2-3 porsi makanan ringan(10-15%) di antaranya. Untuk meningkatkan

kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan dilakukan sesuai dengan kebia-

saan. Untuk penyandang diabetes yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan

makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya.

Pada pasien :

 BBI = 0,9 (155-100) x 1kg = 49,5 kg

 Wanita  49,5 x 25 kalori = 1237,5 kalori

 Aktivitas Fisik (IRT)  20% x 1237,5 = 247,5 kalori

 Koreksi usia (60-69 tahun) -10%  1% x 1237,5 = 123,7 kalori

 BB (preobesitas) -20%  20% x 1237,5 = 247,5 kalori

Total : 1237,5 + 247,5 – 123,7 – 247,5 = 1113,8 = 1114 kalori

24
Kebutuhan kalori

Waktu Makan % Energi (Total 1114 kalori)


Pagi (07.00) 20 222,8 kalori
Snack (10.00) 15 167,1 kalori
Siang (13.00) 30 334,2 kalori
Snack (16.00) 10 55,7 kalori
Malam (19.00) 25 278,5 kalori

Diet DM diberikan dengan interval waktu 3 jam

• Pukul 06.30 = makan pagi

• Pukul 09.30 = snack atau buah

• Pukul 12.30 = makan siang

• Pukul 15.30 = snack atau buah

• Pukul 18.30 = makan malam

Jumlah makanan yang diberikan harus habis dan sesuai dengan intervalnya

25
Tabel 1. Checklist Survey PHBS

No Indikator Perilaku ya tidak


1 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan V
2 Asi Ekslusif V
3 Penimbangan balita V
4 Gizi keluarga/ sarapan V
5 Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali V
Kelompok Kesehatan Lingkungan
6 Air bersih V
7 Anggota rumah tangga menggunakan jamban V
8 Anggota rumah tangga membuang sampah pada tempatnya V
9 Lantai rumah kedap air V
Kelompok Gaya Hidup
10 Aktivitas fisik/olahraga V
11 Ada anggota keluarga yang tidak merokok V
12 Mencuci tangan V
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari V
14 Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan V
Miras/Narkoba
Kelompok UKM
15 Anggota rumah tangga menjadi peserta JPK/Dana Sehat V
16 Anggota rumah tangga melakukan PSN seminggu sekali V
Dari hasil di atas didaptkan skor 11 sehingga dapat diklasifikasikan sebagai

keluarga yang memiliki PHBS Strata Sehat Utama.

26
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Analisa Penyebab Masalah

Penyakit diabetes melitus pada Ny.C banyak hal dari perilaku yang bisa

dianalisis menggunakan pendekatan Lawrence W. Green. Faktor perilaku sendiri

dibedakan menjadi 3 macam yaitu faktor predisposisi (predisposising factor), faktor

pendrong (reinforcing factor), dan faktor pendukung (enabling factor). Dengan

menggunakan model pendekatan ini maka dapat dilakukan diagnosis kesehatan diabetes

melitus dan perencanaan kesehatan untuk pasien Ny. C yang dikenal dengan metode

Precede dan Proceed.

Metode Precede dan Proceed Kerangka kerja Precede mempertimbangkan

beberapa faktor yang membentuk status kesehatan dan membantu untuk fokus pada

faktor tersebut sebagai target untuk intervensi. Precede juga menghasilkan tujuan

spesifik dan kriteria untuk evaluasi. Kerangka Procede menyediakan langkah-langkah

tambahan untuk mengembangkan kebijakan dan memulai pelaksanaan dan proses

evaluasi.

3.2. Perilaku Pasien Ny.C yang Benar Mengenai Pencegahan Komplikasi DM

Perilaku yang benar salah satunya adalah Ny. C mulai mengurangi

kebiasaannya mengonsumsi minuman-minuman yang banyak mengandung gula baik

itu minuman bersoda, minuman berenergi, maupun minuman –minuman yang dijual

di warung. Menghindari konsumsi minuman yang banyak mengandung gula sangat

berpengaruh pada penurunan kadar gula darah Ny. C sehingga dapat mengontrol

kadar gula darah dan mencegah komplikasi DM.

27
Kedua, perilaku Ny.C yang baik adalah mulai rutin memeriksakan

penyakitnya ke Puskesmas Halmahera dan cek darah di Puskesmas Halmahera.

Dengan rutin memeriksakan gula darah minimal sebula sekali bisa membantu

mengontrol gula darah dengan baik sehingga bisa untuk pengaturan diet dan minum

obat. Hal ini sebenarnya wajib dilakukan oleh penderita DM sehingga dengan

penyakitnya terkontrol akan mencegah terjadinya komplikasi DM.

3.3. Perilaku Pasien Ny.C yang Salah Mengenai Pencegahan Komplikasi DM

Salah satu perilaku yang masih salah yang dilakukan Ny.C untuk mencegah

komplikasi DM adalah belum memperhatikan pola makannya setiap hari, pasien

masih minum teh manis walaupun jumlahnya sudah dikurangi menjadi 2 kali sehari

dan makan masih belum sepenuhnya sesuai kebutuhan kalori. Pengaturan pola makan

pada pasien DM cukup berpengaruh untuk mengontrol kadar gula darah pasien

supaya tetap baik sehingga gula darah terkontrol dan komplikasi DM dapat dihindari.

Perilaku yang salah berikutmya adalah pasien tidak rutin meminum obat

dikarenakan kurangnya pengetahuan pasien terhadap pentingnya mengkonsumsi

obat.Selain itu pasien terkadang masih lupa saat harus meminum obat. Meminum obat

secara teratur untuk pasien DM adalah hal yang sangat harus dilakukan karena obat

DM berguna untuk mengontrol kadar gula darah pasien agar tetap baik sehingga

pasien dapat terhindar dari komplikasi DM.

Perilaku lainnya adalah pasien kurang melakukan latihan jasmani atau

olahraga karena masih malas, merasa tidak ada waktu dan belum terbiasa. Latihan

jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan

memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.

28
3.4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku yang Menyebabkan Komplikasi DM

3.4.1 Faktor Predisposisi

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya (Notoatmodjo,

2010).

Faktor yang mempengaruhi komplikasi DM pada Ny. C berupa

pengetahuan dan pekerjaan pasien. Faktor predisposisi yang pertama adalah

pengetahuan dimana pada saat observasi, peneliti melakukan wawancara yang

berdasarkan kuisoner pengetahuan penyakit DM dan komplikasinya. Dari

kuisoner tersebut, Ny. C hanya bisa menjawab delapan pertanyaan dengan

benar. Pengetahuan mengenai penyakit DM berhubungan dengan perilaku

pencegahan komplikasi penyakit DM (Roglic, 2005).

Faktor predisposisi yang kedua adalah pekerjaan. Setiap hari Ny. C

hanya melakukan aktivitas fisik dengan menjaga warung hampir 9 jam yaitu

dari pukul 07.30-17.00. Hal tersebut mengurangi aktivitas fisik Ny. C, karena

Ny. C hanya duduk saja saat menjaga warung dan selanjutnya hanya

melakukan aktivitas biasa dirumah, sehingga pasien jarang berolahraga.

Sedangkan pengaruh aktivitas fisik atau olahraga secara langsung

berhubungan dengan peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot. Saat

berolahraga, otot menggunakan glukosa yang tersimpan dalam otot dan jika

glukosa berkurang, otot mengisi kekosongan dengan mengambil glukosa dari

darah. Ini akan mengakibatkan menurunnya glukosa darah sehingga

memperbesar pengendalian glukosa darah dan berguna sebagai kendali gula

29
darah dan penurunan berat badan pada diabetes melitus tipe 2 (Barnes, 2012).

3.4.2. Faktor Pendukung

Faktor pendukung (enabling factor) ini mancakup ketersediaan sarana

dan prasarana atau fasilitas knaga kesehatn masih kesehatan bagi masyarakat

(Notoatmodjo, 2010). Fasilitas Puskesmas sudah lumayan dekat, namun

transpotasi kadang masih kesusahan mengingat anak pasien tinggal terpisah

dan pasien tidak berani naik motor sendiri. Selain itu Ny.C masih jarang

mendapat edukasi personal dari tenaga kesehatan masih kurang. Sehingga

pengetetahuan pasien tentang penyakitnya dan pola diet yang sehat masih

kurang. Selain itu dukungan dari keluarga minim mengingat anak-anak Ny.C

sudah tinggal terpisah.

3.4.2 Faktor Pendorong

Faktor ketiga yang mempengaruhi pencegahan komplikasi DM adalah

reinforcing factor yang terdiri dari kurangnya dukungan tokoh masyarakat dan

tokoh agama sekitar Ny. C pada masyarakatnya untuk selalu memperhatikan

penyakitnya, mengingat Penderita dan tetangga banyak yang menderita DM

dan perlu pengelolaan agar gula darah terkontrol

30
3.5 Daftar Masalah

1. Pengetahuan pasien mengenai penyakit diabetes melitus masih kurang yaitu mulai

pencegahan, cara pengendalian gula darah, pola diet, aktivitas fisik rutin, dan

komplikasi yang bisa terjadi.

2. Aktivitas rutin yang belum dilakukan misalkan olahraga

3. Edukasi personal oleh tenaga medis masih kurang

4. Ketidakteraturan meminum obat

5. Dukungan dari keluarga pasien kurang

6. Dukungan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama sekitar kurang

31
3.6. Diagram Lawrence Green pada Pasien Ny.C

FAKTOR PREDISPOSING
1. Pengetahuan tentang
DM dari pencegahan,
pengendalian, pola diet,
dan komplikasi kurang.
2. Aktivitas fisik yang
rutin belum dilakukan

Perilaku
Penderita
FAKTOR REINFORCING -Pola diet makan
1. Kurangnya edukasi kurang sesuai
personal dari tenaga penderita DM PENDERITA DM
kesehatan -Kurang olahraga
2. Kurang dukungan dan aktivitas fisik
keluarga

FAKTOR ENABLING
-

32
3.7. Diagram Procede Preceed pada Pasien Ny.C

FAKTOR PREDISPOSING
HEALTH PROMOTION 1. Pengetahuan tentang
DM dari pencegahan,
DIRECT COMM pengendalian, pola
1. Edukasi pasien diet, dan komplikasi
tentang DM kurang.
( pencegahan, 2. Aktivitas fisik yang
pengendalian, pola rutin belum dilakukan
diet, pencegahan,
komplikasi) Perilaku
2. Workshop diet 3J Penderita
pasien DM dan - Pola diet makan
penghitungan kalori kurang sesuai
secara sederhana penderita DM
3. Pemberian edukasi -Kurang olahraga Status
mengenai menu dan aktivitas fisik Kesehatan
FAKTOR
makan untuk pasien REINFORCING Individu/
DM dan pemberian 1. Kurangnya edukasi Masyarakat
buku “ rangkuman personal dari tenaga -Angka
KASIH” kesehatan kesakitan DM
4. Pemberian video 2. Kurang dukungan di puskesmas
senam DM keluarga -Angka
prevalensi DM
FAKTOR ENABLING di Indonesia
-
1. Edukasi keluarga

Quality of
Life
-Produktifitas
kerja
-Kesejahteraan
individu
-Pencegahan
komplikasi

33
3.8. Plan Of Action (POA)

No Masalah Intervensi Tujuan Indikator Sasaran Waktu Perkiraan


Keberhasilan Biaya

1.  Memberikan  Agar pengetahuan  Pengetahuan pasien Ny. C dan 6 Januari


 Pengetahuan edukasi kepada pasien tentang DM dan keluarga keluarga 2018
tentang DM pasien dan keluarga dapat meningkat mengenai DM dapat
dari mengenai DM sehingga dapat meningkat
pencegahan, diberikan buku mengendalikan kadar  Pasien mau dan
pengendalian, “rangkuman gula darah dan mampu melakukan
KASIH” ( mencegah komplikasi olahraga minimal 2x
pola diet, dan
Pengertian DM,  Agar pasien mau dan seminggu
komplikasi
Faktor resiko, Tanda mampu melakukan  Keluarga dapat ikut
kurang olahraga minimal 2x
dan gejala, mengawasi dan
 Kurangnya seminggu membantu
olahraga Komplikasi,
Pencegahan, Kriteria  Agar keluarga, mempersiapkan pola
 Kurangnya terutama anak pasien makan yang sesuai
dukungan DM)
 Memberikan edukasi segera memeriksakan dengan kriteria diet
keluarga di pelayanan kesehatan sehat pada pasien
mengenai pentingnya
 Adanya faktor terdekat untuk deteksi  Keluarga pasien
olahraga pada pasien,
resiko dini penyakit DM memeriksakan diri
menonton video dan
menderita DM ke pelayanan
memberikan kaset
pada anak kesehatan terdekat
senam DM
pasien
 Memberikan Edukasi untuk deteksi dini
kepada keluarga penyakit DM
untuk membantu
mengawasi pola diet
pada pasien

2. Kurangnya 1. Workshop tentang Agar pasien mau Pasien mampu Ny. C dan 6 Januari
diet sehat pada
34
Pengetahuan pasien DM yaitu mampu mengatur pola mengatur pola keluarga 2018
pasien tentang mencakup 3J makan yang sesuai makan yang sesuai
pola diet pada (Jadwal, Jenis dan dengan kriteria diet dengan kriteria diet
Jumlah) dan
pasien DM pada pasien DM (3J) pada pasien DM (3J)
penghitungan
kalori secara
sederhana

3. Ketidakpatuhan Memberikan edukasi Agar pasien minum Pasien meminum Ny. C dan 6 Januari
pasien dalam tentang pentingnya obat secara teratur obatnya secara Keluarga 2018
meminum obat konsumsi obat DM sesuai anjuran dokter teratur dan keluarga
sesuai anjuran dan cara dan keluarga dapat dapat mengawasi
dokter meminumnya dan mengawasi pasien dan mengingatkan
memberikan checklist dalam meminum pasien dalam
minum obat kepada obatnya mengkonsumsi obat
pasien dan keluarga

4. Kurangnya Mendiskusikan Agar pasien bisa Petugas Puskesmas Kepala 13


edukasi dengan Kepala mengerti tentang Halmahera Puskesmas Januari
personal dari Puskesmas Halmahera penyakit yang melakukan home Halmahera 2018
tenaga untuk membedakan dideritanya dan pembagian jadwal
kesehatan jadwal PROLANIS mencegah komplikasi penyakit misal 1 hari
per hari 1 penyakit untuk pasien DM
agar lebih fokus semua
penyuluhan pada

35
materi tentang
penyakit DM
misalnya.

36
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

4.1.1 Faktor predisposing yang mempengaruhi perilaku pasien DM adalah

pengetahuan tentang DM dari pencegahan, pengendalian, pola diet, dan

komplikasi kurang. Selain itu aktivitasa fisik dan olahryang rutin belum

dilakukan.

4.1.2 Faktor reinforcing yang mempengaruhi perilaku pasien adalah kurangnya

edukasi personal dari tenaga kesehatan dan kurang dukungan keluarga.

4.1.3 Faktor enabling yang mempengaruhi perilaku pasien DM adalah tidak ada

pada pasien ini karena semua akses sudah baik.

4.1.4 Komplikasi DM yang dapat terjadi yaitu retinopati, nefropati, neuropati

perifer, Charcoat joints, neuropati otonom, sampai dengan disfungsi seksual

4.2 Saran

4.2.1 Untuk Pasien & keluarga

4.2.1.1 Mengubah perilaku pola hidup dan pola makan sehari- hari

4.2.1.2 Membuat menu masakan yang sesuai dengan anjuran untuk pasien DM

4.2.1.3 Keluarga tinggal lebih dekt dengan pasien danselalu mengingatkan

kepada pasien apabila masih melakukan perilaku yang salah dalam

pengendalian penyakit

4.2.1.4 Pasien melakukan aktivitas fisik dan olahraga rutin

37
4.2.1.5 Keluarga pasien diharapakan dapat melakukan skrining untuk

mendeteksi adanya penyakit DM secara dini

4.2.2 Untuk Puskesmas

4.2.2.1 Melakukan homevisit pada tiap penderita diabetes di awal pengobatan

agar proses penyembuhan sesuai dengan yang diharapkan dan tidak

terjadi komplikasi.

4.2.2.2 Edukasi konseling masalah pasien dan perilaku pasien setiap penderita

diabetes yang datang ke puskesmas untuk kontrol dan mengambil obat.

4.2.2.3 Membuat perkumpulan pasien diabetes untuk mendorong motivasi

pasien dan berbagi pengalaman dalam penyembuhan penyakit dan

menghindari komplikasi.

4.2.2.4 Mengadvokasi dan memberi pengarahan untuk kader, tokoh

masyarakat, dan tokoh agama untuk ikut mengajak masyarakat hidup

sehat dan memgontol penyakitnya

4.2.3 Untuk Unissula

4.2.3.1 Bekerjasama dengan puskesmas di sekitar kampus Unissula untuk lebih

meningkatkan kesehatan masyarakat.

38
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2003). Report of the Expert Committee on the Diagnosis
and Classification of Diabetes Mellitus: Classification of Diabetes Mellitus and Other
Categories of Glucose Regulation. Diabetes Care, 26(Suppl. 1), S5-S20.
http://dx.doi.org/10.2337/diacare.26.2007.S5.

American Diabetes Association. (2014). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.


Diabetes Care, 37(1), 581-590. DOI: 10.2337/dc14-S081.

Badan Pusat Statistik. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia: Indonesia Population


Projection. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Diakses pada 7 Januari 2018, dari
http://www.bappenas.go.id/files/5413/9148/4109/Proyeksi_Penduduk_Indone
sia_2010-2035.pdf.

Barnes, Darryl. 2012. Program Olahraga: Diabetes. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.

Centers for Disease Control and Prevention. (2014). National Diabetes Statistics Report,
2014. National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion.
Diakses pada 7 Januari 2018, dari http://www.cdc.gov/diabetes
/pubs/statsreport14/national-diabetes-report-web.pdf.

Chandramohan, M.Khan, A. N., & Macdonald, S., Turnbull, I., (2015). Imaging in
Neuropathic Arthropathy (Charcot Joint). Diakses pada 7 Januari 2018, dari
http://emedicine. medscape.com/article/391989-overview.

Fikawati, Sandra. 2008. Transisi Epidemiologi dan Gizi Lebih. Departemen Gizi Kesmas
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus
Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. Diakses pada 7 Januari 2018, dari
http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-prevalensi- diabetes-melitus-di-
indonesia-mencapai-213-juta-orang.html.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Infodatin: Situasi dan Analisis Diabetes.
Jakarta: Penerbit. Diakses pada 7 Januari 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf.

Mweemba, dkk. 2008. Knowledge, Attitude and Compliance . Medical Journal of Zambia,
Volume 35 :121-128. Diakses pada 7 Januari 2018, dari
https://pdfs.semanticscholar.org/cb09/d438cbda5c5f99ba6786303bef9a0e0438e7.pdf

39
Notoatmodjo,S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

PB Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe-2.

Roglic, et al. (2005). The Burden of Mortality Attributeable to Diabetes. Diabetes Care,
28.2130-2135. Diakses pada tanggal 7 Januari 2018, dari
http://www.who.int/diabetes/publications/diabetesmortalityarticle2005.pdf.

Sukoco,N. 2011. Hubungan Antara Peilaku Pencegahan dan Kepatuhan Berobat. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan Vol.14 No. 1 : 68-74. Diakses pada 7 Januari 2018, dari
https://media.neliti.com/media/publications/21257-ID-hubungan-antara-perilaku-
pencegahan-dan-kepatuhan-berobat-penderita-tb-di-indone.pdf

Wisse, B., & Zieve, D. (2015a). Type 1 diabetes. Medline Plus: Trusted Health Information
for You. Diakses pada 7 Januari 2018, dari https://medline
plus.gov/ency/article/000305.htm.

Wisse, B., & Zieve, D. (2015b). Type 2 diabetes. Medline Plus: Trusted Health Information
for You. Diakses pada 7 Januari 2018, dari https://medline
plus.gov/ency/article/000313.htm.

World Health Organization. (2016). Global Report on Diabetes. Diakses pada 7 Januari 2018,
dari http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/204871/1/978924
1565257_eng.pdf?ua=1.

World Health Organization. (2016). Diabetes Mellitus. Diakses pada 7 Januari 2018, dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs138/en/.

40
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Home Visit saat intervensi pemberian buku “ringkasan


Kasih” dan Video senam DM

41
Lampiran 2. Isi buku “rangkuman Kasih”

42
43
44
Lampiran 3. Jadwal minum obat dan kuesioner pengetahuan tentang DM

45
46

Anda mungkin juga menyukai