Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS G1P0A0

GRAVID 36-37 MINGGU + INPARTU KALA 1 FASE LATEN +


PEB DI RUANGAN KAMAR BERSALIN RSUD UNDATA
PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH
YAYA TRI ANDINI A. LAKORO
PO7120121006

PRECEPTOR KLINIK PRECEPTOR AKADEMIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2023
A. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui
jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001). Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (3742 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2001).Persalinan adalah proses
dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)
tanpa disertai adanya penyulit. (Waspodo, 2002).Persalinan dimulai (inpartu) pada saat
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahimya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir. Persalinan
dibagi dalam 4 kala, yaitu: Kala I: Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan
lengkap (10 cm).
Proses ini terbagi dalam 2 fase:
a. Fase Laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm
b. Fase Aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat
dan sering selama Fase aktif
B. Penyebab
Penyebab Timbulnya Persalinan (Rustam Mochtar. 1998) Hal yang menyebabkan
timbulnya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori
yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur rahim, pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi. Beberapa teori mengenai timbulnya persalinan yaitu:
a. Teori penurunan hormon
Terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron pada 1-2 minggu
sebelum partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
kadar progesteron turun.
b. Teori plasenta
menjadi tua Hal tersebut akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan
menimbulkan kontraksirahim.
c. Induksi partus (Induction of labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis srvikalis dengan
tujuan merangsang fleksus Frankerhauser
Amniotomi: pemecahan ketuban
Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
d. Teori intasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus Frankenhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul
konterkasi uterus.
e. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim,sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
C. Tanda-tanda persalinan kala 1
1. Tanda dan gejala:
a. His sudah Adekuat
b. Penipisan dan pembukaan serviks sekurang-kurangnya 3 cm
c. Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
d. His dianggap Adekuat bila:
1. His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya 40
detik
2. Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan cekungan
lagi bila dilakukan penekanan diujung jari.
3. Serviks membuka 2. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi
dalam 2 fase:
a. Fase laten berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lembut
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.Fase aktif: dibagi dalam 3 fase
lagi, yakni:
a) Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b) Fase dilaktasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan brlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
b. Fase disclarasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 menjadi lengkap (10 cm). Fase fase tersebut dijumpai
pada primigavida. Pada multigrafida pun terjadi demikian, akan tetapi
fase laten, aktif, dan diselerasi terjadi lebih pendek
D. Patofisiologi kala 1
Tanda mulainya persalinan yaitu bila timbul his dan terjadi pelepasan lendir yang
bercampur darah. Lendir berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai
mendatar, sedangkan darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di
sekitar kanalis servikalis yang pecah karena pergesera-pergeseran ketika serviks
membuka Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase:
1. Fase laten berlangsung selama 8 jam. pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yakni :
1) Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
2) Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam dari 4 em menjadi 9 cm
3) Fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan
multigravida. Pada primigravidaostium uteri internum akan membuka lebih dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum
membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri
internum dan eksternum menipis dan mendatar terjadi dalam saat yang sama.Ketuhan
akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap Tidak jarang
ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila
ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini.
Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira- kira 13-14 jam sedangkan pada multi para berlangsung 6-7 jam.
E. Komplikasi
1. Komplikasi sebagai akibat langsung kehamilan: .
a. Hiperemesis gravidarum
b. Hipertensi dalam kehamilan
c. Perdarahan trimester 1 (abortus)
d. Perdarahan antepartum
e. Kehamilan ektopik
f. Kehamilan kembar
g. Molahydatidosa
h. Incompatibilitas darah
i. Kelainan dalam lamanya
j. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin
2. Penyakit yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan
a. Penyakit dan kelainan alat kandungan
b. Penyakit Kardiovaskuler
c. Penyakit endokrin (DM)
d. Infeksi
e. Penyakit pernafasan (Asthma)
f. Penyakit ginjal
g. Penyalahgunaan obat psikosis
h. Penyakit darah
i. Penyakit G.I.T
F. Pemeriksaan penunjang
1. Golongan darah, ABO dan RH untuk mengidentifikasi resiko terhadap
inkompatibilitas
2. Laboratorium rutin termasuk pemeriksaan Gula Darah
3. Usap vagina/rectal Tes untuk neisseria gonorrhoea, chlamydia . Pelvimetri radiologik
(akhir trimester 3) dan
4. Ultrasonografi (USG)
5. Menentukan adanya sifilis, penyakit hubungan kelamin Tesserologi
6. Skrining Terhadap Tuberculosis dan TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, Hepatitis/HIV).
7. Titer rubella >a: ad menunjukkan imunitas
8. Papanicoloan Smear Mengidentifikasi neoplasia, herpes simplex tipe II
9. Urinalisis Skrin untuk kondisi medis (mis: pemastian kehamilan, infeksi, diabetes,
penyakit ginjal)
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Persalinan Kala I
1. Berikan dukungan dan suasana yang menyenangkan bagi parturien
2. Berikan informasi mengenai jalannya proses persalinan kepada parturien dan
pendampingnya
3. Pengamatan kesehatan janin selama persalinan
Pada kasus persalinan resiko rendah, pada kala I DJJ diperiksa setiap 30 menit dan
pada kala II setiap 15 menit setelah berakhirnya kontraksi uterus (his).Pada kasus
persalinan resiko tinggi, pada kala I DJJ diperiksa dengan frekuensi yang ibih
sering (setiap 15 menit) dan pada kala II setiap 5 menit.
4. Pengamatan kontraksi uterus
Meskipun dapat ditentukan dengan menggunakan kardiotokografi namun
penilaian kualitas his dapat pula dilakukan secara manual dengan telapak tangan
penolong persalinan yang diletakkan diatas abdomen (uterus) parturien
5. Tanda vital ibu Suhu tubuh, nadi dan tekanan darah dinilai setiap 4 jam
Bila selaput ketuban sudah pecah dan suhu tubuh sekitar 3750 C ("borderline")
maka pemeriksaan suhu tubuh dilakukan setiap jam. Bila ketuban pecah lebih dari
18 jam berikan antibiotika profilaksis
6. Pemeriksaan VT berikut
a. Pada kala 1 keperluan dalam menilai status servik stasion dan posisi bagian
terendali janin sangat bervariasi.
b. Umumnya pemeriksaan dalam (VT) untuk menilai kemajuan persalinan
dilakukan tiap 4 jam
c. Indikasi pemeriksaan dalam diluar waktu yang rutin diatas adalah
Menentukan fase persalinan. Saat ketuban pecah dengan bagian terendah
janin masih belum masuk pintu atas panggul Ibu merasa ingin meneran
d. Detak jantung janin mendadak menjadi buruk (<120 atau > 160 dpm).
7. Makanan oral
Sebaiknya pasien tidak mengkonsumsi makanan padat selama persalinan fase
aktif dan kala II Pengosongan lambung saat persalinan aktif berlangsung sangat
lambat. Penyerapan obat peroral berlangsung lambat sehingga terdapat bahaya
aspirasi saat parturien muntah Pada saat persalinan aktif. pasien masih
diperkenankan untuk mengkonsumsi makanan cair
8. Cairan intravena dengan keuntungan pemberian selama inpartu, yaitu Bilamana
pada kala III dibutuhkan pemberian oksitosin profilaksis pada kasus atonia uteri
Pemberian cairan glukosa, natrium dan air dengan jumlah 60-120 ml per jam
dapat mencegah terjadinya dehidrasi dan asidosis pada ibu
9. Posisi ibu selama persalinan
Pasien diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih posisi yang paling nyaman
bagi dirinya Berjalan pada saat inpartu tidak selalu merupakan kontraindikasi
10. Analgesia
Kebutuhan analgesia selama persalinan tergantung atas permintaan pasien
11. Lengkapi partogram
Keadaan umum parturien (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan)
a. Pengamatan frekuensi-durasi-intensitas his
b. Pemberian cairan intravena
c. Pemberian obat-obatan
12. Amniotomi
Bila selaput ketuban masih utuh, meskipun pada persalinan yang diperkirakan
normal terdapat kecenderungan luat pada diri dokter yang bekerja di beberapa
pusat kesehatan untuk melakukan amniotomi dengan alas an Persalinan akan
berlangsung lebih cepat Deteksi dini keadaan air ketuban yang bercampur
meconium
Keadaan umum parturien (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan)
a. Pengamatan frekuensi-durasi-intensitas his
1. Pemberian cairan intravena
2. Pemberian obat-obatan
Amniotomi Bila selaput ketuban masih utuh, meskipun pada persalinan yang
diperkirakan normal terdapat kecenderungan kuat pada diri dokter yang
bekerja di beberapa pusat kesehatan untuk melakukan amniotomi dengan
alasan
b. Persalinan akan berlangsung lebih cepat.
merupakan indikasi adanya gawat janin) berlangsung lebih cepat. •
Kesempatan untuk melakukan pemasangan elektrode pada kulit kepala janin
dan prosedur pengukuran tekanan intrauterin Namun harus dingat bahwa
tindakan amniotomi dini memerlukan observasi yang teramat ketat sehingga
tidak layak dilakukan sebagai tindakan rutin
13. Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih selama persalinan harus dihindari oleh karena dapat
Menghambat penurunan kepala janin Menyebabkan hipotonia dan infeksi kandung
kemili Persalman pervaginam mengalami komplikasi retensio urinae (1: 200
persalinan) Faktor resiko terjadinya retensio urinae pasca persalinan adalah
persalina pervaginam operatif dan pemberian analgesia region
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian data pada ibu inpartu


a. Identitas pasien
b. Identitas suani
c. Keluhan utana
d. Riwayat keluhan utama
e. Riwayat kehamilan yang sekarang
f. Pola reproduksi
g. Riwayat kesehatan
h. Riwayat penyakir yang pernah di alami
i. Riwayat operasi yang pernah dialami
j. Riwayat penyakit keluarga
k. Pola kegiatan sehari-hari : nutrisi,eliminasi,istirahat tidur,kenersihan
diri,ketergantungan obat,rokok,alkohol atau minuman keras,riwayat penggunaan
KB
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, Anda sebagai perawat
dianjurkan untuk mengukur tanda - tanda vital (TTV) meliputi tekanan darah, nadi,
respirasi, dan suhu. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil yang dilakukan meliputi
pemeriksaan (Reeder, Martin, Griffin, 2011):
a. Kepala dan leher lakukan inspeksi (observasi) daerah konjungtiva dan mulut. Lalu
palpasi apakah terjadi pembesaran tiroid atau tidak?
b. Dada dan jantung lakukan auskultasi (dengarkan) menggunakan stetoskop daerah
jantung dan paru–paru.
c. Payudara inspeksi puting susu apakah menonjol keluar atau tidak, palpasi area
payudara dan axilla di seluruh kuadran.
d. Kulit Inspeksi adanya linea nigra, striae gravidarum.
e. Ekstremitas lakukan pemeriksaan reflex pate dengan
menggunakan reflex hammer.
f. Abdomen lakukan pengukuran Tinggi Fundus Uterus (TFU), lakukan palpasi
abdomen, auskultasi denyut jantung janin. Denyut jantung janin yang diauskultasi
dengan USG Doppler dalam trimester pertama, biasanya antara kehamilan sekitar
10 dan 12 minggu. Denyut jantung janin normal berada antara 120 x/menit sampai
160 x/menit.
g. Vagina vulva lakukan pemeriksaan area vulva apakah tampak warna kebiruan
pada mukosa vagina, terjadi peningkatan leukorhea/ keputihan.
h. Panggul komponen bimanual pemeriksaan panggul memungkinkan pemeriksa
untuk meraba dimensi pembesaran rahim internal. Informasi ini membantu
memperkirakan usia kehamilan, baik mengkonfirmasikan Taksiran Persalinan
(TP) berdasar HPHT atau menyediakan informasi dalam HPHT tertentu. Hal ini
penting untuk menentukan TP akurat sedini mungkin dalam kehamilan karena
banyak keputusan intervensi yang berkaitan dengan waktu dan pengelolaan
kehamilan didasarkan pada usia kehamilan yang ditentukan oleh TP tersebut.
Pelvimetri klinis (pengukuran dimensi dari tulang panggul melalui palpasi selama
pemeriksaan panggul internal) dapat dilakukan selama pemeriksaan awal panggul.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi setiap variasi dalam struktur panggul
yang mungkin menghambat atau menghalangi janin melewati panggul tulang
selama kelahiran vagina.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan di awal kehamilan untuk memberikan
data tentang perubahan fisiologis dalam kehamilan dan untuk mengidentifikasi risiko
yang dapat terjadi (Reeder, Martin, Griffin, 2011). Pemeriksaan laboratorium yang
sering dilakukan antara lain pemeriksaan golongan darah, ultrasonografi (USG),
pemeriksaan urin (apakah terdapat proteinuri atau glukosuria), pemeriksaan
hemoglobin, pemeriksaan hematocrit, pemeriksaan eritrosit, dan pemeriksaan
trombosit.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
C. INTERVENSI
PERRENCANAAN TINDAKAN

No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


(SDKI) HASIL (SIKI)
(SLKI)
1. Nyeri akit berhubungan dengan L. 08066 I.08238
agen pencedera fisiologis Luaran Utama : Tingkat Intervensi Utama :
nyeri menurun Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tindakan Tindakan
kepearawatan selama …× 24 Observasi
jam diharapkan keletihan 1. Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria hasil karakteristik, durasi, frekuensi,
: kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Gelisah menurun 3. Idenfitikasi respon nyeri non
3. Meringis menurun verbal
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan.
E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan yang telah
dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan tercapai atau
belum.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E. Marilyn, Rencana Perawatan Maternal Bay, Edisi 2, 2012, EGC, Jakarta.

FKUI, Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Cetakan 1, 2012,

Yayasan Bina Pustaka:Jakarta.

FKUI, Ilmu Kebidanan. Edisi 3, 2013, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.

FKUI, Obstetri Fisiologi, 2013, E. Leman Bandung.

Persis Mary Hamilton, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, 2013, EGC, Jakarta.

Carpenito,Lynda Juall 2013 Buku Saku Diagnosa Keperawatan, ed.8.EGC, Jakarta

Prawiro Harjo. 2014. Bedah Kebidanan. Bina Pustaka Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Defnisi dan

Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus PusatPPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defnisi dan

Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan

Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai