Etiologi :
Perdarahan dapat terjadi karena rusaknya dinding pembuluh darah yang disebabkan oleh ruda
paksa atau dapat juga disebabkan oleh suatu penyakit. Perdarahan ini dapat bersumber dari
tiga pembuluh darah, antara lain yaitu perdarahan nadi, perdarahan balik, dan perdarahan
kapiler. Pada perdarahan nadi, darah yang keluar tubuh akan menyembur dan berwarna
merah terang. Pada perdarahan balik, darah yang keluar biasanya memiliki warna merah
gelap. Sedangkan pada perdarahan kapiler, darah yang keluar tubuh akan merembes secara
perlahan karena pada umumnya pembuluh darah ini berukuran sangat kecil dan tidak
bertekanan. Warna darah yang dikeluarkan juga bervariasi, yaitu antara merah terang hingga
merah gelap.
PENATALAKSANAAN
1. Membaringkan penderita
2. Memeriksa dan mempertahankan jalan napas (airways), pernapasan (breathing), dan
denyut nadi (circulation)
3. Memberikan oksigen
4. Memeriksa pernapasan dan denyut nadi secara berkala
5. Melakukan perawatan syok jika terjadi atau diduga akan terjadi syok
6. Jangan memberikan makan atau minum bagi penderita
7. Jika ada cedera atau gangguan lain, maka bisa segera ditangani
8. Merujuk ke fasilitas kesehatan terdekat
Prinsip Penanganan
Semua kasus gawat darurat obstetri memerlukan penanganan segera. Prinsip penanganan
meliputi : resusitasi dan stabilisasi awal, pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus terkait
jenis kasus yang terjadi dan tindakan khusus atau terapi spesifik. Idealnya stabilisasi
dilakukan lebih dahulu sebelum tindakan definitif dikerjakan. Pada kenyataannya penanganan
tindakan gawat darurat memerlukan tindakan yang bersifat simultan dan membutuhkan
kerjasama tim. Seringkali dikerjakan perbaikan keadaan umum (resusitasi) sambil dilakukan
pemeriksaan umum dan spesifik serta tindakan definitif untuk menangani kegawatdaruratan.
Oleh karena itu, apabila terjadi kegawatdaruratan obstetri, maka penolong harus segera
memanggil bantuan tenaga medis lainnya. Setiap tenaga medis, memiliki peran masing-
masing, karena penanganan perdarahan kegawataruratan harus dilakukan secara cepat,
cermat, intensif dan simultan.
PERDARAHAN MATERNAL
ABORTUS
PENATALAKSANAAN
ABORTUS IMMINENS
1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
2. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
3. Perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan penilaian jika
perdarahan terjadi lagi.
4. Perdarahan terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut, khususnya jika
ditemui uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan
ganda atau mola
5. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (seperti salbutamol
atau indometasis ) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah abortus
ABORTUS INSIPIENS
1. Lakukan konseling terhadap kehamilan yang tidak dapat dipertahankan
2. Lakukan rujukan ibu ketempat layanan sekunder
3. Informasi mengenai kontrasepsi pasca keguguran
4. Jelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi.
5. Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik,
pindahkan ibu ke ruang rawat.
6. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium.
7. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam.
8. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
ABORTUS INKOMPLIT
1. Lakukan konseling kemungkinan adanya sisa kehamilan
2. Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia kehamilan < 16 mg, gunakan jari atau forsep
cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks.
3. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 mg, dilakukan evakuasi isi uterus. Jika
evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15
menit kemudian bila perlu).
4. Jika usia kehamilan > 16 mg, berikan infus 20 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil
konsepsi.
5. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
6. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil
pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang serta pastikan
untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
ABORTUS KOMPLIT
1. Tidak diperlukan evakuasi lagi
2. Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan kontrasepsi
pasca keguguran
3. Observasi keadaan ibu
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2
minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah
5. Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
PLASENTA PREVIA
SOLUTIO PLASENTA
Etiologi : Diagnosis :
1. Atonia Uteri 1. Jumlah perdarahan >500 cc pada
2. Plasenta/ sisa plasenta persalinan pervaginam atau >1500 cc
3. Perlukaan jalan lahir pada persalinan dengan SC
4. Gangguan pembekuan darah 2. Anemis
3. Jika syok dapat terjadi penurunan
kesadaran dan gangguan tanda vital
4. Uterus berkontraksi lemah sampai hilang.
5. Pemeriksaan dalam : tampak perdarahan
dari vagina, tampak tali pusat (bila terjadi
retensio plasenta), tampak benjolan keluar
dari vagina (pada kasus inversio uteri)
6. Laboratorium : penurunan Hb, gangguan
pembekuan darah.
PENATALAKSANAAN
1. Memanggil bantuan Tim dan konsul dokter jaga
2. Pasien posisi trendelenberg
3. Petugas menilai TTV
4. Pastikan jalan nafas bebas
5. Beri O2
6. Pasang intravena line
7. Ambil darah periksa lab dan lakukan pemeriksaan: kadar hemoglobin (pemeriksaan
hematologi rutin) dan penggolongan ABO. Jika kadar Hb<8 g/dl di rujuk
8. Lakukan resusitasi cairan kristaloid (Nacl/RL)
9. Memeriksa penyebab perdarahan
10. Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus
uteri
11. Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika ada,
misal: robekan serviks atau robekan vagina)
12. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
13. Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan jumlah cairan
yang masuk. (Catatan: produksi urin normal 0.5-1ml/kgBB/jam atau sekitar 30 ml/jam)
14. Tatalaksana perdarahan sesuai penyebab
a. Tata laksana atoni uteri :
1) Lakukan pemijatan uterus
2) Pastikan plasenta lahir lengkap
3) Berikan 20-40 unit Oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% /RL dengan
kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM
4) Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutanNaCl 0,9% /RL dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti
5) Bila tidak tersedia Oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikan
Ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM setelah
15 menit, dan pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila diperlukan.
Jangan berikan lebih dari 5 dosis (1 mg)
6) Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus selama 1 menit,
dapat diulang setelah 30 menit
7) Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual internal selama 5 menit
8) Siapkan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder sebagai antisipasi bila
perdarahan tidak berhenti
9) Perlu Diingat : Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena yang mengandung
oksitosin. Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi berat/tidak
terkontrol, penderita sakit jantung dan penyakit pembuluh darah tepi
Penanganan Khusus Atonia Uteri( APN,2008 )
1) Masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir ( Maksimal 15detik)
2) Bersihkan bekuan darah dan atau selaput ketuban dari vagina dan lubang servik
3) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi
4) Segera lakukan kompresi bimanual interna dan kompresi bimanual eksternal
b. Tata laksana Robekan jalan lahir : Ruptura Perineum dan Robekan Dinding Vagina
1) Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber perdarahan
2) Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan antiseptik
3) Hentikan sumber perdarahan dengan klem kemudian ikat dengan benang yang
dapat diserap
4) Lakukan penjahitan. Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 gr asam
traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit)
c. Tata laksana Robekan Serviks :
1) Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan dari porsio
2) Siapkan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder
d. Tata laksana Retensio Plasenta :
1) Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unitIM
2) Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutanNaCl 0,9% / RL dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti
3) Lakukan tarikan tali pusat terkendali
4) Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta manual secara
hati-hati
5) Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (Ampisilin 2 g IV dan Metronidazol
500 mg IV)
6) Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi komplikas
perdarahan hebat atau infeksi
LUKA BAKAR
Superficial/Mid dermal
epidermal
PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan prehospital
Menurut Rahayuningsih (2012) mengatakan bahwa penanganan pertama pada luka bakar
antara lain :
1) Menjauhkan penderita dari sumber luka bakar
2) Memadamkan pakaian yang terbakar
3) Menghilangkan zat kimia penyebab luka bakar
4) Mengalirkan air ke daerah luka bakar sekurang-kurangnya selama 20 menit. Jangan
menggunakan air es karena dapat menyebabkan luka bertambah parah. Menyiram
dengan air sebanyak -banyaknya bila karena zat kimia
5) Mematikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering
dan tidak menghantarkan arus (nonconductive)
6) Lepaskan pakaian atau perhiasan, apabila melekat pada luka bakar jangan dipaksa
untuk melepasnya
7) Tutup luka bakar menggunakan kasa steril atau kain bersih dengan balutan longgar
dan jangan memecahkan gelembung
8) Jangan menggunakan pasta gigi, kecap, dan mentega. Hal ini dapat membuat luka
menjadi iritasi dan meningkatkan infeksi
9) Jangan mengoleskan minyak pada luka bakar karena minyak menahan panas sehingga
kulit terus terbakar
10) Rujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Fitriana (2014) menyebutkan bahwa pada tindakan penatalaksanaan luka bakar terdapat
beberapa prioritas tindakan untuk mengatasi kegawatan pada klien yaitu sebagai berikut :
1) Menghentikan proses pembakaran
Jika menemukan penderita masih dalam keadaan terbakar maka harus segera
dilakukan pemadaman dengan cara menyiram dengan air dalam jumlah banyak apabila
disebabkan bensin atau minyak. Menggulingkan penderita pada tanah (drop and roll)
atau menggunakan selimut basah untuk memadamkan api.
Walaupun api sudah mati, luka bakar akan tetap mengalami proses perjalanan
pembakaran, untuk mengurangi proses ini luka dapat disiram atau direndam dengan air
bersih untuk pendinginan. Perlu diketahui bahwa proses pendalaman ini hanya akan
berlangsung selama 15 menit, sehingga apabila pertolongan datang setelah 15 menit,
usaha sia-sia dan hanya akan menimbulkan hipotermi. Tidak diperbolehkan sekali-kali
mengompres luka bakar dengan kassa air es karena dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan.
2) Perawatan luka bakar
Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkecil kemungkinan
kontaminasi bakteri dan mengurangi rasa nyeri dengan mencegah aliran udara agar
tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar.
Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka.Tujuan dari semua
perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal.Setelah luka
dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa
fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar
tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi.Ketiga, penutupan luka
diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan
timbulnya rasa sakit.
DAFTAR PUSTAKA
KSR PMI Unit Universitas Negeri Yogyakarta. 2023. Pertolongan Pertama Korban Luka
Bakar. http://ksrpmi.student.uny.ac.id/pertolongan-pertama-korban-luka-bakar/
(diakses pada tanggal 03 April 2023)
Rahmawati, Gustina. 2021. Pertolongan Pertama Perdarahan. KSR PMI Unit Universitas
Negeri Yogyakarta. http://ksrpmi.student.uny.ac.id/pertolongan-pertama-perdarahan/
(diakses pada tanggal 03 April 2023)
Setriyani, Didien Ika, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
Kemenkes RI. https://humas.sari-mutiara.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/Asuhan-
Kegawatdaruratan-Maternal-Neonatal-Komprehensif.pdf. (diakses pada tanggal 03
April 2023)
http://puskesmastembelang.com/wp-content/uploads/2019/10/SOP-PERDARAHAN-POST-
PARTUM-JULI-2019.pdf (diakses pada tanggal 03 April 2023)