Disusun Oleh:
Kelompok 6 :
1. Debby christin (152191243)
2. Aprillia rahmasanti (152191229)
3. Fitriani (152191211)
4. Dewi novita sari (152191260)
5. Siti hoiriya (152191238)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PEMBAHASAN
MOW
1. Tahap persiapan pelaksanaan
a. Informed consent
b. Riwayat medis/ kesehatan
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Pengosongan kandung kencing, asepsis dan
antisepsis daerah abdomen
e. anestesi
2. Tindakan pembedahan (2009) teknik yang digunakan dalam
pelayanan tubektomi antara lain:
a. Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan
laparotomi terdahulu, hanya diperlukan sayatan kecil
(sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah
(suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar
pusat bawah). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap
banyak klien, relative murah, dan dapat dilakukan
oleh dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi
ini juga lebih aman dan efektif (Syaiffudin, 2006)
Baik untuk masa interval maupun pasca persalinan,
pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil.
Setelah tuba didapat, kemudian dikeluarkan, diikat
dan dipotong sebagian. Setelah itu, dinding perut
ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kasa
yang kering dan steril serta bila tidak ditemukan
komplikasi, klien dapat dipulangkan setelah 2 - 4
hari. (Syaiffudin,2006).
b. Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis
Kebidanan dan Kandungan yang telah dilatih secara
khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif.
Teknik ini dapat dilakukan pada 6 – 8 minggu pasca
pesalinan atau setelah abortus (tanpa komplikasi).
Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada jumlah
klien yang cukup banyak karena peralatan
laparoskopi dan biaya pemeliharaannya cukup mahal.
Seperti halnya minilaparotomi, laparaskopi dapat
digunakan dengan anestesi lokal dan diperlakukan
sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan.
(Syaiffudin,2006).
B. Efek Samping :
a. Timbulnya keluhan seperti rasa nyeri setelah operasi
b. Muncul memar kebiruan
c. Demam setelah operasi
d. Adanya pembengkakan pada buah zakar
C. Cara Kerja
Menurut Saifudin (2010), Cara kerja IUD adalah:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba falopi
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri.
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk fertilisasi.
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam
uterus.
AKDR/ IUD
1. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara
pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang
menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan leukosit yang
dapat melarutkan blastosis atau seperma. Mekanisme kerja AKDR
yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam
konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga
menghambat khasiatanhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR
yang mengeluarkanhormon juga menebalkan lender sehingga
menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo, 2005).
Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan
sexual terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam
rahim dan
mempengaruhi sel elur dan sperma sehingga pembuahan
tidak terjadi.
Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan
sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki
mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah
terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah
dibuahi ke dalam dinding rahim
Komplikasi Lain:
KONDOM
1. Mekanisme Kerja
Menampung spermatozoa sehingga tidak masuk kedalam kanalis
serviks seluruh dunia dengan makin meningkatnya perkembangan
penyakit hubungan seksual, pemakaian kondom makin meningkat.
Konsep kerja kondom adalah menghalangi tertumpahnya sperma
kedalam vagina sehingga spermatozoa tidak mungkin masuk kedalam
rahim dan seterusnya.
2. Efek samping :
Pada umumnya saat menggunakan kondom, pemakai kondom
dan pemasangannya tidak akan mengalami efek samping, namun pada
beberapa kasus terutama yang alergi terhadap latex, bisa menimbulkan
iritasi apalagi jika latex kondomnya ditambahi dengan bahan
spermisida maka nyeri yang akan timbul semakin parah. Guna
menghindari alergi ini maka sebaiknya memakai kondom dari bahan
poliuretane atau kondom natural skin serta tidak memakai bahan
spermisida
Sumber : Manuaba, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB. EGC. 2010
Jakarta
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manuaba, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB. EGC. 2010 Jakarta