Anda di halaman 1dari 2

Proses Biokimia Saat Tubuh Berpuasa

BEBERAPA hari lagi umat Islam akan menjalankan puasa selama Ramadan. Sebelum
berpuasa, ada baiknya memahami beberapa hal berkenaan dengan mekanisme metabolisme
tubuh manusia selama menjalani puasa. Umumnya, menjelang berbuka puasa, tubuh terasa
lelah dan lemas akibat kekurangan energi. Pada saat itu, tubuh kita berada pada kondisi
dengan kesediaan energi terendah karena ketiadaan asupan energi makanan dan minuman
selama lebih kurang empat belas jam.
Energi dalam tubuh dibuat dalam sel mitokondria dengan menggunakan karbohidrat, lemak
atau protein, dan oksigen. Karbohidrat dalam tubuh, yakni dalam bentuk glukosa dan
glikogen, merupakan pemasok energi yang paling efisien dan efektif. Enam jam setelah
puasa, cadangan karbohidrat tubuh, yaitu glukosa dan glikogen, umumnya sudah habis dan
sel mulai membongkar lemak dan protein dalam tubuh untuk dijadikan energi. Proses sintesis
energi ini hanya bisa berlangsung bila ada oksigen dalam jumlah yang mencukupi.
Senyawa-senyawa utama yang dibongkar untuk menghasilkan energi dalam otot untuk
bergerak adalah gula sederhana seperti glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Pembongkaran
protein dan lemak tubuh untuk menghasilkan energi dikerjakan atau terjadi di organ hati.
Mula-mula protein tubuh diubah menjadi asam-asam amino, kemudian diubah menjadi
glukosa, lalu glukosa dikeluarkan dari hati untuk dikirim ke otot yang memerlukan energi.
Energi yang disintesis sebagian besar dibuat dalam bentuk senyawa adenosin trifosfat (ATP)
di samping senyawa-senyawa fosfat lainnya. Urutan proses sintesis energi dalam bentuk ATP
dimulai dengan penguraian atau degradasi glukosa menjadi asam piruvat, proses ini disebut
glikolisis. Selanjutnya asam piruvat masuk ke siklus Kreb dan dilanjutkan dengan transfer
elektron, yang akhirnya diterima oleh oksigen sehingga oksigen berubah menjadi air. Pada
proses sintesis ATP, oksigen harus ada sebagai penerima elektron terakhir. Apabila pada saat
energi harus dibual terjadi kekurangan oksigen maka reaksi akan berlangsung secara anaerob
sehingga menghasilkan asam laktat dan sedikit ATP.
Reaksi tubuh lainnya terhadap habisnya cadangan karbohidrat sebagai sumber energi adalah
rasa lapar, lelah, dan lemas. Reaksi tubuh ini terjadi sebagai respons terhadap empat kondisi
yang terjadi dalam tubuh kita. Pertama, pembongkaran lemak dan protein tubuh sebagai
pengganti karbohidrat untuk memasok energi, berjalan tidak efisien. Kedua, status energi
tubuh yang rendah juga menyebabkan tubuh menjadi lemas dan pasokan oksigen dari udara
melalui paru-paru juga melambat.
Ketiga, pembongkaran lemak dan protein tubuh menyebabkan penimbunan senyawa keton
(alkanon) dalam tubuh yang menyebabkan rasa lemas dan menimbulkan bau pada napas dari
mulut (halitosis). Keempat, pembongkaran lemak dan protein tubuh dalam kondisi
kekurangan oksigen menyebabkan pembentukan asam laktat yang menimbulkan rasa lelah
dan pegal. Dengan demikian, saat menjelang berbuka puasa, status nutrisi, energi, dan
oksigen tubuh berada pada kondisi kritis.
Altematif yang dapat lebih cepat menghasilkan energi dan segera mengembalikan kesegaran
pada saat berbuka puasa adalah mengonsumsi karbohidrat dan oksigen melalui air minum.
Alternatif ini dapat dilakukan dengan meminum air minum beroksigen tinggi dan
mengonsumsi kue-kue dan makanan ringan dengan kandungan karbohidrat yang tinggi dan

mudah dicerna, seperti biskuit, kue basah, dan kue kering yang manis, pisang segar ataupun
rebus, ubi jalar cilembu bakar atau rebus seperi yang banyak terdapat di Jawa Barat ini,
kolak, dan sebagainya.*"
Yohanis Ngili, mahasiswa Program Doktor Kimia, Bidang Khusus Biokimia, Institut
Teknologi Bandung (ITB).
Enam jam setelah puasa, cadangan karbohidrat tubuh, yaitu glukosa dan glikogen,
umumnya sudah habis dan sel mulai membongkar lemak dan protein dalam tubuh
untuk dijadikan energi. Ketiga, pembongkaran lemak dan protein tubuh menyebabkan
penimbunan senyawa keton (alkanon) dalam tubuh yang menyebabkan rasa lemas dan
menimbulkan bau pada napas dari mulut (halitosis). Alternatif ini dapat dilakukan
dengan meminum air minum beroksigen tinggi dan mengonsumsi kue-kue dan
makanan ringan dengan kandungan karbohidrat yang tinggi dan mudah dicerna,
seperti biskuit, kue basah, dan kue kering yang manis, pisang segar ataupun rebus, ubi
jalar cilembu bakar atau rebus seperi yang banyak terdapat di Jawa Barat ini, kolak,
dan sebagainya.*" Yohanis Ngili, mahasiswa Program Doktor Kimia, Bidang Khusus
Biokimia, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Jumlah kata di Artikel : 528
Jumlah kata di Summary : 119
Ratio : 0,225
*Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan
untuk keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net.

Anda mungkin juga menyukai