Puasa dapat diartikan sebagai pembatasan konsumsi. Pembatasan konsumsi zat-zat gizi dalam makanan dan pembatasan konsumsi air dan mineral. [ CITATION Gib07 \l 1057 ] . Selama berpuasa, pola makan akan berubah, karena hanya diperbolehkan makan saat pagi sebelum terbit fajar dan menjelang malam hari. Namun, tubuh akan tetap memiliki energi yang cukup untuk beraktivitas. Energi tersebut berasal dari cadangan energi berupa lemak yang tersimpan di bawah kulit, serta glikogen yang tersimpan di otot dan di hati.Saat berbuka puasa, porsi energi saat berbuka sekitar 10-15 persen dari total kebutuhan energi sehari. Kemudian setelah 30 menit berbua, makan malam dapat dilakukan seperti biasa. Jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi adalah makanan lengkap yang mengandung karbohidrat kompleks. Perolehan energi yang disarankan sebesar 30-35%. Seusai shalat tarawih hingga sebelum tidur, konsumsi pangan sumber karbohidrat 10-15% dari kebutuhan energi sehari. Pada saat sahur disarankan konsumsi karbohidrat seperti nasi, jagung, umbi dan protein hewni seperti susu, telur, ikan, daging merah, daging ayam dan makanan tinggi serat seperti sayur dan buah, baik dikonsumsi sebagai jangka panjang. Perolehan energi yang disarankan adalah 40-45% dari total kebutuhan energi sehari. [SPN NEWS,2017] Ketika menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, tubuh melakukan berbagai penyesuaian terhadap pola makan yang berbeda dari keseharian. Agar menjaga kebugaran tubuh sepanjang hari, perlu memfokuskan pada asupan gizi ketika sahur. Karena, pada saat sahur itulah memasukan sumber energi yang akan dipakai selama 13 jam hingga waktu berbuka. Berbeda halnya dengan buka puasa, dimana makanan hanya dipakai untuk beraktivitas dalam durasi empat jam sampai waktu tidur. [HNS,2017] Pengurangan jumlah asupan makanan saat puasa Ramadan terjadi karena seseorang yang biasanya mengkonsumsi makanan sehari tigakali menjadi dua kali saja, jika hal ini berlangsung secara terus menerus akan mempegaruhi keseimbangan energi dan penurunan komposisi lemak tubuh serta akan menurunkan jumlah asupan zat gizi yang masuk dalam tubuh. Perubahan pola makan saat berpuasa dapat mengakibatkan perubahan metabolisme tubuh. Tubuh akan beradaptasi terhadap perubahan pola konsumsi makan saat puasa, sehingga sering ditemui beberapa kasus terjadi penurunan berat bada ataupun penambahan berat badan tergantung pemilihan makanan. [ CITATION Bas05 \l 1057 ]
2.1.2 Metabolisme Tubuh Pada Keadaan Puasa
Metabolisme tubuh pada keadaan puasa berbeda dengan keadaan tidak puasa. Pada orang yang berpuasa, masukan energi dari makanan berlangsung dengan interval yang berbeda. Apabila, seseorang berpuasa atau tidak ada makanan yang masuk tubuh maka peran glukagon makin makin besar dalam usaha memperoleh glukosa. Pada keadaan ini glukosa diperoleh dari pemecahan glikogen (glikogenolisis), disamping itu melalui proses glukoneogenesis atau pembentukan glukosa yang berasal dari bahan selain karbohidrat. Proses glukoneogenesis berlangsung dengan menggunakan gliserol, laktat dan asam amino. Apabila glikogenilisis belum memenuhi kebutuhan glukosa, maka proses lipolisis dapat terjadi dengan menghasilkan gliserol. Gliserol yang berasal dari proses lipolisis triasilgliserida di jaringan adiposa selanjutnya akan diubah menjadi glukosa di hepar, sedangkan asam lemak akan diubah menjadi ATP dan asetil KoA.Proses glukoneogenesis juga menggunakan laktat yang diperoleh dari proses glikolisis di eritrosit dan kontraksi otot, dan asam amino yang berasal dari protein otot [ CITATION Pra03 \l 1057 ].
2.1.3 Metabolisme Tubuh pada Keadaan Tidak Puasa
Sumber energi tubuh secara umum berasal dari glukosa. Energi digunakan untuk aktivitas fisik maupun metabolik basal. Pada dasarnya setelah melalui proses pencernaan mengalami jalur metabolik yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu: 1) Jalur anabolik yang terlihat pada proses sintesis komponen penyusun tubuh, seperti sintesis protein 2) Jalur katabolik pada proses yang melepaskan energi bebas seperti pada rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif, 3) Jalur amfibolik yang merupakan perantara bagi kedua jalur di atas seperti pada siklus asam sitrat. Mamalia termasuk manusia memproses hasil pencernaa dari karbohidrat, lemak, dan protein terutama menjadi glukosa, asam lemak dan glisero dengan asam amino. Glukosa yang berasal dari diet melalui jalur glikolisis metabolisme menjadi piruvat yang selanjutnya pada keadaan aerob diubah menjadi asetil KoA dan pada keadaan anaerob menjadi laktat. Asetil KoA yang terbentuk selanjutnya masuk ke siklus asam sitrat menghasilkan CO2 dan H20 dengan membebaskan ATP pada proses fosforilasi oksidatif. Piruvat yang terbentuk dapat diubah menjadi asam amino yang juga dibentuk melalui siklus asam sitrat. Asetil KoA selanjutnya dapat diubah pula menjadi asam lemak dan kolesterol. Asam lemak yang berasal dari makanan melalui esterifikasi diubah menjadi triasilgliserol yang selanjutnya disimpan dalam jaringan adiposa. Melalui proses liposis, triasilgliserol dipecah membentuk asam lemak dan melalui proses beta oksidasi diubah menjadi astil KoA. Asetil KoA selanjutnya masuk ke siklus asam sitrat. Protein dari makanan diubah menjadi asam amino dengan proses transaminasi diubah menjadi asetil KoA, glukosa, gluamat dan benda keton. Glukosa merupakan energi utama untuk otak dan sel saraf, serta sumber energi satu- satunya untuk eritrosit. Setelah satu jam seseorang mengkonsumsi makanan, baik berupa karbohidrat, protein atau lemak, maka kadar glukosa darah akan naik sampai batas tetentu. Pada orang normal kenaikan kadar glukosa darah ini akan memacu sekresi hormon insulin sehingga setelah kurang lebih 2 jam kadar glukosa darah berangsur-angur menurun sampai batas tertentu sekitar 80-100 mg. Penurunan glukosa ini menyebabkan pacuan terhadap insulin menurun dan sebaliknya pacuan terhadap hormon glukagon meningkat. [ CITATION Pra03 \l 1057 ]