Anda di halaman 1dari 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puasa Ramadan


Puasa dapat diartikan sebagai pembatasan konsumsi. Pembatasan konsumsi zat-zat gizi
dalam makanan dan pembatasan konsumsi air dan mineral. [ CITATION Gib07 \l 1057 ] . Selama
berpuasa, pola makan akan berubah, karena hanya diperbolehkan makan saat pagi sebelum terbit
fajar dan menjelang malam hari. Namun, tubuh akan tetap memiliki energi yang cukup untuk
beraktivitas. Energi tersebut berasal dari cadangan energi berupa lemak yang tersimpan di bawah
kulit, serta glikogen yang tersimpan di otot dan di hati.Saat berbuka puasa, porsi energi saat
berbuka sekitar 10-15 persen dari total kebutuhan energi sehari. Kemudian setelah 30 menit
berbua, makan malam dapat dilakukan seperti biasa. Jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi
adalah makanan lengkap yang mengandung karbohidrat kompleks. Perolehan energi yang
disarankan sebesar 30-35%. Seusai shalat tarawih hingga sebelum tidur, konsumsi pangan
sumber karbohidrat 10-15% dari kebutuhan energi sehari. Pada saat sahur disarankan konsumsi
karbohidrat seperti nasi, jagung, umbi dan protein hewni seperti susu, telur, ikan, daging merah,
daging ayam dan makanan tinggi serat seperti sayur dan buah, baik dikonsumsi sebagai jangka
panjang. Perolehan energi yang disarankan adalah 40-45% dari total kebutuhan energi sehari.
[SPN NEWS,2017]
Ketika menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, tubuh melakukan berbagai
penyesuaian terhadap pola makan yang berbeda dari keseharian. Agar menjaga kebugaran
tubuh sepanjang hari, perlu memfokuskan pada asupan gizi ketika sahur. Karena, pada saat
sahur itulah memasukan sumber energi yang akan dipakai selama 13 jam hingga waktu
berbuka. Berbeda halnya dengan buka puasa, dimana makanan hanya dipakai untuk beraktivitas
dalam durasi empat jam sampai waktu tidur. [HNS,2017]
Pengurangan jumlah asupan makanan saat puasa Ramadan terjadi karena seseorang yang
biasanya mengkonsumsi makanan sehari tigakali menjadi dua kali saja, jika hal ini berlangsung
secara terus menerus akan mempegaruhi keseimbangan energi dan penurunan komposisi lemak
tubuh serta akan menurunkan jumlah asupan zat gizi yang masuk dalam tubuh. Perubahan pola
makan saat berpuasa dapat mengakibatkan perubahan metabolisme tubuh. Tubuh akan
beradaptasi terhadap perubahan pola konsumsi makan saat puasa, sehingga sering ditemui
beberapa kasus terjadi penurunan berat bada ataupun penambahan berat badan tergantung
pemilihan makanan. [ CITATION Bas05 \l 1057 ]

2.1.2 Metabolisme Tubuh Pada Keadaan Puasa


Metabolisme tubuh pada keadaan puasa berbeda dengan keadaan tidak puasa. Pada orang
yang berpuasa, masukan energi dari makanan berlangsung dengan interval yang berbeda.
Apabila, seseorang berpuasa atau tidak ada makanan yang masuk tubuh maka peran glukagon
makin makin besar dalam usaha memperoleh glukosa. Pada keadaan ini glukosa diperoleh dari
pemecahan glikogen (glikogenolisis), disamping itu melalui proses glukoneogenesis atau
pembentukan glukosa yang berasal dari bahan selain karbohidrat. Proses glukoneogenesis
berlangsung dengan menggunakan gliserol, laktat dan asam amino. Apabila glikogenilisis
belum memenuhi kebutuhan glukosa, maka proses lipolisis dapat terjadi dengan menghasilkan
gliserol. Gliserol yang berasal dari proses lipolisis triasilgliserida di jaringan adiposa
selanjutnya akan diubah menjadi glukosa di hepar, sedangkan asam lemak akan diubah menjadi
ATP dan asetil KoA.Proses glukoneogenesis juga menggunakan laktat yang diperoleh dari
proses glikolisis di eritrosit dan kontraksi otot, dan asam amino yang berasal dari protein otot
[ CITATION Pra03 \l 1057 ].

2.1.3 Metabolisme Tubuh pada Keadaan Tidak Puasa


Sumber energi tubuh secara umum berasal dari glukosa. Energi digunakan untuk aktivitas
fisik maupun metabolik basal. Pada dasarnya setelah melalui proses pencernaan mengalami jalur
metabolik yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu: 1) Jalur anabolik yang terlihat pada proses
sintesis komponen penyusun tubuh, seperti sintesis protein 2) Jalur katabolik pada proses yang
melepaskan energi bebas seperti pada rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif, 3) Jalur amfibolik
yang merupakan perantara bagi kedua jalur di atas seperti pada siklus asam sitrat.
Mamalia termasuk manusia memproses hasil pencernaa dari karbohidrat, lemak, dan
protein terutama menjadi glukosa, asam lemak dan glisero dengan asam amino. Glukosa yang
berasal dari diet melalui jalur glikolisis metabolisme menjadi piruvat yang selanjutnya pada
keadaan aerob diubah menjadi asetil KoA dan pada keadaan anaerob menjadi laktat. Asetil KoA
yang terbentuk selanjutnya masuk ke siklus asam sitrat menghasilkan CO2 dan H20 dengan
membebaskan ATP pada proses fosforilasi oksidatif. Piruvat yang terbentuk dapat diubah
menjadi asam amino yang juga dibentuk melalui siklus asam sitrat. Asetil KoA selanjutnya dapat
diubah pula menjadi asam lemak dan kolesterol.
Asam lemak yang berasal dari makanan melalui esterifikasi diubah menjadi triasilgliserol
yang selanjutnya disimpan dalam jaringan adiposa. Melalui proses liposis, triasilgliserol dipecah
membentuk asam lemak dan melalui proses beta oksidasi diubah menjadi astil KoA. Asetil KoA
selanjutnya masuk ke siklus asam sitrat. Protein dari makanan diubah menjadi asam amino
dengan proses transaminasi diubah menjadi asetil KoA, glukosa, gluamat dan benda keton.
Glukosa merupakan energi utama untuk otak dan sel saraf, serta sumber energi satu-
satunya untuk eritrosit. Setelah satu jam seseorang mengkonsumsi makanan, baik berupa
karbohidrat, protein atau lemak, maka kadar glukosa darah akan naik sampai batas tetentu. Pada
orang normal kenaikan kadar glukosa darah ini akan memacu sekresi hormon insulin sehingga
setelah kurang lebih 2 jam kadar glukosa darah berangsur-angur menurun sampai batas tertentu
sekitar 80-100 mg. Penurunan glukosa ini menyebabkan pacuan terhadap insulin menurun dan
sebaliknya pacuan terhadap hormon glukagon meningkat. [ CITATION Pra03 \l 1057 ]

Anda mungkin juga menyukai