Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………..……………..
BAB I TINJAUAN TEORI…………………………………………….
1.1 Tinjauan medis /Laporan Pendahuluan……………………
1.1.1 Difinisi……………………………………………..
1.1.2 Etiologi ……………………………………………
1.1.3 Fisiologi …………………………………………...
1.1.4 Patofisiologi ……………………………………….
1.1.5 Pathway... …………………………………………
1.1.6 Klasifikasi……………………………………….....
1.1.7 Manifestasi klinis…………………………………..
1.1.8 Pemeriksaan penunjang……………………………
1.1.1.9 Penatalaksanaan …………………………………...
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan……………………………..
1.2.1 Pengkajian ………………………………………...
1.2.1.1 Pengkajian Riwayat Kesehatan …………...
1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik……………..…………..
1.2.2 Kasus Asuhan Keperawatan……………………….
1.2.2.1 Analisa data :data gayut (ds,do),
masalah ,kemungkinan
penyebab………………………………..
1.2.2.2 Daftar diagnosa perawat………………...
1.2.2.3 Intervensi : Tujuan,kriteria
hasil,rasional……………………………
1.2.2.4 Implementasi……………………………
1.2.2.5 Evaluasi :SOAP/SOAPIER……………..
1.2.2.6 Daftar pustaka…………………………..
BAB II TINJAUAN KASUS……………………………………………
2.1 Analisa data (ds,do)……………………………………….
Daftar Diagnosa Keperawatan…………………………….
Rencana Asuhan Keperawatan (Intervensi)………………
Implementasi………………………………………………
Evaluasi……………………………………………………
Daftar pustaka……………………………………………..
Lembar Konsul…………………………………………….
BAB 1
1.1 LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.1 DEFINISI
Chronic Kidney Disease(CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal progresif
yang ireversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankankeseimbangan
metabolik, cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinyauremia dan azotemia
(Bayhakki, 2017).
Chronic Kidney Disease adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan
ireversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yangmengakibatkan uremia atau
azotemia (Wijaya dan Putri, 2017).Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa
Chronic Kidney Disease adalah suatu keadaan klinis yang terjadi penurunan
fungsi ginjal dengan ditandai terjadinya penurunan GFR selama>3 bulan yg bersifat
progresif dan irreversibel, ginjal tidak dapatmempertahankan keseimbangan
metabolik, cairan, dan elektrolit yangmenyebabkan terjadinya uremia dan azotemia.
1.1.2 ETIOLOGI
1.Gangguan pembuluh darah ginjal
Berbagai jenis lesi vaskular dapatmenyebabkan iskemik ginjal dan kematian
jaringan ginjal. Lesi yang palingsering adalah aterosklerosis pada arteri renalis yang
besar, dengan kontriksiskleratik progresif pada pembuluh darah hiperplasia
fibromuskular padasatu atau lebih arteri besar yang juga menimbulkan sumbatan
pembuluhdarah nefrosklerosis yaitu saatu kondisi yang disebabkan oleh
hipertensilama yang tidak diobati, dikarakteristikan oleh penebalan,
hilangnyaelastisitas sistem, perubahan darah ginjal mengakibatkan penurunan
alirandarah dan akhirnya gagal ginjal.
2.Gangguan imunologis: Seperti glomerulonefritis & SLE
3.Infeksi
Dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama E. Coliyang berasal dari
kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteriini mencapai ginjal melalui
aliran darah atau yang lebih sering secaraasceden dari traktus urinarius bagian bawah
lewat ureter ke ginjal sehinggadapat menimbulkan kerusakan irreversibel ginjal yang
disebut plenlonefritis.
4.Gangguan metabolik
Seperti DM (Diabetes Melitus) yang menyebabkanmobilisasi lemak meningkat
sehingga terjadi penebalan membran kapiler dan di ginjal dan berkelanjut dengan
disfungsi endotel sehingga terjadinefripati amiliodosis yang disebabkan oleh endapan
zat-zat proteinemiaabnormal pada dinding pembuluh darah secara serius merusak
membranglomerulus.
5.Gangguan tubulus primer : terjadi nefrotoksis akibat analgesik atau logam berat.
6.Obstruksi taktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dankontriksi uretra.
7. Kelainan kongenetal dan herediter
Penyakit polikistik / kondisi keturunanyang dikarakteristik oleh terjadinya
kista/kantong berisi cairan di dalamginjal dan organ lain, serta tidak adanya jar.
Ginjal yang bersifatkongenetal (hipoplasia renalis) serta adanya asidosis.
1.1.3 FISIOLOGI
Ginjal adalah dua buah organ berbentuk menyerupai kacang merah yang berada
di kedua sisi tubuh bagian belakang atas, tepatnya dibawah tulang rusuk manusia.
Ginjal sering disebut bawah pinggang. Bentuknya seperti kacang dan letaknya di
sebelah belakang rongga perut, kanan kiri dari tulang punggung. Ginjal kiri letaknya
lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan. Setiap ginjal panjangnya
12-13 cm dan tebalnya 1,5-2,5 cm. Pada orang dewasa beratnya kira-kira 140 gram.
Pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilus (sisi dalam). Di
atas setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar suprarenalis (Irianto, 2018).
Struktur ginjal dilengkapi selaput membungkusnya dan membentuk
pembungkus yang halus. Di dalamnya terdapat struktur-struktur ginjal. Terdiri 7 atas
bagian korteks dari sebelah luar dan bagian medula di sebelah dalam. Bagian medula
ini tersusun atas 15 sampai 16 massa berbentuk piramida yang disebut piramis ginjał.
Puncak-puncaknya langsung mengarah ke hilus dan berakhir di kalises. Kalises ini
menghubungkannya dengan pelvis ginjal (Irianto, 2013). Ginjal dibungkus oleh
jaringan fibrous tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa (true capsule) ginjal
melekat pada parenkim ginjal. Di luar kapsul fibrosa terdapat jaringan lemak yang
bagian luarnya dibatasi oleh fasia gerota. Diantara kapsula fibrosa ginjal dengan
kapsul gerota terdapat rongga perirenal. Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar
anak ginjal atau glandula adrenal atau disebut juga kelenjar suprarenal yang berwarna
kuning. Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh berbagai otot punggung yang
tebal serta tulang rusuk ke XI dan XII, sedangkan disebelah anterior dilindungi oleh
organ intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hati, kolon, dan duodenum,
sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh limpa, lambung, pankreas, jejenum, dan kolon.
1.1.4 PATOFISIOLOGI

Fungsi renal menurun, produksi akhir metabolisme protein (yangnormalnya


diekresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremiadan mempengarui
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka grjala akan
semakin berat. Dan banyak gejala uremia membaik setelah dialisis (Wijaya dan putri,
2017)Penyebab yang mendasari CKD bermacam-macam seperti penyakitglomerulus
baik primer maupun sekunder, penyakit vaskular, infeksi, nefritisinterstisial, obstruksi
saluran kemih. Patofisiologi penyakit ginjal kronik melibatkan 2 mekanisme
kerusakan :

(1) mekanisme pencetus spesifik yangmendasari kerusakan selanjutnya seperti


kompleks imun dan mediator inflamasi pada glomerulo nefritis, atau pajanan zat
toksin pada penyakittubulus ginjal dan interstitium;

(2) mekanisme kerusakan progresif yangditandai dengan adanya hiperfiltrasi dan


hipertrofi nefron yang tersisa.

Ginjal kita memiliki 1 juta nefron, dan masing – masing memilikikontribusi


terhadap total GFR. Pada saat terjadi renal injury karena etiologiseperti yang telah
dijelaskan di atas, pada awalnya ginjal masih memilikikemampuan untuk
mempertahankan GFR. Namun pada akhirnya nefron sehatyang tersisa ini akan
mengalami kegagalan dalam mengatur autoregulasitekanan glomerular, dan akan
menyebabkan hipertensi sistemik dalamglomerulus. Peningkatan tekanan glomerulus
ini akan menyebabkanhipertrofi nefron yang sehat sebagai mekanisme kompensasi.
Pada tahap ini akan terjadi poliuria, yang bisa menyebabkan dehidrasi dan
hiponatremiaakibat ekskresi Na melalui urin meningkat. Peningkatan tekanan
glomerulusini akan menyebabkan proteinuria. Derajat proteinuria sebanding
dengantingkat progresi dari gagal ginjal. Reabsorpsi protein pada sel
tubuloepitelialdapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap jalur lisosomal
intraselular,meningkatkan stres oksidatif, meningkatkan ekspresi lokal growth faktor,
danmelepaskan faktor kemotaktik yang pada akhirnya akan menyebabkan inflamasi
dan fibrosis tubulointerstitiel melalui pengambilan dan aktivasi makrofag Inflamasi
kronik pada glomerulus dan tubuli akan meningkatkansintesis matriks ektraseluler
dan mengurangi degradasinya, dengan akumulasikolagen tubulointerstitiel yang
berlebihan.

Glomerular sklerosis, fibrosistubulointerstitiel, dan atropi tubuler akan


menyebabkan massa ginjal yangsehat menjadi berkurang dan akan menghentikan
siklus progresi penyakit olehhiperfiltrasi dan hipertrofi nefron.Kerusakan struktur
ginjal tersebut akan menyebabkan kerusakanfungsi ekskretorik maupun non-
ekskretorik ginjal. Kerusakan fungsiekskretorik ginjal antara lain penurunan ekskresi
sisa nitrogen, penurunanreabsorbsi Na pada tubuli, penurunan ekskresi kalium,
penurunan ekskresifosfat, penurunan ekskresi hidrogen.Kerusakan fungsi non-
ekskretorik ginjal antara lain kegagalanmengubah bentuk inaktif Ca, menyebabkan
penurunan produksi eritropoetin(EPO), menurunkan fungsi insulin, meningkatkan
produksi lipid, gangguansistem imun, dan sistem reproduksi. Angiotensin II memiliki
peran pentingdalam pengaturan tekanan intraglomerular. Angiotensin II diproduksi
secara sistemik dan secara lokal di ginjal dan merupakan vasokonstriktor kuat
yangakan mengatur tekanan intraglomerular dengan cara meningkatkan
iramaarteriole efferent. Angiotensin II akan memicu stres oksidatif yang
padaakhirnya akan meningkatkan ekspresi sitokin, molekul adesi, dankemoaktraktan,
sehingga angiotensin II memiliki peran penting dalam patofisiologi CKD.Gangguan
tulang pada CKD terutama stadium akhir disebabkankarena banyak sebab, salah
satunya adalah penurunan sintesis 1,25-dihydroxyvitamin D atau kalsitriol, yang akan
menyebabkan kegagalanmengubah bentuk inaktif Ca sehingga terjadi penurunan
absorbsi Ca.Penurunan absorbsi Ca ini akan menyebabkan hipokalsemia dan
osteodistrofi.Pada CKD akan terjadi hiperparatiroidisme sekunder yang terjadi
karenahipokalsemia, hiperfosfatemia, resistensi skeletal terhadapPTH.

Kalsium dankalsitriol merupakan feedback negatif inhibitor, sedangkan


hiperfosfatemiaakan menstimulasi sintesis dan sekresi PTH.Karena penurunan laju
filtrasi glomerulus, maka ginjal tidak mampuuntuk mengekskresikan zat – zat tertentu
seperti fosfat sehingga timbulhiperfosfatemia. Hiperfosfatemia akan menstimulasi
FGF-23, growth faktor ini akan menyebabkan inhibisi 1- α hydroxylase. Enzim ini
digunakan dalamsintesis kalsitriol. Karena inhibisi oleh FGF-23 maka sintesis
kalsitriol punakan menurun. Akan terjadi resistensi terhadap vitamin D. Sehingga
feedback negatif terhadap PTH tidak berjalan. Terjadi peningkatan hormon
parathormon. Akhirnya akan timbul hiperparatiroidisme
sekunder.Hiperparatiroidisme sekunder akan menyebabkan depresi pada sumsum
tulangsehingga akan menurunkan pembentukan eritropoetin yang pada akhirnyaakan
menyebabkan anemia.

Selain itu hiperparatiroidisme sekunder juga akanmenyebkan osteodistrofi yang


diklasifikasikan menjadi osteitis fibrosa cystic,osteomalasia, adinamik bone disorder,
dan mixed osteodistrofi. Penurunanekskresi Na akan menyebabkan retensi air
sehingga pada akhirnya dapatmenyebabkan oedem, hipertensi. Penurunan ekskresi
kalium juga terjaditerutama bila GFR < 25 ml/mnt, terlebih pada CKD stadium 5.
Penuruanekskresi ini akan menyebabkan hiperkalemia sehingga meningkatkan
resikoterjadinya kardiak arrest pada pasien.Asidosis metabolik pada pasien CKD
biasanya merupakan kombinasiadanya anion gap yang normal maupun peningkatan
anion gap. Pada CKD,ginjal tidak mampu membuat ammonia yang cukup pada
tubulus proksimaluntuk mengekskresikan asam endogen ke dalam urin dalam bentuk
ammonium. Peningkatan anion gap biasanya terjadi pada CKD stadium 5.Anion gap
terjadi karena akumulasi dari fosfat, sulfat, dan anion – anion lainyang tidak
terekskresi dengan baik. Asidosis metabolik pada CKD dapatmenyebabkan gangguan
metabolisme protein. Selain itu asidosis metabolic juga merupakan salah satu faktor
dalam perkembangan osteodistrofi ginjal.Pada CKD terutama stadium 5, juga
dijumpai penurunan ekskresisisa nitrogen dalam tubuh. Sehingga akan terjadi uremia.

Pada uremia, basalurea nitrogen akan meningkat, begitu juga dengan ureum,
kreatinin, sertaasam urat. Uremia yang bersifat toksik dapat menyebar ke seluruh
tubuh dandapat mengenai sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. Selain itu
sindromuremia ini akan menyebabkan trombositopati dan memperpendek usia
seldarah merah. Trombositopati akan meningkatkan resiko perdarahan
spontanterutama pada GIT, dan dapat berkembang menjadi anemia bila
penanganannya tidak adekuat. Uremia bila sampai di kulit akan menyebabkan pasien
merasa gatal – gatal.Pada CKD akan terjadi penurunan fungsi insulin, peningkatan
produksi lipid, gangguan sistem imun, dan gangguan reproduksi. Karenafungsi
insulin menurun, maka gula darah akan meningkat. Peningkatan produksi lipid akan
memicu timbulnya aterosklerosis, yang pada akhirnyadapat menyebabkan gagal
jantung.Anemia pada CKD terjadi karena depresi sumsum tulang
padahiperparatiroidisme sekunder yang akan menurunkan sintesis EPO. Selain
ituanemia dapat terjadi juga karena masa hidup eritrosit yang memendek akibat
pengaruh dari sindrom uremia, anemia dapat juga terjadi karena malnutrisi(Kirana,
2015)
1.1.6 MANIFESTASI KLINIS

1.Gangguan kardiovaskuler Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat


perikarditis, effusi perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan
irama jantung dan edema. Pada gagal ginjal kronik hampir selalu disertaihipertensi,
mekanisme terjadinya hipertensi pada CKD oleh karena penimbunan garam dan air,
atau sistem renin angiostensin aldosteron(RAA). Sesak nafas merupakan gejala yang
sering dijumpai akibatkelebihan cairan tubuh, dapat pula terjadi perikarditis yang
disertai efusi perikardial. Gangguan irama jantung sering dijmpai akibat
gangguanelektrolit.

2.Gangguan pulmoner Nafas dangkal, kusmaul, batuk dengan sputum kental dan
riak, suarakrekles.

3.Gangguan gastrointestinalAnoreksia, nausea, fomitus yang berhubungan


denganmetabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal,ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia. akibat
metabolisme protein yang terganggu oleh bakteri usus sering pula faktor
uremikumakibat bau amoniak dari mulut. Disamping itu sering timbul
stomatitis,cegukan juga sering yang belum jelas penyebabnya. Gastritis erosif
hampirdijumpai pada 90 % kasus CKD, bahkan kemungkinan terjadi ulkus peptikum
dan kolitis uremik.

4.Gangguan muskuluskeletal Resiles leg sindrom(pegal pada kakinya sehingga


selaludigerakkan),burning feet syndrom(rasa kesemutan dan terbakar,
terutamaditelapak kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot-
ototekstremitas. Penderita sering mengeluh tungkai bawah selalu bergerak-gerak
(restlesslessleg syndrome), kadang tersa terbakar pada kaki,gangguan syaraf dapat
pula berupa kelemahan, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, tremor, kejang sampai
penurunan kesadaran atau koma.
5.Gangguan integumenkulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-
kuningan akibat penimbunan urokrom. Gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan
rapuh. Kulit berwarna pucat, mudah lecet, rapuh, kering, timbul bintik-bintik hitam
dangatal akibat uremik atau pengendapan kalsium pada kulit.

6.Gangguan endokrinGangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun,


gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan
metaboliclemak dan vitamin D

7.Sistem hematologiAnemia yang disebabkan karena berkurangnya


produksieritopetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum-sum tulang berkurang,
hemodialisi akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalamsuasana uremia toksik,
dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosit dantrombositopeni. selain anemi pada
CKD sering disertai pendarahan akibatgangguan fungsi trombosit atau dapat pula
disertai trombositopeni. Fungsileukosit maupun limposit dapat pula terganggu
sehingga pertahanan seluler terganggu, sehingga pada penderita CKD mudah
terinfeksi, oleh karenaimunitas yang menurun.

8.Gangguan lainAkibat hipertiroid sering terjadi osteoporosis, osteitis,


fibrasi,gangguan elektrolit dan asam basa hampir selalu dijumpai, seperti
asidosismetabolik, hiperkalemia, hiperforfatemi, hipokalsemia. (Wijaya dan
Putri,2017)Pasien dengan stadium I atau II tidak memiliki gejala atau
gangguanmetabolik seperti asidosis, anemia, dan penyakit tulang. Selain itu,
pengukuran yang paling umum dari gangguan fungsi ginjal yaitu
serumkreatininmungkin hanya sedikit meningkat pada tahap awal CKD .
akibatnya,estimasi GFR sangat penting bagi pengenalan tahap awal CKD. Karena
tahapawal CKD sering tidak terdeteksi, dibutuhkan diagnosis pada pasien
dengantingkat kecurigaan yang tinggi yaitu yang mengalami kondisi kronis
sepertihipertensi dan diabetes militus.Tanda dan gejala terkait dengan CKD menjadi
lebih umum padastage III, IV, V. Anemia, kelainan metabolisme kalsium dan fosfor
(hiperparatiroidisme sekunder), malnutrisi, abnormalitas cairan dan elektrolitmenjadi
lebih umum seiring fungsi ginjal memburuk. Umumnya pada pasienCKD stadium V
juga mengalami gagal-gagal, intoleransi dingin, berat badanmenurun, neuropati
perifer.

1.1.7 KLASIFIKASI

Dibawah ini 5 stadium penyakit Chronic Kidney Disease sebagai berikut :

a.Stadium 1, dengan GFR normal (> 90 ml/min)

b.Stadium 2, dengan penurunan GFR ringan (60 s/d 89 ml/min)

c.Stadium 3, dengan penurunan GFR moderat (30 s/d 59 ml/min)

d.Stadium 4, dengan penurunan GFR parah ( 15 s.d 29 ml/min)

e.Stadium 5, gagal ginjal stadium akhir/ terminal (>15 ml/min)

Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance CreatininTest


) dapat digunakan dengan rumus :

Clearance creatinin ( ml/menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg ) 72 x creatini


serum .Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
1.1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.Urine
1)Volume : < 400 ml/24 jam(oliguria)/anuria
2)Warna : urin keruh
3)Berat jenis < 1, 015
4)Osmolalitas< 350 m osm/ kg
5)Klirens kreatinin : turun
6)Na++ > 40 mEq/lt
7)Protein : proteinuria (3-4+)
b.Darah
1)BUN/Kreatinin : >0,6-1,2 mg/dL(untuk laki-laki), >0,5-1,1 mg/dL(wanita)
2)Ureum : 5-25 mg/Dl
3)Hitung darah lengkap : Ht turun, Hb < 7-8 gr%
4)Eritrosit : waktu hidup menurun
5)GDA, Ph menurun : asidosis metabolik
6)Na ++ serum : menurun
7)K+ : meningkat
8)Mg +/ fosfat : meningkat
9)Protein (khusus albumin) : menurun
c.Osmolalitas serum > 285 m osm/kg
d.KUB foto : ukuran ginjal / ureter/KK dan obstruksi ( batas)
e.Pielogram retrograd : identifikasi ekstravaskuler, massa.
f.Sistouretrogram berkemih : ukuran KK, refluks kedalaman ureter, retensi.
g.Ultrasono ginjal : sel. Jaringan untuk diagnosis histologist
h.Endoskopi ginjal, nefroskopi : batu, hematuria, tumor
i.EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
j.Foto kaki, tengkorak, kulomna spinal (Wijaya dan Putri, 2017)
1.1.9 PENATALAKSANAAN
1.1.9.1. Penatalaksanaan Medis
1. .Dialysis
Dialysis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses
tersebut. Terdapat 2 teknik yang digunakan dalam dialysis yaitu:
1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser) Hemodialisis atau HD
adalah jenis dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai
ginjal buatan. Pada proses ini, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam
mesin dialiser. Didalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui
proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu
setelah darah selesai di bersihkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh. Proses ini
dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah salit dan setiap kalinya membutuhkan waktu
sekitar 2-4 jam.
2) Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut) T
erapi kedua adalah dialisisperitoneal untuk metode cuci darah dengan bantuan
membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu dikeluarkan dari
tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesindialisis.
2. Operasi
1) Pengambilan batu
2)Transplantasi ginjal
Transplantasi memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalani hidup
yang relatif normal dan merupakan bentuk terapi pilihan untukanak-anak yang
menderita gagal ginjak kronik
3.AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
4.Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
Tujuannya yaitu untuk menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh fungsi eksresi yaitu
membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin,dan sisa
metabolisme yang lain.
1.1.9.2. Penatalaksanaan Keperawatan
1)Melakukan pemeriksaan lab darah dan urine
2) Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam. Biasanya
diusahakan agar tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan terdapat edema betis
ringan. Pengawasan dilakukan melalui pemantauan berat badan, urine serta
pencatatan keseimbangan cairan.
3) Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein). Diet rendah protein (20-240 gr/hr)
dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia serta
menurunkan kadar ereum. Hindari pemasukan berlebih dari kalium dan garam.
4) Kontrol hipertensi. Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal,
keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung padatekanan darah.
Sering diperlukan diuretik loop selain obat anti hipertensi.
5) Kontrol ketidak seimbangan elektrolit. Yang sering ditemukan adalah
hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk mencegah hiperkalemia hindari pemasukan
kalium yang banyak (batasi hingga 60 mmol/hr), diuretik hemat kalium, obat-obat
yang berhubungan dengan ekskresi kalium (penghambat ACE dan obat anti inflamasi
nonsteroid), asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan
kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kalium plasma dan EKG.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian

Tujuan dari pengkajian atau anamnesa merupakan kumpulan informasi subyektif


yang diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan masalah
kesehatan yang menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke pelayanan
kesehatan (Niman, 2018). Identitas pasien yang perlu untuk dikaji meliputi:
1) Meliputi nama
2) Jenis kelamin
3) Umur : (usia mempengaruhi seseorang bereaksi terhadap nyeri. Sebagai
contoh anak – anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata – kata mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan rasa
nyerinya, sementara ansia mungkin tidak akan melaporkan nyerinya dengan alasan
nyeri merupakan sesuatu yang harus mereka terima (Rahadhanie dalam Andari,
2015) ).
4) Pekerjaan: Tidak didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pendapatan,
jenis pekerjaan
5) Agama
6) Suku dan kebangsaan
7) Pendidikan
8) Alamat
9) Nomer registrasi
10) Tanggal masuk rumah sakit,
11) Tanggal pengkajian
12) Diagnose medis
1.3 Pengkajian Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama

Satu keluhan yang menjadi masalah utama ( aktual)


P : Provokatif atau paliatif (Provokatif apa saja yang memperberat keluhan.
Paliatif: apa saja yang dapat mengurangi keluhan) Apakah yang menyebabkan
gejala

Q : Qualitas : Bagaimana gejala dirasakan/ sejauh mana anda merasakan sekarang

R : Region/ Area : Dimana gejala terasa? Apakah menyebar, area dimana


gejala dirasakan
S : Skala keparahan : Seberapakah keparahan yang dirasakan

T : Timing : Waktu : Kapan gejala mulai timbul, seberapa sering gejala terasa
apakah tiba-tiba atau bertahap, seberapa lama gejala dirasakan.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Narasi jelas, kronologis mencakup awitan/ mulai timbulnya masalah dan semua
pengobatan, gejala yang timbul saat itu yang ditulis letak, kwalitas, kwantitas/
keparahan, waktu situasi, faktor-faktor yang memperberat atau yang mengurangi,
manifestasi/ faktor pencetus yang berhubungan dengan penyakitnya

3) Riwayat Penyakit Masa Lalu

Keadaan umum kesehatan mulai dari masa anak, dewasa khususnya yang ada
kaitannya dengan penyakit sekarang. Penyakit Psikiatri, kecelakaan/ cidera,
operasi, perawatan di RS sebelum
4) Riwayat Penyakit Sekarang
Buat genogram keluarga (3 generasi) :
 Riwayat penyakit keluarga antara lain : DM, Tekanan Darah inggi, Stroke,
penyakit giijal, TBC, kanker, Artritis, Anemia, Hypercolesterolemia, alergi, asma,
epilepsi, penyakit mental, alkoholisme, kecanduan obat
 Simbol/ kunci membuat Genogram
: Laki-laki
: Perempuan
: Hubungan perkawinan
X : Meninggal

: tinggal serumah
: Menunjukkan pasien

5) Riwayat Keperawatan
Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari – hari sarana dan prasarana yang
dimiliki serta faktor yang mempengaruhi nyeri baik faktor prndukung maupun
faktor pencetus.
6) Pola Psikososial dan Spiritual

I. Situasi rumah dan orang terdekat termasuk keluarga yang terkait dengan
penyakitnya.

II. Persepsi diri/ konsep diri : Menggambarkan sikap tentang diri sendiri
dan persepsi terhadap kemampuannya; antara lain :
1) Sikap tentang diri
2) Dampak sakit terhadap diri
3) Keinginan untuk merubah diri
4) Merasa tak berdaya

III. Peran/ hubungan : Menggambarkan keefekifan peran dan hubungan


dengan orang terdekat:
1) Efek perubahan peran terhadap hubungan

2) Tingkah laku yang pasif/ gresif terhadap orang lain

IV. Koping : menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan


penggunaan sistem pendukung :
1) Metode koping yang biasa digunakan

2) Efek penyakit terhadap tingkat stress

3) Interaksi dengan orang terdekat

V. Spiritual : Menggambarkan keyakinan beragama pandangan /nilai dari


kepercayaan

1) Kegiatan keagamaan

2) Bukti melaksanakan nilai dari suatu kepercayaan


7) Pola Aktivitas Sehari – hari
1) Nutrsi : Menggambarkan masukan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
2) Eliminasi : Menggambarkan Pola fungsi ekskresi usus dan kandung kemih
3) Aktivitas/ Latihan : Menggambarkan pola Aktivitas/ Latihan
4) Istirahat tidur : Menggambarkan pola tidur/ istirahat
5) Seksualitas/ Reproduksi: Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual
atau dirasakan dengan seksualitas
6) Keadaan / Penampilan / Kesan Umum Pasien
Menggambarkan : gambaran secara umum : kurus, gemuk, personal hygiene, gaya
hidup, ekspresi wajah, tanda-tanda distres, keadaan umum
7) Tanda-Tanda Vital
Diambil saat melakukan pengkajian yang meliputi :
Suhu Tubuh : ºC
Denyut Nadi/HR : x/menit
Tensi/TD/BP : mmHg
Pernapasan/RR : x/menit
TB / BB : cm, kg.

1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Fisik (diutamakan pada sistem yang terganggu sesuai dengan
penyakitnya).
1. Kepala
Inspeksi : Memperhatikan kesimetrisan muka, tengkorak, sendi
temporomandibula, ada tidaknya lesi, warna dan distribusi rambut
Palpasi : Untuk mengetahui keadaan tengkorak dan kulit kepala keadaan
rambut, pembengkaan, nyeri tekan, krepitasi
2. Mata

Inspeksi :Bentuk kelopak mata, Conjungtiva : ada/ tidaknya kemerahan, anemia/


tidak, Sclera : ada/ tidaknya ikterik, Air mata berlebihan, Pakai kaca mata/ lensa
kontak, Kesimetrisan mata

Palpasi : Untuk mengetahui adanya nyeri tekan


3. Telinga
Inspeksi : Kesimetrisan telinga luar, Keadaan terhadap ukuran, bentuk, warna,
lesi/ adanya massa, Kotoran, serumen, perdarahan

Palpasi : Untuk mengetahui peradangan pada telinga Tekan bagian tragus


kedalam dan tekan tulang telinga bawah daun telinga bila ada peradangan terasa
nyeri

4. Hidung

Inspeksi :Kesimetrisan lubang hidung, Dapat mengidentifikasi bau dengan benar,


Bentuk/ tulang hidung

Palpasi : Sinus maxilaris, frontalis dan etmoidalis perhatian terhadap adanya nyeri
tekan

5. Mulut

Inspeksi : Mengamati bibir, gigi, gusi, dan lidah: hygiene, warna


pembengkakan, peradangan, lesi, membran mukosa

6. Leher

Inspeksi : Bentuk leher, adanya pembengkakan, kaku pada leher,


gondokan adanya kelenjar yang membengkak, gondokan, pembesaran
thyroid
Palpasi : Palpasi kelenjar limfe/ thyroid
7. Payudara Dan Axila
Inspeksi :Ukuran, bentuk, kesimetrisan payudara, Adanya lesi, oudema, benjolan,
Adanya pembengkakan kelenjar limfe di ketiak, adanya tanda-tanda kemerahan
8. Thorax/Dada
Inspeksi Thorak :Postur, bentuk, kesimetrisan ekspansi, Sekaligus perlu diamati
kemungkinan adanya kelainan, Tulang belakang, seperti kifosis, losdosis,
scoliosis, Gerakan dada saat bernafas, irama dan kedalaman
Palpasi thorak :Tujuan untuk mengkaji keadaan kulit dinding dada,
nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, Taktil fremitus ( vibrasi
yang teraba yang dihantarkan melalui bronchopulminel selama seseorang
berbicara)
Paru : Auskultasi untuk mengkaji kondisi paru-paru dan rongga pleura Misalnya
adanya suara tambahan : Ronkhi kering/ basah, stridor, mengi ( whezing)

9. Abdoment
Inspeksi : bentuk/ adanya ketidaksimetrisan, Ada jejas/ tidak, Adanya mass,
Adanya bekas operasi, Umbilikus ada hernia/ tidak
Palpasi :Untuk mengetahui adanya mass/ nyeri tekan
Auskultasi : Diafragma stetoskop dengan tekanan ringan pada setiap area kwadran
perut terdengar suara peristaltik usus ( Normal 3-12x/ menit)

10. Genetalia
 Inspeksi :
Pada laki-laki :Perhatikan tanda-tanda kemerahan, bengkak, ulkus, eksoriasi,
Kelainan lubang uretra
Pada wanita :Perhatikan tanda-tanda adnya peradangan, lesi, eritema
pembengkakan,ulkus, keluaran

11. Anus

Inspeksi: Apakah da lesi, hemoroid, dan mass


1.2.2 Kasus Asuhan Keperawatan
1.2.2.1 Analisa Data (Data Gayut , Masalah Kemungkinan penyebab
 Data Subjektif :
Merupakan data yang diperoleh dari keluhan keluhan yang disampaikan oleh
klien,misalnya rasa nyeri, pusing, mual, ketakuatan, kecemasan , ketidaktahuan.
 Data Objektif :
Merupakan data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan
dengan menggunakan standar yang diakui seperti: warna kulit, tanda-
tanda vital, tingkat kesadaran, dll.
1.2.2.2 Daftar Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan yang dialami baik secara aktual
maupunpotensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk dapat menguraikan
berbagai respon klien baik individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan memiliki dua komponen
utama yaitu masalah (problem), dan indikator diagnostik yang terdiri atas
penyebab (etiologi), tanda (sign) dan gejala (symptom), serta faktor resiko.
Diagnosa keperawatan dalam masalah ini yang dirumuskan sesuai dengan
acuan SDKI adalah ;
1. Hipervolemia
Definisi :peningkatan volume cairan intravascular,interstisialdan atau
intraseluler
Penyebab :
1)kehilangan cairan aktif
2)kegagalan mekanisme regulasi
3)peningkatan permeabilitas kapiler
4)kekyrangan intake cairan
5)evaporasi
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1.(tiddak tersedia) 1.frekuensi nadi meningkat
2.nadi terasa lemah
3.tekaan nadi menyepit
4.tekanan darah menurun
5.turgor kulit menyempit
6.membran mukosa kering
7.volume urin menurun
8.hemtokrit meingkat
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objekitf
1.merasa lemah 1.pengisian vena menurun
2,.mengeluh haus 2.status mental berubah
3.suhu tubuh meningkat
4.konsentrasi urin meningkat
5.berat badan turun tiba-tiba
Kondisi klinis terkiat
1)penyakit Addison
2)trauma?pendarahan
3)luka bakar
4)AIDS
5)penyakit Chronic Kidney Disease(CKD
2. Intoleransi aktivitas
Definisi : ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas shari-hari.
Penyebab :
1)ketidakseimbangan antara suplai da kenutuhan oksigen
2)tirah baring
3)kelemahan
4)imobilitas
5)gaya hidup monoton
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh lelah 1.frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objetif
1.dispnea saat/setelah aktifitas 1.tekanan darah berubah 20% dari
2.merasa tidak nyaman setelah kondisi istirahat
beraktifitas 2.gambaran EKG menunjukkan
aritmia saat/setelah akktivitas
3.ggambaran EKG menunjukkan
iskemia
4.sianosis

1.2.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penelitian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018). Intervensi utama yang digunakan
berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah seperti tabel
berikut:
1.Hipervolemia
Diagnose Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
Hypervolemia Setelah dilakukan Observasi 1.untuk
berhubungan tindakan asuhan 1.identifikasi mengetahui
dengan kelebihan keperawatan penyebab penyebab
cairan ditandai selama 3x24 jam hipervolemia hipervolemia
dengan diharapkan 2.monitor intake 2.untuk
keseimbangan dan output cairan mengetahui intake
cairan membaik 3.monitor dan output cairan
dengan kriteria kecepata infus 3.agar tidak
hasil : secara ketat kelebihan cairan
1.keluaran urin Terapeutik 4.agar tdak
meningkat 5 4.batasi asupan kelebihan cairan
2.edema menurun cairan dan garam dan garam
1 5.tinggikan 5.untuk
kepala tempat memberikan rasa
tidur 30-40º nyaman
Edukasi 6.agar pasien
6.ajarkan cara dapat membatasi
membatasi cairan cairan sendiri
Kolaborasi 7.untuk
7.kolaborasi penyembuhan
pemberian pasien
diuretik

2.Intoleransi aktivitas
Diagnose Tujuan dan intervensi Rasional
kriteria hasil
Intoleransi Setelah dilakukan Observasi 1.untuk
aktivitas tindakan 1.identifikasi mengetahui
berhubungan keperawatan gangguan fungsi adanya ganguan
dengan selama 3x24 jam tubuh yang fungsi tubuh yang
ketidakseimbanga diharapkan mengakibatkan mengakibatkan
n suplai dan toleransi kelelahan kelelahan
kubuthan oksigen meningkat dengan 2.monitor pola dan 2.untuk
ditandai dengan kriteria hasil : jam tidur mengetahui pola
1.Kekuatan tubuh Terapeutik dan jam tidur
meningkat 5 3.lakukan latihan pasien
2.perasaan lemah rentang gerak pasf 3.agar dapat
menurun 1 dan aktif melatih rentang
4.sediakan gerak pasif dan
lingkungan aktif
nyaman dan 4.agar pasien
rendah stimulus nyaman
Edukasi 5.agar pasien
5.anjurkan dapat melakukan
melakukan aktifitas secara
aktifitas secara bertahap
bertahap 6.untuk
Kolaborasi meningkatkan
6.kolaborasi asupan makanan
dengan ahli gizi
tentnag cara
meningkatkan
asupan makanan

1.2.2.4.Implementasi
Tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan implementasi
dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Jenis-jenis tindakan pada tahap implementasi adalah :
a.) Secara mandiri (independent)
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan
instruksi dari dokter atau profesi kesehatan lainnya.
b.) Saling ketergantungan (interdependent)
Adalah kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan profesi kesehatan lainnya
seperti tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter.
a) Rujukan/ketergantungan (dependent)
Adalah kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana
tindakan medis. Tindakan tersebut mendandakan suatu cara dimana tindakan
medis dilaksanakan
1.2.2.5.Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah
ketika pasien dan petugas kesehatan menentukan kemajuan pasien
menuju pencapaian tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan
keperawatan. Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena
kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi
keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah.(Kozier & Barbara,
2010).Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam
Wardani, 2013)
 S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif
oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
 O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
 A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
 P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Daftar pustaka
Anonim Akses Pembuluh Darah, diakses tanggal 20 juni
2018 ,melaluihttps://www.sahabatginjal.com/penting-bagi-anda/hemodialisis
Bayhakki. 2017. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gagal Ginjal Kronik . Jakarta:
EGCHeardman. 2017.Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2017 .
EGC:Jakarta
Huddak and Gallo 2010, Fahmi 2016. Pengaruh Self Management DietaryCounseling
Terhadap Self Care Dan Status Cairan Pada Pasien Hemodialisa,Tesis,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Ika 2015.laporan Pendahuluan “Chronic Kidney Disease (CKD)”dilihat 4 Mei2018,
melalui http://repository.lppm.unila.ac.id/1391/1/49-54-IKA-A.pdf
Joy et al (2018). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishig
Kirana 2018. Laporan pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien Chronic
Kidney Disease diakses pada tanggal 4 mei 2018 melalui
<https://www.academia.edu/31553378/CHRONIC_KIDNEY_DEASES
McAlexcander 2016,Faruq 2017,Upaya Penurunan Volume Cairan Pada PasienGagal
Ginjal Kronis,Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Oscar 2017,Situasi Penyakit Ginjal Kronik diakses pada tanggal 25 Mei
2018,melalui<http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/
infodatin/infodatin%20ginjal%202017.pd>Sudoyo et al. 2009.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta: InternaPublishing
PPNI(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indiktor
Diagnostik.Edisi 1.Jakarta :DPP PNI
PPNI(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1 Jakarta :DPP PNI
PPNI(018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :Definisi dn Tindakan
Keperawatan.Edisi 1 Jakarta :DPP PNI
Suharyanto, T. Madjid A, 2019.Asuhan Keperewatan Pada Klien dengan
GangguanSistem Perkemihan . Jakarta: Penerbit Trans Info Media
Syaifudin. 2018.Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk
Keparawatan & Kebidanan Ed 4Jakarta: EGC
Wijaya dan Putri. 2017.KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Teoridan
Contoh Askep.Yogyakarta: Nuha Medika
Wilson 2012, Fahmi 2016. Pengaruh Self Management Dietary Counseling Terhadap
Self Care Dan Status Cairan Pada Pasien Hemodialisa,Tesis,Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai