Anda di halaman 1dari 26

1.

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN


DIAGNOSA MEDIS CHOLELITIASIS DI RUANG DIPONEGORO BAWAH
RSUD KANJURUHAN KABUPATEN MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK 27

NAMA: NURFILLAILY SAMETH


NIM: 202110461011020
TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 22 November- 27 November / MINGGU 5

Malang, 26 November 2021


CI Lahan Pembimbing,

(Sujarno S.ST) (Henik Tri Rahayu S.Kep.,Ns.M.B )


2. DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Konsep Cholelitiasis...............................................................................................................................4

1.1.1 Definisi Batu Empedu...............................................................................................................4

1.1.2 Epidemiologi............................................................................................................................5

1.1.3 Etiologi.....................................................................................................................................5

1.1.4 Klasifikasi.................................................................................................................................6

1.1.5 Tanda dan Gejala......................................................................................................................7

1.1.6 Faktor Resiko............................................................................................................................7

1.1.7 Komplikasi...............................................................................................................................8

1.1.8 Patofisiologi..............................................................................................................................8

1.1.9 Pathway..................................................................................................................................10

1.1.10 Penatalaksanaan....................................................................................................................11

1.1.11 Pemeriksaan diagnostik........................................................................................................11

BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................................14


2.1 Pengkajian (Focus Assesement)...........................................................................................................14
2.2 Analisa Data.........................................................................................................................................25
2.3 Diagnosa Keperawatan (SDKI)............................................................................................................26
2.4 Luaran Keperawatan (SLKI).................................................................................................................26
2.5 Intervensi Keperawatan........................................................................................................................27
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING).......................................38
3.1 Masalah Keperawatan...........................................................................................................................38
3.2 Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)....................................................................................38
3.3 Daftar Pustaka (Sumber Reference)......................................................................................................38
LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIS

A. Konsep Gagal Ginjal Kronis


1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam
darah (Muttaqin dan Sari, 2011).
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan
atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,
2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi
dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009) Gagal ginjal kronik
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia berupa retensi urea dan
sampah lain dalam darah (Brunner & Suddarth, 2002).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa


gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami
kerusakan sehingga tidak mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan penumpukan
urea dan sampah metabolisme lainnya serta ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.

2. Etiologi Gagal Ginjal Kronis


Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang
memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal
sendiri dan di luar ginjal.

a. Penyakit dari ginjal

1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.

2) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.

3) Batu ginjal: nefrolitiasis.


4) Kista di ginjal: polycstis kidney.

5) Trauma langsung pada ginjal.

6) Keganasan pada ginjal.

7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur. b.


Penyakit umum di luar ginjal

1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.

2) Dyslipidemia.

3) SLE.

4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis

5) Preeklamsi.

6) Obat-obatan.

7) Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (luka bakar).

3. Patofisiologi dan Pathway


Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap
fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang
masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit.
Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang
masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan
reabsorpsi tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan
beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan
glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi
ketidakseimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya
kemampuan pemekatan urin. Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi
3 stadium, yaitu :
a. Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan
ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan
pasien asimptomatik.

b. Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75% jaringan

yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate) besarnya

hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung dari kadar

protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat disertai

dengan nokturia dan poliuria sebagai akibat dari kegagalan pemekatan

urin.

c. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron

telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR

(Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin

serum dan BUN akan meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala yang

lebih parah karena ginjal tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis

cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma

dan pasien menjadi oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.
Pathway
4. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis
Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik :

a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR

dapat menurun hingga 25% dari normal

b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan


nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.

c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,


latergi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan
(volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost,
perikarditis, kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan

GFR kurang dari 5-10 ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN
meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang
komplek.

Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi


renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium, kalium, khlorida) (Nurarif dan Kusuma, 2015).

5. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis


Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :

a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi
ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu
penderita diharapkan tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan
ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada
keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam
Urat.

d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi
perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi
(terutama untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir
ini dianggap sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang
reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-
tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal
l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya
anemia, dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara
ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan
bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam,
luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran
kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin,
pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang
menurun.

- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.


- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut
bersama dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena
berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya
disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh
insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak,
disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik
dan menurunnya lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan
pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun,
PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam
organik pada gagal ginjal.

7. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
- Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
- Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar
aluminium.
- Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati
perifer, Hiperuremia
B. Asuhan Keperawatan

Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :

1. Demografi

Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak
senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik
atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan
tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.

h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan

fungsi ginjal

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri

sendi sekunder terhadap gagal ginjal.

c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan prognosis.


d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

pruritus sekunder terhadap gagal ginjal.

e. Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan

kurang pengetahuan, sistem pendukung kurang adekuat.

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan anorekasia, mual, muntah, kehilangan selera, bau, stomatitis

dan diet tak enak.


D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau 1. Perubahan ini menunjukkan kebutuhan

berhubungan dengan kerusakan


keperawatan selama 3x24 kreatinin dan BUN serum dialisat segera

jam, volume cairan tubuh 2. Ahli diet adalah spesialis nutrisi dan
fungsi ginjal 2. Rujuk
dapat berrkurang dengan dapat menjelaskan alasan modifikasi
kriteria hasil : pasien ke ahli diet untuk penyuluhan diet
diet dan dapat membantu pasien
1. Nilai elektrolit serum dan bantu dalam merencanakan
merencanakan makanan untuk
dalam rentang normal
kebutuhan makanan dengan modifikasi memenuhi kebutuhan nutrisi dalam
2. Bunyi nafas bersih
3. Tak ada edema dalam protein, kalium, fosfor, natrium batas diet.

4. Tekanan darah sistolik dan kalori. 3. Kebanyakan obat-obatan dikeluarkan

(TD) diantara 90-140 melalui dialisat


3. Jangan
mmHg
5. Peningkatan berat badan memberikan obat-obatan sampai setelah

saat ini dua pon dari dialisat, bila tekanan darah tetap di
berat badan tidak
bawah 90/60 mmHg, jangan berikan obat
edema.
anti hipertensi.

2 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau berat badan setiap hari, kreatinin 1. Untuk mengidentifikasi indikasi
dengan anemia dan nyeri sendi keperawatan selama 3x24 dan BUN serum, jumlah makanan yang perkembangan atau penyimpangan

sekunder terhadap gagal ginjal.


jam, intoleransi aktivitas dikonsumsi dalam setiap makanan, hasil dari hasil yang diharapkan
pasien dapat teratasi
laporan JDL, terutama hemoglobin dan 2. Ini dapat menandakan kemajuan
dengan kriteria hasil :
1. Berkurangnya keluhan hematokrit, kadar besi dan feritin serum, kerusakan ginjal dan perlunya

lelah nilai protein serum, masukan dan penilaian tembahan dalam terapi

2. Peningkatan keterlibatan haluaran, hasil kalsium serum dan kadar 3. Istirahat memungkinkan tubuh

pada aktivitas social fosfat. untuk menyimpan energi yang

3. Laporan perasaan lebih 2. Konsul dokter bila keluhan kelelahan digunakan oleh aktivitas

berenergi menetap 4. Stomatitis dapat terjadi karena

4. Frekuensi pernafasan 3. Mungkin periode istirahat sepanjang hari toksin uremik berlebihan pada

dan frekuensi jantung 4. Bila pasien mengeluh mulut kering, mukosa oral dan penurunan

kembali normal setelah izinkan pasien untuk berkumur dengan masukan cairan. Selain itu

penghentian aktivitas, air sedikitnya tiap jam atau berikan batu anoreksia, ditambah dengan mulut

berkurangnya nyeri es atau permen lemon keras. kering dan lengket. Tindakan ini

sendi. 5. Jamin lingkungan kondusif untuk makan meningkatkan saliva.

selama waktu makan (bebas bau, 5. Meskipun anoreksia akibat dari

makanan disajikan sesuai kesukaan kombinasi faktor-faktor seperti


pasien). kelelahan, toksin uremik berlebihan

6. Berikan agen ikatan fosfat yang dan depresi, penilaian dapat dibuat

diprogramkan, suplemen kalsium dan untuk meningkatkan nafsu makan.

suplemen vitamin D. 6. Defosit kalsium mengakibatkan

7. Bantu pasien dalam merencanakan ketidaknyamanan sendi pada gagal

jadwal aktivitas setiap hari untuk ginjal, metabolisme vitamin D

menghindari imobilisasi dan kelelahan. berkurang, yang menyebabkan

penurunan absorpsi kalsium dan

saluran GI. Bila kalsium serum

turun produksi parathormon

meningkat, mengakibatkan

peningkatan resorpsi fosfat dan

kalsium dari tulang meningkat dan

akhirnya demineralisasi tulang.

7. Imobilisasi meningkatkan resorbsi

kalsium dari tulang.


3a. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Bila mungkin atur untuk kunjungan dari 1. Individu yang berhasil dalam
kurang pengetahuan tentang keperawatan selama 3x24 individu yang mendapat terapi koping terhadap gagal ginjal kronik

kondisi, pemeriksaan diagnostik,


jam, ansietas
dapat 2. Berikan informasi tentang : dapat berpengaruh positif untuk
berkurang dengan kriteria
rencana tindakan dan prognosis. (1) S membantu pasien yang baru
hasil :
1. Mengungkapkan ifat gagal ginjal didiagnosis memperhatikan

pemahaman tentang (2) P harapan dan mulai menilai

kondisi emeriksaan diagnostik termasuk perubahan gaya hidup yang akan

2. Pemeriksaan diagnosik tujuan, deskripsi singkat, persiapan diterima.

dan rencana tindakan; yang diperlukan sebelum tes. 2. Pasien sering tidak memahami

sedikit melaporkan (3) T bahwa dialisa akan diperlukan

perasaan gugup dan ujuan terapi yang diprogramkan. selamanya bila gagal ginjal tak

takut. 3. Sediakan waktu untuk pasien dan orang dapat pulih. Memberi pasien

terdekat untuk membicarakan tentang informasi mendorong partisipasi

masalah dan perasaan tentang dalam mengambil keputusan dan

perubahan gaya hidup yang akan membantu mengembangkan

diperlukan untuk memilih terapi. kepatuhan dan kemandirian

maksimum.

3. Pengekspresian perasaan
membantu mengurangi ansietas,

tindakan untuk gagal ginjal

berdampak pada seluruh keluarga.

4b. Risiko tinggi kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk mempertahankan 1. Kuku pendek kurang mungkin

kulit berhubungan dengan


keperawatan selama 3x24 kuku terpotong pendek,
untuk merobek. Keringat, panas
jam, risiko kerusakan dan kulit kering meningkatkan
pruritus sekunder terhadap gagal mempertahankan suhu ruangan pada
integritas kulit dapat diatasi pruritus. Toksin urenik
ginjal. dengan kriteria hasil : keadaan nyaman untuk mencegah menyebabkan pruritus. Sabun
1. Tidak ada tanda garukan ringan kurang mungkin untuk
keringat, mengikuti pembatasan diet
menyebabkan kulit kering dan
pada kulit, keluhan yang diprogramkan, mandi dengan sabun
mengiritasi kulit.
pruritus lebih sedikit. tanpa deodorant dan hipoalergik. 2. Kadar fosfor serum terlalu tinggi.

2. Berikan agen ikatan fosfat atur untuk Karna kalsium dan fosfor
berbanding terbalik secara
dialisa sesuai program.
proporsional, kalsium serum turun
dan pasien menjadi tremor. Dialisa
membuang toksin dan membantu
menormalkan biokimia.
5c. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Tinjau kembali raasional untuk 1. Kepatuhan ditingkatkan bila pasien

ketidakpatuhan berhubungan
keperawatan selama 3x24 memodifikasi diet yang diprogramkan
mengalami efek-efek tindakan yang
dengan kurang pengetahuan, jam, ketidak patuhan dapat pada rencana pulang : diprogramkan untuk kondisi

sistem pendukung kurang


berkurang dengan kriteria 1). Tinjau kembali rasional untuk
mereka
hasil : menghindari kelebihan yang
adekuat. 2. Instruksi verbal dapat mudah
1. Merupakan pemahaman meningkatkan kadar ureum.
dilupakan
tentang instruksi pulang, 2). Pembatasan natrium untuk
mengurangi retensi cairan. 3. Untuk memastikan keamanan
mendemonstrasikan
3). Pembatasan kalium pemberian pengobatan
kemampuan untuk

merawat klien. 4). Bila oliguria, pembatasan cairan 4. Tim pendukung yang tersedia dan
untuk mengurangi edema. konsisten diperlukan sepanjang

5). Kalori tinggi untuk menjamin hidup pasien


pengguna protein dan sintesis protein
jaringan dan supai energi.

2. Yakinkan bahwa pasien dan orang


terdekat mempunyai hal tertulis
mengenai :
1). Perjanjian untuk instruksi perawatan
lanjut untuk perawatan diri di rumah.

2). Petunjuk dan nomor telepon pusat


dialisa yang memberikan terapi
pemeliharaan.

3. Berikan instruksi tertulis tentang semua


rencana pengobatan untuk digunakan di
rumah, termasuk nama, dosis, jadwal,
tujuan dan efek samping yang dapat
dilaporkan.
4. Yakinkan pasien mempunyai nomor
telepn orang sumber seperti perawat
dialisa atau koordinator transplantasi,
dokter, ahli diet ginjal, pekerja sosial
ginjal yayasan ginjal Indonesia.
6 Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Konsul ahli diet untuk bantu 1. Persepsi diet yang tepat penting

kebutuhan tubuh yang


keperawatan selama 3x24 pengkajian nutrisi, mengidentifikasi dalam penatalaksanaan gagal ginjal
jam, kebutuhan nutrisi tujuan nutrisi, meresepkan modifikasi
berhubungan dengan anorekasia, kronik yang mencegah toksisitas
pasiendapat teratasi dengan diet dan memberikan nutrisi pada
mual, muntah, kehilangan selera, kriteria hasil : klien. uremik, ketidakseimbangan cairan

bau, stomatitis dan diet tak enak. 2. Pertegas instruksi diet dan berikan elektrolit dan katabolisme.
materi tertulis untuk nstruksi verbal.
2. Empati dan penguatan terhadap
3. Diskusikan tentang pemilihan diet dari
instruksi diet dapat meningkatkan
pada pembahasan pantangan diet.
4. Siapkan dan berikan dorongan oral kepatuhan terhadap pembatasan

hygiene yang baik sebelum dan


sesudah makan. diet.
5. Batasi masukan cairan satu jam 3. Klien dan keluarga akan menjadi
sebelum dans esudah makan.
tidak berselera bila diet terlalu
6. Berikan lingkungan yang menynangkan
selama waktu makan dan bantu sesuai dibatasi dan tidak enak.

kebutuhan. 4. Oral hygiene yang tepat dapat


7. Jelaskan perlunya kebutuhan klien
mengurangi mikroorganisme dan
untuk makan protein maksimum dari
membantu mencegah stomatitis
diet yang diizinkan.
8. Bekerja bersama klien untuk 5. Pembatasan ini akan mencegah
mengembangkan rencana untuk perasaan begah dan mengurangi
memasukkan diet yang diresepkan
anoreksia.
secara berhasil ke dalam gaya hidup
sehari-hari klien. 6. Nafsu makan dirangsang pada

situasi yang relaks dan

menyenangkan

7. Protein adekuat diperlukan untuk

mencegah katabolisme protein dan

penggunaan otot

8. Kolaborasi memberikan
kesempatan bagi klien melakukan

kontrol, yang cenderung

meningkatkan kepulihan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2. Jakarta:
EGC

Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.
Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk. Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika

Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to


Understanding and Management. USA : Oxford University Press.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta; MediAction.

Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai