LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK 27
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Konsep Cholelitiasis...............................................................................................................................4
1.1.2 Epidemiologi............................................................................................................................5
1.1.3 Etiologi.....................................................................................................................................5
1.1.4 Klasifikasi.................................................................................................................................6
1.1.7 Komplikasi...............................................................................................................................8
1.1.8 Patofisiologi..............................................................................................................................8
1.1.9 Pathway..................................................................................................................................10
1.1.10 Penatalaksanaan....................................................................................................................11
2) Dyslipidemia.
3) SLE.
5) Preeklamsi.
6) Obat-obatan.
b. Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75% jaringan
yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate) besarnya
hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung dari kadar
protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat disertai
urin.
c. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron
telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR
serum dan BUN akan meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala yang
cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma
dan pasien menjadi oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.
Pathway
4. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis
Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik :
GFR kurang dari 5-10 ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN
meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang
komplek.
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi
ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu
penderita diharapkan tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan
ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada
keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam
Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi
perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi
(terutama untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir
ini dianggap sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang
reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-
tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal
l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya
anemia, dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara
ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan
bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam,
luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran
kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin,
pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang
menurun.
7. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
- Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
- Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar
aluminium.
- Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati
perifer, Hiperuremia
B. Asuhan Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak
senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik
atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan
tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan
fungsi ginjal
1 Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau 1. Perubahan ini menunjukkan kebutuhan
jam, volume cairan tubuh 2. Ahli diet adalah spesialis nutrisi dan
fungsi ginjal 2. Rujuk
dapat berrkurang dengan dapat menjelaskan alasan modifikasi
kriteria hasil : pasien ke ahli diet untuk penyuluhan diet
diet dan dapat membantu pasien
1. Nilai elektrolit serum dan bantu dalam merencanakan
merencanakan makanan untuk
dalam rentang normal
kebutuhan makanan dengan modifikasi memenuhi kebutuhan nutrisi dalam
2. Bunyi nafas bersih
3. Tak ada edema dalam protein, kalium, fosfor, natrium batas diet.
saat ini dua pon dari dialisat, bila tekanan darah tetap di
berat badan tidak
bawah 90/60 mmHg, jangan berikan obat
edema.
anti hipertensi.
2 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau berat badan setiap hari, kreatinin 1. Untuk mengidentifikasi indikasi
dengan anemia dan nyeri sendi keperawatan selama 3x24 dan BUN serum, jumlah makanan yang perkembangan atau penyimpangan
lelah nilai protein serum, masukan dan penilaian tembahan dalam terapi
2. Peningkatan keterlibatan haluaran, hasil kalsium serum dan kadar 3. Istirahat memungkinkan tubuh
3. Laporan perasaan lebih 2. Konsul dokter bila keluhan kelelahan digunakan oleh aktivitas
4. Frekuensi pernafasan 3. Mungkin periode istirahat sepanjang hari toksin uremik berlebihan pada
dan frekuensi jantung 4. Bila pasien mengeluh mulut kering, mukosa oral dan penurunan
kembali normal setelah izinkan pasien untuk berkumur dengan masukan cairan. Selain itu
penghentian aktivitas, air sedikitnya tiap jam atau berikan batu anoreksia, ditambah dengan mulut
berkurangnya nyeri es atau permen lemon keras. kering dan lengket. Tindakan ini
6. Berikan agen ikatan fosfat yang dan depresi, penilaian dapat dibuat
meningkat, mengakibatkan
dan rencana tindakan; yang diperlukan sebelum tes. 2. Pasien sering tidak memahami
perasaan gugup dan ujuan terapi yang diprogramkan. selamanya bila gagal ginjal tak
takut. 3. Sediakan waktu untuk pasien dan orang dapat pulih. Memberi pasien
maksimum.
3. Pengekspresian perasaan
membantu mengurangi ansietas,
4b. Risiko tinggi kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk mempertahankan 1. Kuku pendek kurang mungkin
2. Berikan agen ikatan fosfat atur untuk Karna kalsium dan fosfor
berbanding terbalik secara
dialisa sesuai program.
proporsional, kalsium serum turun
dan pasien menjadi tremor. Dialisa
membuang toksin dan membantu
menormalkan biokimia.
5c. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Tinjau kembali raasional untuk 1. Kepatuhan ditingkatkan bila pasien
ketidakpatuhan berhubungan
keperawatan selama 3x24 memodifikasi diet yang diprogramkan
mengalami efek-efek tindakan yang
dengan kurang pengetahuan, jam, ketidak patuhan dapat pada rencana pulang : diprogramkan untuk kondisi
merawat klien. 4). Bila oliguria, pembatasan cairan 4. Tim pendukung yang tersedia dan
untuk mengurangi edema. konsisten diperlukan sepanjang
bau, stomatitis dan diet tak enak. 2. Pertegas instruksi diet dan berikan elektrolit dan katabolisme.
materi tertulis untuk nstruksi verbal.
2. Empati dan penguatan terhadap
3. Diskusikan tentang pemilihan diet dari
instruksi diet dapat meningkatkan
pada pembahasan pantangan diet.
4. Siapkan dan berikan dorongan oral kepatuhan terhadap pembatasan
menyenangkan
penggunaan otot
8. Kolaborasi memberikan
kesempatan bagi klien melakukan
meningkatkan kepulihan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.
Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk. Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.