PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infark miokard adalah salah satu penyakit jantung koroner yang
menjadi masalah kesehatan di Indonesia pada dekade akhir-akhir ini. Menurut
WHO, pada tahun 2008, 12,6% kematian di dunia disebabkan oleh infark
miokard. Penyakit ini menduduki urutan ketiga penyebab kematian di negara
berkembang (WHO, 2010). Laju mortalitas awal (30 hari) pada infark
miokard adalah 30%, dengan lebih dari separuh kematian terjadi sebelum
pasien mencapai rumah sakit. Walaupun laju mortalitas menurun sebesar 30%
dalam dua dekade terakhir, sekitar 1 di antara 2 pasien yang tetap hidup pada
perawatan awal, meninggal dalam tahun pertama setelah infark miokard.
Infark miokard merupakan oleh nekrosis iskemik pada miokard akibat
sumbatan akut pada arteri coroner. Predisposisi penyakit ini antara lain, usia
tua, jenis kelamin di mana pria lebih cenderung terkena penyakit ini,
hiperkolestrolemia, diabetes, hipertensi, dan obesitas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu penyakit infark miokard dan bagaimana cara pengobatan penyakit
infark miokard?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pasien dengan infark miokard?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui tentang penyakit infark miokard dan diagnosa apa saja
yang muncul pada pasien infark miokard.
1
BAB II
PEMBAHASAN
b. Infark Subendokardial
Terbatas pada sepertiga sampai setengah bagian dalam dinding ventrikel
yaitu daerah yang secara normal mengalami penurunan perfusi.
2
pasokan (supply) oksigen ke daerah tersebut kurang. Otot-otot jantung
membutuhkan pasokan oksigen agar dapat terus memompa darah ke seluruh
tubuh. Apabila aktivitas otot jantung meningkat, maka kebutuhan akan
oksigen juga meningkat. Jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu yang
cukup lama, lama kelamaan jaringan otot jantung dapat rusak dan bersifat
menetap. Pembuluh darah jantung yang memasok darah ke otot-otot jantung
disebut dengan arteri koroner.
Merurunnya pasokan oksigen ke jaringan otot jantung dapat
disebabkan oleh sumbatan pada arteri coroner yang disebut atherosclerosis,
yaitu adanya plaque di dalam lubang pembuluh darah jantung. Sehingga darah
yang membawa oksigen tidak dapat mencapai otot jantung. Infark miokard
yang lebih sering terjadi karena disebabkan sumbatan pembuluh darah jantung
atau ischemia. [CITATION Hei18 \l 1057 ]
3
banyak arteri tubuh. Bila timbunan ini sampai menembus endotel, daerah ini
akan diinvasi oleh jaringan fibrosa dan seringkali mengalami klasifikasi, yang
berujung pada pembentukan plak aterosklerotik yang menonjol ke dalam
lumen pembuluh darah.
Plak ini cenderung mengalami ruptur akibat ketegangan dari regangan
yang diakibatkan oleh aliran darah. Ruptur plak menyebabkan paparan
kolagen subendotel dan aktivasi kaskade pembekuan, yang selanjutnya
memicu agregasi trombosit yang mengakibatkan keadaan iskemik. Derajat
oklusi koroner dan kerusakan miokardium ini juga dipengaruhi oleh
kerusakan endotel akibat pembentukan plak. Iskemia yang berat dan lama
akan menyebabkan suatu regio nekrosis yang terbentang di seluruh ketebalan
dinding miokard.
E. MANIFESTASI KLINIS
Berikut ini beberapa simtom karakteristik yang biasa terjadi:
1. Chest pain (nyeri dada), digambarkan sebagai sensasi tekanan pada
seluruh atau pada bagian tengah thorax.
2. Radiasi nyeri dada dapat mencapai rahang atau gigi, pundak, lengan,
dan/atau punggung.
3. Dispnea atau nafas pendek.
4. Gangguan epigastrik dengan atau tanpa mual dan muntah.
5. Diaporesis atau berkeringat.
6. Sinkop atau hampir sinkop (pingsan atau hampir pingsan tanpa adanya
penyebab lain).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pemeriksaan Enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK
4
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6
jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk
kembali normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak
dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
2. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi
dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang
terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS.yang menandakan
adanya nekrosis.
G. PENATALAKSANAAN
Dalam pemberian medika mentosa awal diberikan pengobatan yang biasa
disingkat MONACO yaitu [ CITATION Ars12 \l 1057 ]:
1. Morfin : 2,5-5 mg sc.iv tiap 5-15 menit (atau phetidin 25-50 mg i.v tiap
15-30 menit
2. Oksigen : 4 l/menit jika saturasi O2 < 90 %
3. Nitrat : S.L., Spray, I.V (bila ada oedem paru/nyeri dada persisten.
4. Aspirin : mula-mula 160-325 mg dikunyah dilanjutkan oral
5. Clopidogrel : 150-300 mg
H. PENCEGAHAN
Ada banyak faktor resiko lain yang masih dapat dikontrol agar terhindar dari
infark miokard, seperti :
1. Tidak merokok.
5
2. Tidak mengkonsumsi alkohol.
3. Mengkonsumsi buah dan sayur.
4. Rajin berolahraga.
Pengkajian Sekunder
1. Aktifitas
6
a) Gejala :
Kelemahan
Kelelahan
Tidak dapat tidur
Pola hidup menetap
Jadwal olah raga tidak teratur
b) Tanda :
Takikardi
Dispnea pada istirahat atau aaktifitas.
2. Sirkulasi
a) Gejala :
Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanan darah, diabetes mellitus.
b) Tanda :
Tekanan darah
Dapat normal/naik/turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau
berdiri.
Nadi
Dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur
(disritmia).
Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan
gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain
ventrikel.
Murmur
7
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot
jantung
Friksi ; dicurigai Perikarditis
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema
umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau
ventrikel.
Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa
atau bibir
3. Integritas ego
a) Gejala :
Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan,
khawatir tentang keuangan, kerja, keluarga.
b) Tanda :
Menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
4. Eliminasi
Tanda :
Normal, bunyi usus menurun.
8
b) Tanda :
Penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan
6. Hygiene
Gejala atau tanda :
Kesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
a) Gejala :
Pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat)
b) Tanda :
Perubahan mental, kelemahan
Kualitas :
“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
9
Intensitas :
Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman
nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca
operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia
9. Pernafasan:
a) Gejala :
Dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
Dispnea nocturnal
Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
b) Tanda :
Peningkatan frekuensi pernafasan
Nafas sesak/kuat
Pucat, sianosis
Bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri ditandai dengan :
Nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
Wajah meringis
Gelisah
Delirium
Perubahan nadi, tekanan darah.
C. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS.
Kriteria Hasil:
1. Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
2. Ekpresi wajah rileks/tenang, tak tegang
3. Tidak gelisah
4. Nadi 60-100x/menit
5. TD 120/80 mmhg
Intervensi :
1. Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri
dada.
11
2. Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan
dan istirahat.
3. Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, misalnya nafas dalam,
perilaku distraksi, visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
4. Pertahankan oksigenasi dengan bikanul contohnya (2-4 L/menit)
5. Monitor tanda-tanda vital (nadi & tekanan darah) tiap dua jam.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
Tujuan :
Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama di RS.
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada edema
2. Tidak ada disritmia
3. Haluaran urin normal
4. TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring selama fase akut
2. Kaji dan laporkan adanya tanda – tanda penurunan COP, TD
3. Monitor haluaran urin
4. Kaji dan pantau TTV tiap jam
5. Kaji dan pantau EKG tiap hari
6. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
7. Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi
12
8. Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis
9. Berikan makanan sesuai dietnya
10. Hindari valsava manuver, mengejan (gunakan laxan)
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian pada faktor risiko yang diidentifikasi berhubungan dengan
kejadian pneumonia yaitu usia, riwayat pemberian ASI dan status gizi.
B. SARAN
Dengan berakhirnya makalah yang kami buat ini, kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya
dan khususnya bagi para pemakalah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arso, M. (2012). Diagnosis dan Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, Bagian Penyakit Dalam.
Jogjakarta: FK UGM.
15