Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mual dan muntah merupakan gejala yang umum terjadi pada sekitar 50%
sampai 80% dari seluruh kehamilan. Kondisi ini umumnya disebut “morning
sickness”. Bagaimanapun sebesar 0,05% - 2% pada seluruh kehamilan dapat terjadi
mual dan muntah yang berat, kondisi ini sering disebut dengan hiperemesis
gravidarum, dengan prevalensi 1% sampai 3% atau 5-20 kasus per 1000
kehamilan(Simpson et.al, 2001).
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu
ke-9 sampai ke 10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada
minggu ke-12 sampai ke-14.Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati
minggu ke-20 sampai ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum
yang menyebabkan ibu harus ditata laksana dengan rawat inap. Hiperemesis
gravidarum jarang menyebabkan kematian,tetapi angka kejadiannya masih cukup
tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari
sekali.Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh
membuat pasien depresi.Pada kasus kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa
ingin melakukan terminasi kehamilan. Beberapa faktor risiko yang berhubungan
dengan hiperemesis gravidarum antara lain hiperemesis gravidarum pada kehamilan
sebelumnya, berat badan berlebih, kehamilan multipel, penyakit trofoblastik,
nuliparitas dan merokok.
Hiperemesis gravidarum (HG) dapat menyebabkan komplikasi bahkan
kematian pada ibu dan janin jika tidak tertangani dengan baik. Mual dan muntah
secara terus menerus, mengakibatkan turunnya berat badan hingga lebih dari 5% berat
sebelum hamil, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan
komplikasi maternal seperti kerusakan hati dan ginjal, robekan pada esofagus,
pneumothoraks, neuropati perifer, ensefalopati wernicke, dan kematian. Pada janin
dengan ibu yang menderita hiperemesis gravidarum berkepanjangan dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian (Asih, Kampono, &
Prihartono, 2009).

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum :

Mahasiswa keperawatan mengerti tentang hiperemesis gravidarum

1.3.2 Tujuan khusus :

1. Untuk mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum


2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis hiperemesis gravidarum
5. Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum
6. Untuk mengetahui pengobatan hiperemesis gravidarum
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
8. Untuk mengetahui komplik hiperemesis gravidarum
9. Untuk mengetahui prognosis hiperemesis gravidarum
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hiperemesis gravidarum

1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat digunakan sebagai acuan bagi penulis serta rekan perawat yang lain
dalam praktik memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
hepatoma.
1.4.2 Dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan penyuluhan kepada
masyarakat dengan tujuan untuk menangani penyakit hepatoma.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hiperemesis gravidarum ialah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda)


dimana penderita mengalami mual-muntah yang berlebihan, sedemikian rupa
sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berat dan berlebihan
selama kehamilan, yang mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit, metabolic, dan
nutrisi tanpa masalah-masalah medis lainnya.

Hiperemesis gravidarum tingkat 1 adalah muntah terus menerus yang


mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu makan tidak ada,
berat badan turun dan nyeri epigastrum. Frekuensi nadi pasien naik sekitar 100x
permenit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata
cekung (Kapita Selekto 1, 259)

Mual dan muntah selama kehamilan biasanya di sebabkan oleh perubahan


dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh
tingginya fluktuasi kadar hCG (human Chorionik gonadotropin), khususnya karena
periode mual dan muntah gestasional yang paling umum adalah pada 12-16 minggu
pertama, yang pada saat itu hCG mencapai kadar tingginya. hCG sama dengan LH
(luteinizing hormon) dan di sekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. hCG melewati
kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi
estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan
korionik plasenta. Keluhan ini secara umum dikenal sebagai “morning sickness”
karena terasa lebih berat pada pagi hari. Namun, mual dan muntah dapat berlangsung
sepanjang hari. Rasa dan intensitasnya seringkali dideskripsikan menyerupai mual
muntah karena kemoterapi untuk kanker.

3
2.2 Etiologi

Menurut (Maria A. Wijayarini, 2004) Etiologi hyperemesis gravidarum belum jelas,


perkiraan faktor-faktor penyebabnya meliputi :
a. Kadar hCG yang tinggi pada awal kehamilan.
b. Defisiensi metabolic atau nutrisi.
c. Lebih umum terjadi pada kehamilan wanita kulit putih yang tidak menikah
dan kehamilan pertama.
d. Ambivalen terhadap kehamilan atau stress terkait dengan keluarga.
e. Disfungsi tiroid

2.3 Patofisiologi
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan
dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh
tingginya kadar hCG, khususnya karena periode mual dan muntah gestasional yang
paling umum adalah pada 12-16 minggu pertama, pada saat itu hCG mencapai kadar
tertingginya. hCg disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. hCg melewati kontrol
ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen
dan progesteron , suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik
plasenta. hCG dapat dideteksi dalam darah wanita dari sekitar tiga minggu gestasi,
suatu fakta yang menjadi dasar bagi sebagian besar uji kehamilan (Tiran,2009)
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena
keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini
tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan(Philip,2003)
Teori lain juga mengatakan peningkatan hormon progesteron menyebabkan
otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas
lambung menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus, penurunan
motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi
terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain
berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan dan sosiokultural.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak

4
imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-
gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik
merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah mendeita lambung spastik dengan gejala tak suka makan
dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat. Selain merupakan
refleksi gangguan intrinsik dari lambung, gejala mual-muntah dapat disebabkan oleh
gangguan yang bersifat sentral pada pusat muntah (chemoreceptor trigger
zone).Rangsanganpada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen
simpatis menuju pusatmuntah.Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-
pusat yang lebih tinggipada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada
area postrema dan dariaparatus vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer
mem-bypass trigger zonemencapai pusat muntah melalui nukleus traktus solitarius.
Pusat muntah sendiri beradapada dorsolateral daerah formasi retikularis dari medula
oblongata.Pusat muntah iniberdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat
vasomotor.Rangsang aferen dari pusatmuntah dihantarkan melalui saraf kranial V,
VII, X, XII ke saluran cerna bagian atasdan melalui saraf spinal ke diapragma, otot
iga dan otot abdomen. (Sastrawinata dkk.,2005)
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohdrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak
smpurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya aasam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraselule dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula
klorida air kemih. Selaim itu dihidrasi menyebabkan homokonsentrasi, sehingga
aliran darah kearingan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang oksik.
Kekurangan kalium akibat dari muntah dan bertambahnya eksresi lewat ginjal,
menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati.
Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan
pada selpaut lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss), dengan akibat
perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat
berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif
(Wiknjosastro,2005)

5
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya non protein nitrogen, asam
urat, dan penurunan klorida dalam darah, kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat
mengakibatkan terjadinya anemia(Mitayani,2009).
Selain teori hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron ini
masih ada beberapa teori lain yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum
seperti infeksi H.Pylori. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa infeksi H.pylori
dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum.Selain itu masih ada teori penyebab
hiperemesis gravidarum akibat psikologis. (Rukiyah,dkk.,2010)

2.4 Manifestasi Klinis


Mulai terjadi pada trimester pertama.Gejala klinik yang sering dijumpai adalah
nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialisme (salivasi yang berlebihan).tanda-
tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural takikardi (Prawirohardjo, 2010. hal. 816).
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :
a) Tingkat I (Ringan)
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan,
lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat
sampai 100 kali permenit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah
kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal.

b) Tingkat II (Sedang)
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah
sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.

c) Tingkat III (Berat)


Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran makin menurun
hingga mencapai somnollen atau koma, terdapat ensefalopati werniche yang ditandai
dengan : nistagmus, diplopia, gangguan mental, kardiovaskuler ditandai dengan: nadi
kecil, tekanan darah menurun, dan temperature meningkat, gastrointestinal ditandai
dengan: ikterus makin berat, terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau
6
yang makin tajam. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan
termasuk vitamin B kompleks.Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati
(Wiknjosastro, 2005).
Pada bentuk yang lebih berat, mual dan muntah berlangsung sepanjang hari,
tapi hilang dengan tiba-tiba dalam 1-3 minggu. Akan tetapi beberapa di anatara pasien
ini terus muntah sampai 4-8 minggu, hingga kehilangan berat 5-10 kg, kulitnya
menjadi kering dan kadang timbul ikterus dan bisa jatuh dalam keaaan koma
(Padjajaran, 1984).

2.5 Diagnosis dan Pengobatan


Untuk menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidaklah sukar, yaitu
dengan menentukan kehamilan dan adanya muntah berlebihan yang sampai
menimbulkan gangguan aktivitas hidup sehari-hari dan dehidrasi.Muntah yang terus
menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin pada
rahim dengan manifestasi klinisnya.Oleh karena itu, hiperemesis gravidarum
berkelanjutan harus dicegah dan harus diobati secara yang adekuat.
Kemungkinan penyakit lain yang menyertai kehamilan harus dipikirkan dan
berkonsultasi dengan dokter tentang penyakit hati, penyakit ginjal, dan penyakit tukak
lambung. Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan tiga kemungkinan kehamilan
yang disertai penyakit.
Pengobatan yang baik pada emesis gravidarum dapat mencegah hiperemesis
gravidarum.Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita emesis
gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah hiperemesis gravidarum.
Konsep pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Isolasi dan pengobatan psikologis. Dengan melakukan isolasi di ruangan
sudah dapat menenangkan ibu hamil karena perubahan suasana dari
lingkungan rumah tangga. Petugas dapat member komunikasi, informasi, dan
edukasi tentang berbagai masalah berkaitan dengan kehamilan.
2. Pemberian cairan pengganti. Cairan pengganti dapat diberikan dalam keadaan
darurat sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang
diberikan adalah glukosa 5% sampai 10% dengan keuntungan dapat
mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber energy sehingga
terjadi perubahan metabolism dari lemak menjadi protein menuju kea rah
pemecahan glukosa. Cairan tersebut dapat ditambah vitamin C, B kompleks,
7
atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme. Selama
pemberian cairan harus memperhatikan keseimbangan cairan yang masuk dan
keluar melalui kateter, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan. Lancarnya
pengeluaran urine member petunjuk bahwa keadaan ibu hamil berangsur-
angsur membaik. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan
darah, urine, dan bila memungkinkan pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Bila
muntah berkurang dan kesadaran membaik, ibu hamil dapat diberikan makan
minum dan mobilisasi.
3. Pemberian obat. Pemberian obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat
teratogenik (dapat menyebabkan kelainan congenital atau cacat bawaan bayi).
Komponen (susunan obat) yang dapat diberikan adalah:
a. Sedatif ringan (Fenobarbital atau Luminal 30 mg, Valium)
b. Anti- alergi (antihistamin, Dramamine, Avomin)
c. Obat antimual atau anti muntah (Mediamer B6, Emetrole, Stemetil,
Avopreg)
d. Vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C
4. Menghentikan kehamilan. Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis
gravidarum yang tidak berhasil justru mengakibatkan terjadinya kemunduran
dan keadaan semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk
melakukan pengguguran kandungan. Keadaan yang memerlukan
pertimbangan pengguguran kandungan adalah:
a. Gangguan kejiwaan (delirium, apati, somnolen sampai koma, terjadi
gangguan jiwa ensefalopati Wernicke)
b. Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran penglihatan)

c. Gangguan faal (hati atau ikterus, ginjal atau anuria, jantung dan pembuluh
darah [nadi meningkat, tekanan darah menurun).

Dengan memperhatikan keadaan tersebut, pengguguran kandungan dapat


dipertimbangkan pada hiperemesis gravidarum.

8
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin
dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi
plasenta.
2. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
3. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
4. Pemantauan CVP sesuai indikasi
5. Pemantauan jantung

2.7 Penatalaksanaan Medis


Tujuan penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, saat ibu dihospitalisasi,
adalah merehidrasi ibu, memperbaiki gangguan elektrolit dan hematologis lain,
mencegah komplikasi dan memindahkan ibu ke rumah dengan segera, meskipun
banyak wanita memiliki angka yang tinggi untuk masuk kembali ke rumah
sakit.Penyebab muntah yang terjadi secara berlebihan harus diidentifikasi, bukan
semata-mata untuk membuat diagnosis banding, tetapi juga untuk mempertimbangkan
faktor lain seperti masalah psikologis, yang dapat menambah keparahan kondisi ibu.
Dengan sedikit arogan, Edmonds (1999:239) menyatakan bahwa tindakan pertama
yang harus dilakukan jika ibu menjadi tidak sehat secara patologis adalah bahwa ia
“harus dipindahkan dari lingkungan rumahnya yang penuh stres”. Akan tetapi,
penting untuk mengkaji dampak hospitalisasi pada ibu dan keluarganya dan
mempertimbangkan hospitalisasi pada implikasi penanganan kondisinya sebagai
orang yang dirawat jalan atau dirawat inap.Bagi beberapa orang, distress dan
kekerasan dalam rumah tangga yang disebabkan oleh paksaan untuk masuk ke
bangsal antenatal mungkin tidak produktif bagi manfaat penatalaksanaan medis.
Hampir setengah dari dokter obstetric Amerika yang disurvei oleh Power et al
(2001) akan memasukkan wanita yang menunjukkan tanda-tanda dehidrasi dan
penurunan berat badan ke rumah sakit. Harus ada keseimbangan antara reaksi medis
dalam perawatan wanita yang mengalami mual dan muntah yang dapat diatasi di
rumah, dengan menghindari keterlambatan yang tidak semestinya dalam memulai
penanganan yang tepat jika kondisi menjadi patologis (Lee et al 2000).Wagner et al
(2000) menyatakan bahwa peningkatan pemahaman kondisi bersama dengan

9
pendekatan yang lebih agresif untuk mengatasi gangguan metabolis telah berperan
dalam menurunkan angka kematian maternal akibat hiperemesis gravidarum.
Penggantian cairan dan elektrolit biasanya dicapai melalui pemberian cairan
per intravena seperti Hartmann.Asupan dan keluaran cairan, termasuk pengukuran
volume muntah, harus dilakukan dan tanda-tanda vital berupa denyut nadi, tekanan
darah, dan suhu harus dicatat dengan teratur.Setiap tanda disorientasi, letargi, ataksia
atau pergerakan mata yang abnormal harus dicatat dan dilakukan tindakan untuk
mencegah komplikasi yang lebih lanjut. Ditto et al (1999) menemukan bahwa larutan
salin normal, glukosa dan vitamin dengan tambahan diazepam per intravena secara
signifikan lebih efektif dalam mengurangi mual, muntah, lama rawat inap di rumah
sakit dan angka masuk kembali ke rumah sakit dibandingkan pemberian infus yang
tidak disertai diazepam. Penggantian cairan intravena juga telah dilakukan dengan
berhasil, aman, dan dengan biaya yang hemat di rumah, serta dapat dipertimbangkan
untuk wanita yang tidak mengalami komplikasi tambahan (Naef et al, 1995).
Ibu tidak boleh diberikan makanan atau minuman apa pun selain es untuk
menghisap, dan perhatian pada kebersihan oral dan personal harus dipertahankan.
Gangguan yang tidak perlu harus diminimalkan dengan merawat wanita di ruang
pribadi jika memungkinkan. Pada umumnya, memberikan cairan dan makanan per
oral secara bertahap saat muntah telah berhenti selama 24 jam dianggap tepat.
Nutrisi Parental total (TPN) atau pemberian makanan enteral dengan tetesan
lambat dapat diimplementasikan untuk mempertahankan nutrisi maternal. Zibell Frisk
et al (1990) menyatakan bahwa TPN bersifat aman, jika dikaitkan secara individual
dengan setiap kebutuhan wanita, meskipun pemasukan lipid yang keamanan
pemberiannya di saat kehamilan masih dipertanyakan. Akan tetapi, penggunaan TPN
dan pemberian makanan enteral tetap mengandung risiko.Pneumonia aspirasi dapat
terjadi jika muntah terus terjadi selama pemberian makan enteral atau dapat terjadi
tamponade jantung dalam kaitannya dengan TPN (Greenspoon et al, 1989).
Penggunaan steroid seperti hidrokortison intravena dan prednisolon per oral
atau deksametason per oral juga efektif dan aman. Nelson-Piercy et al (2001) secara
acak memilih 25 wanita untuk menerima prednisolon atau placebo per oral, yang
diganti setelah tiga hari menjadi hidrokortison atau salin normal (plasebo) per
intravena jika wanita tetap mengalami muntah. Jika dibandingkan dengan placebo,
terapi steroid menghasilkan peningkatan sensasi sejahtera, peningkatan nafsu makan
dan berat badan. Oleh karena itu, tim penelitian mendukung penggunaan steroid
10
dalam penatalaksanaan hiperemesis gravidarum yang berat, meskipun steroid tidak
dirasa mengatasi gejala secara cepat atau tuntas.
2.8 Komplikasi
Pada mual dan muntah yang parah, lama dan serig dapat menyebabkan tubuh
mengalami defisensi 2 vitamin penting yaitu thiamin dan vitamin K. Pada defisiensi
thiamin, dapat terjadi Wernicke encephalopathy, yaitu suatu keadaan gangguan sistem
saraf pusat yang ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan, ataxia dan nistagmus.
Penyakit ini dapat berkembang semakin parah dan menyebabkan kebutaan, kejang
dan koma.Pada defisiensi vitamin K, terjadi gangguan koagulasi darah dan juga
disertai dengan epistaksis. (Cunningham,et al,2010)
Potensial komplikasi dari hyperemesis gravidarum :
1. Dehidrasi
2. Ikterik
3. Takikardia
4. Suhu meningkat
5. Alkalosis
6. Kelaparan
7. Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan
keluarga
8. Menarik diri
9. Depresi

2.9Prognosis
Dengan terapi yang baik, prognosis penyakit ini umumnya baik.Jarang sekali
menyebabkan kematian atau memaksa kita melakukan abortus
terapeutikus.Pengobatan konservtif melalui rehidrasi dan pemberian glukosa dapat
diberikan.Yang menjadi pegangan untuk menilai berhasil tidaknya pengobatan pasien
ialah rehidrasi berhasil dan turgor kulit pulih kembali, diuresis bertambah banyak
sehingga benda keton semakin berkurang, serta meningkatnya berat badan ibu.

11
2.10 WOC (Web Of Caution)

↑Hormon Vili khoriales


estrogen & masuk ke
progesteron sirkulasi Alergi Psikologis
maternal

Peningkatan HCG Stress kurang


Support

↓ peristaltik gaster MK:


Koping
Individu
tak Efektif

↓tekanan gaster

Hiperemesis Gravidarum

Kehilangan cairan Nafsu makan Intake nutrisi menurun Nutrisi menuju


yg berlebihan menurun janin tidak
adekuat

Metabolisme tubuh ↓
↓volume MK: Perubahan
cairan nutrisi kurang MK:Resiko
dari kebutuhan
keterlambatan
Pemecahan cadangan
protein & lemak tidak perkembangan
Dehidrasi MK: Defisit sempurna
cairan dan
elektrolit

Ketosis

MK:
Intoleransi Kelemahan
aktivitas

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Ny. M berusia 25 tahun, status menikah, hamil denga usia kehamilan 10
minggu sedang dirawat di RSUA dengan diagnosa medis Hiperemesis Gravidarum.
Saat ini kondisi pasien terlihat lemas dan nyeri di daerah epigastrium.Ny. M sedang
mengandung anak pertama, dan belum siap dengan kehamilannya ini. Sejak satu
minggu SMRS pasien mengeluh mual muntah lebih dari 7 kali sehari, terutama di
pagi hari. BB klien sebelum hamil 54 kg dan sekarang 42 kg. TB = 160. Terdapat
kelainan oliguria. Dari hasil pemeriksaan TTV diperoleh TD = 100/60 mmHg, N = 95
x/menit, RR = 23 x/menit, T = 37,6o C dan DJJ = 97x/menit. Hasil pemeriksaan
laboratorium Hb = 12.2, Eritrosit = 4.05 jt/ul, Hematokrit = 38.2 %, Leukosit = 8.7
rb/ul, Trombosit 233 rb/ul.

3.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. M Status : Menikah
Umur : 25 tahun Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Surabaya
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama :
mual muntah lebih dari 7 kali sehari, terutama di pagi hari
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien didiagnosa Hiperemesis Gravidarum.Kondisi pasien terlihat lemas
dan nyeri di daerah epigastrium.
c. Riwayat penyakit dahulu :
klien tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga :
keluarga klien tidak ada yang memiliki penyakit yang sama dengan klien
e. Riwayat psikologi :
Ibu terlihat belum siap dengan kehamilannya ini. Hal ini dapat
memperberat mual muntah pasien
3. Riwayat Menstruasi

13
Menarche : usia 13 tahun Siklus : 28 hari
Banyaknya : normal Usia Kehamilan : 10 minggu
HPHT : 10-9-2014 Dismenorhea :-
Siklus : 2 bulan Taksiran Partus :17-6-2015
4. Pemeriksaan Fisik
a. Observasi
Keadaanumum: Lemas Kesadaran: Komposmentis
Berat badan: 42kg Tinggibadan: 160 cm
Tanda Vital:
TD : 100/60mmHg Nadi : 95x/mnt
Suhu : 37,60C RR : 23x/mnt
CRT : >2 Akral : panas kering
GCS :456 Lain-lain :-
b. Kepala dan Leher
Rambut : bersih
Mata :
Sklera : bening Konjungtiva : anemis
Konjungtiva : isokhor Lain – lain :-
Mulut :
Mukosa bibir : kering Gigi : tidak ada karies
Lidah : ada stomatitis Kebersihan mulut :
Lain – lain : -
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
c. Dada (thorax)
Jantung : Irama: normal S1/S2: normal
Bunyi : normal Nyeri dada : (-)
Nafas :
Suara nafas : vesikuler Keterangan :-
Jenis : Keterangan :-
Batuk :- Sputum : tidak ada
Nyeri :-
Payudara :
konsistensiareola : coklat
papilla : Simetris ProduksiASI : -
14
Nyeri : - Lain-lain:
d. Perut (abdomen)
Ginekologi:
Pembesaran: tidak benjolan: tidak
area:
Ascites: tidak Peristaltik: 6 x/menit tekan:
Luka: tidak Lain-lain:
Prenatal dan Intranatal:
Inspeksi: Striae: - Línea:
Palpasi:
Leopold I : TFU di bawah pusar (mc.donald 16 cm)
Leopold II : letak punggung atau ekstremitas janin belum teraba, karena
organ masih dalam proses pembentukan
Leopold III : bagian bawah perut belum teraba dan belum masuk
PAP
Leopold IV : untuk mengetahui seberapa jauh janin masuk ke PAP,
terapi belum dapat dilakukan pemeriksaan karena
bagian tubuh janin belum terbentuk secara sempurna
DJJ : 97x/menit
Lain-lain : -
Lain-lain:
Albumin : 2.2
Hb : 9 Px lemas
Diet : lunak, porsi tidak habis.
e. Genitalia
Keputihan: - Perdarahan:
Laserasi: - VT: Ø eff:
Miksi: - Defekasi:
Lain-lain: -
f. Tangan dan Kaki
Kemampuanpergerakan : bebas
Kekuatanotot:
Refleks : Patella: + Triceps
Biceps Babinsky:
15
Brudzinsky: Kernig: -
Keterangan:
Edema: Luka:
Lain-lain:
3.3 Analisis Data
NO DATA ETIOLOGI Masalah Keperawatan
1 DS: Hiperemis Gravidirum Perubahan nutrisi
Klien mengatakan sejak satu ↓ kurang dari kebutuhan
minggu SMRS pasien Nafsu makan menurun
mengeluh mual muntah lebih ↓
dari 7 kali sehari, terutama di Perub. nutrisi kurang
pagi hari dari kebutuhan
DO :
BB klien sebelum hamil 54 kg
dan sekarang 42 kg. TB = 160,
terdapat stomatitis, porsi tidak
habis.

2 DS : Hiperemis Gravidium Defisit cairan dan


Klien mengatakan sejak satu ↓ elektrolit
minggu SMRS pasien Kehilangan cairan
mengeluh mual muntah lebih berlebih
dari 7 kali sehari, terutama di ↓
pagi hari Menurunnya volume
DO : cairan
Terdapat kelainan oliguria, TD ↓
= 100/60 mmHg, N = 95 dehidrasi
x/menit, RR = 23 x/menit, ↓
Hematokrit = 38.2 %, defisit cairan dan
Albumin : 2.2, mukosa bibir elektrolit
kering
3. DS : Hiperemis gravidium Intoleransi aktivitas
pasien mengatakan lemah ↓

16
Intake nutrisi kurang
DO : ↓
pasien tampak lemah, CRT > 2 Metabolisme tubuh
detik, konjungtiva anemis, Hb menurun
:9 ↓
Pemecahan cadangan
protein & lemak tdk
sempurna

Ketosis

Intoleransi Aktivitas
4. DS : Hiperemis gravidarum Resiko keterlambatan
pasien mengatakan ↓ perkembangan
mengatakan sejak satu minggu Intake nutrisi menurun
SMRS pasien mengeluh mual ↓
muntah lebih dari 7 kali sehari, Nutrisi menuju janin
terutama di pagi hari inadekuat
DO : ↓
DJJ bayi 97x/menit Resiko keterlambatan
perkembangan

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah yang
berlebihan dan pemasukan yang tidak adekuat.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual-muntah terus menerus, tidak nafsu makan
3. Intoleransi aktifitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan kurangnya intake
nutrisi.
4. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan berkurangnya
makanana ke fetal (janin).

17
3.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Kekurangan Setelah diberikan Kaji kondisi status Pengeluaran
volume cairan asuhan keperawatan hemodinamik klien cairan peroral
dan elektrolit selama 2 x 24 jam sebagai akibat
berhubungan diharapkan kebutuhan hiperemesis
dengan muntah volume cairan klien gravidarum
yang berlebihan terpenuhi optimal memiliki
dan pemasukan karakteristik
Kriteria Hasil :
yang tidak bervariasi
adekuat Ukur intake dan output Jumlah cairan
1. Tidak terjadi mual-
klien setiap hari ditentukan dari
muntah
jumlah kebutuhan
2. Intake dan output
harian ditambah
seimbang baik jumlah
dengan jumlah
/ kualitasnya
cairan yang hilang
Turgor kulit baik peroral
Evaluasi status Penilaian dapat
hemodinamik klien dilakukan secara
setiap hari harian melalui
pemeriksaan fisik
Kolaborasi pemberian Meningkatkan
sejumlah cairan kebutuhan cairan
pengganti harian klien secara
sesuai indikasi optimal
2 Ketidakseimban Setelah dilakukan Kaji status nutrisi klien Untuk mengetahui
gan nutrisi tindakan keperawatan keadaan klien
kurang dari selama 1x24 Hidangkan makanan Untuk
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi dalam porsi kecil dan menghindari
berhubungan klien terpenuhi hangat rasa mual
dengan mual- optimal dengan
muntah terus kriteria:
Berikan makanan Dengan
menerus, tidak 1. Klien tidak mengeluh
sedikit dalam memberikan

18
nafsu makan mual muntah frekuensi sering makanan dalam
2. Nafsu makan klien porsi kecil
meningkat dan porsi diharapkan nutrisi
makan dihabiskan akan terpenuhi dan
BB dan TB seimbang makanan yang
hangat dapat
menambah nafsu
makan klien
Kolaborasi pemberian Antiemetic
antiemetic (anti mual) bertujuan untuk
sesuai indikasi mengurangi mual
dan memenuhi
kebutuhan serta
membantu dalam
proses
penyembuhan
Berikan makanan yang Makanan yang
tidak berlemak dan tidak berlemak
berminyak dan berminyak
mengurangi
rangsangan
saluran
pencernaan,
sehingga
diharapkan mual
dan muntah
berkurang
3 Intoleransi Setelah dilakukan Tingkatkan tirah Meningkatkan
aktifitas fisik tindakan keperawatan baring/duduk. istirahat dan
berhubungan 2x24 jam klien dapat Ciptakan lingkungan ketenangan.
dengan melakukan aktifitas yang tenang, batasi Menyediakan
kelemahan dan sehari-hari dengan pengunjung sesuai energi yang
kurangnya intake optimal dengan keperluan. digunakan untuk

19
nutrisi. kriteria hasil : penyembuhan.
1. Nafsu makan Tingkatkan aktivitas Tirah baring lama
meningkat, tidak sesuai toletansi, bantu dapat menurunkan
mual muntah klien untuk melakukan kemampuan
2. Klien tidak latihan rentang gerak aktivitas. Ini dapat
mengalami sendi pasif/aktif. terjadi karena
kelemahan dalam keterbatasan
melakukan ADL aktivitas yang
Terlihat segar dan mengganggu
bersemangat melakukan periode istirahat.
ADL Dorong penggunaan Meningkatkan
teknik menejemen relaksasi dan
stress, contoh relaksasi penghematan
progresif, visualisasi, energi,
bimbingan imajinasi. memusatkan
Berikan aktivias kembali latihan
hiburan yang tepat dan dapat
seperti nonton tv, meningkatkan
radio, membaca koping.

Lakukan aktifitas Memungkinkan


secara bertahap dan periode tambahan
sesuai toleransi. istirahat tanpa
gangguan.
4 Resiko Setelah dilakukan Jelaskan pada ibu Agar ibu
keterlambatan tindakan keperawatan mengenai pentingnya menyadari akan
perkembangan 2x24 jam nutrisi bagi pentingnya nutrisi
berhubungan pertumbuhan dan pertumbuhan dan bagi janin & ibu
dengan perkembangan janin perkembangan janin mengetahui akan
berkurangnya optimal dengan kebutuhan
makanan ke kriteria hasil : nutrisinya
fetal (janin). 1. nutrisi janin terpenuhi
optimal

20
2. pertumbuhan janin
sesuai dengan usia
kehamilan

Periksa fundus uteri Tinggi fundus


secara berkala uterus yg tidak
sesuai dengan usia
kehamilan dapat
menjadi bahan
penilaian akan
nutrisi janin
Pantau denyut jantung Denyut jantung yg
janin. masih dlm
keadaan normal &
aktif menandakan
janin masih dalam
keadaan baik.

3.6 Evaluasi
1. Klien dapat menghabiskan semua porsi yang diberikan tanpa
mengeluhkan mual dan muntah.
2. Klien dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri dan mampu
melakukan aktivitas.
3. Klien tidak mengalami mual dan muntah kembali serta mukosa klien
lembab.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum ialah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda)
dimana penderita mengalami mual-muntah yang berlebihan, sedemikian rupa
sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.
Adanya berbagai macam dampak yang ditimbulkan akibat hiperemesis
gravidarum, perlu menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan.Penanganan cepat dan
tepat dari tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan sangat diperlukan.Soltani &
Taylor (2003) menyatakan bahwa tenaga kesehatan kadang menunjukkan sikap yang
tidak mendukung (ambivalent) jika menemui kasus HG dan menganggap kondisi HG
merupakan masalah pasien.
Hiperemesis gravidarum merupakan penyakit yang sifatnya terdapat berbagai
tingkat.Penyebabnya adalah faktor psikologis dan fisik sehingga pengobatannya
berdasarkan dua faktor tersebut.Terapi pada hiperemesis gravidarum yakni isolasi di
kamar khusus di rumah sakit, terapi konservatif hiperemesis gravidarum (rehidrasi,
mobilisasi, terapi medikamentosa), dan terapi radikal terminasi kehamilan (dalam
kedaan tertentu).Cara mencegah hal ini adalah penanganan yang baik terhadap emesis
gravidarum sebelum terjadinya hiperemesis gravidarum ini, penderita emesis
gravidarum sebaiknya cepat diberi penanganan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Ida Gde Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obsetri. Jakarta : EGC

Barbara R.Straight. 2001. Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir edisi 3.
Jakarta : EGC

Chrisdiono M.Achadiat. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi.Jakarta : EGC

Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, et al.2010.Williams Obstetrics 23rd Edition.
United States of America : McGraw-Hill Companies

dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba. 2006. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Hanretty KP.2008.Obstetrics Illustrated.Philadelphia: Churchill Livingstone, Inc

Manuaba BG,Manuaba IAC, Manuaba IBGF.2007.Pengantar Kuliah


Obstetri.Jakarta:EGC

Rukiyah AY, Yulianti L.2010.Asuhan Kebidanan IV. Jakarta:Trans Info Media

Tiran, Denise. 2009. Mual dan Muntah Kehamilan.Jakarta : EGC

Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obsetri Patologi. Jakarta


: EGC
Susan Martin Tucker et all. 1999. Standar Perawatan pasien. Jakarta: EGC

Wiknjosastro H. 2005.Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu


Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

23
24

Anda mungkin juga menyukai