PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2.2 EPIDEMIOLOGI
2
minggu. Hiperemesisberat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2%
kehamilan3,4.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi
gravida.Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2%
diantaranya mengalamihiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000
kehamilan. Insiden dikatakanmeningkat pada masyarakat barat yang tinggal di
daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan4.
Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat
badan dalamkehamilan yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk melahirkan.
2.3 KLASIFIKASI
3
Sangat jarang terjadi. Keadaan ini merupakan kelanjutan dari
hiperemesis gravidarum tingkat II yang ditandai dengan muntah yang
berkurang atau bahkan berhenti, tetapi kesadaran pasien menurun
(delirium sampai koma). Pasien dapat mengalami ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan bilirubin dan
protein.3,11
4
Ibu hamil yang obesitas dapat meningkatkan terjadinya hiperemesis
gravidarum13.
e. Riwayat hiperemesis gravidarum
Ibu hamil dengan riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan
sebelumnya dan riwayat keluarga dengan hiperemesis gravidarum berisiko
lebih tinggi mengalami hiperemesis gravidarum.
5
Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang juga mempengaruhi
pola makan, aktifitas dan stres pada ibu hamil.4
2.5 PATOFISIOLOGI
Ada teori yang menyebutkan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron karena
keluhan ini mucul pada 6 minggu pertama kehamilan yang dimulai dari hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama 10 minggu. Pengaruh fisiologis
hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron ini masih belum jelas,
mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya sistem pengosongan
lambung.
Secara umum berdasarkan berbagai teori, pada hiperemesis gravidarum
terjadi mual, muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang masuk,
sehingga apabila terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya kadar elektrolit dalam darah. Selain itu hiperemesis gravidarum
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi karena energi yang didapat dari makanan tidak cukup, lalu karena oksidasi
lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-
asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah sehingga menimbulkan
asidosis.
Selanjutnya, dehidrasi yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke
jaringan berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen
berkurang dan juga mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat
toksik didalam darah.Kemudian, hiperemesis gravidarum juga dapat
menyebabkan kekurangan kalium akibat dari muntah dan ekskresi lewat ginjal,
yang menambah frekuensi muntah yang lebih banyak, dan membuat lingkaran
setan yang sulit untuk dipatahkan.5,9,10.
6
Mulai terjadi pada trimester pertama.Gejala klinik yang sering dijumpai
adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (saliva yangberlebihan),
tanda-tanda dehidrasi, hipotensi dan takikardi.Pemeriksaanlaboratorium dapat
dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatanhematokrit.
2.7 DIAGNOSIS
Diagnosis pasien hiperemesis gravidarum diantaranya1,2.
a) Riwayat: biasanya terjadi pada trimester pertama, dapat berlanjut
selama kehamilan.4
b) Tanda dan gejala 3.4,5.
1. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
2. Mual dan muntah yang sering, lebih dari 10 kali sehari
3. Perasaan tenggorokan kering dan haus
4. Kulit dapat menjadi kering (tanda dehidrasi), turgor kulit yang menurun
5. Berat badan turun dengan cepat
6. Disgeusia (pengecapan buruk dalam mulut)
7. Hipersalivasi (saliva berlebihan)
8. Pada keadaan yang lebih berat dapat timbul ikterus, dangangguan saraf
9. Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguankesadaran.
10. Fisik: dehidrasi, turgor kulit menurun, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat
badan menurun, pada vaginal toucher uterus besar sesuai
besarnyakehamilan, konsistensinya lunak, pada pemeriksaan
inspekuloseviks berwarna biru.
11. Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatankehamilan dan
kemungkinan adanya kehamilan kembarataupun kehamilan
molahidatidosa.
c) Uji laboratorium12.
Pemeriksaan labor pada hiperemesis gravidarum meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Urinalisis untuk menganalisis ketonuria, BJ urin
7
2. Serum elektrolit: menilai kadar elektrolit untuk mengevaluasiadanya
hiponatremia dan hipokalemia, mengetahui adanyahipokloremia,
asidosis dan alkalosis metabolik, serta menilai fungsi ginjal dan kadar
volume12.
3. Fungsi hati dan bilirubin: mengevaluasi kadar transaminaseyang dapat
terjadi pada 50% kasus hiperemesis gravidarum.Transaminase ringan
ini sering menyebabkan mual.Pada HEGterjadi peningkatan Aspartate
Aminotranseferase dan AlanineAmino Transferase, bilirubin.
4. Enzim Amylase/lipase: kadar enzim amilase meningkat sekitar10%
pada pasien hiperemesis gravidarum. Kombinasi kadar
enzim amylase dan lipase yang meningkat, jika dicurigaipancreatitis.
5. Pemeriksaan kadar T3, T4, TSH. Hiperemesis gravidarum
seringdikaitkan terhadap keadaan transien hipertiroid dan
menekankadar TSH pada 50-60% kasus12.
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologi
Tata laksana awal dan utama untuk mual dan muntah tanpa komplikasi
adalah istirahat dan menghindari makanan yang merangsang, seperti
makanan pedas, makanan berlemak, atau suplemen besi. Perubahan pola
diet yang sederhana, yaitu mengkonsumsi makanan dan minuman dalam
porsi yang kecil namun sering cukup efektif untuk mengatasi mual dan
muntah derajat ringan.1 Jenis makanan yang direkomendasikan adalah
makanan ringan, kacang-kacangan, produk susu, kacang panjang, dan
biskuit kering. Minuman elektrolit dan suplemen nutrisi peroral disarankan
sebagai tambahan untuk memastikan terjaganya keseimbangan elektrolit dan
pemenuhan kebutuhan kalori.Menu makanan yang banyak mengandung
protein juga memiliki efek positif karena bersifat eupepticdan efektif
meredakan mual. Manajemen stres juga dapat berperan dalam menurunkan
gejala mual.2
8
2. Farmakologi
2.1 Tata laksana awal
Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap dirumah sakit
dan dilakukan rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat,
penghentian pemberian makanan per oral selama 24-48 jam, serta
pemberian antiemetik jika dibutuhkan.Penambahan glukosa, multivitamin,
magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan.Cairan
dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak.Untuk pasien dengan
defisiensi vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum pemberian cairan
dekstrosa.Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi
cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil laboratorium.
Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika toleransi
oral pasien buruk. Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin
B6 (piridoksin), antihistamin dan agen-agen prokinetik. AmericanCollege
of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg
piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai
farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Dalam sebuah
randomized trial, kombinasi piridoksin dan doxylamine terbukti
menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan. Suplementasi
dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi
berat hiperemesis, yaitu Wernicke’sencephalopathy.Komplikasi ini jarang
terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat muntah berat yang disertai
dengan gejala okular, seperti perdarahan retina atau hambatan gerakan
ekstraokular.
Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah
terbukti efektif dan aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin,
prometazin, klorpromazin menyembuhkan mual dan muntah dengan cara
menghambat postsynapticmesolimbic dopamine receptors melalui efek
antikolinergik dan penekanan reticularactivating system. Obat-obatan
tersebut dikontraindikasikan terhadap pasien dengan hipersensitivitas
terhadap golongan fenotiazin, penyakit kardiovaskuler berat, penurunan
9
kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat, kejang yang tidak terkendali,
dan glaucoma sudut tertutup.Namun, hanya didapatkan sedikit informasi
mengenai efek terapi antiemetik terhadap janin.
Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika pengobatan dengan
antihistamin gagal. Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan tablet
bukal dengan efek samping sedasi yang lebih kecil. Dalam sebuah
randomized trial, metoklopramid dan prometazin intravena memiliki
efektivitas yang sama untuk mengatasi hiperemesis, tetapi metoklopramid
memiliki efek samping mengantuk dan pusing yang lebih ringan. Studi
kohort telah menunjukkan bahwa penggunaan metoklopramid tidak
berhubungan dengan malformasi kongenital, berat badan lahir rendah,
persalinan preterm, atau kematian perinatal.Namun, metoklopramid
memiliki efek samping tardive dyskinesia, tergantung durasi pengobatan
dan total dosis kumulatifnya.Oleh karena itu, penggunaan selama lebih
dari 12 minggu harus dihindari.
Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine (5HT3) seperti
ondansetron mulai sering digunakan, tetapi informasi mengenai
penggunaannya dalam kehamilan masih terbatas. Seperti metoklopramid,
ondansetron memiliki efektivitas yang sama dengan prometazin, tetapi
efek samping sedasi ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak
meningkatkan risiko malformasi mayor pada penggunaannya dalam
trimester pertama kehamilan.Droperidol efektif untuk mual dan muntah
dalam kehamilan, tetapi sekarang jarang digunakan karena risiko
pemanjangan interval QT dan torsades de pointes.Pemeriksaan
elektrokardiografi sebelum, selama dan tiga jam setelah pemberian
droperidol perlu dilakukan.
Untuk kasus-kasus refrakter, metilprednisolon dapat menjadi obat
pilihan.Metilprednisolon lebih efektif daripada promethazine untuk
penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan.Efek samping
metilprednisolon sebagai sebuah glukokortikoid juga patut diperhatikan.
Dalam sebuah metaanalisis dari empat studi, penggunaan glukokortikoid
10
sebelum usia gestasi 10 minggu berhubungan dengan risiko bibir sumbing
dan tergantung dosis yang diberikan. Oleh karena itu, penggunaan
glukokortikoid direkomendasikan hanya pada usia gestasi lebih dari 10
minggu.2
Gambar 2.1 Algoritme terapi farmakologi untuk mual dan muntah dalam
kehamilan 2
11
Gambar 2.2 Obat-obatan untuk tata laksana mual dan muntah dalam
kehamilan
2.9 KOMPLIKASI
12
kesadaran.Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari tanda-tanda
dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan.
Selain dehidrasi, akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan
keseimbangan elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium,
sehingga terjadi keadaan alkalosis metabolik hipokloremik disertai hiponatremia
dan hipokalemia. Hiperemesis gravidarum yang berat juga dapat membuat pasien
tidak dapat makan atau minum sama sekali, sehingga cadangan karbohidrat dalam
tubuh ibu akan habis terpakai untuk pemenuhan kebutuhan energi jaringan.
Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat dioksidasi dengan
sempurna dan terjadi penumpukan asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik, dan
aseton, sehingga menyebabkan ketosis.Salah satu gejalanya adalah bau aseton
(buah-buahan) pada napas.
Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila
muntah terlalu sering.Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan
perdarahan yang muncul dapat berhenti sendiri3.Perempuan hamil dengan
hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam kehamilan yang kurang
(<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai APGAR lima
menit kurang dari tujuh.
2.10 PROGNOSIS
13
gravidarumumumnya baik, namun dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi
elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.12
14
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. DP
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Nama Suami :Y
Gravida : G3P1A1
B. Anamnesa Penyakit
2) Telaah :
15
tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari (+)Merasa haus (+), bibir
terasa kering(+), Pusing (+), Nafsu makan menurun disertai dengan
penurunan berat badan.BAK sedikit, BAB tidak ada kelainan.Pasien
pernah mengalami gejala yang sama pada kehamilan sebelumnya, yaitu
pada kehamilan pertama dan kedua
C.Riwayat Obstetri
1) HPHT:18-08-2019
2) TP : 25-05-2020
3) UK : 10 minggu 3 hari
4) Riwayat Persalinan
Riwayat Perkawinan
Riwayat Haid
– Menarche: 13 tahun
16
– Banyaknya: 2x ganti pembalut
D.Pemeriksaan Fisik
Status Present
1) Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
2) Sensorium : Compos Mentis
3) Vital Sign
Tekanan darah : 120/80mmHg Nadi : 80 x/menit
4) Berat Badan : 50 kg
6) Keadaan Penyakit
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Dyspnoe : (-)
Ikterus : (-)
Edema : (-)
Status Lokalisata
1. Kepala : Normochepali
17
2. Thorax
Inspeksi : Simetris
3. Abdomen
epigastrium
Perkusi : Timpani
4. Ektremitas
1. Abdomen
2. Genitalia Ekterna
18
Inspeksi : Dalam Batas Normal
3. Genitalia Interna
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Darah rutin
Hb : 13,6 gr/dl
Eritrosit : 4,70 juta/uL
Leukosit : 7,85 ribu/ mm3
Hematokrit : 38,0 %
Trombosit : 238.3 ribu/ mm3
Pemeriksaan Urinalisasi
Keton :+3
D. Diagnosis Banding
Gastritis
Ulkus Peptikum
E. Diagnosis Kerja
F. Terapi
IVFD RL 20 gtt/menit
19
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg (iv)
FOLLOW UP
FOLLOW UP Tgl 22 November 2019 Tgl 23 November 2019 Tgl 24 November 2019
KU Baik Baik Baik
Kesadaran CM CM CM
Keluhan Mual, muntah, nyeri ulu - -
hati (+)
Vital Sign TD :120/60 mmHg TD : 120/70 mmHg TD : 130/80 mmHg
20
BAB IV
KESIMPULAN
21
22