PENDAHULUAN
Menurut (Depkes, 2014) ada sekitar 12 juta orang penyandang diabetes yang
berusia ≥15 tahun di Indonesia. Namun 1 dari 2 individu dengan Diabetes tidak tahu
bahwa dia penyandang Diabetes. Oleh karena itu, sering ditemukan penderita Diabetes
pada tahap lanjut dengan komplikasi seperti; serangan jantung, stroke, infeksi kaki yang
berat dan berisiko amputasi, serta gagal ginjal stadium akhir.
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Batam tahun 2016 , angka kejadian Diabetes
Militus pada beberapa Puskesmas dengan angka kejadian 3724 kasus, menurut urutan
terbesar penyakit di Belakang Padang 532 kasus, Lubuk Baja 471 kasus, Botania 404
kasus, Sekupang 375 kasus, Batu Aji 368 kasus, Baloi Permai 348 kasus, Pulau Galang
342 kasus, Kabil 322 kasus, dan Tiban 302 kasus dan Sungai Panas 260 kasus.
Faktor resiko yang tidak bisa diubah pada penyakit DM salah satunya adalah
genetik. Adanya riwayat diabetes mellitus dalam keluarga terutama orang tua dan saudara
kandung memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini dibandingkan dengan anggota
keluarga yang tidak menderita diabetes. Diabetes mellitus merupakan penyakit yang
terpaut kromosom seks atau kelamin. Umumnya laki-laki menjadi penderita
sesungguhnya, sedangkan perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan
kepada anak-anaknya. Lokus pada masing-masing golongan darah memiliki hubungan
dengan penurunan penyakit diabetes seperti factor VII-von Willebrand (vWF) kompleks,
yang dimana kadarnya lebih tinggi di golongan darah non-O (Diabelogia 2015)
Golongan darah adalah hasil dari pengelompokkan darah berdasarkan ada atau
tidaknya substansi antigen pada permukaan sel darah merah (eritrosit). Antigen tersebut
dapat berupa karbohidrat, protein, glikoprotein, atau glikolipid. Golongan darah manusia
bersifat herediter, dan sangat tergantung pada golongan darah kedua orang tua manusia
yang bersangkutan.
Telah diketahui bahwa sistem golongan darah ABO memiliki hubungan dengan
penyakit kardiovaskular dan kanker. Golongan darah B memiliki resiko lebih sering
daripada golongan darah O dengan persentasi 2,1%. Dalam studi yang sama, kasus
diabetes juga terjadi pada individu dengan golongan darah dengan antigen AB
dibandingkan golongan darah dengan antigen O. Mekanismenya masih belum diketahui
secara pasti namun dari hasil penelitian secara cross-sectional pada beberapa rumah sakit
spesifik hubungan ini terihat dengan jelas. Mekanisme ini dijelaskan lebih lanjut melalui
reaksi-reaksi kimia antara darah dan asupan makanan, baik makanan biasa dan suplemen-
suplemen lainnya. Reaksi yang terjadi ternyata tidak akan sama untuk semua sistem tubuh
yang berbeda berdasarkan jenis sel-sel darah yang dibedakan menurut golongannya.
Seperti reaksi tidak toleran terhadap karbohidrat sehingga resistensi terhadap insulin dan
menjadi jalan utama menuju diabetes (Dynamic 2009).
Golongan darah manusia memegang salah satu kunci bagi banyak fenomena
kesehatan yang belum terungkap, penyakit, umur panjang, vitalitas fisik, daya tahan tubuh
berikut kekuatan emosional dalam pengaruhnya pada sistem energi, efisiensi pembakaran
kalori dalam metabolisme termasuk respon tubuh terhadap stress (Agrania, 2006). Para
ilmuwan juga telah mempelajari protein makanan yang disebut lectin, yang bisa
menggumpalkan sel-sel golongan darah tertentu. Penggumpalan (aglutinasi) ini akan
mengganggu aktifitas sel di organ-organ tubuh tertentu, dan nutrisi pun tidak akan diserap
dengan baik ke tiap sasarannya oleh tubuh. Zat makanan bukan lagi berfungsi sebagai
nutrisi yang dibawa sistem peredaran darah ke seluruh organ, melainkan menjadi
penumpukan di berbagai organ yang cenderung menyebabkan obesitas serta penyakit lain.
Melihat hal ini, maka penelitian ini berusaha untuk mengetahui penyebaran
penyakit DM berdasarkan golongan darah di Puskesmas Botania
2. Pendidikan
Hasil penelitian dapat di gunakan sebagai landasan untuk penelitian yang akan
datang mengenai aspek lain tentang diabetes militus.