B. Perwakilan Belanda
1) Wim Schermerhon Wim Schermerhon lahir pada tanggal 17 Desember
1894 di Castrium. Schermerhon adalah seorang perdana menteri Belanda
antara Juni 1945 – Juli 1946 yang membentuk kabinet setelah Perang
Dunia II. (Serafica, 2020, h. 1-6) Schermerhon mewakili Belanda dalam
Perjanjian Linggarjati. Jabatan itu dipegang sampai tahun 1947.
2) Max Van Poll Max Van Poll lahir pada tanggal 24 Februari 1881 di
Roosendaal. Dia adalah seorang jurnalis dan politisi Belanda (Serafica,
2020, h. 1-6). Max Van Poll adalah anggota Komisi Umum untuk Hindia
Belanda, dewan penasihat yang membantu Van Mook dalam negosiasi
dengan Soekarno tentang masa depan Republik Indonesia melalui
Perjanjian Linggarjati.
3) HJ Van Mook Hubertus Johannes Van Mook lahir pada tahun 1894 di
Semarang. Van Mook ditugaskan sebagai inspektur yang mengurus
pangan di Semarang. Tahun 1921 Van Mook menjadi penasihat urusan
pertanahan di Yogyakarta. Tahun 1927 menjadi asisten residen urusan
kepolisian di Jakarta dan pada tahun 1930-an menjadi ketua departemen
urusan ekonomi.
4) Feike De Boer (F. De Boer) Feike De Boer atau F .De Boer adalah
seorang walikota Amsterdam pasca perang yang pertama. Feike De Boer
dilatih di Angkatan Laut dan kemudian bekerja di angkatan laut
pedagang. Sudah pada usia 27 tahun menjadi wakil direktur Stoomvaart
Maatschappij 'Nederland' di Hindia Belanda.
C. Perwakilan Inggris
1) Miles Wedderburn Lampson Killearn (Lord Killearn) Lord Killearn
merupakan diplomat berkebangsaan Ingriss yang lahir pada tanggal 24
Agustus 1880 di Skotlandia. Lord Killearn masuk ke kementrian Luar
Negeri Inggris sejak tahun 1903 dan bekerja sebagai komisaris Tinggi
untuk Sudan, Mesir, Siberia, dan duta besar di China. (Serafica, 2020, h
1-6) Pada tahun 1946, Lord Killearn menjabat sebagai komisaris khusus
untuk Asia- Tenggara. Berkat perantarannya, Belanda dan Indonesia
berhasil melakukan gencatan senjata dan akhirnya terbentuk Perjanjian
Linggarjati.
2.6 Dampak Dan Pro Kontra Dalam Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati juga menuai kritik dari pengikut Tan Malaka, Bung
Tomo, atau tentara yang menuntut kemerdekaan 100%. Salah satu tokoh
yang berperan dalam Perjanjian Linggarjati yaitu Sutan Syahrir
disalahkan karena perjanjian itu dianggap merugikan Indonesia, padahal
jika ditelaah lebih dalam lagi, Perjanjian Linggarjati sebenarnya
memberikan jeda dan menjadi batu loncatan bagi Negara Indonesia untuk
mencapai kemerdekaan penuh. (TEMPO, 2019 h 28-29, h 65)
Sekelompok orang yang tidak menyukai Syahrir juga menuduh Syahrir
orang yang terlalu lembek kepada Belanda. Padahal Syahrir dan para
diplomat Indonesia sudah berusaha untuk mempertahankan Indonesia
dengan caranya sendiri.
2.7 Pesan Moral
Menurut Pratikto (1987 : 42) menyatakan, “pesan adalah bentuk
komunikasi yang dapat berupa verbal dan non verbal”. Sedangkan moral
menurut Sonny Keraf (1991) adalah sesuatu yang digunakan untuk
menentukan sebuah tindakan dari seseorang yang dianggap baik ataupun
buruk di dalam masyarakat. Jadi dapat disimpulakan bahwa, pesan moral
adalah pesan yang memiliki ukuran baik dan buruk bagi sekelompok
orang yang dapat digunakan untuk mengatur tingkah lakunya di
kehidupan bermasyarakat.
Setiap kejadian atau cerita pasti memiliki pesan moral yang dapat
diterapkan dalam keseharian.Begitupun Sejarah Perjanjian Linggarjati,
banyak pesan moral yang dapat diambil dari sejarah ini.
Setelah ditelaah lebih dalam, dapat disimpulkan pesan moral dari Sejarah
Perjanjian Linggarjati yaitu :
- Terus berjuang meskipun banyak orang yang tidak suka dan menentang,
selama tujuannya baik.
- Belajar lebih menghargai pendapat/keputusan orang lain dan jangan
menghinanya. Kalau tidak setuju sebaiknya dibicarakan dengan baik-
baik.
III. AGRESI MILITER BELANDA 1
3.1 Latar Belakang
Di lain hal, Belanda tetap teguh pada isi pidato Ratu Wilhelmina pada 7
Desember 1942. Pidato tersebut berisi bahwa suatu hari akan dibentuk
persemakmuran antara Kerjaan Belanda dan Hindia (Indonesia) di bawah
naungan Kerjaan Belanda. Hal tersebut yang menjadi penyebab Agresi
Militer Belanda 1.
Dari sumber lain diterangkan setidaknya ada tiga tujuan Agresi Militer
Belanda I, yaitu tujuan politik, ekonomi, dan militer.
- Tujuan politik: menghilangkan negara Indonesia secara de facto dengan
cara mengepung ibu kota Indonesia dan menghapus nusantara dari peta.
- Tujuan ekonomi: merebut daerah yang menghasilkan bahan pangan,
produk eksport, dan pertambangan.
- Tujuan militer: menghancurkan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Operasi militer terjadi terjadi di Pulau Jawa dan Sumatra. Belanda juga
menyebut operasi ini sebagai Aksi Polisionil dan menyebutkan bahwa
tindakan yang dilakukannya sebagai urusan dalam negeri demi
mengembalikan ketertiban umum. Maka dari itu, Belanda mengabaikan
seruan dunia internasional untuk menaati isi perjanjian Linggarjati dan
menghentikan pertikaian dengan Indonesia.
Pada masa Agresi Militer Belanda I, Indonesia dan Belanda masih terus
berseteru, karena Belanda belum menyerah untuk menguasai tanah air.
Karena masalah Agresi Militer Belanda antara Indonesia dan Belanda
tidak kunjung usai, pemerintah Indonesia mengundang Menteri Luar
Negeri Australia, Herbert Vere Evatt, untuk turut membantu
menyelesaikannya. Pada waktu itu, Australia menjadi salah satu negara
yang sudah merdeka serta kuat pada bidang militer. Sebagai bentuk
bantuan Australia kepada Indonesia, Evatt berencana membawa
permasalahan ini ke Dewan Keamanan PBB. Tindakan dari Evatt ini
mendapat dukungan dari Perdana Menteri Australia, Joseph Benedict
Chifley. Permasalahan Indonesia kemudian diterima oleh Dewan
Keamanan PBB pada 30 Juli 1947.
Komisi Tiga Negara terdiri atas tiga negara pilihan Indonesia dan
Belanda yang dinilai memahami kepentingan kedua belah pihak. Negara-
negara tersebut adalah Australia sebagai negara pilihan Indonesia,
Amerika Serikat yang posisinya di tengah-tengah, dan Belgia sebagai
negara pilihan Belanda.
1. Amerika Serikat
Amerika Serikat jadi salah satu negara yang tergabung dalam Komisi
Tiga Negara yang diwakili oleh Frank Porter Graham.
Hal ini juga bisa dikatakan sebagai pencetus terbentuknya Komisi Tiga
Negara setelah mengajukan usulannya pada Dewan Keamanan PBB pada
25 Agustus 1947. Amerika Serikat berniat untuk membantu
menyelesaikan pertikaian yang terjadi antara Indonesia dan Belanda.
Amerika Serikat dalam Komisi Tiga Negara ini dipilih oleh dua negara
yang terpilih yaitu Australia dan Belgia.
2. Australia
3. Belgia