Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ashilah Jihan Suci N.

K
Nomor: 08
Kelas : XI IPA 4

PERJANJIAN LINGGARJATI

A. PENGERTIAN

Perundingan Linggarjati atau Perundingan Kuningan adalah perjanjian antara Indonesia


dengan Belanda di Linggarjati, Kuningan, Jawa Barat yang menghasilkan kesepakatan
mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan tersebut ditandatangani di
Istana Merdeka Jakarta pada tanggal 15 November 1946 dan ditandatangani secara sah
oleh kedua negara pada tanggal 25 Maret 1947. Sebelum pelaksanaan Perjanjian
Linggarjati, telah terjadi serangkaian perundingan di Jakarta dan Belanda, namun kedua
belah pihak tidak menemukan titik temu tentang status Indonesia sebagai negara
merdeka. Perundingan tersebut menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat Indonesia
yang memandangnya sebagai bukti kelemahan pemerintah Indonesia dalam
mempertahankan kedaulatan negara Indonesia.

B. LATAR BELAKANG PERJANJIAN LINGGARJATI

Bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945


setelah dijajah oleh negara-negara Eropa terutama Belanda dan kemudian Jepang. Meski
telah mendeklarasikan kemerdekaan, Indonesia masih menjadi incaran Belanda yang
ingin kembali berkuasa. Setelah Indonesia merdeka, pasukan Belanda yang tergabung
dalam NICA (Netherlands- Indies Civil Administration) kembali ke Indonesia membawa
pasukan Sekutu yang telah memenangkan perang melawan Jepang. Maka terjadilah
serangkaian perundingan untuk membahas status kemerdekaan Indonesia. Pertemuan
pertama diadakan pada tanggal 23 Oktober 1945 di Jakarta oleh perwakilan RI dan
NICA, tetapi tidak ada kesepakatan yang dicapai.

Pertemuan kedua berlangsung pada tanggal 13 Maret 1946, dilanjutkan pada tanggal 16
dan 17 Maret 1946 dan menghasilkan dokumen yang dikenal dengan Konsep Batavia
atau Formula Jakarta. Dokumen ini merupakan nota kesepahaman untuk memasuki tahap
negosiasi selanjutnya. Perundingan tersebut menghasilkan gencatan senjata pada tanggal
14 Oktober, yang disusul dengan perundingan Linggarjati yang berlangsung pada tanggal
11 November 1946. Menyusul pemilihan umum Belanda tahun 1946, pemerintah koalisi
yang baru terbentuk memutuskan untuk membentuk “Komisi Bersama” untuk memulai
negosiasi dengan Indonesia. Ketua komite ini adalah Wim Schermerhorn.

Dalam perundingan tersebut Wim Schermerhorn dan Hubertus van Mook mewakili
Belanda, sedangkan Sutan Syahrir mewakili Indonesia dan Lord Killearn dari Inggris
bertindak sebagai mediator dalam perundingan tersebut. Delegasi Belanda menghadiri
konferensi dengan Perdana Menteri Prof. Dr.Ir. W Schermerhorn, sedangkan wakil
Indonesia dipimpin oleh Sutan Sjahrir. Inggris (Sekutu) bertindak sebagai perantara yang
diwakili oleh Sir Archibald Clark Kerr atau Lord InInverchapel

A.H. Nasution dalam buku Sekitar Perang Kemerdekaan: Periode Linggarjati (1994),
mengungkapkan bahwa kesepakatan dicapai dengan merumuskan kesepakatan
pendahuluan yang ditandatangani oleh Sutan Sjahrir dan Hubertus van Mook (Gubernur
Jenderal Hindia Belanda Terakhir) pada tanggal 30 Maret 1946.

C. KRONOLOGI SEJARAH PERJANJIAN LINGGARJATI

Setelah beberapa pertemuan awal, diadakan forum di Hoge Veluwe, Belanda, dari
tanggal 4 sampai 24 April 1946, untuk membahas masalah status negara, kemerdekaan
dan wilayah Indonesia. Namun, pemerintah Kerajaan Belanda tidak setuju dan
mengusulkan agar Indonesia menjadi negara bawahan di Persemakmuran Belanda. Sutan
Syahrir, sebagai perwakilan delegasi Indonesia, tentu menolak mentah-mentah. Indonesia
menginginkan kedaulatan penuh.

Negosiasi dilanjutkan pada 7 Oktober 1946 dengan tujuan menyelesaikan satu demi satu
masalah. Delegasi Indonesia dalam forum ini antara lain Soetan Sjahrir, A.K. Gani, Amir
Sjarifuddin, Soesanto Tirtoprodjo, Mohammad Roem and Ali Boediardjo. Sementara
pihak Belanda yang diwakili oleh Prof. Dr.Ir. W. Schermerhorn dan Inggris sebagai wasit
diwakili oleh Lord Killearn. Pada tanggal 14 Oktober 1946 disepakati bahwa akan
diadakan pembahasan lebih lanjut mengenai pengakuan Belanda atas Indonesia.
Pertemuan penting ini ditetapkan pada tanggal 12 November 1946 di Linggarjati,
Kuningan, Jawa Barat.

D. ISI PERJANJIAN LINGGARJATI

Perundingan Linggarjati berlangsung selama 3 hari, yaitu sampai dengan tanggal 15


November 1946, hingga mencapai kesepakatan umum. A.B. Lafian melalui
bukunya Menelusuri Jalur Linggarjati Diplomasi dalam Perspektif Sejarah
(1992) menjelaskan bahwa kesepakatan itu dicapai pada rapat penutupan pukul 13.30
WIB. Isi Perjanjian Linggarjati adalah sebagai berikut:
1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayahnya meliputi
Sumatera, Jawa, dan Madura.
2. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949.
3. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama untuk membentuk Negara Indonesia
Serikat, sebagai Republik Indonesia Serikat (RIS), salah satu negaranya adalah Republik
Indonesia (RI).
4. RIS dan Belanda akan membentuk Aliansi Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda
sebagai Presiden.

Karta Sasmita dalam bukunya 30 tahun kemerdekaan Indonesia 1945-1960


(1995) mengatakan bahwa isi Perjanjian Linggarjati masih menjadi kontroversi di Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Hal ini berujung pada ditandatanganinya Perjanjian
Linggarjati pada tanggal 25 Maret 1947 di Istana Merdeka, Jakarta. Belanda kemudian
meninggalkan Perjanjian Linggarjati dengan melancarkan invasi militer pertamanya pada
tanggal 21 Juli 1947.

E. TUJUAN PERJANJIAN LINGGARJATI

1. Belanda Mengakui Kemerdekaan Indonesia


Tujuan pertama perjanjian Linggarjati ini adalah untuk memperoleh pengakuan
kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Hanya saja Belanda tetap tidak mau
menyerahkan bangsa Indonesia, sehingga tetap mengklaim Belanda memiliki
sebagian wilayah Indonesia.
2. Dunia Mengakui Kemerdekaan Indonesia
Pengakuan internasional atas kemerdekaan Indonesia juga sangat penting bagi
Indonesia. Karena dengan pengakuannya, Indonesia otomatis mendapat dukungan
dunia dalam melawan penjajahan termasuk hak asasi manusia.

F. WAKTU DAN TEMPAT TERJADINYA LINGGARJATI

Kesepakatan bersejarah antara Indonesia dan Belanda ini akhirnya terwujud. Perjanjian
Linggarjati dilaksanakan sejak tanggal 11 November 1946 sampai dengan tanggal 13
November 1946. Tempat pelaksanaan perjanjian atau perundingan ini adalah Linggarjati,
Cirebon. Meski berlangsung dari 11 hingga 13 November 1946, penandatanganan
Perjanjian Linggarjati baru dilakukan pada 25 Maret 1947. Di sela-sela waktu luang, para
delegasi berkomentar untuk melengkapi isi perjanjian agar kedua belah pihak dapat
menemukan titik temu untuk meratifikasi perjanjian ini.

G. PRO DAN KONTRA PERJANJIAN LINGGARJATI

Beberapa partai politik menentang kesepakatan tersebut, antara lain PNI, Pasukan Muda
Komunis (Acoma), Partai Perempuan, Partai Rakyat Indonesia, Partai Rakyat Jelata dan
Laskar Rakyat Jawa Barat. Sedangkan pihak yang mendukung kesepakatan ini adalah
Perindo, PKI, Partai Buruh, BTI, Partai Katolik, Tentara Rakyat dan Parkindo, sedangkan
Dewan Pusat Kongres Pemuda memilih netral untuk menjaga persatuan di antara
organisasi-organisasi yang membentuknya. Pemerintah mengubah kekuatan KNIP
dengan dukungan kesepakatan Linggarjati menjadi lebih besar.
Terbitnya Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1946 pada bulan Desember yang memuat
penambahan anggota KNIP ditentang keras oleh pihak-pihak yang menolak perjanjian
Linggarjati. Namun, sidang paripurna KNIP juga tetap akan menghasilkan 232 anggota
baru KNIP dan persetujuan kesepakatan Linggarjati dapat dilanjutkan. Terlepas dari pro
dan kontra terhadap Perjanjian Linggarjati,
Indonesia terbuka untuk menandatangani karena alasan berikut ini:
- Bangsa Indonesia percaya bahwa jalan yang paling baik dan pasti untuk mencapai
tujuan nasional adalah melalui jalan damai.
- Dukungan simpatik dari pihak internasional akan datang jika Anda mengambil
langkah damai.
- Ada peluang untuk memperkuat militer Indonesia yang lemah.
- Untuk memperoleh pengakuan kedaulatan, diplomasi merupakan jalan yang
paling tepat untuk dipilih.

Hubungan Indonesia-Belanda belum juga membaik meski telah ditandatangani perjanjian


Linggarjati. Pada tanggal 27 Mei 1947 Belanda melalui Delegasi Idenburg mengajukan
nota kepada Pemerintah Indonesia dan harus memberikan tanggapan dalam waktu dua
minggu.
Isi catatan tersebut adalah sebagai berikut:
- Sebuah pemerintahan transisi bersama dapat dibentuk.
- Tetapkan batas demiliterisasi.
- Untuk dapat membangun sistem pertahanan yang modern, diperlukan bagian dari
angkatan darat, laut dan udara Kerajaan Hindia Belanda di Indonesia.
- Perlindungan kepentingan nasional dan asing dipastikan dengan pembentukan
kepolisian.

Anda mungkin juga menyukai