Anda di halaman 1dari 2

PERJANJIAN LINGGARJATI

Indah Ristia Putri, 11 IPS 1– 20


SMA NEGERI 1 TUMPANG
Pendahuluan
Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 setelah
sekian lama dijajah bangsa-bangsa Eropa, terutama Belanda, dan kemudian Jepang.
Meskipun sudah memproklamirkan kemerdekaan, namun Indonesia masih diincar oleh
Belanda yang ingin berkuasa kembali. Setelah Indonesia merdeka, Pasukan Belanda
yang tergabung dalam NICA (Netherlands-Indies Civiele Administration) kembali ke
Indonesia dengan membonceng pasukan Sekutu yang telah memenangkan perang
melawan Jepang. Maka, digelarlah rangkaian perundingan untuk membahas status
kemerdekaan RI. Pertemuan pertama dilangsungkan pada 23 Oktober 1945 di Jakarta
oleh perwakilan RI dan NICA. Namun gagal mencapai kesepakatan. Pertemuan kedua
digelar pada 13 Maret 1946 yang berlanjut tanggal 16-17 Maret 1946 dan menghasilkan
naskah yang dikenal dengan sebutan Batavia Concept atau Rumusan Jakarta. Naskah ini
adalah nota kesepahaman untuk menginjak fase perundingan berikutnya. Delegasi
Belanda dalam pertemuan itu adalah Perdana Menteri Prof. Dr. Ir. W. Schermerhorn,
sedangkan wakil Indonesia dipimpin oleh Soetan Sjahrir. Pihak Inggris (Sekutu)
bertindak sebagai penengah yang diwakili oleh Sir Archibald Clark Kerr atau Lord
Inverchapel. A.H. Nasution dalam buku Sekitar Perang Kemerdekaan: Periode
Linggarjati (1994), mengungkapkan bahwa perjanjian tersebut telah disepakati melalui
rumusan naskah persetujuan pendahuluan yang ditandatangani oleh Soetan Sjahrir dan
Hubertus van Mook (Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir) pada 30 Maret 1946.

Isi
Sebagai tindak lanjut atas beberapa pertemuan awal, dihelat forum di Hoge
Veluwe, Belanda, pada 4-24 April 1946, yang membahas tentang persoalan status
kenegaraan, kemerdekaan, dan wilayah Indonesia. Namun, pemerintah Kerajaan
Belanda tidak setuju dan menawarkan opsi bahwa Indonesia akan menjadi negara
bawahan dalam persemakmuran Belanda. Soetan Sjahrir sebagai wakil delegasi
Indonesia tentu saja menolak mentah-mentah. Indonesia ingin kedaulatan penuh.
Perundingan kembali dilanjutkan pada 7 Oktober 1946 dengan tujuan untuk mengurai
persoalan demi persoalan. Delegasi Indonesia dalam forum ini adalah Soetan Sjahrir,
A.K. Gani, Amir Sjarifuddin, Soesanto Tirtoprodjo, Mohammad Roem, dan Ali
Boediardjo. Sementara dari pihak Belanda diwakili oleh Prof. Dr. Ir. W. Schermerhorn
dan Inggris sebagai penengah diwakili oleh Lord Killearen. Pada 14 Oktober 1946
disepakati bahwa akan dilakukan pembicaraan lebih lanjut mengenai pengakuan
Indonesia dari pihak Belanda. Waktu yang disepakati untuk pertemuan penting itu
adalah dari 12 November 1946 di Linggarjati, Kuningan, Jawa Barat

Isi Perjanjian Linggarjati Perundingan Linggarjati dilangsungkan selama 3 hari, yakni


hingga tanggal 15 November 1946 yang membuahkan kesepakatan bersama. A.B Lafian
melalui buku Menelusuri Jalur Linggarjati Diplomasi dalam Perspektif Sejarah (1992)
memaparkan, perjanjian tersebut disepakati pada rapat penutup pukul 13.30. Adapun
isi dari Perjanjian Linggarjati adalah sebagai berikut: Belanda mengakui secara de facto
Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan

1 | Artikel Sejarah Indonesia


Madura. Belanda sudah harus meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1
Januari 1949. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk
Negeri Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS), yang salah
satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia (RI). RIS dan Belanda akan
membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya. Karta
Sasmita dalam buku 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960 (1995) menyebutkan
bahwa isi Perjanjian Linggarjati masih menimbulkan polemik di kalangan Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Hal tersebut menyebabkan penandatanganan
Perjanjian Linggarjati baru terlaksana pada 25 Maret 1947 di Istana Istana Merdeka,
Jakarta. Nantinya, Belanda mengingkari kesepakatan dalam Perjanjian Linggarjati
tersebut dengan melancarkan agresi militer pertama pada 21 Juli 1947.
Tokoh-Tokoh dalam Perjanjian Linggarjati Delegasi Belanda: Hubertus van Mook dan
Prof. Dr. Ir. W. Schermerhorn Delegasi Indonesia, Soetan Sjahrir, A.K. Gani, Amir
Sjarifuddin, Soesanto Tirtoprodjo, Mohammad Roem, dan Ali Boediardjo Delegasi
Inggris.

Penutup
Dengan demikian patutlah kita sebagai generasi muda menghargai jasa para
pahlawan karena dengn adanya perjanjian linggarjati menunjukkan bahwa perjuangan
para pahlawan di Indonesia tidak hanya memperjuangkan fisik saja tetapi juga pikiran,
mental, dan tenaga

Daftar Rujukan
https://tirto.id/sejarah-perjanjian-linggarjati-latar-belakang-isi-tokoh-delegasi-f9zC

2 | Artikel Sejarah Indonesia

Anda mungkin juga menyukai