Anda di halaman 1dari 20

PERJUANGAN DIPLOMASI

Kedatangan para sekutu di Indonesia yang diboncengi NICA mengakibatkan timbulnya


perlawanan

di berbagai daerah. Perlawanan antara Indonesia-Belanda tidak juga selesai

sehingga diadakan perundingan untuk mengakhiri konflik yang terjadi.


1. Pertemuan Jakarta (10 Februari 1946)
Pada pertemuan ini Indonesia diwakili oleh Sutan Sjahrir sedang Belanda oleh H.J. van
Mook

dan

perantara
Christison.
Februari

Inggris

Jenderal
Pada
1946

Sir

sebagai
Philip

tanggal

10

perundingan

Indonesia Belanda dimulai. Pada


waktu

itu

Van

Mook

menyampaikan pernyataan politik


pemerintah Belanda antara lain
sebagai berikut.
a. Indonesia akan dijadikan Negara Commonwealth berbentuk federal yang memiliki
pemerintahan sendiri di dalam lingkungan kerajaan Belanda.
b. Urusan dalam negeri dijalankan Indonesia sedangkan urusan luar negeri oleh
pemerintah Belanda.
c. Sebelum dibentuk persemakmuran, akan dibentuk pemerintahan peralihan selama 10
tahun.
d. Indonesia akan dimasukan dalam PBB tanggal 27 Maret 1946.
Selanjutnya pada tanggal 12 Maret 1946, Sjahrir menyampaikan usul balasan yang berisi
antara lain sebagai berikut.
a. Republik Indonesia diakui sebagai Negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas
Hindia Belanda.
b. Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada masa tertentu dan urusan luar
negeri dan pertahanan diserahkan kepada suatu badan federasi yang terdiri atas orangorang Indonesia dan Belanda.
Usul dari pihak Indonesia di atas diterima oleh pihak Belanda dan selanjutnya Van Mook
secara pribadi mengusulkan untuk mengakui Republik Indonesia sebagai wakil Jawa untuk
mengadakan kersa sama dalam rangka pembentukan Negara federal dalam lingkungan
Kerajaan Belanda.
Pada tanggal 27 Maret 1946 Sutan Sjahrir mengajukan usul baru kepada Van Mook
antara lain sebagai berikut.
a. Supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulanan de facto RI atas Jawa dan
Sumatera.
b. Supaya RI dan Belanda bekerja sama membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
c. RIS bersama-sama dengan Nederland, Suriname, Curacao, menjadi peserta dalam
ikatan Negara Belanda.
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

2. Pertemuan Soekarno-Van Mook


Pertemuan antara wakil-wakil Belanda dengan
para pemimpin Indonesia diprakarsai oleh Pang
Lima AFNEI Letnan Jenderal Sir Philip Chritison
pada tanggal 25 Oktober 1945. Dalam pertemuan
tersebut pihak Indonesia diwakili oleh Soekarno,
Mohammad Hatta, Ahmad Sobardjo, dan H. Agus
Salim, sedangkan pihak Belanda diwakili Van
Mook dan Van Der Plas.
Pertemuan ini merupakan pertemuan untuk
menjajagi

kesepakatan

kedua

belah

pihak

yang

berselisih.

Presiden

Soekarno

mengemukakan kesediaan Pemerintah Republik Indonesia untuk berunding atas dasar


pengakuan hak rakyat Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri. Sedangkan Van Mook
mengemukakan pandangannya mengenai masalah Indonesia di masa depan bahwa Belanda
ingin menjalankan untuk Indonesia menjadi negara persemakmuran berbentuk federal yang
memiliki pemerintah sendiri di lingkungan kerajaan Belanda. Yang terpenting menurut Van
Mook bahwa pemerintah Belanda akan memasukkan Indonesia menjadi anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Tindakan Van Mook tersebut disalahkan oleh Pemerintah Belanda terutama oleh
Perlemen, bahkan Van Mook akan dipecat dari jabatan wakil Gubernur Jenderal Hindia
Belanda (Indonesia).
3. Pertemuan Sjahrir-Van Mook
Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 17
November 1945 bertempat di Markas Besar
Tentara Inggris di Jakarta (Jalan Iman Bonjol
No.1). Dalam pertemuan ini pihak Sekutu
diwakili oleh Letnan Jenderal Christison, pihak
Belanda oleh Dr. H.J. Van Mook, sedangkan
delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir.
4. Perundingan Sjahrir-Van Mook
Untuk mempertemukan kembali pihak Indonesia dengan pihak Belanda, pemerinah
Inggril mengirimkan seorang diplomaik ke Indonesia yakni Sir Achibald Clark Kerr sebagai
penengah. Pada tanggal 10 Februari 1946 perundingan Indonesia Belanda dimulai. Pada
waktu itu Van Mook menyampaikan pernyataan politik pemerintah Belanda antara lain
sebagai berikut.
a. Indonesia akan dijadikan Negara Commonwealth berbentuk federal yang memiliki
pemerintahan sendiri di dalam lingkungan kerajaan Belanda.
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

b. Urusan dalam negeri dijalankan Indonesia sedangkan urusan luar negeri oleh
pemerintah Belanda.
Selanjutnya pada tanggal 12 Maret 1946, Sjahrir menyampaikan usul balasan yang berisi
antara lain sebagai berikut.
a. Republik Indonesia diakui sebagai Negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas
Hindia Belanda.
b. Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada masa tertentu dan urusan luar
negeri dan pertahanan diserahkan kepada suatu badan federasi yang terdiri atas
orang-orang Indonesia dan Belanda.
Usul dari pihak Indonesia di atas diterima oleh pihak Belanda dan selanjutnya Van Mook
secara pribadi mengusulkan untuk mengakui Republik Indonesia sebagai wakil Jawa untuk
mengadakan kersa sama dalam rangka pembentukan Negara federal dalam lingkungan
Kerajaan Belanda.
Pada tanggal 27 Maret 1946 Sutan Sjahrir mengajukan usul baru kepada Van Mook antara
lain sebagai berikut.
a. Supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulanan de facto RI atas Jawa dan
Sumatera.
b. Supaya RI dan Belanda bekerja sama membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
c. RIS bersama-sama dengan Nederland, Suriname, Curacao, menjadi peserta dalam
ikatan Negara Belanda.
5. Pertemuan Hoge Veluwe (12-24 April 1946)
Perundingan ini dilaksanakan pada tanggal 14-25 April
1946 di Hooge Veluwe (Negeri Belanda), yang merupakan
kelanjutan

dari

pembicaraan-pembicaraan

yang

telah

disepakati Sjahrir dan Van Mook. Para delegasi dalam


perundingan ini adalah :
1) Mr. Suwandi, dr. Sudarsono, Dr. Idenburgh, Dr. Van
Royen, Prof. Van Asbeck, pemerintah RI.
2) Dr. Van Mook, Prof. Logemann, Dr. Idenburgh, Dr.

Van

ROyen, Prof. Van Asbeck, Sultan Hamid II, dan Surio


Santoso yang mewakili Belanda, dan
3) Sir Archibald, Clark Kerr mewakili sekutu sebagai
penengah.
Perundingan yang berlangsung di Hooge Veluwe ini tidak
membawa hasil sebab Belanda menolak konsep hasil pertemuan Sjahrir-Van Mook-Clark
Kerr di Jakarta. Pihak Belanda tidak bersedia memberikan pengakuan de facto kedaulatan RI
atas Jawa dan Sumatra tetapi hanya Jawa dan Madura serta dikurangi daerah-daerah yang
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

diduduki oleh pasukan Sekutu. Dengan demikian untuk sementara waktu hubungan
Indonesia Belanda terputus, akan tetapi Van Mook masih berupaya mengajukan usul bagi
pemerintahannya kepada pihak RI.
6. Perundingan Jakarta (7 Oktober 1946)
Lord Killearn berhasil membawa
wakil-wakil Pemerintah Indonesia dan
Belanda

ke

meja

perundingan.

Perundingan berlangsung di rumah


Konsul Jenderal Inggris di Jakarta pada
tanggal 7 Oktober 1946. Delegasi
Indonesia diketuai Perdana Menteri
Sutan

Syahrir.

Delegasi

Belanda

diketuai oleh Prof. Schermerhorn. Dalam perundingan tersebut, masalah gencatan senjata
yang gagal perundingan tanggal 30 September 1946 disetujui untuk dibicarakan lagi dalam
tingkat panitia yang diketuai Lord Killearn.
Perundingan tingkat panitia menghasilkan persetujuan gencatan senjata sebagai berikut.

Gencatan senjata diadakan atas dasar kedudukan militer pada waktu itu dan atas dasar
kekuatan militer Sekutu serta Indonesia.

Dibentuk sebuah Komisi Bersama Gencatan Senjata untuk masalah-masalah teknis


pelaksanaan gencatan senjata.

Di bidang politik, delegasi Pemerintah Indonesia dan komisi umum Belanda sepakat
untuk menyelenggarakan perundingan politik secepat mungkin.

7. Perundingan Linggarjati

Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

Bulan Agustus pemerintah Belanda


melakukan usaha lain untuk memecah
halangan dengan menunjuk tiga orang
Komisi Jendral datang ke Jawa dan
membantu

Van

Mook

dalam

perundingan baru dengan wakil-wakil


republik itu. Konferensi antara dua
belah pihak diadakan di bulan Oktober

dan

November di bawah pimpinan yang


netral seorang komisi khusus Inggris, Lord Killearn. Pada tanggal 10-15 November 1946
diselenggarakan perundingan di bukit Linggarjati dekat Cirebon. Setelah mengalami tekanan
berat terutama Inggris dari luar negeri, dicapailah suatu persetujuan tanggal 15 November
1946 yang pokok pokoknya sebagai berikut :

Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan


yang meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de
facto paling lambat 1 Januari 1949,

Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara
Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu
bagiannya adalah Republik Indonesia

Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda
dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

Persetujuan Linggarjati kemudian diparaf oleh Schermerhorn dan Sjahrir di rumah


kediaman Sjahrir di Jakarta pada tanggal 15 November 1946. KNIP sendiri kemudian
meratifikasi perjanjian tersebut pada bulan Februari 1947, setelah memperbanyak jumlah
anggotanya dari 200 menjadi 514 orang, karena sebagian besar anggota KNIP yang lama
menolak isi persetujuan tersebut. Ditambah atas campur tangan Soekarno-Hatta yang akan
meletakan jabatan jika persetujuan Linggarjati tidak disetujui. Dan akhirnya Persetujuan
Linggarjati ditandatangani dengan khidmat di Istana Rijswijk (kini Istana Negara) pada
tanggal 25 Maret 1947.
Secara umum di kalangan Republik, baik politisi maupun pejuang kemerdekaan,
persetujuan Linggarjati ditolak karena dianggap menguntungkan pihak Belanda. Penolakan
diantaranya datang dari Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, Partai Rakyat dan
laskar-laskar rakyat. Bahkan di suatu majalah laskar rakyat bernama Godam Jelata ada
sebuah puisi dengan kalimat tertulis Anti Linggarjati sampai mati. Persetujuan Linggarjati

Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

hanya didukung secara nyata oleh partainya Sjahrir, Partai Sosialis, dan oleh SoekarnoHatta.
Dalam pelaksanaan persetujuan Linggarjati, di bulan Mei 1947, Komisi Jenderal
mengultimatum Pemerintah Indonesia untuk mengakui kedaulatan Kerajaan Belanda atas
Indonesia secara de jure sebelum tanggal 1 Januari 1949 dan sebelum itu Indonesia di
bawah suatu pemerintahan sementara (interim) dimana Raja/Ratu Belanda sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi. Pemerintahan sementara ini secara prinsip diterima oleh
Sjahrir pada tanggal 8 Juni 1947 dan disetujui dalam rapat kabinet tanggal 20 Juni 1947.
Rupanya hal ini membawa dampak kurang baik bagi Sjahrir. Ia dianggap terlalu banyak
memberikan konsensi kepada Belanda terutama oleh anggota partainya sendiri. Pada
akhirnya sebagian besar anggota Partai Sosialis di kabinet dan KNIP pun menarik dukungan
terhadap Sjahrir pada tanggal 26 Juni 1947. Sjahrir mengembalikan mandat Perdana Menteri
kepada Presiden Soekarno keesokan harinya.
Dan di kemudian hari Pemerintah Belanda mengingkari Persetujuan Linggarjati ini
dengan mengadakan aksi militer pada tanggal 20 Juli 1947. Van Mook yang didukung oleh
Jenderal Spoor mengirim telegram kepada Menteri Urusan Daerah Seberang, Jonkman,
meminta agar diperkenankan untuk melanjutkan aksi militer hingga Yogyakarta dan
menduduki ibukota Republik itu dengan segala konsekuensinya. Schermerhorn sendiri
sebagai ketua Komisi Jenderal menolak aksi militer ini.
8. Agresi Militer I Belanda
Terjadi karena perbadaan penafsiran perjanjian Linggajati yang dilakukan di Linggajati,
Cirebon,

Jawa

Barat.

Delegasi

Indonesia dipimpin perdana mentri


Sutan

Sjahrir

dengan

anggota

Mr.Moh.Roem, Mr. Sutanto, dr. A.K


Gani, dan beberapa anggota yaitu dr.
Sudarsono, Mr. Amir Syarifudin, dan

dr.

Leimena. Delegasi Belanda dipimpin


Prof. Schermerhorn dengan anggota
Max Van Roll, F.de Boer, dan H.J
Van Mook.
Perjanjian Linggajati dilakukan tanggal 10 November 1946. hasil perjanjian disetujui 2
pihak dan diumumkan tanggal 15 November 1946, isi perjanjian adalah:
a. Belanda mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Pulau Jawa, Madura, dan
Sumatra.
b. Pemerintah Indonesia dan belanda sepakat membentuk Republik Indonesia Serikat
(RIS). Salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia
c. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda.
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

Perjanjian ini disepakati kedua belah pihak, hanya saja terjadi salah penafsiran, yaitu:
1) pihak Indonesia mengakui kedaulatan Beland pada masa peralihan, tetapi menolak
untun menjaga pertahanan negara bersama-sama
2) belanda menganggap Indonesia adalah negara persemakmuran dan berbentuk federasi.
Belanda menuntut pelaksanaan penjagaan dan pertahanan negara dilakukan bersamasama.
Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirim catatan yang harus dijawab pihak
Indonesia dalam waktu 14 hari. Isi catatan adalah sebagai berikut:
a. membentuk pemerintahan sementara secara bersama
b. menentukan garis demiliterisasi
c. melaksanakan keamanan dan ketertiban secara bersama, termasuk daerah-daerah
Republik Indonesia yang memerlukan bantuan Belanda
d. melaksanakan pengawasan kegiatan export import secara bersama.
Sikap Indonesia tegas. Menolak catatan Belanda tersebut. Pada 15 Juli 1945 Belanda
memebri catatan kedua yang harus dijawab Indonesia dalam 32 jam. Isi nya antara lain
Belanda masih menuntut pelaksanaan keamanan dan ketertiban secara bersama. Sikap
Indonesia tetap tegas dan menolak catatan kedua tersebut.
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melakukan agresi militer 1. belanda melakukan
penyerangan ke Pulau jawa dengan tentara yang dilengkapi persenjataan Modern. Indonesia
menerapkan perang Gerilya (sembunyi-sembunyi). Akhirnya Belanda berhasil menguasai
Kota, dan Indoensia menguasai di luar Kota.
Agresi Militer ini mendapat kecaman internasional. India dan Australia mengusulkan
agar masalah ini diselesaikan Dewan Keamanan PBB. Akhirnya 1 Agustus 1947 Dewan
Kemanan PBB menyerukan agar pertikaian baku tembak dihentikan. Dala sidang di Dewan
Keamanan PBB Indonesia mengutus Sutan Sjahrir dan H. Agus Salim. Pada tanggal 4
Agustus 1947 Indonesia dan Belanda menghentikna baku tembak. Pada tanggal tersebut pula
Agresi Militer Belanda.
9. Perundingan Renville

Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

Delegasi Indonesia pada perjanjian


Renville, tampak di antaranya Agus Salim

dan

Achmad Soebardjo
Tokoh : Indonesia: Amir Syarifudin..
Belanda: Abdulkadir Widjodjoatmodjo
Tanggal : 8 Desember 1947
Tempat : Kapal USS Renville, milik Amerika
Hasil:
1. RI harus mengakui kedaulatan Belanda di Hindia-Belanda untuk mengakui NIS
2. Diadakan pemungutan suara untuk mengetahui apakah rakyat ingin bergabung dg RI
atau belanda
3. Tiap negara bagian berhak tinggal di luar NIS dan mengadakan hubungan
Ada perbedaan pendapat antara wakil tinggi mahkota belanda dg Van Mook dan
menyatakan tidak terikat dg perjanjian apapun. maka, dilaksanakanlah Agresi Militer II, 18
Desember 1948
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani
pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat
netral, USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan
dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN),
Committee of Good Offices for Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan
Belgia.

Delegasi
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin Harahap. Delegasi

Kerajaan Belanda dipimpin oleh Kolonel KNIL R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo. Delegasi
Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.
Gencatan senjata
Pemerintah RI dan Belanda sebelumnya pada 17 Agustus 1947 sepakat untuk melakukan
gencatan senjata hingga ditandatanganinya Persetujuan Renville, tapi pertempuran terus
terjadi antara tentara Belanda dengan berbagai laskar-laskar yang tidak termasuk TNI, dan
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

sesekali unit pasukan TNI juga terlibat baku tembak dengan tentara Belanda, seperti yang
terjadi antara Karawang dan Bekasi.
Isi perjanjian
1. Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatra sebagai bagian
wilayah Republik Indonesia
2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan
daerah pendudukan Belanda
3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di
Jawa Barat dan Jawa Timur Indonesia di Yogyakarta
Pasca perjanjian
Sebagai hasil Persetujuan Renville, pihak Republik harus mengosongkan wilayahwilayah yang dikuasai TNI, dan pada bulan Februari 1948, Divisi Siliwangi hijrah ke Jawa
Tengah.
Tidak semua pejuang Republik yang tergabung dalam berbagai laskar, seperti Barisan
Bambu Runcing dan Laskar Hizbullah/Sabillilah di bawah pimpinan Sekarmaji Marijan
Kartosuwiryo, mematuhi hasil Persetujuan Renville tersebut. Mereka terus melakukan
perlawanan bersenjata terhadap tentara Belanda. Setelah Soekarno dan Hatta ditangkap di
Yogyakarta, S.M. Kartosuwiryo, yang menolak jabatan Menteri Muda Pertahanan dalam
Kabinet Amir Syarifuddin, Menganggap Negara Indonesia telah Kalah dan Bubar, kemudian
ia mendirikan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Hingga pada 7 Agustus 1949,
di wilayah yang masih dikuasai Belanda waktu itu, Kartosuwiryo menyatakan berdirinya
Negara Islam Indonesia (NII).
10. Agresi Militer II Belanda
Agresi
Militer
Belanda II 19 Desember
1948

adalah

peristiwa

penyerbuan ke wilayah
Republik Indonesia oleh
tentara

Belanda.

Pemerintahan Belanda di
wilayah bekas Hindia Belanda bersikeras menyebut peristiwa penyerbuan tersebut sebagai
Aksi Polisionil. Dengan istilah Aksi Polisionil, pihak Belanda ingin menegaskan bahwa
peristiwa tersebut bukan merupakan peristiwa militer.

Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

10

Sebuah peristiwa militer mengasumsikan adanya perang antara dua entitas negara yang
berbeda. Padahal, bagi pihak Belanda, RI bukan merupakan sebuah negara, melainkan
bagian dari wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Agresi Militer Belanda II 19 Desember
1948 dimaksudkan oleh Belanda untuk memusnahkan kekuatan bersenjata yang berada di
pihak RI, yaitu TNI, yang dianggap sebagai ekstrimis atau bahkan kriminal.
Bagi Belanda, apa yang kita kenal sebagai Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948
adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh kekuatan polisi, yang dalam struktur
kelembagaan negara manapun merupakan sebuah lembaga untuk menegakkan keamanan
dan ketertiban sipil. Dengan demikian, TNI bagi Belanda adalah kriminalyang
mengganggu ketertiban dan keamanan.
Walaupun demikian, pada kenyataannya, kekuatan tentaralah yang dikerahkan untuk
melaksanakan Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948. Kekuatan polisi yang
digunakan oleh pihak Belanda secara praktis merupakan sebuah kekuatan militer karena
dilengkapi dengan peralatan yang biasanya hanya dimiliki oleh kesatuan-kesatuan militer,
antara lain kendaraan lapis baja dan alat-alat persenjataan berat.
Alasan lain yang sering dikemukakan Belanda untuk membenarkan Agresi Militer
Belanda II 19 Desember 1948 adalah bahwa RI tidak sepenuhnya menjalankan Perjanjian
Renville, yang ditandatangani pada 17 Januari 1947. Menurut perjanjian tersebut, RI harus
mengosongkan kekuatan TNI dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Perjanjian ini menyebabkan
jatuhnya Kabinet Amir Syarifuddin.
Rakyat Indonesia yang hidup di sekitar tahun tersebut sering menyebut peristiwa tersebut
sebagai zaman dorsetut (Doorstoot), atau kles (Clash). Pemerintah RI sendiri secara resmi
menyebut peristiwa itu sebagai Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948. Angka II di
belakang istilah tersebut menunjukkan bahwa Belanda sebelumnya juga pernah melancarkan
serangan ke wilayah RI.
Dalam buku-buku sejarah resmi Indonesia, diceritakan bahwa pada tahun 1947 Belanda
pernah melancarkan Agresi Militer Belanda I pada 1947 tak lama setelah penandatanganan
Perjanjian Linggarjati. Seperti istilah yang diberikan untuk Agresi Militer Belanda II 19
Desember 1948, Belanda menyebut serangan ini sebagai Aksi Polisionil I.

Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948: Jalannya Peperangan

Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

11

Walaupun pihak Belanda bersikeras menyebut peristiwa penyerbuan ke wilayah-wilayah


RI sebagai Aksi Polisionil, dan dengan demikian kurang tepat bila disebut sebagai sebuah
perang, perencanaan dan pelaksanaan penyerbuan tersebut adalah khas militer dan strategi
dan taktik yang diterapkan menunjukkan bahwa penyerbuan tersebut memang merupakan
sebuah perang.
Pihak Belanda menyebut gerakan ofensif dalam Agresi Militer Belanda II 19 Desember
1948 sebagai Operasi Kraai atau Operasi Gagak. Sasaran utamanya adalah ibu kota
Republik Indonesia pada saat itu, yaitu Yogyakarta, dan wilayah-wilayah RI yang lain baik
di Pulau Jawa maupun Pulau Sumatera. Karena perencanaan yang sangat matang dan
pelaksanaan yang sempurna, operasi ini sering dianggap sebagai salah satu operasi militer
paling berhasil di dunia.
Pasukan Belanda yang melaksanakan Operasi Gagak atau Agresi Militer Belanda II 19
Desember 1948 adalah gabungan dari personel KL (Koninlijk Leger/Tentara Kerajaan
Belanda) dan KNIL (Koninlijk Nederlandsche Indische Leger/Tentara Kerajaan Hindia
Belanda). Pemegang komando militer tertinggi pasukan Belanda adalah Jenderal Simon M.
Spoor, yang juga memimpin Agresi Militer Belanda I pada 1947.
Penyerbuan ke target utama Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948, yaitu ibu kota
Yogyakarta, dimulai dari Lapangan Terbang Maguwo (kini Bandar Udara Adisutjipto,
sebelah timur kota Yogyakarta). Pasukan pertama yang menyerbu Lapangan Udara Maguwo
terdiri dari 432 anggota pasukan KST. Seluruh anggota pasukan ini selamat.

18 Desember 1948
Pukul 23:30: Radio Antara dari Jakarta melaporkan bahwa Dr. Beel, Wakil Tinggi
Mahkota Belanda, akan mengucapkan pidato penting besok pagi.

19 Desember 1948
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

12

Pukul 02.00: Pasukan 1e para-compagnie (Pasukan para I) KST di Andir mulai


memeproleh perlengkapan parasut masing-masing.
Pukul 03.30: Briefing akhir para komandan.
Pukul 03:45: Mayor Jendral Engles tiba di bandar udara Andir.
Pukul 04:00: Jendral Spoor tiba. Pemimpin seluruh Operasi Gagak atau Agresi Militer
Belanda II 19 Desember 1948 ini melakukan inspeksi dan memberikan pidato singkat.
Pukul 04:20: Seluruh personel KST naik ke pesawat. Mereka diangkut dengan enambelas
buah pesawat angkut Dakota. Komandan kelompok ini adalah Kapten Eekhout.
Pukul 04:30: Pesawat Dakota pertama tinggal landas. Rute penerbangan dari bandar
udara Andir menuju Lapangan Udara Maguwo adalah melintasi Lautan Hindia.
Pukul 05:45: Lima pesawat Mustang dan sembilan pesawat Kittyhawk membombardir
Lapangan Udara Maguwo dengan mitralyur dan bom.
Pukul 06:25: Para pilot pesawat pemburu melaporkan bahwa zona penerjunan telah dapat
digunakan.
Pukul 06:45: Pasukan KST mulai diterjunkan. Pada saat yang sama, Dr. Beel
mengucapkan sebuah pidato radio, di mana dia menyatakan bahwa Belanda tidak terikat
lagi dengan Persetujuan Renville.

Penyerangan terhadap Lapangan Udara Maguwo, yang mengawali seluruh peperangan


selama Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948, memang merupakan operasi militer
yang sukses. Pertahanan Lapangan Udara tersebut dapat dikatakan tidak ada. Hanya terdapat
beberapa pucuk senapan dan sebuah senapan anti pesawat kaliber 12,7. Senjata berat, yang
tidak banyak jumlahnya, semua sedang rusak.
Secara keseluruhan, ada 150 personel TNI yang menjaga Lapangan Udara Maguwo.
Pangkalan hanya dijaga oleh satu kompi TNI bersenjata lengkap, namun mereka bukan
tandingan bagi serangan gabungan pasukan terjun payung yang terlatih dan skuadron
pesawat pembom yang canggih. Hanya dalam waktu 25 menit, pertempuran telah selesai.
KST tak kehilangan satu pun personelnya dalam fase awal Agresi Militer Belanda II 19
Desember

1948

ini,

sementara

TNI

kehilangan

128

personel.

Pukul 07.10, Lapangan Udara Maguwo sepenuhnya dikuasai pasukan Belanda. Dua jam
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

13

kemudian, seluruh personel KST telah mendarat. Dua jam berikutnya, Grup Tempur M,
terdiri dari 2600 personel (termasuk dua batalyon dari Brigade T yang bersenjata berat,
dipimpin Kolonel D.R.A. van Langen). Seluruh kekuatan Belanda yang telah dipersiapkan
untuk Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948 pun mulai menyerbu Yogyakarta.
Ibu kota Yogyakarta jatuh dengan mudah. Presiden Soekarno, Wakil Presiden
Mohammad Hatta dan beberapa menteri ditawan dan diasingkan Belanda. Sebelum
tertangkap, Presiden dan Wakil Presiden mengirimkan kawat kepada Mr. Syarifuddin
Prawiranegara yang sedang berada di Sumatera. Kawat tersebut berisi perintah untuk
membentuk sebuah pemerintahan darurat apabila Presiden dan Wakil Presiden tertawan
musuh.
Panglima Besar Jenderal Soedirman mengeluarkan Perintah Kilat yang segera disebarkan
kepada seluruh personel TNI untuk melakukan gerilya. Karena adanya Perintah Kilat ini,
maka setiap tanggal 19 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri atau Hari Juang Kartika
TNI AD.
11. Pengakuan Kedaulatan
Indonesia menjadi bangsa yang merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 dan menjadi
bangsa yang berdaulat sejak 18 Agustus 1945. Namun, Belanda masih berusaha
menghancurkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Belanda ingin kembali melakukan
penjajahan di Indonesia. Berbagai upaya dilakukan bangsa Indonesia untuk mempertahankan
kemerdekaan yang telah diraih. Perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia tidak hanya
melalui perjuangan mengangkat senjata, tetapi juga melalui perjuangan diplomasi.
Perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia membuahkan hasil dengan adanya
pengakuan kedaulatan dari Belanda. Berikut ini beberapa peristiwa yang mengantarkan
Indonesia kepada pengakuan kedaulatan.

12. Perjanjian Roem-Royen

Tokoh : Indonesia: Moh. Roem.


Belanda: Van Royen

Tanggal : 7 Mei 1948

Tempat : hotel des indes, Jakarta

Hasil:
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

14

1. Mr. Roem: menghentikan perang gerilya, bekerjasama mengembalikan perdamaian,


ikut menghadiri KMB
2. Van Royen: pemerintah RI kembali ke yogyakarta, penghentian gerakan militer dan
pembebasan tahanan, tidak akan mengakui negara dalam kekuasaan RI sebelum
tanggal 19 Desember 1948, setuju RI bagian dr NIS, berusaha agar KMB ada
Suasana Konferensi Permulaan Meja Bundar. Tampak: Prof. Dr. Supomo, Ali
Sastroamidjojo, Mohammad Roem, Leimena, A.K. Pringgodigdo, Latuharhary, 14 April
1949
Menteri Luar Negeri Belanda van Roijen (rekaman Desember 1948, sebelum berangkat

ke New York dalam perjalanan dari negosiasi Resolusi 67 Dewan Keamanan PBB yang akan
memaksa Belanda untuk mengakui kemerdekaan Indonesia).
Perjanjian Roem-Roijen (juga disebut Perjanjian Roem-Van Roijen) adalah sebuah
perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan
akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Namanya
diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Roijen. Maksud
pertemuan ini adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan
Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama.
Hasil pertemuan ini adalah:

Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya

Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar

Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta

Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan


membebaskan semua tawanan perang
Pada tanggal 22 Juni, sebuah pertemuan lain diadakan dan menghasilkan keputusan:

Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat sesuai
perjanjian Renville pada 1948
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

15

Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar sukarela dan
persamaan hak

Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada
Indonesia

Pasca Perjanjian
Pada 6 Juli, Sukarno dan Hatta kembali dari pengasingan ke Yogyakarta, ibukota
sementara Republik Indonesia. Pada 13 Juli, kabinet Hatta mengesahkan perjanjian Roemvan Roijen dan Sjafruddin Prawiranegara yang menjabat presiden Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI) dari tanggal 22 Desember 1948 menyerahkan kembali
mandatnya kepada Soekarno dan secara resmi mengakhiri keberadaan PDRI pada tanggal 13
Juli 1949.
Pada 3 Agustus, gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia dimulai di Jawa (11
Agustus) dan Sumatera (15 Agustus). Konferensi Meja Bundar mencapai persetujuan tentang
semua masalah dalam agenda pertemuan, kecuali masalah Papua Belanda.
13. Konferensi Meja Bundar

Tokoh

: ketua: Willem Drees.. Indonesia: Moh. Hatta.. Belanda: Van Marseveen..

Mediator : Chritchley.. BFO: Sultan Hamid II

Tanggal : 23 Agustus-2 November 1949

Tempat : Den Haag, Belanda

Hasil:
1. Belanda mengakui kedaulatan RI akhir Desember 1949
2. Penyelesaian masalah Irian Barat ditunda 1 tahun
3. RIS dan Belanda mengadakan hubungan uni Indonesia-Belanda, diketuai oleh Ratu
Belanda
4. Penarikan mundur tentara Belanda
5. Pembentukan APRIS dg TNI sbg. intinya

Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

16

Konferensi

Meja

Bundar

merupakan sebuah perundingan tindak

lanjut

dari semua perundingan yang telah ada.

KMB

dilaksanakan pada 23 Agustus 1949


sampai 2 November 1949 di Den Haag,
Belanda. Perundingan ini dilakukan

untuk

meredam segala bentuk kekerasan yang


dilakukan oleh Belanda yang berujung kegagalan pada pihak Belanda. KMB adalah sebuah
titik terang bagi bangsa Indonesia untuk memperoleh pengakuan kedaulatan dari Belanda,
menyelesaikan sengketa antara Indonesia-Belanda,dan berusaha menjadi negara yang
merdeka dari para penjajah.Konferensi Meja Bundar diikuti oleh perwakilan dari Indonesia,
Belanda, dan perwakilan badan yang mengurusi sengketa antara Indonesia-Belanda. Berikut
ini paradelegasi yang hadir dalam KMB:
a) Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr.Soepomo.
b) BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
c) Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
d) UNCI diwakili oleh Chritchley.
Setelah

melakukan

perundingan

cukup

lama,

maka

diperoleh

hasil

dari

konferensitersebut. Berikut merupakan hasil KMB:


a) Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
b) Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
c) Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahunsetelah
pengakuan kedaulatan RIS.
d) Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni IndonesiaBelanda yang
dikepalai Raja Belanda.

Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

17

e) Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet
akan diserahkan kepada RIS.f.Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur,
sedang TentaraKerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa
paraanggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Konferensi Meja Bundar memberikan dampak yang cukup menggembirakan bagi bangsa
Indonesia. Karena sebagian besar hasil dari KMB berpihak pada bangsa Indonesia,sehingga
dampak positif pun diperoleh Indonesia. Berikut merupakan dampak dariKonferensi Meja
Bundar bagi Indonesia:
a) Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
b) Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapatdimulai.
c) Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.
d) Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita ProklamasiKemerdekaan 17 Agustus
1945.
Selain dampak positif, Indonesia juga memperoleh dampak negatif, yaitu belumdiakuinya
Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia. Sehingga Indonesia masih berusahauntuk
memperoleh pengakuan bahwa Irian Barat merupakan bagian dari NKRI.

Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

18

CATATAN :

Kedatangan pasukan Sekutu ke Indonesia yang diboncengi oleh NICA membawa


ancaman bagi keberlangsungan kemerdekaan bangsa Indonesia. Belanda ternyata ingin
menjajah kembali negara kita yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Bukti

nyata

keinginan

Belanda

untuk

menguasai

Indonesia

kembali

adalah

dilancarkannya Agresi Militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947 dan Agresi Militer Belanda
II tanggal 19 Desember 1948.

Untuk mempertahankan kemerdekaan, para pemimpin nasional menggunakan cara


diplomasi dan perjuangan fisik. Langkah diplomasi dilakukan baik melalui forum
internasional, seperti PBB maupun konferensi tingkat Asia di India. Kegiatan diplomasi
(perundingan) juga dilakukan dengan Belanda, misalnya Perundingan Linggarjati,
Perundingan Renville, Perundingan Roem-Royen, dan KMB.

Perjuangan fisik dalam mempertahankan kemerdekaan ditempuh oleh rakyat di berbagai


pelosok Nusantara bersama dengan tentara. Beberapa contoh perjuangan fisik tersebut
antara lain Palagan Ambarawa, Bandung Lautan Api, Pertempuran Margarana,
Pertempuran Medan Area, dan Serangan Umum 1 Maret 1949.

Setelah perjuangan yang cukup panjang, akhirnya tanggal 27 Desember 1949 Belanda
mengakui kedaulatan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka sejajar dengan bangsabangsa lain di dunia.

Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

19

PERANAN DUNIA INTERNASIONAL DAN PERJUANGAN DIPLOMASI DALAM


MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

Peranan Internasional Dalam Membantu Penyelesaian Konflik Indonesia Belanda


a.

Peranan Perserikatan Bangsa Bangsa


Inilah gedung yang menjadi Markas
Besar PBB di New York.
PBB mempunyai peranan yang besar
dalam menyelesaikan pertikaian Indonesia
Belanda setelah proklamasi kemerdekaan.

Peranan PBB dalam ikut menyelesaikan pertikaian Indonesia dengan Belanda


diwujudkan dengan dibentuknya Badan Perdamaian yang bertugas menengahi perselisihan
dan menjadi mediator dalam perundingan perdamaian Indonesia Belanda. Dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia setelah proklamasi tercatat ebeberapa badan Perdamaian yang
dibentuk PBB untuk Indonesia adalah :
1.

Komisi Jasa Baik (Komisi Tiga Negara)


Lembaga ini dibentuk pada tanggal 25 Agustus 1947 sebagai reaksi PBB terhadap Agresi
Militer Belanda I. Lembaga ini beranggotakan 3 negara :
1)

Australia (dipilih oleh Indonesia)

: Richard Kirby

2)

Belgia (dipilih oleh Belanda)

: Paul Van Zealand

3)

Amerika Serikat (pihak netral)

: dr. Frank Graham

Badan ini berperan dalam :


a)

mengawasi secara langsung penghentian temabak menenmbak sesuai resolusi Dewan


Keamanan PBB

2.

b)

memasang patok-patok wilayah status quo yg dibantu oleh TNI

c)

mempertemukan kembali Indonesia Belanda dalam Perundingan Renville.

UNCI (United Nations Commisions for Indonesia)


Badan perdamaian ini dibentuk pada tanggfal 28 Januari 1949 untuk menggantikan Komisi
Tiga Negara yang dianggap gagal mendamaikan Indonesia Belanda (Belanda kembali
melakukan Agresi Militer setelah P. Renville)
Peranan UNCI adalah :
a)

Mengadakan Perundingan Roem Royen (7 Mei 1949)

b)

Mengadakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda


Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

20

b.

Peranan Negara Negara Lain


1)

Konferensi Asia di New Delhi (20 25 Januari 1949)


Konferensi ini terselenggara atas prakarsa PM India Jawaharlal Nehru dan PM Burma
(sekarang Myanmar) U Aung San, sebagai bentuk dukungan kepada Indonesia setelah
terjadinya Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta. Konferensi berhasil mendesak PBB untuk
mengambil langkah tegas atas tindakan Belanda yang melanggar kedaulatan Republik
Indonesia.

2)

Pengakuan Kedaulatan RI
Walaupun bukan sayarat utama aberdirinya sebuah Negara, pengakuan nefgara lain
sangat penting bagi eksistensi sebuah Negara dalam pergaulan internasional.
a)

Pengakuan atas kemerdekaan Indonesia pertama kali dari Mesir (14 Juli 1947) disusul
kemudian oleh Negara-negara Timur Tengah yang lain. Pengakuan ini atas kerja keras
Menteri Luar negeri H. Agus Salim yang mengadakan kunjungan ke Negara Negara
Timur Tengah.

b)

Amerika Serikat dan Inggris walaupun secara de facto juga mengakui kedaulatan RI
pada tahun 1947

c)

Australia merupakan salah satu pendukung utama RI pada masa-masa


mempertahankana kemerdekaan. Australia juga berpartisipasia dalam Konferensi New
Delhi.

Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :

21

Anda mungkin juga menyukai