dan
perantara
Christison.
Februari
Inggris
Jenderal
Pada
1946
Sir
sebagai
Philip
tanggal
10
perundingan
itu
Van
Mook
kesepakatan
kedua
belah
pihak
yang
berselisih.
Presiden
Soekarno
b. Urusan dalam negeri dijalankan Indonesia sedangkan urusan luar negeri oleh
pemerintah Belanda.
Selanjutnya pada tanggal 12 Maret 1946, Sjahrir menyampaikan usul balasan yang berisi
antara lain sebagai berikut.
a. Republik Indonesia diakui sebagai Negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas
Hindia Belanda.
b. Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada masa tertentu dan urusan luar
negeri dan pertahanan diserahkan kepada suatu badan federasi yang terdiri atas
orang-orang Indonesia dan Belanda.
Usul dari pihak Indonesia di atas diterima oleh pihak Belanda dan selanjutnya Van Mook
secara pribadi mengusulkan untuk mengakui Republik Indonesia sebagai wakil Jawa untuk
mengadakan kersa sama dalam rangka pembentukan Negara federal dalam lingkungan
Kerajaan Belanda.
Pada tanggal 27 Maret 1946 Sutan Sjahrir mengajukan usul baru kepada Van Mook antara
lain sebagai berikut.
a. Supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulanan de facto RI atas Jawa dan
Sumatera.
b. Supaya RI dan Belanda bekerja sama membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
c. RIS bersama-sama dengan Nederland, Suriname, Curacao, menjadi peserta dalam
ikatan Negara Belanda.
5. Pertemuan Hoge Veluwe (12-24 April 1946)
Perundingan ini dilaksanakan pada tanggal 14-25 April
1946 di Hooge Veluwe (Negeri Belanda), yang merupakan
kelanjutan
dari
pembicaraan-pembicaraan
yang
telah
Van
diduduki oleh pasukan Sekutu. Dengan demikian untuk sementara waktu hubungan
Indonesia Belanda terputus, akan tetapi Van Mook masih berupaya mengajukan usul bagi
pemerintahannya kepada pihak RI.
6. Perundingan Jakarta (7 Oktober 1946)
Lord Killearn berhasil membawa
wakil-wakil Pemerintah Indonesia dan
Belanda
ke
meja
perundingan.
Syahrir.
Delegasi
Belanda
diketuai oleh Prof. Schermerhorn. Dalam perundingan tersebut, masalah gencatan senjata
yang gagal perundingan tanggal 30 September 1946 disetujui untuk dibicarakan lagi dalam
tingkat panitia yang diketuai Lord Killearn.
Perundingan tingkat panitia menghasilkan persetujuan gencatan senjata sebagai berikut.
Gencatan senjata diadakan atas dasar kedudukan militer pada waktu itu dan atas dasar
kekuatan militer Sekutu serta Indonesia.
Di bidang politik, delegasi Pemerintah Indonesia dan komisi umum Belanda sepakat
untuk menyelenggarakan perundingan politik secepat mungkin.
7. Perundingan Linggarjati
Van
Mook
dalam
dan
Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara
Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu
bagiannya adalah Republik Indonesia
Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda
dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
hanya didukung secara nyata oleh partainya Sjahrir, Partai Sosialis, dan oleh SoekarnoHatta.
Dalam pelaksanaan persetujuan Linggarjati, di bulan Mei 1947, Komisi Jenderal
mengultimatum Pemerintah Indonesia untuk mengakui kedaulatan Kerajaan Belanda atas
Indonesia secara de jure sebelum tanggal 1 Januari 1949 dan sebelum itu Indonesia di
bawah suatu pemerintahan sementara (interim) dimana Raja/Ratu Belanda sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi. Pemerintahan sementara ini secara prinsip diterima oleh
Sjahrir pada tanggal 8 Juni 1947 dan disetujui dalam rapat kabinet tanggal 20 Juni 1947.
Rupanya hal ini membawa dampak kurang baik bagi Sjahrir. Ia dianggap terlalu banyak
memberikan konsensi kepada Belanda terutama oleh anggota partainya sendiri. Pada
akhirnya sebagian besar anggota Partai Sosialis di kabinet dan KNIP pun menarik dukungan
terhadap Sjahrir pada tanggal 26 Juni 1947. Sjahrir mengembalikan mandat Perdana Menteri
kepada Presiden Soekarno keesokan harinya.
Dan di kemudian hari Pemerintah Belanda mengingkari Persetujuan Linggarjati ini
dengan mengadakan aksi militer pada tanggal 20 Juli 1947. Van Mook yang didukung oleh
Jenderal Spoor mengirim telegram kepada Menteri Urusan Daerah Seberang, Jonkman,
meminta agar diperkenankan untuk melanjutkan aksi militer hingga Yogyakarta dan
menduduki ibukota Republik itu dengan segala konsekuensinya. Schermerhorn sendiri
sebagai ketua Komisi Jenderal menolak aksi militer ini.
8. Agresi Militer I Belanda
Terjadi karena perbadaan penafsiran perjanjian Linggajati yang dilakukan di Linggajati,
Cirebon,
Jawa
Barat.
Delegasi
Sjahrir
dengan
anggota
dr.
Perjanjian ini disepakati kedua belah pihak, hanya saja terjadi salah penafsiran, yaitu:
1) pihak Indonesia mengakui kedaulatan Beland pada masa peralihan, tetapi menolak
untun menjaga pertahanan negara bersama-sama
2) belanda menganggap Indonesia adalah negara persemakmuran dan berbentuk federasi.
Belanda menuntut pelaksanaan penjagaan dan pertahanan negara dilakukan bersamasama.
Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirim catatan yang harus dijawab pihak
Indonesia dalam waktu 14 hari. Isi catatan adalah sebagai berikut:
a. membentuk pemerintahan sementara secara bersama
b. menentukan garis demiliterisasi
c. melaksanakan keamanan dan ketertiban secara bersama, termasuk daerah-daerah
Republik Indonesia yang memerlukan bantuan Belanda
d. melaksanakan pengawasan kegiatan export import secara bersama.
Sikap Indonesia tegas. Menolak catatan Belanda tersebut. Pada 15 Juli 1945 Belanda
memebri catatan kedua yang harus dijawab Indonesia dalam 32 jam. Isi nya antara lain
Belanda masih menuntut pelaksanaan keamanan dan ketertiban secara bersama. Sikap
Indonesia tetap tegas dan menolak catatan kedua tersebut.
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melakukan agresi militer 1. belanda melakukan
penyerangan ke Pulau jawa dengan tentara yang dilengkapi persenjataan Modern. Indonesia
menerapkan perang Gerilya (sembunyi-sembunyi). Akhirnya Belanda berhasil menguasai
Kota, dan Indoensia menguasai di luar Kota.
Agresi Militer ini mendapat kecaman internasional. India dan Australia mengusulkan
agar masalah ini diselesaikan Dewan Keamanan PBB. Akhirnya 1 Agustus 1947 Dewan
Kemanan PBB menyerukan agar pertikaian baku tembak dihentikan. Dala sidang di Dewan
Keamanan PBB Indonesia mengutus Sutan Sjahrir dan H. Agus Salim. Pada tanggal 4
Agustus 1947 Indonesia dan Belanda menghentikna baku tembak. Pada tanggal tersebut pula
Agresi Militer Belanda.
9. Perundingan Renville
dan
Achmad Soebardjo
Tokoh : Indonesia: Amir Syarifudin..
Belanda: Abdulkadir Widjodjoatmodjo
Tanggal : 8 Desember 1947
Tempat : Kapal USS Renville, milik Amerika
Hasil:
1. RI harus mengakui kedaulatan Belanda di Hindia-Belanda untuk mengakui NIS
2. Diadakan pemungutan suara untuk mengetahui apakah rakyat ingin bergabung dg RI
atau belanda
3. Tiap negara bagian berhak tinggal di luar NIS dan mengadakan hubungan
Ada perbedaan pendapat antara wakil tinggi mahkota belanda dg Van Mook dan
menyatakan tidak terikat dg perjanjian apapun. maka, dilaksanakanlah Agresi Militer II, 18
Desember 1948
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani
pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat
netral, USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan
dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN),
Committee of Good Offices for Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan
Belgia.
Delegasi
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin Harahap. Delegasi
Kerajaan Belanda dipimpin oleh Kolonel KNIL R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo. Delegasi
Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.
Gencatan senjata
Pemerintah RI dan Belanda sebelumnya pada 17 Agustus 1947 sepakat untuk melakukan
gencatan senjata hingga ditandatanganinya Persetujuan Renville, tapi pertempuran terus
terjadi antara tentara Belanda dengan berbagai laskar-laskar yang tidak termasuk TNI, dan
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :
sesekali unit pasukan TNI juga terlibat baku tembak dengan tentara Belanda, seperti yang
terjadi antara Karawang dan Bekasi.
Isi perjanjian
1. Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatra sebagai bagian
wilayah Republik Indonesia
2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan
daerah pendudukan Belanda
3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di
Jawa Barat dan Jawa Timur Indonesia di Yogyakarta
Pasca perjanjian
Sebagai hasil Persetujuan Renville, pihak Republik harus mengosongkan wilayahwilayah yang dikuasai TNI, dan pada bulan Februari 1948, Divisi Siliwangi hijrah ke Jawa
Tengah.
Tidak semua pejuang Republik yang tergabung dalam berbagai laskar, seperti Barisan
Bambu Runcing dan Laskar Hizbullah/Sabillilah di bawah pimpinan Sekarmaji Marijan
Kartosuwiryo, mematuhi hasil Persetujuan Renville tersebut. Mereka terus melakukan
perlawanan bersenjata terhadap tentara Belanda. Setelah Soekarno dan Hatta ditangkap di
Yogyakarta, S.M. Kartosuwiryo, yang menolak jabatan Menteri Muda Pertahanan dalam
Kabinet Amir Syarifuddin, Menganggap Negara Indonesia telah Kalah dan Bubar, kemudian
ia mendirikan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Hingga pada 7 Agustus 1949,
di wilayah yang masih dikuasai Belanda waktu itu, Kartosuwiryo menyatakan berdirinya
Negara Islam Indonesia (NII).
10. Agresi Militer II Belanda
Agresi
Militer
Belanda II 19 Desember
1948
adalah
peristiwa
penyerbuan ke wilayah
Republik Indonesia oleh
tentara
Belanda.
Pemerintahan Belanda di
wilayah bekas Hindia Belanda bersikeras menyebut peristiwa penyerbuan tersebut sebagai
Aksi Polisionil. Dengan istilah Aksi Polisionil, pihak Belanda ingin menegaskan bahwa
peristiwa tersebut bukan merupakan peristiwa militer.
10
Sebuah peristiwa militer mengasumsikan adanya perang antara dua entitas negara yang
berbeda. Padahal, bagi pihak Belanda, RI bukan merupakan sebuah negara, melainkan
bagian dari wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Agresi Militer Belanda II 19 Desember
1948 dimaksudkan oleh Belanda untuk memusnahkan kekuatan bersenjata yang berada di
pihak RI, yaitu TNI, yang dianggap sebagai ekstrimis atau bahkan kriminal.
Bagi Belanda, apa yang kita kenal sebagai Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948
adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh kekuatan polisi, yang dalam struktur
kelembagaan negara manapun merupakan sebuah lembaga untuk menegakkan keamanan
dan ketertiban sipil. Dengan demikian, TNI bagi Belanda adalah kriminalyang
mengganggu ketertiban dan keamanan.
Walaupun demikian, pada kenyataannya, kekuatan tentaralah yang dikerahkan untuk
melaksanakan Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948. Kekuatan polisi yang
digunakan oleh pihak Belanda secara praktis merupakan sebuah kekuatan militer karena
dilengkapi dengan peralatan yang biasanya hanya dimiliki oleh kesatuan-kesatuan militer,
antara lain kendaraan lapis baja dan alat-alat persenjataan berat.
Alasan lain yang sering dikemukakan Belanda untuk membenarkan Agresi Militer
Belanda II 19 Desember 1948 adalah bahwa RI tidak sepenuhnya menjalankan Perjanjian
Renville, yang ditandatangani pada 17 Januari 1947. Menurut perjanjian tersebut, RI harus
mengosongkan kekuatan TNI dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Perjanjian ini menyebabkan
jatuhnya Kabinet Amir Syarifuddin.
Rakyat Indonesia yang hidup di sekitar tahun tersebut sering menyebut peristiwa tersebut
sebagai zaman dorsetut (Doorstoot), atau kles (Clash). Pemerintah RI sendiri secara resmi
menyebut peristiwa itu sebagai Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948. Angka II di
belakang istilah tersebut menunjukkan bahwa Belanda sebelumnya juga pernah melancarkan
serangan ke wilayah RI.
Dalam buku-buku sejarah resmi Indonesia, diceritakan bahwa pada tahun 1947 Belanda
pernah melancarkan Agresi Militer Belanda I pada 1947 tak lama setelah penandatanganan
Perjanjian Linggarjati. Seperti istilah yang diberikan untuk Agresi Militer Belanda II 19
Desember 1948, Belanda menyebut serangan ini sebagai Aksi Polisionil I.
11
18 Desember 1948
Pukul 23:30: Radio Antara dari Jakarta melaporkan bahwa Dr. Beel, Wakil Tinggi
Mahkota Belanda, akan mengucapkan pidato penting besok pagi.
19 Desember 1948
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :
12
1948
ini,
sementara
TNI
kehilangan
128
personel.
Pukul 07.10, Lapangan Udara Maguwo sepenuhnya dikuasai pasukan Belanda. Dua jam
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :
13
kemudian, seluruh personel KST telah mendarat. Dua jam berikutnya, Grup Tempur M,
terdiri dari 2600 personel (termasuk dua batalyon dari Brigade T yang bersenjata berat,
dipimpin Kolonel D.R.A. van Langen). Seluruh kekuatan Belanda yang telah dipersiapkan
untuk Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948 pun mulai menyerbu Yogyakarta.
Ibu kota Yogyakarta jatuh dengan mudah. Presiden Soekarno, Wakil Presiden
Mohammad Hatta dan beberapa menteri ditawan dan diasingkan Belanda. Sebelum
tertangkap, Presiden dan Wakil Presiden mengirimkan kawat kepada Mr. Syarifuddin
Prawiranegara yang sedang berada di Sumatera. Kawat tersebut berisi perintah untuk
membentuk sebuah pemerintahan darurat apabila Presiden dan Wakil Presiden tertawan
musuh.
Panglima Besar Jenderal Soedirman mengeluarkan Perintah Kilat yang segera disebarkan
kepada seluruh personel TNI untuk melakukan gerilya. Karena adanya Perintah Kilat ini,
maka setiap tanggal 19 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri atau Hari Juang Kartika
TNI AD.
11. Pengakuan Kedaulatan
Indonesia menjadi bangsa yang merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 dan menjadi
bangsa yang berdaulat sejak 18 Agustus 1945. Namun, Belanda masih berusaha
menghancurkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Belanda ingin kembali melakukan
penjajahan di Indonesia. Berbagai upaya dilakukan bangsa Indonesia untuk mempertahankan
kemerdekaan yang telah diraih. Perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia tidak hanya
melalui perjuangan mengangkat senjata, tetapi juga melalui perjuangan diplomasi.
Perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia membuahkan hasil dengan adanya
pengakuan kedaulatan dari Belanda. Berikut ini beberapa peristiwa yang mengantarkan
Indonesia kepada pengakuan kedaulatan.
Hasil:
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :
14
ke New York dalam perjalanan dari negosiasi Resolusi 67 Dewan Keamanan PBB yang akan
memaksa Belanda untuk mengakui kemerdekaan Indonesia).
Perjanjian Roem-Roijen (juga disebut Perjanjian Roem-Van Roijen) adalah sebuah
perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan
akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Namanya
diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Roijen. Maksud
pertemuan ini adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan
Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama.
Hasil pertemuan ini adalah:
Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat sesuai
perjanjian Renville pada 1948
Sejarah | Makalah Perjuangan Diplomasi | CATATAN :
15
Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar sukarela dan
persamaan hak
Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada
Indonesia
Pasca Perjanjian
Pada 6 Juli, Sukarno dan Hatta kembali dari pengasingan ke Yogyakarta, ibukota
sementara Republik Indonesia. Pada 13 Juli, kabinet Hatta mengesahkan perjanjian Roemvan Roijen dan Sjafruddin Prawiranegara yang menjabat presiden Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI) dari tanggal 22 Desember 1948 menyerahkan kembali
mandatnya kepada Soekarno dan secara resmi mengakhiri keberadaan PDRI pada tanggal 13
Juli 1949.
Pada 3 Agustus, gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia dimulai di Jawa (11
Agustus) dan Sumatera (15 Agustus). Konferensi Meja Bundar mencapai persetujuan tentang
semua masalah dalam agenda pertemuan, kecuali masalah Papua Belanda.
13. Konferensi Meja Bundar
Tokoh
Hasil:
1. Belanda mengakui kedaulatan RI akhir Desember 1949
2. Penyelesaian masalah Irian Barat ditunda 1 tahun
3. RIS dan Belanda mengadakan hubungan uni Indonesia-Belanda, diketuai oleh Ratu
Belanda
4. Penarikan mundur tentara Belanda
5. Pembentukan APRIS dg TNI sbg. intinya
16
Konferensi
Meja
Bundar
lanjut
KMB
untuk
melakukan
perundingan
cukup
lama,
maka
diperoleh
hasil
dari
17
e) Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet
akan diserahkan kepada RIS.f.Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur,
sedang TentaraKerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa
paraanggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Konferensi Meja Bundar memberikan dampak yang cukup menggembirakan bagi bangsa
Indonesia. Karena sebagian besar hasil dari KMB berpihak pada bangsa Indonesia,sehingga
dampak positif pun diperoleh Indonesia. Berikut merupakan dampak dariKonferensi Meja
Bundar bagi Indonesia:
a) Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
b) Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapatdimulai.
c) Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.
d) Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita ProklamasiKemerdekaan 17 Agustus
1945.
Selain dampak positif, Indonesia juga memperoleh dampak negatif, yaitu belumdiakuinya
Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia. Sehingga Indonesia masih berusahauntuk
memperoleh pengakuan bahwa Irian Barat merupakan bagian dari NKRI.
18
CATATAN :
Bukti
nyata
keinginan
Belanda
untuk
menguasai
Indonesia
kembali
adalah
dilancarkannya Agresi Militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947 dan Agresi Militer Belanda
II tanggal 19 Desember 1948.
Setelah perjuangan yang cukup panjang, akhirnya tanggal 27 Desember 1949 Belanda
mengakui kedaulatan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka sejajar dengan bangsabangsa lain di dunia.
19
: Richard Kirby
2)
3)
2.
b)
c)
b)
20
b.
2)
Pengakuan Kedaulatan RI
Walaupun bukan sayarat utama aberdirinya sebuah Negara, pengakuan nefgara lain
sangat penting bagi eksistensi sebuah Negara dalam pergaulan internasional.
a)
Pengakuan atas kemerdekaan Indonesia pertama kali dari Mesir (14 Juli 1947) disusul
kemudian oleh Negara-negara Timur Tengah yang lain. Pengakuan ini atas kerja keras
Menteri Luar negeri H. Agus Salim yang mengadakan kunjungan ke Negara Negara
Timur Tengah.
b)
Amerika Serikat dan Inggris walaupun secara de facto juga mengakui kedaulatan RI
pada tahun 1947
c)
21