PERUNDINGAN
Indonesia adalah negara yang cinta damai, tatepi kita lebih mencintai
kemerdekaan. Kemerdekaan wajib dipertahankan walaupun nyawa sebagai
taruhannya. Setelah para pemimpin bangsa berjuang mempertahankan
kemerdekaan secara fisik tak juga berhasil maka para pemimpin kita
melakukan perjuangan melalui meja perundingan.
Berikut adalah beberapa usaha mempertahankan kemerdekaan melalui jalan
damai atau melalui meja perundingan.
Dengan tercapainya usulan tersebut, kedua belah pihak yang diwakili oleh
Syahrir dari Indonesia dan Van Mook yang mewakili pihak Belanda yang
dihadiri juga oleh Archibald Clark Kerr selaku pihak yang menengahi
pertemuan tersebut. Yang kemudian hasilnya akan dibawa ke pemerintahan
Belanda untuk memperoleh persetujuan karena Van Mook mengungkapkan
bahwa dirinya tak memiliki kekuasaan untuk memenuhi usulan dari
pemerintah Indonesia tersebut.
Perundingan
Sir Archibald Clark Kerr sekali lagi ikut serta dalam sebuah perundingan
yang di laksanakan di kota Hooge Valuwe Belanda pada 14 April hingga
25April 1946. Perundingan tersebut merupakan perundingan lanjutan yang
dilakukan antara bangsa Indonesia dan Belanda. Menyusul beberapa
perundingan sebelumnya yang mengalami kebuntuan dan pengingkaran oleh
pihak Belanda, seperti yang terjadi dalam Sejarah Perjanjian Renville.
Perjanjian kali ini yang dilaksanakan di kota Hooge Valuwe berisi sebuah
konsep tentang pengakuan Belanda terhadap kedaulatan bangsa Indonesia
atas wilayah Pulau Jawa dan juga Pulau Sumatra.
2. Dr. Idenburgh,
3. Prof. Logemann,
Serta Pihak sekutu yang mengutus Sir Archibald Clark Kerr sebagai wakilnya,
pihak Sekutu bertindak menjadi penengah diantara pihak yang melakukan
perundingan, dalam hal ini bangsa Indonesia dan pemerintahan Belanda.
Para utusan delegasi dari Indonesia tersebut pada 4 April 1946 mulai
diberangkatkan dengan menumpang pesawat terbang milik Maskapai
Penerbangan Belanda KLM. Perundingan yang dilaksanakan di kota Hooge
Veluwe ini pada kenyataannya mengalami kebuntuan. Hal ini karena
disebabkan oleh pihak Belanda tidak bersedia bahkan menolak kesepakatan
yang telah dilakukan antara Sjahrir, Van Mook dan juga Archibald Clark Kerr.
Hasil Perundingan
Dengan tidak mengakui kedaulatan bangsa Indonesia secara de facto atas
Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Namun Belanda hanya mengakui
kedaulatan bangsa Indonesia atas Pulau Jawa dan Madura beserta daerah
yang sebelumnya telah berada dibawah kependudukan Sekutu. Dengan
terjadinya kebuntuan atas perundingan yang dilakukan tersebut membuat
hubungan Indonesia dan Belanda menjadi terputus dan semakin memburuk.
Usulan yang dibawa oleh Van Mook tersebut ditolak secara keras oleh
bangsa Indonesia karena selain tidak membawa keuntungan untuk rakyat
dan bangsa Indonesia secara keseluruhan hal tersebut juga hanya akan
menguntungkan bagi pihak Belanda saja. Bangsa Indonesia menjawab
usulan tersebut dengan mengajukan usulan baru kepeda pihak pemerintahan
Belanda, berikut beberpa isinya menurut Mawarti Djoened Poesponegoro
(1984:127).
B. Perundingan Linggarjati
Mr.Moh. Roem
Mr.Susanto Tirtoprojo
A.K. Gani
Sedangkan di pihak belanda adalah komisi Tim Jenderal yang terdiri dari...
Ketua/dipimpin: Wim Schermerhorn
Anggota:
H.J.Van Mook
F.de Baer
Isi hasil perundingan yang terdiri dari 17 pasal antara lain berisi:
1. Belanda mengakui secara de faktor bahwa wilayah RI yaitu Jawa,
Sumatera dan Madura
2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI yang paling lambat pada tanggal
1 Januari 1949
3. Pihak Belanda dan Indonesia sepakan untuk membentuk Negara RIS
4. Dalam bentuk negara RIS Indonesia harus tergabung dalam
Commonwealth/persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri
belanda sebagai kepala Uni.
C. Perundingan Renville
Perjanjian Renville merupakan perjanjian yang dimana antara
Indonesia dengan Belanda yang diadakan pada tanggal 17 Januari 1948 di
atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat netral USS
Renville yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan
dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga
Negara “KTN”, Committee of Good Offices for Indonesia, yang diterdiri dari
Amerika Serikat, Australia dan Belgia.
Frank Graham “ketua”, paul van Zeeland “anggota” dan Richard Kirby
“annggota” sebagai mediator dari PBB.
Dalam Agresi Militer II, Belanda mempropaganda TNI telah hancur, disini
Belanda mendapat kecaman di dunia Internasional terutama Amerika Serikat.
Sejak itu KTN berubah menjadi UNCI (United Nations Commission for
Indonesia). UNCI sendiri dipimpin oleh Merle Cochran dari Amerika Serikat
dan juga dibantu Critchley Australia dan juga Harremans dari Belgia.
Pada tanggal 17 April 1949 perundingan Roem Royen dimulai dan bertempat
di Jakarta. UNCI sebagai penengah dan diketuai oleh Merle Cochran dari
Amerika Serikat wakil UNCI.
Pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Perjanjian Roem
Royen mulai ditandatangani dan nama perjanjian ini diambil dari kedua
pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Royen.
Perjanjian yang sangat alot sehingga perlunya diperkuat oleh Drs Moh Hatta
yang datang dari pengasingan di Bangka, serta Sri Sultan Hamengkubuwono
IX dari Yogyakarta.
1.
Perjanjian ini dilakukan untuk mengakhiri perselisihan antara Indonesia dan
Belanda dengan cara melaksanakan perjanjian-perjanjian yang sudah dibuat
antara Republik Indonesia dengan Belanda. Khususnya mengenai
pembentukan Negara Indonesia Serikat.
2.
Dengan tercapainya kesepakatan Meja Bundar, maka Indonesia telah diakui
sebagai negara yang berdaulat penuh oleh Belanda, walaupun tanpa Irian
Barat.
PERWAKILAN INDONESIA DALAM KONFERENSI MEJA BUNDAR
Perwakilan BFO ini dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak. Perwakilan
Belanda dipimpin oleh Mr. van Maarseveen dan UNCI diwakili Chritchley.
Dengan demikian, KNIP resmi menerima hasil KMB. Lalu pada tanggal
15 Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden Republik Indonesia
Serikat(RIS) dengan caIon tunggal Ir. Soekarno yang akhirnya terpilih
sebagai presiden.
Pada saat yang bersamaan di Jakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan
Wakil Tinggi Mahkota Belanda, A.H.S. Lovink menandatangani naskah
penyerahan kedaualatan dalam suatu upacara di Istana Merdeka.