Anda di halaman 1dari 1

M ARIPIN XI IPS 1

UPAYA DIPLOMASI YANG DILAKUKAN UNTUK


MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

1946
Belanda mengajak Indonesia berunding.
Orang yang menggagas perundingan ini adalah panglima perang AFNEI (Allied Forces
Netherlands East Indies) bernama Philip Christison. Makanya, perundingan ini dinamai
sesuai namanya.
PERUNDINGAN Perundingan yang berlangsung pada 10 Februari 1946 hingga 12 Maret 1946 ini
dihadiri oleh Hubertus Julius van Mook sebagai wakil Belanda dan Sutan Sjahrir
PHILIP CHRISTISON sebagai wakil Indonesia.
(10 FEBRUARI-12 Perundingan ini dilakukan sebagai bentuk diskusi antara Indonesia dan Belanda untuk
mencapai kesepakatan mengenai kedaulatan Indonesia. Salah satu poin diskusinya
MARET 1946) adalah bentuk negara dan usulan daftar wilayah yang akan menjadi bagian dari
negara Indonesia.
Tapi, perundingan ini nggak mencapai titik temu dan menghasilkan kesepakatan
antara kedua belah pihak. Akhirnya, Indonesia dan Belanda melakukan perundingan
baru.

1946
Perundingan Hooge-Veluwe merupakan perundingan antara Indonesia
dengan Belanda yang berlangsung pada 14 hingga 24 April 1946 di
Hooge-Veluwe, Belanda. Adapun perundingan ini digelar untuk
membahas status kenegaraan, kemerdekaan, dan wilayah Indonesia.
PERUNDINGAN Indonesia saat itu diwakili oleh W Soewandi, Sudarsono, dan AK
Pringgodigdo, sedangkan Belanda diwakili oleh Van Mook, Van Royen,
HOOGE-VELUWE
Idenburg, Van Asbeck, Sultan Hamid, Soeria Santoso dan Logeman. Ada
(14-24 APRIL 1946) juga Inggris yang menjadi pihak penengah diwakili oleh Sir Archibald
Clark Kerr. Meski sudah diselenggarakan, perundingan ini tidak
mendapatkan hasil apa-apa.

Perundingan Lingarjati dilaksanakan pada 11 November hingga 13 November 1946

1946
Desa Linggarjati, Cilimus, Kuningan, Jawa Barat. Dalam perundingan ini, Indonesia
diwakili oleh Sutan Sjahrir, AK Gani, Susanto Tirtoprojo, dan Mohammad Roem.
Sedangkan Belanda diwakili oleh Wim Schermerhorn, Max Von Poll, Van Mook, dan
de Baer
PERUNDINGAN Hasil dari Perundingan Linggarjati adalah:
LINGGARJATI • Pengakuan Belanda secara de facto atas Negara Republik Indonesia yang meliputi

(11-13 NOVEMBER Sumatera, Jawa, dan Madura


• Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk negara Indonesia
1946) Serikat, salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia
Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan
Ratu Belanda sebagai ketuanya.

Perundingan Renville dilaksanakan pada tahun 1948 sebagai salah satu peristiwa
sejarah mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Adapun perundingan ini
dilaksanakan di atas kapal perang Amerika Serikat USS Renville yang berlabuh di

1948
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Dalam perundingan Renville, Indonesia diwakili oleh
Perdana Menteri Amir Syarifuddin dan Belanda diwakili oleh R. Abdulkadir
Wijoyoatmojo.

PERUNDINGAN Berikut adalah hasil dari Perundingan Renville:

RENVILLE • Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan segera


• Republik Indonesia merupakan bagian dari RIS
• Belanda tetap menguasai seluruh Indonesia sebelum RIS terbentuk
• Wilayah Indonesia yang diakui Belanda hanya Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera
• Wilayah kekuasaan Indonesia dengan Belanda dipisahkan oleh garis demarkasi yang disebut
Garis Van Mook
• Tentara Indonesia ditarik mundur dari daerah-daerah kekuasaan Belanda (Jawa Barat dan
Jawa Timur)
• Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya
• Akan diadakan plebisit atau referendum untuk menentukan nasib wilayah dalam RIS
• Akan diadakan pemilihan umum untuk membentuk Dewan Konstituante RIS

1949
Perundigan Roem-Royen merupakan perjanjian yang dibuat Indonesia dengan Belanda. Tempat
perundingan Roem-Royen dilaksanakan di Hotel Des Indes Jakarta pada 17 April. Dalam perundingan ini
Indonesia diwakili oleh Mr Muhammad Roem dan Belanda diwakili oleh Dr JH Van Royen.

Hasil dari Perundingan Roem-Royen sebagai berikut:


Indonesia menyatakan:
PERUNDINGAN • Mengeluarkan perintah kepada pegikut Republik yang bersenjata untuk menghentikan perang

ROEM -ROYEN
gerilya
• Bekerja sama dalam hal mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan
17 APRIL Belanda menyatakan:
• Menyetujui kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta•
• Menjamin Penghentian gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik
• Tidak akan mendirikan atau mengakui Negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai RI
sebelum 19 Desember 1949, dan tidak akan meluaskan Negara atau daerah dengan merugikan
Republik
• Menyetujui adanya RI sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat
• Berusaha dengan sesungguh-sungguhnya supaya KMB segera diadakan sesudah Pemerintah
Republik kembali ke Yogyakarta

1949 Konferensi Meja Bundar merupakan perundingan di kota Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga 2
November 1949. Perundingan ini dilakukan oleh Indonesia dan Belanda untuk mengakhiri perselisihan
Indonesia dengan Belanda. Adapun Indonesia mengirimkan delegasinya ke KMB,
mereka adalah: Moh Roem, Soepomo, Johannes Leimena, Ali Sastroamidjojo, Juanda, Sukiman, Suyono
PERUNDINGAN Hadinoto, Sumitro Djojohadikusumo, Abdul Karim Pringgodigdo ,TB Simatupang ,Sumardi
KONFERENSI MEJA Sementara Belanda diwakili oleh Van Maarseven.

BUNDAR (KMB) 23 KMB tersebut pada akhirnya menghasilkan beberapa keputusan, yakni:
AGUSTUS HINGGA 2 • Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat pada akhir Desember 1949
NOVEMBER 1949 • Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda. Dalam uni itu, Indonesia dan Belanda akan bekerja sama.
Kedudukan Indonesia dan Belanda sederajat
• Indonesia akan mengembalikan semua milik Belanda dan memabayar utang-utang Hindia Belanda
sebelum tahun 1949
• Masalah Irian Barat akan dibahas satu tahun kemudian

Anda mungkin juga menyukai