Anda di halaman 1dari 35

Bagian 2

Perjuangan Mempertahankan

Kemerdekaan melalui

Strategi Diplomasi
Perundingan Hooge Veluwe Perjanjian Renville

AGRESI MILITER BELANDA I DAN


Perundingan Linggajati
II

Konferensi Inter-Indonesia Perjanjian Roem Royen

Konferensi Meja Bundar


PERUNDINGAN HOOGE VALUE

• perundingan antara Indonesia


dan Belanda yang berlangsung
pada tanggal 14-24 April 1946
di Hooge-Veluwe, Belanda
• pihak Indonesia dan Belanda
membahas mengenai
permasalahan status • Indonesia mengirimkan tiga
kenegaraan, kemerdekaan, delegasi yaitu, W. Soewandi,
dan wilayah Indonesia Sudarsono dan A.K
Pringgodigdo.
• pihak Belanda mengirimkan
Van Mook, Van Royen,
Idenburg, Van Asbeck, Sultan
Hamid II, Soeria Santoso, dan
Logeman
• Inggris menjadi penengah
dengan mengirimkan Sir
Archibald Clark Kerr.
JALANNYA PERUNDINGAN

• Dalam perundingan ini, Belanda • Perundingan Hooge-Veluwe berjalan


menyampaikan keinginan untuk dengan alot dan rumit.
menjadikan Indonesia sebagai negara • Hal tersebut disebabkan oleh tindakan
bawahan dalam persemakmuran Belanda yang membatalkan naskah Draft
Belanda. Jakarta secara sepihak.
• Tim delegasi Indonesia tentu saja • Tim delegasi Belanda menganggap bahwa
menolak keinginan Belanda tersebut. Draft Jakarta merupakan sebuah
Bahkan, Indonesia menuntut kesalahan karena tidak mencerminkan
pengakuan kedaulatan secara penuh seluruh keinginan Belanda.
dari pihak Belanda. • Tim delegasi Indonesia merasa sangat
kecewa dengan tindakan Belanda
tersebut.
• perundingan Hooge-Veluwe mengalami
kegagalan karena sikap inkonsisten dari
tim delegasi Belanda.
Apa itu Draft Jakarta tahun 1946?

• Isi Draft Jakarta, Belanda mengakui


secara de facto pemerintahan
Indonesia yang meliputi Jawa dan
Sumatera.
• Belanda juga sepakat untuk
membahas gagasan hubungan sejajar
antara Belanda dan Indonesia
sebagai dua negara berdaulat.
• Draft Jakarta merupakan pedoman
Perjanjian Hooge Value
Perundingan Linggajati

 Dilaksanakan pada tanggal 11-


15 November 1946 dan
ditandatangani pada 25 Maret
1947.
 Pihak Indonesia diwakili oleh
Sutan Syahrir, Moh. Roem, Mr.
Susanto T, dan dr. A. K. Gani.
 Pihak Belanda diwakili oleh
Willem Schermerhorn, F. de
Boer, H. J. van Mook, dan Max
van Poll.
 Lord Killearn dari Inggris
bertindak sebagai mediator
dalam perundingan.
LATAR BELAKANG PERJANJIAN LINGGAJATI

• Gagalnya Perundingan di Hooge


Valuwe
• perundingan tersebut gagal
karena Indonesia meminta
Belanda mengakui kedaulatan
atas Pulau Jawa, Sumatera, dan
Madura.
• Belanda hanya mau mengakui
Indonesia atas Pulau Jawa dan
Madura saja.
Delegasi Perundingan Linggajati

• Indonesia diwakili oleh Sutan


Syahrir sebagai ketua. Ditemani
oleh A K Gani, Susanto
Tirtoprojo, dan Mohammad
Roem.
• Belanda diwakili oleh Wim
Schermerhorn sebagai ketua
dan ditemani oleh Max Von Poll,
H J van Mook serta F de Baer.
• Inggris selaku penanggung
jawab atau mediator diwakili
oleh Lord Killearn.
Perundingan Linggajati

 Hasil Perundingan Linggajati meliputi :


 Belanda mengakui wilayah Indonesia secara de facto meliputi Jawa,
Sumatra, dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah-wilayah
tersebut paling lambat 1 Januari 1949.
 Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk negara serikat
dengan nama Republik Indonesia Serikat
 RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda yang diketuai
oleh Ratu Belanda/RIS harus bergabung dengan negara-begara
persemakmuran di bawah Kerajaan Belanda
Dampak Perjanjian Linggajati

Dampak positif dampak negatif


• Citra Indonesia di mata dunia • Indonesia hanya memiliki wilayah
semakin kuat, dengan adanya kekuasaan yang kecil. Selain itu
pengakuan Belanda terhadap Indonesia harus mengikuti
Kemerdekaan Indonesia. persemakmuran Indo-Belanda.
• Belanda mengakui negara • Memberikan waktu Belanda untuk
Republik Indonesia atas kuasa mempersiapkan melanjutkan agresi
Pulau Jawa, Madura, dan militer.
Sumatera secara de facto. • Perjanjian ini ditentang oleh sejumlah
• Selesainya konflik antara Belanda masyarakat, seperti Partai Masyumi,
dan Indonesia. PNI, Partai Rakyat Indonesia, dan Partai
Rakjat Sosialis.
• Dalam perundingan tersebut, Sutan
Syahrir telah dianggap memberikan
dukungan pada Belanda. Sehingga
membuat anggota dari Partai Sosialis
dan KNIP mengambil langkah penarikan
dukungan pada 26 Juni 1947
Pelanggaran sepihak dari Belanda

• Pada 20 Juli 1947, Belanda secara sepihak


menyatakan tidak terikat lagi dengan
perjanjian Linggarjati.
• Tanggal 21 Juli 1947 terjadi Agresi Militer
Belanda I, yaitu serangan dari Belanda ke
wilayah Indonesia.
• Akibatnya konflik antar dua negara
kembali memanas.
• Pada akhirnya konflik ini kemudian
kembali diselesaikan lewat jalur
perundingan Perjanjian Renville.
AGRESI MILITER BELANDA 1
LATAR BELAKANG AGRESI MILITER BELANDA 1

• Belanda melaksanakan Agresi Militer


Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947.
• Agresi Militer Belanda I juga biasa disebut
dengan Operatie Product.
• latar belakang Agresi Militer Belanda I,
yaitu:
 Adanya keinginan Belanda untuk
menjadikan Indonesia sebagai negara
jajahannya kembali.
 Pemerintah Indonesia menolak ultimatum
dari Van Mook untuk menarik tentara
Indonesia sejauh 10 km dari garis
demarkasi.
 Belanda ingin menguasai sumber daya alam
Indonesia untuk membantu perekonomian
Belanda yang mengalami krisis pasca
perang.
Aksi Agresi Militer Belanda I

• pada tanggal 20 Juli 1947 tengah malam,


Belanda mulai melancarkan aksi militer.
• Pasukan Belanda bergerak dari Jakarta dan
Bandung untuk menduduki Jawa Barat.
• Pasukan Belanda di Surabaya digerakan
untuk menguasai Madura dan Jawa Timur.
• Pasukan Belanda di Semarang digerakan
untuk menguasai Jawa Tengah.
• Prioritas Agresi Militer di pulau Jawa adalah
untuk menguasai kawasan pelabuhan
pesisir utara, perkebunan tebu dan pabrik-
pabrik gula.
• Di Sumatera, Belanda mampu menguasai
perkebunan di sekitar Medan serta
tambang minyak dan batu bara di sekitar
Palembang.
Tanggapan internasional terhadap AMB I

• Dalam buku Sekitar Perang Kemerdekaan


Indonesia (1991) karya A.H Nasution, Agresi
Militer Belanda I memperoleh kecaman dari
dunia Internasional, termasuk PBB.
• India dan Australia mengajukan
permasalahan Agresi Militer Belanda I
untuk dibahas pada agenda sidang Dewan
Keamanan PBB tanggal 31 Juli 1947.
• Berdasarkan hasil sidang, Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang
berisi himbauan kepada Belanda dan
Indonesia untuk menghentikan
pertempuran fisik dan mengadakan
gencatan senjata.
• Agresi Militer 1 tersebut dapat diakhiri
melalui perjanjian Renville pada tanggal 17
Januari 1948.
KOMISI TIGA NEGARA
• Pada tanggal 31 Juli 1947, Dewan
Keamanan PBB mengadakan agenda sidang
untuk membahas permasalahan Indonesia
dan Belanda.
• Sidang PBB pada tanggal 1 Agustus 1947
menghasilkan sebuah resolusi Dewan
Keamanan PBB yang berisi seruan kepada
Indonesia dan Belanda untuk
menghentikan tembak menembak dan
menyelesaikan konflik mereka dengan cara
damai.
• Dewan Keamanan PBB menggunakan cara
arbitrase (perwasitan) untuk
menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda.
• PBB membentuk sebuah komite bernama
Komite Jasa Baik untuk Indonesia yang
lebih dikenal dengan Komisi Tiga Negara
(KTN) pada 25 Agustus 1947.
P E RWA K I L A N K o m i s i Ti g a N e g a r a
• Beranggotakan tiga negara,
yaitu:
• Australia diwakili oleh Richard
C. Kirby
• Belgia diwakili oleh Paul van
Zeeland
• Amerika Serikat diwakili oleh Dr.
• Komisi Tiga Negara mulai bekerja Frank Graham sebagai
secara efektif setelah anggotanya penengah.
datang di Indonesia pada 27
Oktober 1947.
• Tugas KTN tidak hanya dibidang
politik, namun juga militer.
• Amerika Serikat sebagai pihak
netral menyediakan kapal USS
Renville sebagai alat keamanan
PBB di Indonesia serta tempat
perundingan antara Indonesia dan
Belanda.
PERJANJIAN RENVILLE
LATAR BELAKANG PERJANJIAN RENVILLE

• Agresi Militer Belanda I


• Dibentuknya KTN atau Good Offices
Committee (GOC)
• Amerika Serikat mempertemukan Indonesia
di kapal perang Renville. Indonesia diwakili
oleh Perdana Menteri Amir Sjarifuddin
sementara Belanda diwakili Gubernur
Jenderal Van Mook.
Isi Perjanjian Renville

• Perjanjian Renville menyepakati gencatan


senjata.
• Belanda juga mendapat tambahan wilayah
kekuasaan.
• kedaulatan Belanda atas Indonesia diakui
sampai selesai terbentuknya Republik
Indonesia Serikat.
• Bagi Indonesia, Perjanjian Renville hanya
memberikan janji referendum di wilayah
kekuasaan Belanda di Jawa, Madura, dan
Sumatera.
• Rakyat di wilayah jajahan Belanda
dijanjikan boleh memilih bergabung
dengan RIS atau membentuk negara
sendiri
ISI LENGKAP PERJANJIAN RENVILLE

• Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS)


dengan segera.
• Republik Indonesia merupakan negara bagian dalam
RIS.
• Belanda tetap menguasai seluruh Indonesia
sebelum RIS terbentuk.
• Wilayah Indonesia yang diakui Belanda hanya Jawa
Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera.
• Wilayah kekuasaan Indonesia dengan Belanda
dipisahkan oleh garis demarkasi yang disebut Garis
Van Mook.
• Tentara Indonesia ditarik mundur dari daerah-
daerak kekuasaan Belanda (Jawa Barat dan Jawa
Timur).
• Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda dengan
kepalanya Raja Belanda.
• Akan diadakan plebisit atau semacam referendum
(pemungutan suara) untuk menentukan nasib
wilayah dalam RIS.
• Akan diadakan pemilihan umum untuk membentuk
Dewan Konstituante RIS.
DAMPAK PERJANJIAN RENVILLE BAGI INDONESIA

• Perjanjian Renville membuat wilayah • Belanda langsung mendeklarasikan


Indonesia semakin sedikit. pemerintahan federal di Sumatera.
• Belanda menguasai wilayah-wilayah Padahal sebagian Sumatera adalah
penghasil pangan dan sumber daya alam. wilayah Indonesia.
• wilayah Indonesia terkungkung wilayah • Pada akhirnya, Belanda yang sudah
yang dikuasai Belanda. diuntungkan dengan Perjanjian
• Belanda mencegah masuknya pangan, Renville, malah mengingkari
sandang, dan senjata ke wilayah Indonesia. perjanjian ini.
• Indonesia mengalami blokade ekonomi
yang diterapkan Belanda
• Ribuan tentara dari Divisi Siliwangi di Jawa
Barat berbondong-bondong pindah ke Jawa
Tengah akibat Perjanjian Renville
“Longmarch siliwangi”
• sejumlah partai menarik dukungan dari
pemerintah.
• Perdana Menteri Amir Sjarifuddin mundur
dari jabatannya pada 23 Januari 1948.
Penghianatan Belanda pada Perjanjian Renville

• Pada 18 Desember 1948 pukul 06.00,


pesawat DC-3 Dakota milik Belanda
menerjunkan pasukan dari udara menuju
ibu kota Indonesia di Yogyakarta.
• Serangan Belanda terhadap Ibu Kota
Indonesia dikenal sebagai Agresi Militer
Belanda II.
Serangan Umum 1 Maret 1949

Monumen Serangan Umum 1


Maret 1949 di Yogyakarta, simbol
perjuangan mempertahankan
kedaulatan Republik Indonesia.
Makna Serangan Umum 1 Maret 1949

• Serangan umum 1 Maret 1949 membawa


arti penting bagi posisi Indonesia di mata
internasional.
• Selain membuktikan eksistensi TNI yang
masih kuat, Indonesia memiliki posisi tawar
melalui perundingan di Dewan Keamanan
PBB.
• Perlawanan singkat tersebut turut
mempermalukan Belanda dengan
propagandanya.

Baca selengkapnya di artikel "Sejarah


Serangan Umum 1 Maret 1949: Kronologi,
Tokoh, & Kontroversi", https://tirto.id/f9TU
Tokoh serangan umum 1 Maret 1949
PERUNDINGAN ROEM ROYEN

Latar Belakang
• AMB II dikecam dunia internasional.
• Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)
pada 4 Januari 1949
memerintahkan Belanda dan
Indonesia menghentikan masing-
masing operasi militernya.
• United Nations Commission for
Indonesia (UNCI) membawa
perwakilan kedua negara ke meja
perundingan pada 17 April 1949
• Delegasi Indonesia diketuai
Mohammad Roem. Sementara
Belanda diwakili Herman van Roijen
(Royen).
Kesepakatan Perundingan
Kesepakatan Perundingan Bagi
Roem Royen untuk Indonesia
Belanda

• Persetujuan itu dikenal sebagai "Roem- • Belanda menyetujui kembalinya


Royen Statements" atau Perundingan pemerintah RI ke Yogyakarta.
Roem-Royen. • Menjamin penghentian gerakan-
• Berikut isi Perjanjian Roem-Royen bagi gerakan militer dan
Indonesia: membebaskan semua tahanan
• Memerintahkan "pengikut RI yang politik.
bersenjata" untuk menghentikan perang • Tidak akan mendirikan atau
gerilya. mengakui negara-negara yang
• Bekerja sama dalam mengembalikan ada di daerah yang dikuasai oleh
perdamaian dan menjaga ketertiban dan RI sebelum tanggal 19 Desember
keamanan. 1949 dan tidak akan meluaskan
• Turut serta dalam Konferensi Meja negara atau daerah dengan
Bundar di Den Haag dengan maksud merugikan RI.
untuk mempercepat "penyerahan" • Menyetujui adanya RI sebagai
kedaulatan yang sungguh lengkap bagian dari Negara Indonesia
kepada Negara Indonesia Serikat Serikat.
dengan tidak bersyarat. • Berusaha dengan sungguh-
sungguh supaya Konferensi Meja
Bundar segera diadakan sesudah
pemerintah RI kembali ke
KONFERENSI MEJA BUNDAR

Tokoh Konferensi Meja Bundar (KMB). Baris pertama (Delegasi Indonesia, dari kiri
ke kanan): Drs Moh.Hatta (Ketua), Mr. Moh.Roem, Prof. Dr. Soepomo, dr.
J.Leimena, dan Mr. Ali Sastroamidjoyo. Baris kedua (Delegasi Indonesia, dari kiri
ke kanan): Mr. Suyono Hadinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim
Pringgodigdo. Kolonel T. B. Simatupang, dan Mr. Muwardi. Baris Ketiga (dari kiri ke
kanan): Sultan Hamid II (BFO), Mr. van Maarseveen (Belanda), Tom Critchley
(UNCI).
DELEGASI KMB

• delegasi dari Indonesia diwakili


oleh Mohammad Hatta,
Mohammad Roem, dan Prof. Dr.
Soepomo

• perwakilan dari BFO (Bijeenkomst voor


Federaal Overleg) yang merupakan
kumpulan negara federal hasil
bentukan Belanda di Indonesia, ialah
Sultan Hamid II

• perwakilan delegasi dari Belanda ialah


Johannes Henricus van Maarseveen
yang menjabat Menteri Seberang Laut
(Menteri Urusan Kolonial)

• perwakilan Komisi PBB untuk


Indonesia atau United Nations
Commission for Indonesia (UNCI), Tom
Critchley.
HASIL KMB

• Belanda mengakui Republik Indonesia


Serikat (RIS) sebagai negara yang merdeka
dan berdaulat.
• Penyerahan kedaulatan politik ke Indonesia
dilakukan pada 27 Desember 1949.
• Belanda dan RIS akan bergabung dalam Uni
Indonesia-Belanda, yang dikepalai oleh Raja
Belanda.
• Permasalahan terkait Irian Barat
dirundingkan kembali dalam kurun waktu 1
tahun.
• Penarikan kapal-kapal Belanda serta
beberapa korvet atau kapal perang kecil
diserahkan ke RIS.
• Penarikan tentara Belanda.
Gambar atas: Konferensi Inter Indonesia di
Yogyakarta tahun 1948. Gambar atas: Moh. Hatta
berbincang-bincang dengan Sultan Hamid II dari
Pontianak (mewakili BFO). Di tengah keduanya
adalah wakil Belanda yang berdarah Indonesia,
Abdulkadir Widjojoatmodjo.

Gambar bawah: anggota delegasi Indonesia


Sultan Hamengku Buwono IX berbincang-bincang
dengan anggota delegasi lainnya di sela-sela
konferensi.
Penandatanganan penyerahan kedaulatan dari kerajaan Belanda kepada Republik
Indonesia Serikat di Den Haag, Belanda, pada 2 November 1949.

Anda mungkin juga menyukai