Anda di halaman 1dari 3

Teori Organisasi Sosial Menurut Talcott Parsons

Strategi Parsons untuk menyusun teori, berpegang teguh pada suatu posisi ontologis yg jelas,
yaitu keadaan sosial memperlihatkan ciri-ciri secara sistematis yang harus dicakup oleh suatu
pengaturan konsep-konsep abstrak secara paralel. Hal yg lebih menonjol lagi adalah asumsi-
asumsi mengenai hakikat dunia sosial yg voluntaristik.

Teori aksi voluntaristik menyajikan suatu sintesa asumsi-asumsi bermanfaat dan konsep-
konsep utilitarianisme, positivisme, maupun idealisme bagi Parsons. Formulasi tertib sosial,
menyajikan berbagai masalah bagai Parsons, misalnya apakah manusia senantiasa berperilaku
rasional? Apakah mereka benar-benar bebas dan tidak diatur? Bagaimana ketertiban mungkin
ada dalam sistem kompetitif yang tidak teratur? Parsons menyampingkan formulasi-formulasi
ekstrim para positivis radikal, yang cenderung memandang dunia sosial dalam kerangka
hubungan sebab akibat yang dapat diamati diantara gejala-gejala fisik, sehingga tidak
memperhitungkan fungsi simbolis jiwa manusia. Selanjutnya Parsons berpendapat, tekanan
pada hubungan sebab akibat yang dapat diamati akan menuju pada reduksionisme tanpa
batas, misalnya :

1. Kelompok-kelompok dijabarkan kedalam hubungan sebab akibat anggota-anggotanya


secara individual.
2. Individu-individu dijabarkan dalam hubungan sebab akibat proses fisiologis, sampai
pada hal yang sekecil-kecilnya.

Aksi voluntaristik yg dikemukakan oleh Talcott Parsons mencakup unsur-unsur dasar,


sebagai berikut :

1. Pelaku, yang merupakan pribadi individual


2. Pelaku mencari tujuan-tujuan yang akan dicapai
3. Pelaku mempunyai cara-cara untuk mencapai tujuan
4. Pelaku dihadapkan pada berbagai kondisi situasional
5. Pelaku dikuasai oleh nilai-nilai, kaidah-kaidah, dan gagasan-gagasan lain yg
mempengaruhi penetapan tujuan dan pemilihan cara untuk mecapai tujuan
6. Aksi mencakup pengambilan keputusan secara subyektif oleh pelaku untuk memilih
cara mencapai tujuan, yang dibatasi oleh berbagai gagasan dan kondisi situasional

Sebagai sosiolog Parsons mengakui bahwa pusat perhatiannya pada teori mencakup analisa
sistem sosial. Empat belas tahun setelah terbit The Structure of Social Action, Parsons
menulis dan menerbitkan The Social System. Dalam buku itu Parsons menyajikan perbedaan-
perbedaan analitis antara sistem-sistem sosial kepribadian maupun pola-pola kebudayaan.
Oleh karena sistem sosial menjadi pusat perhatian Parsons, dia menelaah masalah integrasi
dalam sistem sosial dengan pola-pola kebudayaan disatu pihak.
Parsons memandang institusionalisasi baik sebagai proses maupun struktur. Pada awalnya dia
membicarakan proses institusionalisasi dan hanya mengacu pada hal itu sebagai suatu
struktur. Sebagai suatu proses, institusionalisasi dapat digolongkan kedalam tipe-tipe tertentu
dengan cara berikut :

1. Para pelaku dengan beraneka ragam orientasi memasuki situasi tempat mereka harus
berinteraksi
2. Cara pelaku beorientasi merupakan pencerminan dari struktur kebutuhannya dan
bagaimana struktur kebutuhan itu telah diubah oleh penjiwaan pola-pola kebudayaan
3. Melalui proses interaksi tertentu, muncullah kaidah-kaidah pada saat pelaku saling
menyesuaikan orientasi masing-masing
4. Kaidah-kaidah itu timbul sebagai suatu cara saling menyesuaikan diri, dan juga
membatasi pola-pola kebudayaan umum
5. Selanjutnya kaidah-kaidah itu mengatur interaksi yang terjadi kemudian, sehingga
tercipta keadaan stabil

Melalui cara-cara itu, pola-pola institusionalisasi tercipta, dipelihara, dan diubah. Apabila
interaksi telah melembaga, maka dapat dikatakan terdapat suatu sistem sosial. Suatu sistem
sosial tidak harus merupakan masyarakat yang menyeluruh, namun setiap pola interaksi yang
diorganisasi baik secara mikro maupun makro, merupakan suatu sistem sosial. Apabila pusat
perhatian diarahkan pada masyarakat secara total atau bagian-bagiannya yang mencakup
himpunan pola-pola peranan yang terlembaga, Parsons menyebutnya sebagai sub-sistem.
Parsons telah menyusun suatu sistem konseptual yang cukup rumit yang memberikan tekanan
pada proses pelembagaan interaksi menjadi pola-pola mantap yang disebut sistem-sistem
sosial, yang dipengaruhi oleh kepribadian dan dibatasi oleh kebudayaan. Pola-pola kedua
sistem aksi yang sesungguhnya kepribadian dan sosial merupakan pencerminan pola-pola
dominan orientasi-orientasi nilai dalam kebudayaan. Tekanan secara implisit pada pengaruh
pola-pola kebudayaan dalam mengatur dan mengendalikan sistem-sistem aksi lainnya,
menjadi semakin nyata dalam karya-karya Parsons kemudian.

Setelah menyusun suatu kerangka analisa, Parsons kembali pada pertanyaan yang
diajukannya dalam The Structure of Social Action yang menjadi patokan bagi semua
formulasi teoritisnya, yaitu bagaimanakah sistem-sistem sosial bertahan? Atau, secara lebih
tegas, mengapa pola-pola interaksi yg telah melembaga dapat bertahan? Jawaban atas
pertanyaan itu adalah dengan jalan mengembangkan konsep-konsep tambahan yang
menunjukkan bagaimana sistem-sistem kepribadian dan kebudayaan terintegrasi dalam
sistem sosial, sehingga menjamin kesatuan normatif dan keterikatan para pelaku untuk
mematuhi kaidah-kaidah dan memainkan peranannya. Bagaimanakah sistem-sistem
kepribadian terintegrasikan dalam sistem sosial, sehingga mempertahankan keserasian? Pada
taraf yang paling abstrak, parsons menyusun konsep dua mekanisme yg mengintegrasikan
kepribadian kedalam sistem sosial, yaitu mekanisme sosialisasi dan pengendalian sosial.
Melalui pengoprasian kedua mekanisme itu, sistem-sistem kepribadian menjadi struktur,
sehingga sepadan dengan struktur sistem-sistem sosial.

Dalam artian abstraknya, parsons memandang mekanisme sosialisasi sebagai sarana tempat
pola-pola kebudayaan nilai-nilai, kepercayaan, bahasa, dan lambang-lambang lainnya
diinternalisasikan kedalam sistem kepribadian, sehingga mencakup struktur kebutuhannya.
Melalui proses ini, para pelaku akan mau menyimpan energi motivasionalnya dalam peranan
dan kepada para pelaku diberikan ketrampilan untuk memainkan peran masing-masing.
Fungsi lain sosialisasi dan mekanismenya adalah menjamin kestabilitas ikatan-ikatan antara
pribadi yang menimbulkan berbagai tekanan. Mekanisme pengendalian sosial mencakup
cara-cara dalam mana peranan-peranan kedudukan diorganisasikan dalam sistem-sistem
sosial untuk mengurangi tekanan dan penyimpangan.

Kedua mekanisme tersebut dipandang sebagai unsur yang memecahkan salah satu masalah
integratif yang dihadapi oleh sistem-sistem sosial. Masalah integratif lainnya yang dihadapi
sistem-sistem sosial adalah bagaimana pola-pola kebudayaan berperan dalam memelihara
tertib sosial dan keserasiannya. Parsons tidak lupa menyatakan bahwa mekanisme sosialisasi
dan pengendalian sosial tidak selali berhasil, sehingga ada kemungkinan terjadinya
penyimpangan dan perubahan sosial. Namun kiranya jelas bahwa konsep-konsep yang
dikembangkan parsons dalam The Social System, menyajikan suatu analisa kearah proses-
proses yang memelihara integrasi dan keserasian dalam sistem-sistem sosial.

Anda mungkin juga menyukai