Anda di halaman 1dari 4

Pokok-pokok Pikiran Talcott Parsons

Sistem Sosial dalam Pendekatan Fungsionalisme-Struktural


Salah satu pendekatan teoritis sistem sosial yang paling populer dari pendekatan-pendekatan
yang lain adalah pendekatan yang amat berpengaruh di kalangan para ahli sosiologi selama
beberapa puluh tahun terakhir ini. Sudut pendekatan tersebut menganggap bahwa masyarakat,
pada dasarnya , terintegrasi di atas dasar kata sepakat para anggotanya akan nilai, noma, dan
aturan kemasyarakatan tertentu, suatu general agreements yang memiliki daya mengatasi
perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara para anggota masyarakat.
Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang secara fungsional
terintegrasi ke dalam suatu bentuk ekuilibrium. Karena sifatnya demikian, maka aliran
pemikiran ini disebut sebagai integration approach, order approach, equilibrium approach
atau lebih populer disebut structural-functional approach .
Pendekatan Fungsionalisme Struktural awalnya muncul dari cara melihat masyarakat dengan
dianalogikan sebagai organisma biologis. Auguste Comte dan Herbert Spencer melihat
adanya interdependensi antara organ-organ tubuh kita yang kemudian dianalogikan dengan
masyarakat. Sebagaimana alasan-alasan yang dikemukakan Herbert Spencer sehingga
mangatakan masyarakat sebagai organisma sosial adalah:
a. Masyarakat itu tumbuh dan berkembang dari --this article is a copy of
kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read
entire article--yang sederhana ke yang kompleks
b. Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat berjalan secara perlahan atau evolusioner
c. Walaupun institusi sosial bertambah banyak, hubungan antarsatu dan lainnya tetap
dipertahankan kerena semua institusi itu berkembang dari institusi yang sama
d. Seperti halnya bagian dalam organism biologi, bagian-bagian dalam organism sosial itu
memiliki sistemnya sendiri (subsistem) yang dalam beberapa hal tertentu dia berdikari.
Pokok pikiran inilah yang melatar belakangi lahirnya pendekatan fungsionalisme-struktural
yang kemudian mencapai tingkat perkembangannya yang sangat berpengaruh dalam
sosiologi Amerika, khususnya di dalam pemikiran Talcott Parsons (1902-1979).
Talcott Parsons lahir di Colorado Springs Amerika Serikat putra seorang pendeta. Meskipun
awalnya menekuni ilmu biologi kemudian dia juga mempelajari sosial ekonomi.
Pemikirannya dipengaruhi oleh pemikir-pemikir seperti Weber, Durkheim dan Vilfredo

Pareto yang mengedepankan pendekatan sistem.


Parson adalah tokoh fungsionalisme struktural modern terbesar hingga saat ini.
Pendekatan fungsionalisme-struktural sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Parsons
dan para pengikutnya, dapat dikaji melalu anggapan-anggapan dasar berikut:
a. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem dari bagian-bagian yang saling
berhubungan satu sama lain
b. Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi di antara bagian-bagian tersebut
bersifat timbal balik
c. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapi dengan sempurna, namun secara
fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak kea rah ekuilibrium yang bersifat
dinamis
d. Sistem sosial senantiasa berproses ke arah integrasi sekalipun terjadi ketegangan, disfungsi
dan penyimpangan.
e. Perubahan-perubahan dalam sistem sosial, terjadi secara gradual, melalui penyesuaianpenyesuaian dan tidak secara revolusioner.
f. Faktor paling penting yang memiliki daya integrasi suatu sistem sosial adalah konsensus
atau mufakat di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan
tertentu.
Dengan kata lain, suatu sistem sosial, pada dasarnya, tidak lain adalah suatu sistem dari
tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai individu,
yang tumbuh berkembang --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you
don't erase this, it means you don't manage to read entire article--tidak secara kebetulan,
namun tumbuh dan berkembang di atas consensus, di atas standar penilaian umum
masyarakat. Yang paling penting di antara berbagai standar penilaian umum tersebut adalah
norma-norma sosial. Norma-norma sosial itulah yang membentuk struktur sosial.
Sistem nilai ini, selain menjadi sumber yang menyebabkan berkembangnya integrasi sosial,
juga merupakan unsur yang menstabilir sistem sosial budaya itu sendiri.
Oleh karena setiap orang menganut dan mengikuti pengertian-pengertian yang sama
mengenai situasi-situasi tertentu dalam bentuk norma-norma sosial, maka tingkah laku
mereka kemudian terjalin sedemikian rupa ke dalam bentuk suatu struktur sosial tertentu.
Kemudian pengaturan interaksi sosial di antara mereka dapat terjadi Karena komitmen
mereka terhadap norma-norma yang mampu mengatasi perbedaan pendapat dan kepentingan
individu. Dua macam mekanisme sosial yang paling penting di mana hasrat-hasrat para
anggota masyarakat dapat dikendalikan pada tingkat dan arah menuju terpeliharanya sistem
sosial adalah mekanisme sosialisasi dan pengawasan sosial (social control)
B. Paradigma AGIL (Adaptation, Goal-Attainment, Integration, Latent-PatternMaintenance)

Kehidupan sosial sebagai suatu sistem sosial memerlukan terjadinya ketergantungan yang
berimbas pada kestabilan sosial. Sistem yang timpang, sebut saja karena tidak adanya
kesadaran bahwa mereka merupakan sebuah kesatuan, menjadikan sistem tersebut tidak
teratur. Suatu sistem sosial akan selalu terjadi keseimbangan apabila ia menjaga Safety Valve
atau katup pengaman yang terkandung dalam paradigma AGIL .
Paradigma AGIL adalah salah satu teori Sosiologi yang dikemukakan oleh ahli sosiologi
Amerika, Talcott Parsons pada sekitar tahun 1950. Teori ini adalah lukisan abstraksi yang
sistematis mengenai keperluan sosial (kebutuhan fungsional) tertentu, yang mana setiap
masyarakat harus memeliharanya untuk memungkinkan pemeliharaan kehidupan sosial yang
stabil. Teori AGIL adalah sebagian teori sosial yang dipaparkan oleh Parson mengenai
struktur fungsional, diuraikan dalam bukunya The Social System, yang bertujuan untuk
membuat persatuan pada keseluruhan system sosial. Teori Parsons dan Paradigma AGIL
sebagai elemen utamanya mendominasi teori sosiologi dari tahun 1950 hingga 1970.
AGIL merupakan akronim dari Adaptation, Goal Attainment, Integration, dan Latency atau
latent pattern-maintenance, meskipun demikian tidak terdapat skala prioritas dalam
pengurutannya.
a. Adaptation yaitu kemampuan masyarakat untuk berinteraksi dengan lingkungan dan alam.
Hal ini mencakup segala hal; mengumpulkan sumber-sumber kehidupan dan menghasilkan
komuditas untuk redistribusi sosial.
b. Goal-Attainment adalah kecakapan untuk mengatur dan menyusun tujuan-tujuan masa
depan dan membuat keputusan yang sesuai dengan itu. Pemecahan permasalahan politik dan
sasaran-sasaran sosial adalah bagian dari kebutuhan ini.
c. Integration atau harmonisasi keseluruhan anggota sistem sosial setelah sebuah general
agreement mengenai nilai-nilai atau norma pada masyarakat ditetapkan. Di sinilah peran nilai
tersebut sebagai pengintegrasi sebuah sistem sosial
d. Latency (Latent-Pattern-Maintenance) adalah memelihara sebuah pola, dalam hal ini nilainilai kemasyrakatan tertentu seperti budaya, norma, aturan dan sebagainya.
Di samping itu, Parsons menilai, keberlanjutan sebuah sistem bergantung pada persyaratan:
a. Sistem harus terstruktur agar bisa menjaga keberlangsungan hidupnya dan juga harus
mampu harmonis dengan sistem lain
b. Sistem harus mendapat dukungan yang diperlukan dari sistem lain
c. Sistem harus mampu mengakomodasi para aktornya secara proporsional
d. Sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para aktornya
e. Sistem harus mampu untuk mengendalikan perilaku yang berpotensi mengganggu
f. Bila terjadi konflik menimbulkan kekacauan harus dapat dikendalikan
g. Sistem harus memiliki bahasa Aktor dan Sistem Sosial.

Menurutnya persyaratan kunci bagi terpeliharanya integrasi pola nilai dan norma ke dalam
sistem ialah dengan sosialisasi dan internalisasi. Pada proses Sosialisasi yang sukses, nilai
dan norma sistem sosial itu akan diinternalisasikan. Artinya ialah nilai dan norma sistem
sosial ini menjadi bagian kesadaran dari aktor tersebut. Akibatnya ketika si aktor sedang
mengejar kepentingan mereka maka secara langsung dia juga sedang mengejar kepentingan
sistem sosialnya.
Sementara proses sosialisasi ini berhubungan dengan pengalaman hidup (dan spesifik) dan
harus berlangsung secara terus menerus, karena nilai dan norma yang diproleh sewaktu kecil
tidaklah cukup untuk menjawab tantangan ketika dewasa.
C. Kelemahan Teori Fungsionalisme-Struktural dan AGIL
Parsons dan para pengikutnya telah berhasil membawa pendekatan fungsionalisme struktural
ke tingkat perkembangannya yang sangat berpengaruh di dalam pertumbuhan teori-teori
sosiologi hingga saat ini, namun pendekatan ini juga telah mengundang --this article is a copy
of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read
entire article--paling banyak perdebatan. David Lockwood memaparkan bahwa pandangan
pendekatan ini terlalu normatif, karena menganggap bahwa masyarakat akan selalu berada
pada situasi harmoni, stabil, seimbang, dan mapan. Ini terjadi karena analogi dari masyarakat
dan tubuh manusia yang dilakukan oleh Parson bisa diilustrasikan, bahwa tidak mungkin
terjadi konflik antara tangan kanan dengan tangan kiri dengan tangan kanan, demikian pula
tidak mungkin terjadi ada satu tubuh manusia yang membunuh dirinya sendiri dengan
sengaja. Demikian pula karakter yang terdapat dalam masyarakat. Suatu sistem sosial,
Lembaga masyarakat misalnya, akan selalu terkait secara harmonis, berusaha menghindari
konflik, dan tidak mungkin akan menghancurkan keberadaannya sendiri.
Daftar Pustaka
Social Control. Sukarna, Drs. 1990, Citra Aditya Bakti: Bandung
Sistem Sosial Indonesia. Nasikun, Dr., 1984. Rajawali Press: Jakarta.
http://www.forumsains.com/artikel/fungsionalisme-struktural/
http://id.wikipedia.org
http://www.megaessay.com
http://prari007luck.wordpress.com/tag/modernisasi/

Anda mungkin juga menyukai