A. STANDAR KOMPETENSI
Membuat peta sederhana, kerangka vertikal dan leveling.
B. KOMPETENSI DASAR
Pengukuran profil melintang
C. SUB KOMPETENSI
Mengukur Profil Melintang.
D. INDIKATOR
1. Membuat sketsa lokasi praktik secara manual.
2. Menggunakan roll meter untuk mengetahui jarak.
3. Mendirikan statif.
4. Menggunakan unting-unting.
5. Menyetel pesawat.
6. Membaca bak ukur.
7. Membaca sudut jurusan.
8. Mengukur tinggi pesawat.
9. Mengecek jarak dengan perhitungan jarak optis.
10. Membuat tabel data di lapangan.
11. Menghitung beda tinggi.
12. Menghitung tinggi titik.
13. Membuat tabel perhitungan.
14. Membuat denah.
15. Membuat profil melintang.
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membuat sketsa lokasi praktik yang
sesuai dengan data.
2. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat menggunakan roll meter untuk
mengukur jarak secara lurus horizontal.
3. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat mendirikan statif hingga meja statif
datar
4. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat memasang unting-unting pada
bagian bawah meja statif untuk memastikan pesawat benar-benar diatas titik.
5. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat menyetel pesawat hingga pesawat
siap digunakan.
6. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membaca bak ukur sesuai letak
benang atas, benang tengah, dan benang bawah dengan membaca 3 angka.
7. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membaca sudut jurusan pada sudut
horizontal/sudut jurusan dan vertical/zenith.
8. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat mengukur tinggi pesawat dengan
menggunakan baak ukur.
9. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat mengecek jarak dengan
menggunakan perhitungan jarak optis.
10. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membuat tabel berdasarkan data di
lapangan.
11. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat menghitung beda tinggi.
12. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat menghitung tinggi titik.
13. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membuat tabel perhitungan sesuai
data di lapangan.
14. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membuat gambar kerja yang
sesuai dengan data hasil pengukuran.
15. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membuat gambar denah sesuai
dengan data di lapangan.
16. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membuat profil melintang sesuai
data di lapangan.
F. PENDAHULUAN
Dalam pelajaran ilmu ukur tanah diperlukan adanya kemampuan yang seimbang baik
dalam bentuk praktik maupun teori. Agar nantinya siswa dapat menerapkannya dalam
mengerjakan pengukuran dan pengolahan data dilapangan dengan benar dan lancar.
Pengukuran ini dilakukan setelah pengukuran profil memanjang. Pengukuran ini
bertujuan untuk mengetahui penampang melintang suatu daerah, dengan pengukuran ini
maka akan dapat diketahui tinggi suatu lokasi.
H. TINDAKAN KEMANAN
1. Memakai pakaian praktikum.
2. Mengikuti pengarahan dan petunjuk dari dosen pembimbing.
3. Mengecek dan membawa peralatan praktik ke lokasi praktik dengan hati – hati.
4. Meletakan alat praktik di tempat yang aman.
5. Menggunakan alat praktik dengan benar sesuai dengan fungsinya masing – masing.
6. Memeriksa alat – alat praktik yang digunakan sebelum dan sesudah praktik di lakukan.
I. LANGKAH KERJA
1. Memperhatikan dan mengikuti petunjuk dari dosen pembimbing.
2. Berdoa dan menyiapkan semua peralatan yang diperlukan.
3. Mencari lokasi yang akan digunakan untuk praktik.
4. Membuat sketsa dari lokasi praktik pengukuran.
5. Menentukan letak titik P.
6. Melakukan penyetelan pesawat dititik P.
7. Memasang statif dengan posisi meja statif datar diatas tanah dengan cara:
a. Menempatkan statif dengan ketiga kaki statif diatas titik ± 60°.
b. Memasang unting – unting pada sekrup penghubung.
c. Menancapkan salah satu kaki statif sebagai acuan.
d. Menyesuaikan tinggi statif dengan tinggi pembidik.
e. Menentukan posisi meja statif dalam posisi datar dan memastikan posisi unting-
unting tepat diatas titik.
f. Menancapkan kedua kaki statif yang lain dengan cara membuka klem pengunci
terlebih dahulu lalu menginjak kaki statif kemudian mengunci klem kembali.
g. Mengontrol kedataran meja statif dan posisi unting-unting tepat diatas titik dengan
cara pengontrolan dapat dilakukan dengan meletakan benda yang dapat
menggelinding (bolpoint) diatas meja statif, jika bolpoint tidak bergerak berarti
posisi meja statif telah datar.
8. Memasang pesawat Topcon TL-6DT ditengah meja statif kemudian mengencangkan
sekrup yang menghubungkan pesawat dengan meja statif agar pesawat stabil atau tidak
goyah.
9. Menyetel kedataran pesawat dengan cara :
a. Meletakan as teropong pesawat agar berada diatas salah satu sekrup penyetel
kedataran misalnya : sekrup C
b. Menyetel nivo tabung dengan cara :
1) Memutar sekrup A dan B secara bersama-sama (misal dengan arah kedalam atau
keluar) hingga gelembung nivo berada tepat ditengah-tengah garis indeks nivo.
2) Memutar sekrup C kekiri atau kekanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah
garis indeks nivo.
K. Perhitungan Data
Tinggi pesawat = 1150 mm
TGB = Tinggi titik elevasi + tinggi pesawat
= 108997 + 1150
= 110147
1. Titik A
Benang atas (Ba) = 1195
Benang tengah (Bt) = 1095
Benang bawah (Bb) = 995
Jarak Optis (d) = 20000
Nonius = 75°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 20000.0 = 0
d cos α = 20000.1 = 20000
d sin α + Benang tengah = 0 + 1095 = 1095
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1095)
= 55
Tinggi titik A = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1095 + 0)
= 109052
2. Titik 1
Benang atas (Ba) = 1810
Benang tengah (Bt) = 1696
Benang bawah (Bb) = 1581
Jarak Optis (d) = 22900
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 22900.0 = 0
d cos α = 22900.1 = 22900
d sin α + Benang tengah = 0 + 1696 = 1696
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0+1696)
= -546
Tinggi titik 1 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1696 + 0)
= 108451
3. Titik 2
Benang atas (Ba) = 2110
Benang tengah (Bt) = 2002
Benang bawah (Bb) = 1897
Jarak Optis (d) = 21300
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 21300.0 = 0
d cos α = 21300.1 = 21300
d sin α + Benang tengah = 0 + 2002 = 2002
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 2002)
= -852
Tinggi titik 2 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (2002 + 0)
= 108145
4. Titik 3
Benang atas (Ba) = 2037
Benang tengah (Bt) = 1937
Benang bawah (Bb) = 1837
Jarak Optis (d) = 20000
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90° - 90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 20000.0 = 0
d cos α = 20000.1 = 20000
d sin α + Benang tengah = 0 + 1937 = 1937
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1937)
= -787
Tinggi titik 3 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1937+ 0)
= 108210
5. Titik 4
Benang atas (Ba) = 1485
Benang tengah (Bt) = 1345
Benang bawah (Bb) = 1305
Jarak Optis (d) = 18000
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 100°
Lereng = 100° - 90° = 10°
Cos = 0,98
Sin = 0,17
d sin α = 18000.0,17 = 3060
d cos α = 18000.0,98 = 17640
d sin α + Benang tengah = 3060 + 1345 = 4405
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (3060 + 1345)
= -3255
Tinggi titik 4 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1345 + 3060)
= 105742
6. Titik 5
Benang atas (Ba) = 2524
Benang tengah (Bt) = 2440
Benang bawah (Bb) = 2364
Jarak Optis (d) = 16000
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 100°
Lereng = 100° - 90° = 10°
Cos = 0,98
Sin = 0,17
d sin α = 16000.0,17 = 2720
d cos α = 16000.0,98 = 15680
d sin α + Benang tengah = 2720 + 2440 = 5160
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (2720 + 2440)
= -4010
Tinggi titik 5 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (2440 + 2720)
= 104987
7. Titik 6
Benang atas (Ba) = 2792
Benang tengah (Bt) = 2760
Benang bawah (Bb) = 2730
Jarak Optis (d) = 6200
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 122°
Lereng = 122°-90° = 32°
Cos = 0,85
Sin = 0,53
d sin α = 6200.0,53 = 3286
d cos α = 6200.0,85 = 5270
d sin α + Benang tengah = 3286 + 2760 = 6046
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (3286 + 2760)
= -4896
Tinggi titik 6 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (2760 + 3286)
= 104101
8. Titik 7
Benang atas (Ba) = 1808
Benang tengah (Bt) = 1783
Benang bawah (Bb) = 1760
Jarak Optis (d) = 4800
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 122°
Lereng = 122°-90° = 32°
Cos = 0,85
Sin = 0,53
d sin α = 4800.0,53 = 2544
d cos α = 4800.0,85 = 4080
d sin α + Benang tengah = 2544 + 1783 = 4327
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (2544 + 1783)
= -3177
Tinggi titik 7 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1783 + 2544)
= 105820
9. Titik 8
Benang atas (Ba) = 1845
Benang tengah (Bt) = 1827
Benang bawah (Bb) = 1809
Jarak Optis (d) = 3600
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 122°
Lereng = 122°-90° = 32°
Cos = 0,85
Sin = 0,53
d sin α = 3600.0,53 = 1908
d cos α = 3600.0,85 = 3060
d sin α + Benang tengah = 1908 + 1827 = 3735
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (1908 + 1827)
= -2585
Tinggi titik 8 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1827 + 1908)
= 106412
10. Titik 9
Benang atas (Ba) = 2026
Benang tengah (Bt) = 2013
Benang bawah (Bb) = 2002
Jarak Optis (d) = 2400
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 122°
Lereng = 122°-90° = 32°
Cos = 0,85
Sin = 0,53
d sin α = 2400.0,53 = 1272
d cos α = 2400.0.85 = 2040
d sin α + Benang tengah = 1272 + 2013 = 3285
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (1272 + 2013)
= -2135
Tinggi titik 9 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (2013+ 1272)
= 106862
11. Titik 10
Benang atas (Ba) = 695
Benang tengah (Bt) = 688
Benang bawah (Bb) = 679
Jarak Optis (d) = 1600
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 122°
Lereng = 122°-90° = 32°
Cos = 0,85
Sin = 0,53
d sin α = 1600.0,53 = 848
d cos α = 1600.0,85 = 1360
d sin α + Benang tengah = 848 + 688 = 1536
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (848 + 688)
= -386
Tinggi titik 10 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (688+ 848)
= 108611
12. Titik 1’
Benang atas (Ba) = 1240
Benang tengah (Bt) = 1230
Benang bawah (Bb) = 1220
Jarak Optis (d) = 20000
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 20000.0 = 0
d cos α = 20000.1 = 20000
d sin α + Benang tengah = 0 + 1230 = 1230
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1230)
= -80
Tinggi titik 1’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1230 + 0)
=108917
13. Titik 2’
Benang atas (Ba) = 1440
Benang tengah (Bt) = 1428
Benang bawah (Bb) = 1418
Jarak Optis (d) = 2000
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 2000.0 = 0
d cos α = 2000.1 = 2000
d sin α + Benang tengah = 0 + 1428 = 1428
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1428)
= -278
Tinggi titik 2’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1428+ 0)
= 108719
14. Titik 3’
Benang atas (Ba) = 1430
Benang tengah (Bt) = 1418
Benang bawah (Bb) = 1402
Jarak Optis (d) = 2800
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 2800.0 = 0
d cos α = 2800.1 = 2800
d sin α + Benang tengah = 0 + 1418 = 1418
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1418)
= -268
Tinggi titik 3’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1418 + 0)
= 108729
15. Titik 4’
Benang atas (Ba) = 1379
Benang tengah (Bt) = 1355
Benang bawah (Bb) = 1330
Jarak Optis (d) = 4900
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 4900.0 = 0
d cos α = 4900.1 = 4900
d sin α + Benang tengah = 0 + 1355 = 1355
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1355)
= -205
Tinggi titik 4’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1355 + 0)
= 108792
16. Titik 5’
Benang atas (Ba) = 1330
Benang tengah (Bt) = 1303
Benang bawah (Bb) = 1279
Jarak Optis (d) = 5100
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 5100.0 = 0
d cos α = 5100.1 = 5100
d sin α + Benang tengah = 0 + 1303 = 1303
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1303)
= -153
Tinggi titik 5’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1303 + 0)
= 108844
17. Titik 6’
Benang atas (Ba) = 1294
Benang tengah (Bt) = 1238
Benang bawah (Bb) = 1179
Jarak Optis (d) = 11500
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 11500.0 = 0
d cos α = 11500.1 = 11500
d sin α + Benang tengah = 0 + 1238 = 1238
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1238)
= -88
Tinggi titik 6’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1238 + 0)
= 108909
18. Titik 7’
Benang atas (Ba) = 1283
Benang tengah (Bt) = 1221
Benang bawah (Bb) = 1160
Jarak Optis (d) = 12300
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 12300.0 = 0
d cos α = 12300.1 = 12300
d sin α + Benang tengah = 0 + 1221 = 1221
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1221)
= -71
Tinggi titik 7’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1221 + 0)
= 108926
19. Titik 8’
Benang atas (Ba) = 1279
Benang tengah (Bt) = 1212
Benang bawah (Bb) = 1148
Jarak Optis (d) = 13100
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 13100.0 = 0
d cos α = 13100.1 = 13100
d sin α + Benang tengah = 0 + 1212 = 1212
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1212)
= -62
Tinggi titik 8’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1212 +0)
= 108935
20. Titik 9’
Benang atas (Ba) = 1418
Benang tengah (Bt) = 1312
Benang bawah (Bb) = 1210
Jarak Optis (d) = 20800
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 20800.0 = 0
d cos α = 20800.1 = 20800
d sin α + Benang tengah = 0 + 1312 = 1312
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1312)
= -162
Tinggi titik 9’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1312 + 0)
= 108835
M. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktek dapat disimpulkan bahwa pengukuran profil melintang dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Membuat titik ikat atau titik pedoman yang sejajar dengan jalan dan mempunyai jarak yang sama dengan pesawat dari jalan.
2. Memutar dan mengurangi sudut baak ukur atau titik pedoman 90 o dalam pengukuran baak ukur yang dipasang mendekati
pesawat, kemudian mengukur bagian bagian kanan pesawat dengan memutar pada arah horizontal sejauh 180 o dan baak ukur
sejauh pesawat.
N. SARAN
1. Datang tepat waktu.
2. Menghindari pemilihan lokasi praktik yang meiliki kedalaman sungai yang dalam.
3. Menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin.