Anda di halaman 1dari 24

MATA KULIAH ILMU UKUR TANAH

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

TOPIK : PENGUKURAN PENAMPANG & PROFIL


MELINTANG.
WAKTU : 08.00 – 16.00
HARI/TANGGAL : 12 NOVEMBER 2020
LOKASI : SUNGAI DEPAN RS. ORTOPEDI
KELOMPOK : A2
DOSEN PEMBIMBING : Drs. Waluyo M.Pd

A. STANDAR KOMPETENSI
Membuat peta sederhana, kerangka vertikal dan leveling.

B. KOMPETENSI DASAR
Pengukuran profil melintang

C. SUB KOMPETENSI
Mengukur Profil Melintang.

D. INDIKATOR
1. Membuat sketsa lokasi praktik secara manual.
2. Menggunakan roll meter untuk mengetahui jarak.
3. Mendirikan statif.
4. Menggunakan unting-unting.
5. Menyetel pesawat.
6. Membaca bak ukur.
7. Membaca sudut jurusan.
8. Mengukur tinggi pesawat.
9. Mengecek jarak dengan perhitungan jarak optis.
10. Membuat tabel data di lapangan.
11. Menghitung beda tinggi.
12. Menghitung tinggi titik.
13. Membuat tabel perhitungan.
14. Membuat denah.
15. Membuat profil melintang.

E. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membuat sketsa lokasi praktik yang
sesuai dengan data.
2. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat menggunakan roll meter untuk
mengukur jarak secara lurus horizontal.
3. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat mendirikan statif hingga meja statif
datar
4. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat memasang unting-unting pada
bagian bawah meja statif untuk memastikan pesawat benar-benar diatas titik.
5. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat menyetel pesawat hingga pesawat
siap digunakan.
6. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membaca bak ukur sesuai letak
benang atas, benang tengah, dan benang bawah dengan membaca 3 angka.
7. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membaca sudut jurusan pada sudut
horizontal/sudut jurusan dan vertical/zenith.
8. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat mengukur tinggi pesawat dengan
menggunakan baak ukur.
9. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat mengecek jarak dengan
menggunakan perhitungan jarak optis.
10. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membuat tabel berdasarkan data di
lapangan.
11. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat menghitung beda tinggi.
12. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat menghitung tinggi titik.
13. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membuat tabel perhitungan sesuai
data di lapangan.
14. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membuat gambar kerja yang
sesuai dengan data hasil pengukuran.
15. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membuat gambar denah sesuai
dengan data di lapangan.
16. Melalui praktik Ilmu Ukur Tanah 1, mahasiswa dapat membuat profil melintang sesuai
data di lapangan.
F. PENDAHULUAN
Dalam pelajaran ilmu ukur tanah diperlukan adanya kemampuan yang seimbang baik
dalam bentuk praktik maupun teori. Agar nantinya siswa dapat menerapkannya dalam
mengerjakan pengukuran dan pengolahan data dilapangan dengan benar dan lancar.
Pengukuran ini dilakukan setelah pengukuran profil memanjang. Pengukuran ini
bertujuan untuk mengetahui penampang melintang suatu daerah, dengan pengukuran ini
maka akan dapat diketahui tinggi suatu lokasi.

G. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN :


1. Pesawat Topcon TL-6DT : 1 buah
2. Roll meter : 2 buah
3. Statif : 1 buah
4. Baak ukur : 1 buah
5. Unting – unting : 1 buah
6. Payung : 1 buah
7. Alat tulis : secukupnya

H. TINDAKAN KEMANAN
1. Memakai pakaian praktikum.
2. Mengikuti pengarahan dan petunjuk dari dosen pembimbing.
3. Mengecek dan membawa peralatan praktik ke lokasi praktik dengan hati – hati.
4. Meletakan alat praktik di tempat yang aman.
5. Menggunakan alat praktik dengan benar sesuai dengan fungsinya masing – masing.
6. Memeriksa alat – alat praktik yang digunakan sebelum dan sesudah praktik di lakukan.
I. LANGKAH KERJA
1. Memperhatikan dan mengikuti petunjuk dari dosen pembimbing.
2. Berdoa dan menyiapkan semua peralatan yang diperlukan.
3. Mencari lokasi yang akan digunakan untuk praktik.
4. Membuat sketsa dari lokasi praktik pengukuran.
5. Menentukan letak titik P.
6. Melakukan penyetelan pesawat dititik P.
7. Memasang statif dengan posisi meja statif datar diatas tanah dengan cara:
a. Menempatkan statif dengan ketiga kaki statif diatas titik ± 60°.
b. Memasang unting – unting pada sekrup penghubung.
c. Menancapkan salah satu kaki statif sebagai acuan.
d. Menyesuaikan tinggi statif dengan tinggi pembidik.
e. Menentukan posisi meja statif dalam posisi datar dan memastikan posisi unting-
unting tepat diatas titik.
f. Menancapkan kedua kaki statif yang lain dengan cara membuka klem pengunci
terlebih dahulu lalu menginjak kaki statif kemudian mengunci klem kembali.
g. Mengontrol kedataran meja statif dan posisi unting-unting tepat diatas titik dengan
cara pengontrolan dapat dilakukan dengan meletakan benda yang dapat
menggelinding (bolpoint) diatas meja statif, jika bolpoint tidak bergerak berarti
posisi meja statif telah datar.
8. Memasang pesawat Topcon TL-6DT ditengah meja statif kemudian mengencangkan
sekrup yang menghubungkan pesawat dengan meja statif agar pesawat stabil atau tidak
goyah.
9. Menyetel kedataran pesawat dengan cara :
a. Meletakan as teropong pesawat agar berada diatas salah satu sekrup penyetel
kedataran misalnya : sekrup C
b. Menyetel nivo tabung dengan cara :
1) Memutar sekrup A dan B secara bersama-sama (misal dengan arah kedalam atau
keluar) hingga gelembung nivo berada tepat ditengah-tengah garis indeks nivo.
2) Memutar sekrup C kekiri atau kekanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah
garis indeks nivo.

3) Memeriksa kembali kedudukan gelembung nivo tabung dengan cara memutar


teropong pesawat kesegala arah.
4) Bila ternyata posisi gelembung nivo bergeser, maka ulangi lagi dengan cara a dan
b. Pesawat siap digunakan apabila gelembung nivo tabung berada di tengah-tengah,
meskipun teropong pesawat diputar kesegala arah.
10. Mengatur zenith 90°00’00” dengan cara:
a. Memutar sekrup pengatur mikrometer sampai menunjukkan skala mikrometer
00'00"
b. Menggerakkan teropong keatas dan kebawah hingga menunjukkan zenith 90°
atau mendekati.
c. Mengencangkan sekrup pengunci vertical.
d. Menggerakan sekrup penggerak halus vertical untuk menempatkan zenith
90°.
11. Membuka kunci kompas dengan cara menekan klem pengunci kompas keatas sambil
melihat garis indeks sudut horisontal hingga berheti.
12. Mengukur tinggi pesawat menggunakan baak ukur dari permukaan tanah ke as teropong.
13. Menentukan titik A yang posisinya sejajar dengan jalan sebagai titik ikat.
14. Menempatkan baak ukur di titik A.
15. Membidik bak ukur di titik A dengan cara :
a. Mengendorkan skrup pengunci gerak horizontal.
b. Mengarahkan teropong pesawat tepat ke arah baak ukur.
c. Menggunakan skrup penggerak halus arah horizontal sambil melihat baak ukur untuk
mendapatkan posisi benang vertikal tepat pada as bayangan baak ukur.
d. Membaca dan mencatat bacaan benang atas, benang tengah dan benang bawah.
Ba+ Bb
e. Mengecek bacaan benang tengah dengan rumus .
2
f. Mengecek jarak sebenarnya dan jarak optis dengan perhitungan d = (selisih Ba dan
Bb) x 100mm.
a. Membaca sudut horizontal dengan cara menggerakan skrup pengatur micrometer
hingga garis indeks segaris.
16. Menentukan sudut horizontal tegak lurus P-A yaitu dari perhitungan sudut
jurusan P-A dikurangi 90⁰.
17. Membidik baak ukur di titik 1 sebagai cross kiri dengan cara :
a. Mengendorkan skrup pengunci gerak horizontal.
b. Mengarahkan teropong pesawat ke arah sudut yang telah ditentukan.
c. Mengencangkan skrup pengunci gerak horizontal.
d. Memutar skrup penggerak halus horizontal agar garis indeks segaris.
e. Mendirikan baak ukur pada titik yang akan dibidik (titik 1), posisi baak ukur
menyesuaikan posisi teropong dengan cara pembidik memberikan aba-aba
kepada pemegang baak ukur hingga posisi benang vertical tepat di as bayangan
baak ukur.
f. Membaca dan mencatat bacaan benang atas, benang tengah dan benang bawah.
Ba+ Bb
g. Mengecek bacaan benang tengah dengan rumus .
2
h. Menghitung jarak optis dengan rumus (selisih Ba-Bb) x 100mm.
18. Penempatan titik-titik selanjutnya yang berada di cross kiri pada setiap
banguanan yang ada serta memiliki ketinggian yang berbeda menggunakan
langkah yang sama dengan langkah 17 e. Apabila bak ukur tidak bisa dibaca dengan
pesawat karena bak ukur tidak terlihat pada sudut vertikal 90o maka dapat menggunakan
cara :
a. Mengendorkan sekrup pengunci gerak vertikal.
b. Menggerakan teropong ke atas atau kebawah hingga bak ukur terlihat.
c. Mengencangkan sekerup pengunci gerak vertikal.
19. Membidik ke titik yang sebagai bacaan cross kanan dengan cara :
a. Mengendorkan skrup pengunci gerak horizontal.
b. Memutar teropong secara horizontal sejauh 180⁰ atau dengan perhitungan
sudut jurusan P-A ditambah 90⁰.
c. Mengencangkan skrup pengunci gerak horizontal.
d. Memutar skrup penggerak halus horizontal hingga garis indeks segaris.
e. Mendirikan baak ukur pada titik yang akan dibidik, posisi baak ukur
menyesuaikan posisi teropong dengan cara pembidik memberikan aba-aba
kepada pemegang baak ukur hingga posisi benang vertikal tepat di as bayangan
baak ukur.
f. Membaca dan mencatat bacaan benang atas, benang tengah dan benang bawah.
Ba+ Bb
g. Mengecek bacaan benang tengah dengan rumus .
2
h. Menghitung jarak optis dengan rumus (selisih Ba-Bb) x 100 mm.
20. Penempatan titik-titik selanjutnya yang berada di cross kanan menggunakan
langkah yang sama dengan langkah 19 e.
21. Mencatat hasil pengukuran praktik.
22. Memeriksa data hasil pengukuran jika dimungkinkan masih ada yang kurang.
23. Memeriksa alat-alat yang sudah digunakan dan dikembalikan ke laboratorium.
24. Menghitung dan mengolah hasil data yang telah didapat dilapangan.
25. Membuat gambar kerja dari data yang diperoleh.
26. Membuat laporan.

J. Data Hasil Pengukuran


Tabel 5.3.1 Hasil Pengukuran Melintang
Pesawa Zenith Titik Bacaan Benang Jarak Optis (d)
t (°) Ba Bt Bb Sudut Jurusan keterangan
(TP)
(mm)
90 A 1195 1095 995 75°40’18” 20000
90 1 1810 1696 1581 354°40’18” 22900
90 2 2110 2002 1897 354°40’18” 21300
90 3 2037 1937 1837 354°40’18” 20000
100 4 1485 1345 1305 354°40’18” 18000
100 5 2524 2440 2364 354°40’18” 16000
122 6 2792 2760 2730 354°40’18” 6200
122 7 1808 1783 1760 354°40’18” 4800
122 8 1845 1827 1809 354°40’18” 3600
122 9 2026 2013 2002 354°40’18” 2400
122 10 695 688 679 354°40’18” 1600
90 1’ 1240 1230 1220 174°40’18” 2000
90 2’ 1440 1428 1418 174°40’18” 2200
90 3’ 1430 1418 1402 174°40’18” 2800
90 4’ 1379 1355 1330 174°40’18” 4900
90 5’ 1330 1303 1279 174°40’18” 5100
90 6’ 1294 1238 1179 174°40’18” 11500
90 7’ 1283 1221 1160 174°40’18” 12300
90 8’ 1279 1212 1148 174°40’18” 13100
90 9’ 1418 1312 1210 174°40’18” 20800
P1 90 10’ 1465 1360 1256 174°40’18” 20900
90 11’ 1528 1419 1307 174°40’18” 22100
90 12’ 1685 1557 1422 174°40’18” 26300
90 13’ 1534 1400 1268 174°40’18” 26600
90 14’ 1532 1395 1255 174°40’18” 27700

K. Perhitungan Data
Tinggi pesawat = 1150 mm
TGB = Tinggi titik elevasi + tinggi pesawat
= 108997 + 1150
= 110147

1. Titik A
Benang atas (Ba) = 1195
Benang tengah (Bt) = 1095
Benang bawah (Bb) = 995
Jarak Optis (d) = 20000
Nonius = 75°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 20000.0 = 0
d cos α = 20000.1 = 20000
d sin α + Benang tengah = 0 + 1095 = 1095
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1095)
= 55
Tinggi titik A = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1095 + 0)
= 109052

2. Titik 1
Benang atas (Ba) = 1810
Benang tengah (Bt) = 1696
Benang bawah (Bb) = 1581
Jarak Optis (d) = 22900
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 22900.0 = 0
d cos α = 22900.1 = 22900
d sin α + Benang tengah = 0 + 1696 = 1696
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0+1696)
= -546
Tinggi titik 1 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1696 + 0)
= 108451

3. Titik 2
Benang atas (Ba) = 2110
Benang tengah (Bt) = 2002
Benang bawah (Bb) = 1897
Jarak Optis (d) = 21300
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 21300.0 = 0
d cos α = 21300.1 = 21300
d sin α + Benang tengah = 0 + 2002 = 2002
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 2002)
= -852
Tinggi titik 2 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (2002 + 0)
= 108145

4. Titik 3
Benang atas (Ba) = 2037
Benang tengah (Bt) = 1937
Benang bawah (Bb) = 1837
Jarak Optis (d) = 20000
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90° - 90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 20000.0 = 0
d cos α = 20000.1 = 20000
d sin α + Benang tengah = 0 + 1937 = 1937
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1937)
= -787
Tinggi titik 3 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1937+ 0)
= 108210

5. Titik 4
Benang atas (Ba) = 1485
Benang tengah (Bt) = 1345
Benang bawah (Bb) = 1305
Jarak Optis (d) = 18000
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 100°
Lereng = 100° - 90° = 10°
Cos = 0,98
Sin = 0,17
d sin α = 18000.0,17 = 3060
d cos α = 18000.0,98 = 17640
d sin α + Benang tengah = 3060 + 1345 = 4405
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (3060 + 1345)
= -3255
Tinggi titik 4 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1345 + 3060)
= 105742

6. Titik 5
Benang atas (Ba) = 2524
Benang tengah (Bt) = 2440
Benang bawah (Bb) = 2364
Jarak Optis (d) = 16000
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 100°
Lereng = 100° - 90° = 10°
Cos = 0,98
Sin = 0,17
d sin α = 16000.0,17 = 2720
d cos α = 16000.0,98 = 15680
d sin α + Benang tengah = 2720 + 2440 = 5160
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (2720 + 2440)
= -4010
Tinggi titik 5 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (2440 + 2720)
= 104987

7. Titik 6
Benang atas (Ba) = 2792
Benang tengah (Bt) = 2760
Benang bawah (Bb) = 2730
Jarak Optis (d) = 6200
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 122°
Lereng = 122°-90° = 32°
Cos = 0,85
Sin = 0,53
d sin α = 6200.0,53 = 3286
d cos α = 6200.0,85 = 5270
d sin α + Benang tengah = 3286 + 2760 = 6046
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (3286 + 2760)
= -4896
Tinggi titik 6 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (2760 + 3286)
= 104101

8. Titik 7
Benang atas (Ba) = 1808
Benang tengah (Bt) = 1783
Benang bawah (Bb) = 1760
Jarak Optis (d) = 4800
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 122°
Lereng = 122°-90° = 32°
Cos = 0,85
Sin = 0,53
d sin α = 4800.0,53 = 2544
d cos α = 4800.0,85 = 4080
d sin α + Benang tengah = 2544 + 1783 = 4327
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (2544 + 1783)
= -3177
Tinggi titik 7 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1783 + 2544)
= 105820
9. Titik 8
Benang atas (Ba) = 1845
Benang tengah (Bt) = 1827
Benang bawah (Bb) = 1809
Jarak Optis (d) = 3600
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 122°
Lereng = 122°-90° = 32°
Cos = 0,85
Sin = 0,53
d sin α = 3600.0,53 = 1908
d cos α = 3600.0,85 = 3060
d sin α + Benang tengah = 1908 + 1827 = 3735
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (1908 + 1827)
= -2585
Tinggi titik 8 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1827 + 1908)
= 106412

10. Titik 9
Benang atas (Ba) = 2026
Benang tengah (Bt) = 2013
Benang bawah (Bb) = 2002
Jarak Optis (d) = 2400
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 122°
Lereng = 122°-90° = 32°
Cos = 0,85
Sin = 0,53
d sin α = 2400.0,53 = 1272
d cos α = 2400.0.85 = 2040
d sin α + Benang tengah = 1272 + 2013 = 3285
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (1272 + 2013)
= -2135
Tinggi titik 9 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (2013+ 1272)
= 106862

11. Titik 10
Benang atas (Ba) = 695
Benang tengah (Bt) = 688
Benang bawah (Bb) = 679
Jarak Optis (d) = 1600
Nonius = 354°40’18”
Vertikal = 122°
Lereng = 122°-90° = 32°
Cos = 0,85
Sin = 0,53
d sin α = 1600.0,53 = 848
d cos α = 1600.0,85 = 1360
d sin α + Benang tengah = 848 + 688 = 1536
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (848 + 688)
= -386
Tinggi titik 10 = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (688+ 848)
= 108611

12. Titik 1’
Benang atas (Ba) = 1240
Benang tengah (Bt) = 1230
Benang bawah (Bb) = 1220
Jarak Optis (d) = 20000
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 20000.0 = 0
d cos α = 20000.1 = 20000
d sin α + Benang tengah = 0 + 1230 = 1230
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1230)
= -80
Tinggi titik 1’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1230 + 0)
=108917

13. Titik 2’
Benang atas (Ba) = 1440
Benang tengah (Bt) = 1428
Benang bawah (Bb) = 1418
Jarak Optis (d) = 2000
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 2000.0 = 0
d cos α = 2000.1 = 2000
d sin α + Benang tengah = 0 + 1428 = 1428
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1428)
= -278
Tinggi titik 2’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1428+ 0)
= 108719

14. Titik 3’
Benang atas (Ba) = 1430
Benang tengah (Bt) = 1418
Benang bawah (Bb) = 1402
Jarak Optis (d) = 2800
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 2800.0 = 0
d cos α = 2800.1 = 2800
d sin α + Benang tengah = 0 + 1418 = 1418
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1418)
= -268
Tinggi titik 3’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1418 + 0)
= 108729

15. Titik 4’
Benang atas (Ba) = 1379
Benang tengah (Bt) = 1355
Benang bawah (Bb) = 1330
Jarak Optis (d) = 4900
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 4900.0 = 0
d cos α = 4900.1 = 4900
d sin α + Benang tengah = 0 + 1355 = 1355
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1355)
= -205
Tinggi titik 4’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1355 + 0)
= 108792

16. Titik 5’
Benang atas (Ba) = 1330
Benang tengah (Bt) = 1303
Benang bawah (Bb) = 1279
Jarak Optis (d) = 5100
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 5100.0 = 0
d cos α = 5100.1 = 5100
d sin α + Benang tengah = 0 + 1303 = 1303
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1303)
= -153
Tinggi titik 5’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1303 + 0)
= 108844

17. Titik 6’
Benang atas (Ba) = 1294
Benang tengah (Bt) = 1238
Benang bawah (Bb) = 1179
Jarak Optis (d) = 11500
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 11500.0 = 0
d cos α = 11500.1 = 11500
d sin α + Benang tengah = 0 + 1238 = 1238
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1238)
= -88
Tinggi titik 6’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1238 + 0)
= 108909
18. Titik 7’
Benang atas (Ba) = 1283
Benang tengah (Bt) = 1221
Benang bawah (Bb) = 1160
Jarak Optis (d) = 12300
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 12300.0 = 0
d cos α = 12300.1 = 12300
d sin α + Benang tengah = 0 + 1221 = 1221
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1221)
= -71
Tinggi titik 7’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1221 + 0)
= 108926

19. Titik 8’
Benang atas (Ba) = 1279
Benang tengah (Bt) = 1212
Benang bawah (Bb) = 1148
Jarak Optis (d) = 13100
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 13100.0 = 0
d cos α = 13100.1 = 13100
d sin α + Benang tengah = 0 + 1212 = 1212
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1212)
= -62
Tinggi titik 8’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1212 +0)
= 108935

20. Titik 9’
Benang atas (Ba) = 1418
Benang tengah (Bt) = 1312
Benang bawah (Bb) = 1210
Jarak Optis (d) = 20800
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 20800.0 = 0
d cos α = 20800.1 = 20800
d sin α + Benang tengah = 0 + 1312 = 1312
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1312)
= -162
Tinggi titik 9’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1312 + 0)
= 108835

21. Titik 10’


Benang atas (Ba) = 1465
Benang tengah (Bt) = 1360
Benang bawah (Bb) = 1256
Jarak Optis (d) = 20900
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 20900.0 = 0
d cos α = 20900.1 = 20900
d sin α + Benang tengah = 0 + 1360 = 1360
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1360)
= -210
Tinggi titik 10’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1360 + 0)
= 108787

22. Titik 11’


Benang atas (Ba) = 1528
Benang tengah (Bt) = 1419
Benang bawah (Bb) = 1307
Jarak Optis (d) = 22100
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 22100.0 = 0
d cos α = 22100.1 = 22100
d sin α + Benang tengah = 0 + 1419 = 1419
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1419)
= -269
Tinggi titik 11’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1419 + 0)
= 108728

23. Titik 12’


Benang atas (Ba) = 1685
Benang tengah (Bt) = 1557
Benang bawah (Bb) = 1422
Jarak Optis (d) = 26300
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 26300.0 = 0
d cos α = 26300.1 = 26300
d sin α + Benang tengah = 0 + 1557 = 1557
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1557)
= -407
Tinggi titik 12’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1557 + 0)
= 108590

24. Titik 13’


Benang atas (Ba) = 1534
Benang tengah (Bt) = 1400
Benang bawah (Bb) = 1268
Jarak Optis (d) = 26600
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 26600.0 = 0
d cos α = 26600.1 = 26600
d sin α + Benang tengah = 0 + 1400 = 1400
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1400)
= -250
Tinggi titik 13’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1400 + 0)
= 108747

25. Titik 14’


Benang atas (Ba) = 1532
Benang tengah (Bt) = 1395
Benang bawah (Bb) = 1255
Jarak Optis (d) = 27700
Nonius = 174°40’18”
Vertikal = 90°
Lereng = 90°-90° = 0
Cos =1
Sin =0
d sin α = 27700.0 = 0
d cos α = 27700.1 = 27700
d sin α + Benang tengah = 0 + 1395 = 1395
Beda tinggi = Tp – (d sin α + Benang tengah)
= 1150 – (0 + 1395)
= -245
Tinggi titik 14’ = TGB – (Bt + d sin α)
= 110147 – (1395 + 0)
= 108752
Tabel 5.3.2 Hasil Pengukuran Melintang
Pesawat Zenith Titik Bacaan Benang Jarak d cos d sin d sin Tgb=tp+ Beda Tinggi
(TP) Sudut Optis (jarak (jarak + bt 110147 tinggi titik keterangan
Jurusan (d) daftar) tegak)
(°) Ba Bt Bb (mm)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
90 A 1195 109 995 20000 20000 20000 0 1095 111297 55 109052
5
90 1 1810 169 1581 22900 22900 22900 0 1696 111297 -546 108451
6
90 2 2110 200 1897 21300 21300 21300 0 2002 111297 -852 108145
2
90 3 2037 193 1837 20000 20000 20000 0 1937 111297 -787 108210
7
100 4 1485 134 1305 18000 18000 17640 3060 4405 111297 -3255 105742
5
100 5 2524 244 2364 16000 16000 15680 2720 5160 111297 -4010 104987
0
122 6 2792 276 2730 6200 6200 5270 3286 6046 111297 -4896 104101
P1 0
122 7 1808 178 1760 4800 4800 4080 2544 4327 111297 -3177 105820
3
122 8 1845 182 1809 3600 3600 3060 1908 3735 111297 -2585 106412
7
122 9 2026 201 2002 2400 2400 2040 1272 3285 111297 -2135 106862
3
122 10 695 688 679 1600 1600 1360 848 1536 111297 -386 108611
90 1’ 1240 123 1220 2000 20000 20000 0 1230 111297 -80 108917
0
90 2’ 1440 142 1418 2200 2000 2000 0 1428 111297 -278 108719
8
90 3’ 1430 141 1402 2800 2800 2800 0 1418 111297 -268 108729
8
90 4’ 1379 135 1330 4900 4900 4900 0 1335 111297 -205 108792
5
90 5’ 1330 130 1279 5100 5100 5100 0 1303 111297 -153 108844
3
90 6’ 1294 123 1179 11500 11500 11500 0 1238 111297 -88 108909
8
90 7’ 1283 122 1160 12300 12300 12300 0 1221 111297 -71 108926
1
90 8’ 1279 121 1148 13100 13100 13100 0 1212 111297 -62 108935
2
90 9’ 1418 131 1210 20800 20800 20800 0 1312 111297 -162 108835
2
90 10’ 1465 136 1256 20900 20900 20900 0 1360 111297 -210 108787
0
90 11’ 1528 141 1307 22100 22100 22100 0 1419 111297 -269 108728
9
90 12’ 1685 155 1422 26300 26300 26300 0 1557 111297 -407 108590
7
90 13’ 1534 140 1268 26600 26600 26600 0 1400 111297 -250 108747
0
90 14’ 1532 139 1255 27700 27700 27700 0 1395 111297 -245 108752
5

J. GAMBAR HASIL KERJA


Terlampir

K. KESULITAN YANG DIHADAPI


1. Cuaca yang panas, sehingga mengganggu konsentrasi saat praktek.
2. Lokasi praktik berada di pinggir jalan raya, sehingga mengganggu saat pembidikan baak ukur dikarenakan banyak kendaraan
lalu lalang.
3. Tingginya permukaan air sehingga menyulitkan pembawa baak ukur.

L. KETERAMPILAN YANG DIPEROLEH


1. Mahasiswa terampil membuat sketsa lokasi praktek dengan benar.
2. Mahasiswa terampil mengoperasikan pesawat Topcon TL-6DT benar.
3. Mahasiswa terampil mengukur profil melintang dengan benar.
4. Mahasiswa terampil melakukan perhitungan data dengan benar.
5. Mahasiswa terampil menggambar hasil perhitungan dengan benar.

M. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktek dapat disimpulkan bahwa pengukuran profil melintang dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Membuat titik ikat atau titik pedoman yang sejajar dengan jalan dan mempunyai jarak yang sama dengan pesawat dari jalan.
2. Memutar dan mengurangi sudut baak ukur atau titik pedoman 90 o dalam pengukuran baak ukur yang dipasang mendekati
pesawat, kemudian mengukur bagian bagian kanan pesawat dengan memutar pada arah horizontal sejauh 180 o dan baak ukur
sejauh pesawat.

N. SARAN
1. Datang tepat waktu.
2. Menghindari pemilihan lokasi praktik yang meiliki kedalaman sungai yang dalam.
3. Menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin.

Anda mungkin juga menyukai