Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KABUPATEN CILACAP

MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED OVERLAY DENGAN SCORING

Arief Aldiansyah1, Najma Ayu Mazida R.2, Natasha Tri Ananta.3


Universitas Jenderal Soedirman
1
arief.aldiansyah@mhs.unsoed.ac.id
2
najma.risqi@mhs.unsoed.ac.id
3
natasha.ananta@mhs.unsoed.ac.id
ABSTRAK
Bencana alam yang menjadi langganan di Kabupaten Cilacap adalah banjir. Penyebab banjir di
Kabupaten Cilacap antara lain akumulasi dari beberapa parameter yaitu curah hujan, ketinggian lahan,
kemiringan lereng, jenis tanah, penggunaan lahan, dan kerapatan sungai. Penggunaan Sistem Informasi
Geografis (SIG) menggunakan metode weighted overlay dengan scoring antara parameter-parameter
yang ada. Pengolahan data dilakukan secara digital menggunakan software ArcGIS 10.8.
Peta rawan banjir Kabupaten Cilacap sebagai hasil akhir penelitian menampilkan, lokasi yang
sangat rawan tersebar di hampir seluruh bagian tengah dan tenggara dengan rincian sangat rawan seluas
1151, 198 km2 (49,02%), cukup rawan seluas 1088, 091 km2 (49,34%), dan tidak rawan 108, 845 km2
(4,6%) dari total luas wilayah Kabupaten Cilacap sebesar 2348,136 km.
Faktor utama yang menjadi penyebab banjir adalah kemiringan lereng dan jenis tanah. Selain
memiliki bobot yang besar, wilayah Cilacap bagian selatan dan tenggara memiliki kemiringan 0-8%
(datar) sehingga mempunyai kategori sangat rawan akan bencana banjir. Selain itu jenis tanah yang
merupakan jenis tanah aluvial, planosol, dan hidromorf , nilai bobot dari kemiringan lereng serta jenis
tanah paling besar. Hal tersebut dikarenakan oleh wilayah yang datar dan menjadi tampungan air serta
jenis tanah yang tidak peka yang kemampuan menyerap airnya rendah.

Kata Kunci : Banjir, Kabupaten Cilacap, Weighted Overlay, Scoring, Sistem Informasi Geografis

I. PENDAHULUAN jarang pula memakan korban jiwa. Untuk


melakukan suatu pemetaan wilayah kawasan
I.1 Latar Belakang banji Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat
Bencana yang sangat sering terjadi di seluruh menjadi studi awal dengan data penginderaan
wilayah Indonesia adalah banjir. Banjir jauh.
merupakan kondisi dimana suatu daerah yang
Salah satu wilayah di Jawa Tengah yang
secara topografi serta geomorfologisnya memiliki ancaman terhadap bencana banjir
bersifat kering dengan syarat bukan daerah adalah Kabupaten Cilacap. Kabupaten
rawa yang tergenang oleh air dan kemampuan Cilacap berada pada zona selatan dan zona
infiltrasi air ke dalam tanah yang mencapai tengah Jawa yang berada di Jawa bagian
batas maksimum (Seyhan, 1990).
tengah. Wilayah kabupaten cilacap sebagian
Bencana banjir dapat mengakibatkan besar memiliki litologi berupa dataran
rusaknya lingkungan permukiman seperti aluvial, hal ini mendorong resiko bencana
terancamnya sumber air bersih, rusaknya hidrologi semakin besar dalam hal ini adalah
saluran pembuangan air limbah, dan bencana banjir.
menumpuknya sampah buangan serta tidak

1
I.2 Istillh dan Pengertian ketinggian air hujan yang terkumpul
1. Banjir dalam tempat yang datar, tidak
Banjir merupakan bencana alam yang menguap, tidak meresap, dan tidak
paling sering terjadi di Indonesia. mengalir.
Definisi banjir adalah keadaan dimana
suatu daerah tergenang oleh air dalam Tabel I. 1 Klasifikasi curah hujan

jumlah yang besar. Kedatangan banjir


dapat diprediksi dengan memperhatikan
curah hujan dan aliran air. Namun
kadangkala banjir dapat datang tiba-tiba
akibat dari angin badai atau kebocoran
tanggul yang biasa disebut banjir
bandang.
Penyebab banjir mencakup curah hujan Sumber : Theml, S. 2008 : Katalog
yang tinggi; permukaan tanah lebih Metodologi Penyusunan Peta Geo
rendah dibandingkan muka air laut; Hazard dengan GIS
wilayah terletak pada suatu cekungan b. Jenis Tanah
yang dikelilingi perbukitan dengan Jenis tanah pada suatu daerah sangat
sedikit resapan air; pendirian bangunan berpengaruh dalam proses penyerapan
di sepanjang bantaran sungai; aliran air atau yang biasa kita sebut sebagai
sungai tidak lancar akibat terhambat oleh proses infiltrasi. Infiltrasi adalah
sampah; serta kurangnya tutupan lahan di proses aliran air di dalam tanah secara
daerah hulu sungai. Meskipun berada di vertikal akibat adanya potensial
wilayah "bukan langganan banjir'. Setiap gravitasi. Secara fisik terdapat
orang harus tetap waspada dengan beberapa faktor yang mempengaruhi
kemungkinan bencana alam ini. infiltrasi diantaranya jenis tanah,
2. Kerawanan Banjir kepadatan tanah, kelembaban tanah
Menurut Darmawan dkk, 2017. dan tanaman di atasnya, laju infiltrasi
Kerawanan banjir adalah kondisi atau pada tanah semakin lama semakin
keadaan mudah atau tidaknya suatu kecil karena kelembaban tanah juga
daerah saat terkena banjir berdasarkan mengalami peningkatan (Harto,
faktor yang dapat menyebabkan 1993). Semakin besar daya serap atau
terjadinya banjir seperti curah hujan, infiltrasinya terhadap air maka tingkat
jenis tanah, kelerengan, ketinggian kerawanan banjirnya akan semakin
tempat dan faktor lainnya. kecil. Begitu pula sebaliknya,
a. Curah Hujan semakin kecil daya serap atau
Curah hujan merupakan jumlah air infiltrasinya terhadap air maka
yang jatuh di permukaan tanah dasar semakin besar potensi kerawanan
selama periode tertentu yang diukur banjirnya (Matondang, J.P., 2013).
dengan satuan tinggi milimeter di atas
permukaan horizontal (Triatmodjo,
2008).. Dalam penjelasan lain curah
hujan juga dapat diartikan sebagai

2
Tabel I. 2 Klasifikasi jenis tanah Tanah, 1986 dalam Matondang, J.P.,
2013 dengan modifikasi penulis.

d. Ketinggian Lahan
Ketinggian suatu tempat dari
permukaan air laut berhubungan
dengan banyak hal. Bisa berkaitan
dengan suhu, kontur, komoditi tanam,
kegiatan masyarakat, bencana dan
lain-lain.
Tabel I. 4 Klasifikasi ketinggian lahan

Sumber : Asdak, (1995) dengan


modifikasi penulis
c. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng menunjukan
besarnya sudut lereng dalam persen
atau derajat. Dua titik yang berjarak
Sumber : Theml, S. 2008 : Katalog
horizontal 100 m yang mempunyai
Methodologi Penyusunan Peta Geo
selisih tinggi 10 m membentuk lereng
Hazard dengan GIS
10% (Sahara, 2014). Kecuraman
e. Penggunaan Lahan
lereng 100% sama dengan kecuraman Penggunaan lahan akan
450 selain dari memperbesar jumlah mempengaruhi kerawanan banjir
aliran permukaan, semakin curamnya suatu daerah, penggunaan lahan akan
lereng semakin besar, maka jumlah berperan pada besarnya air limpasan
butir-butir tanah yang terpecik ke hasil dari hujan yang telah melebihi
bawa oleh tumbukan butir hujan akan laju infiltrasi. Lahan yang banyak
semakin banyak. Semakin miringnya ditanami oleh vegetasi maka air hujan
permukaan tanah dari bidang akan banyak diinfiltrasi dan lebih
horizontal sehingga lapisan tanah atas banyak waktu yang ditempuh oleh
yang tererosi akan semakin banyak limpasan untuk sampai ke sungai
jika lereng permukaan tanah menjadi sehingga kemungkinan banjir lebih
dua kali lebih curam, maka banyaknya kecil daripada daerah yang tidak
erosi persatuan luas menjadi 2,0- 2,5 ditanami oleh vegetasi.
kali lebih banyak. Tabel I. 5 Klasifikasi Penggunaan lahan
Tabel I. 3 Klasifikasi kemiringan lereng

Sumber : Theml, S. 2008 : Katalog


Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Methodologi Penyusunan Peta Geo
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Hazard dengan GIS

3
f. Kerapatan Sungai menganalisis objek atau kenampakan
Kerapatan aliran adalah panjang dengan menggunakan sensor pada posisi
aliran sungai per kilometer persegi pengamatan daerah kajian (Avery, 1985).
luas DAS. Semakin besar nilai Dd Penginderaan jauh adalah berbagai
semakin baik sistem pengaliran Teknik yang dikembangkan untuk
(drainase) di daerah tersebut. Artinya, perolehan dan Analisa informasi tentang
semakin besar jumlah air larian total bumi. Informasi tersebut khusus
(semakin kecil infiltrasi) dan semakin berbentuk radiasi elektromagnetik yang
kecil air tanah yang tersimpan di dipantulkan atau dipancarkan dari
daerah tersebut (Matondang, J.P., permukaan bumi (Lingdren, 1985).
2013) 4. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Lynsley (1975) menyatakan bahwa Menurut Gistut (1994), pengertian SIG
jika nilai kerapatan aliran lebih kecil adalah sistem yang dapat mendukung
dari 1 mile/ mile2 (0,62 Km/ Km2), pengambilan keputusan spasial dan
DAS akan mengalami penggenangan, mampu mengintegrasikan deskripsi –
sedangkan jika nilai kerapatan aliran deskripsi lokasi dengan karakteristik –
lebih besar dari 5 mile/ mile2 ( 3,10 karakteristik fenomena yang ditemukan
Km/ Km2), DAS sering mengalami di lokasi tersebut. SIG yang lengkap
kekeringan. Dari penjelasan di atas mencakup metodologi dan teknologi
maka didapat tabel klasifikasi sebagai yang diperlukan, yaitu data spasial
berikut. perangkat keras, perangkat lunak dan
Tabel I. 6 Klasifikasi kerapatan sungai struktur organisasi.
5. Pembobotan dan Scoring
Menurut Suhardiman (2011),
pembobotan adalah pemberian bobot
pada peta digital masing-masing
parameter yang berpengaruh terhadap
banjir, berdasarkan pada pertimbangan
Sumber : Linsey (1959), Meijerink pengaruh masing-masing parameter
(1970), dan Ortiz (1977) dalam terhadap banjir.
Matondang. J.P, 2013 dengan Metode scoring adalah suatu metode
modifikasi penulis. pemberian skor atau nilai terhadap
3. Penginderaan Jauh masing - masing value parameter untuk
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni menentukan tingkat kemampuannya.
untuk memperoleh informasi tentang penilaian ini berdasarkan kriteria yang
suatu objek, daerah atau fenomena telah ditentukan. (Sholahuddin, 2010).
melalui analisis data yang diperoleh Pemberian nilai pada setiap parameter
dengan suatu alat tanpa kontak langsung adalah dalam rentang 1-5, pemberian
dengan objek, daerah atau fenomena bobot bergantung kepada pengaruh
setiap parameter tersebut menjadi faktor
yang dikaji (Lilesand dan Keifer, 1990).
Penginderaan jauh merupakan aktivitas dalam tingkat kerawanan banjir
untuk dapat mengidentifikasi, dan (Matondang, J.P., 2013).

4
Tabel I. 7 Faktor Pembobotan setiap Parameter Kerwanan yang ada, yaitu kemiringan lereng, elevasi,
Banjir
jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan, dan
kerapat an Sungai. Dari semua parameter ini
nantinya akan di scoring dengan pemberian
bobot dan nilai sesuai dengan
pengklasifikasiannya masing-masing yang
kemudian dilakukan overlay menggunakan
software ArcGIS 10.8.
Sumber: Primayuda (2006) dalam Purnama, II.1 Data dan Peralatan
A. (2008) dengan modifikasi penulis Data dan peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini:
6. Weighted Overlay
Metode weighted overlay merupakan 1. Data penelitian berupa data spasial dan data
analisis spasial dengan menggunakan non spasial.
teknik overlay beberapa peta yang Data spasial berupa :
berkaitan dengan faktor faktor yang a. SHP peta administrasi Kabupaten
berpengaruh terhadap penelitian Cilacap
kerentanan. Salah satu fungsi dari b. SHP peta jenis tanah Kabupaten
weighted overlay ini adalah untuk Cilacap
menyelesaikan masalah multikriteria c. SHP peta penggunaan lahan
seperti pemilihan lokasi optimal atau Kabupaten Cilacap
pemodelan kesesuaian. Weighted overlay d. SHP peta sungai Kabupaten Cilacap
merupakan salah satu fasilitas yang ada e. DEM SRTM Jawa Tengah
dalam ArcGIS 9.3 yang
2. Data non-spasial yang digunakan adalah
mengkombinasikan berbagai macam
data curah hujan Kabupaten Cilacap tahun
input dalam bentuk peta grid dengan
2021.
pembobotan (weighted factor) dari AHP
expert. 3. Peralatan yang dibutuhkan pada penelitian
adalah: AMD Ryzen 3 4300U Processor (2.7
I.3 Tujuan
GHz up to 3.7 GHz, 4M Cache, 4 Cores)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Memori 8GB; SSD 256GB
tingkat kerawanan banjir dan sebaran daerah
4. Software : ArcGIS 10.8., Microsoft office
rawan bencana banjir di Kabupaten Cilacap,
2019.
Jawa Tengah. Hasil dari analisis ini kemudian
dapat digunakan sebagai dasar perencanaan
penanggulangan bencana banjir Kabupaten
Cilacap guna meningkatkan kesiapsiagaan
masyarakat akan bencana.

II. METODOLOGI
Metode yang digunakan pada pengolahan data
penelitian ini menggunakan metode overlay
dengan scoring antara parameter-parameter

5
II.2 Diagram Alir Penelitian.

Persiapan
1. Indentfikasi masalah
2. Studi Literatur

Pengumpulan data Pengumpulan data non


spasial spasial

- Shp administrasi
DEM SRTM Data curah
- Shp jenis tanah hujan
- Shp penutupan lahan
- Shp sungai

Klasifikasi
Klasifikasi Export to shapefile Kasifikasi Curah Hujan
- Kemiringan Lereng
- Jenis Tanah
- Ketinggian Lahan
- Penutupan Lahan
- Kerapatan Sungai

Hasil klasifikasi
- Kemiringan lereng
- Ketinggian lahan
- Jenis tanah
- Penutupan lahan
- Curah hujan
- Kerapatan sungai

Skor dan
Pembototan

Weighted Overlay

Reklasifikasi tingkat
rawan banjir

Hasil reklasifikasi
tingkat rawan banjir

Tidak
Validasi

Ya

Analisis

Peta Kerawanan
Banjir Kabupaten
Cilacap 2022

6
III. HASIL & PEMBAHASAN
III.2 Hasil Klasifikasi Jenis Tanah
III.1 Hasil Klasifikasi Ketinggian Lahan

Gambar III. 2 Peta Jenis Tanah


Gambar III. 1 Peta Ketinggian Lahan

Tabel III. 1 Skor Ketinggian Lahan


Tabel III. 2 Skor Jenis Tanah
Kabupaten Cilacap berada pada ketinggian
kurang dari 10 meter dibawah laut. Terdapat Jenis tanah yang mendominasi Kabupaten
lima klasifikasi ketinggian lahan yaitu Cilacap adalah jenis tanah aluvial, planosol, dan
ketinggian kurang dari 10 m, 10-50 m, 50-100 hidromorf. Jenis tanah ini tidak peka terhadap
m, 100-200 m, dan lebih dari 200 m. Daerah infiltrasi, artinya sangat sulit untuk menyerap
yang memiliki ketinggian 10 meter dibawah air sehingga potensi terkena banjir lebih besar.
laut memiliki potensi terjadi banjir lebih besar Jenis tanah ini tersebar pada Kecamatan
daripada daerah lainnya.Kecamatan dengan Kedungreja, Bantarsari, Patimuan,
yang memiliki ketinggian 10 meter antara lain Kawunganten, Cilacap Tengah, Kesugihan,
Kecamatan Kedungreja, Patimuan, Maos, Sampang, Kroya, Binangun,
Kawunganten, Kampung Laut, Bantarsari, Nusawungu, serta sebagian Kecamatan
Cilacap Tengah, Cilacap Utara, Pesugihan, Majenang dan Cimanggu. Persebaran jenis
Maos, Sampang, Binangun, dan Nusawungu. tanah Kabupaten Cilacap berupa jenis regosol,
Daerah yang memiliki ketinggian lahan lebih litosol, organosol, renzina yang sangat terhadap
dari 200 m berada pada bagian utara dan infiltrasi memiliki potensi banjir yang rendah
selatan Kabupaten Cilacap. berada pada daerah cilacap utara dan selatan
berdekatan dengan garis pantai yaitu

7
Kecamatan Dayeuhluhur, Wanareja, sebagian III.4 Hasil Klasifikasi Kerapatan Sungai
Majenang, Cilacap selatan, Cilacap tengah,
Cilacap Utara, Adipala, Jeruklegi, Binangun
dan Nusawungu.
III.3 Hasil Klasifikasi Penggunaan Lahan

Gambar III. 4 Peta Kerapatan Sungai

Gambar III. 3 Peta Penggunaan Lahan

Tabel III. 4 Skor Kerapatan Sungai

Kabupaten Cilacap memiliki banyak sungai


dan anak sungai di seluruh permukaannya.
Tabel III. 3 Skor Penggunaan Lahan
Pengklasifikasi kerapatan lereng dibedakan
menjadi tiga yaitu yang memiliki kerapatan
Penggunaan lahan di Kabupaten Cilacap jarang kurang dari 0,62 km/km2, menengah
dibagi atas hutan, semak belukar, 0,62-1,44 km/km2 , dan sangat rapat 1,45-2,27
ladang/kebun, sawah, dan pemukiman. km/km2 . Semakin jarang suatu daerah
Klasifikasi penggunaan lahan yang luasnya memiliki aliran sungai semakin besar potensi
paling besar adalah penggunaan lahan ladang daerah tersebut cukup berpotensi terjadi
dan sawah. Pada bagian selatan dan beberapa banjir. Berdasarkan peta diatas daerah yang
daerah di selatan didominasi oleh hutan yaitu memiliki kerapatan yang paling rendah
Kecamatan Cilacap Selatan, Bantarsari, adalah Kecamatan Cilacap Selatan, dan yang
Jeruklegi, dan Dayeuhluhur. Penggunaan memiliki kerapatan paling tinggi adalah
lahan yang berupa hutan memiliki potensi Kecamatan Kesugihan.
lebih rendah karena banyaknya vegetasi.
Sedangkan penggunaan lahan yang berupa
pemukiman terlihat menyebar di seluruh
wilayah Kabupaten Cilacap.

8
III.5 Hasil Klasifikasi Kemiringan Lereng

Tabel III. 6 Skor Curap Hujan

Seluruh wilayah di Kabupaten Cilacap


memiliki intensitas curah hujan berkategori
ringan dengan rata-rata curah hujan sebesar 5-
20 mm/hari. Peta curah hujan diatas berasal
dari data curah hujan Kabupaten Cilacap
Gambar III. 5 Peta Kemiringan Lereng tahun 2021.
III.7 Hasil Overlay dari Semua Parameter

Tabel III. 5 Skor Kemiringan Lereng

Peta kemiringan lereng Kabupaten Cilacap


diatas menunjukan hasil Kabupaten Cilacap
didominasi oleh ketinggian lereng datar 0-
8%. Bagian ini berada pada bagian selatan
dan tengah Cilacap. Daerah ini berpotensi
mengalami banjir dikarenakan daerahnya
yang datar dan menjadi daerah tampungan air
hujan. Daerah dengan ketinggian 15-25%
Gambar III. 7 Peta Kerawanan Banjir Kabupaten Cilacap
hingga lebih dari 45% berada pada bagian
utara Kabupaten Cilacap. Pada daerah ini Berdasarkan hasil analisis dari keenam
memiliki lereng yang curam hingga parameter yaitu, ketinggian lahan,
berpotensi rendah terjadi bencana banjir. kemiringan lereng, curah hujan, kerapatan
III.6 Hasil Klasifikasi Curah Hujan sungai, jenis tanah, dan penggunaan lahan
dalam menentukan tingkat kerawanan banjir
Kabupaten Cilacap, dihasilkan peta tingkat
kerawanan banjir yang terbagi menjadi tiga
kelas yaitu kelas sangat rawan, kelas cukup
rawan, dan kelas tidak rawan. Penentuan
kelas berdasarkan penjumlahan nilai
kerawanan masing-masing parameter.

Gambar III. 6 Peta Curah Hujan

9
Luas kelas sangat rawan yaitu 1151, 198 km2
dengan persentase 49,02%, luas kelas cukup
rawan terjadinya banjir yaitu 1088, 091 km2
dengan persentase 49,34%, dan luas kelas
tidak rawan terjadinya banjir sebesar 108, 845
km2 dengan persentase 4,6% dari total luas
wilayah Kabupaten Cilacap sebesar 2348,136
km.

No. Kecamatan Tidak Rawan Cukup Rawan Sangat Rawan


(km2) (km2) (km2)
1. Adipala 2,02376 40,394268 31,778806
2. Wanareja 18,878933 104,55331 72,835363
3. Sidareja 0,206554 24,45767 24,662964
4. Sampang 0,010149 0,390691 28,219023
5. Patimuan 0,461317 5,670417 72,596742
6. Nusawungu 0,441242 25,642673 40,795418
7. Maos 0,081486 1,510239 30,577573
8. Majenang 24,211638 87,896175 55,789304
9. Kroya 0 0,297237 61,378861
10. Kesugihan 0,76734 33,94948 54,772902
11. Kedungreja 0,285627 0,779481 80,992886
12. Kawungaten 0 31,755513 96,846269
13. Karangpucung 4,196842 96,043127 23,538642
14. Kampung laut 0,015022 82,912933 50,790304
15. Jeruklegi 1,511338 40,816159 67,001722
16. GandrungMangu 0,245209 34,689719 84,307784
17. Dayeuhluhur 40,872705 125,69044 17,307807
18. Cimanggu 5,189792 97,256756 51,458147
19. Cilacap Utara 0,035288 10,83944 18,779317
20. Cilacap Tengah 0,00819 14,884962 35,877467
21. Cilacap Selatan 6,763748 102,592838 14,901037
22. Binangun 0,316318 24,139357 29,31118
23. Bantarsari 0,364702 42,040516 67,460972
24. Cipari 0,292974 58,07453 49,218006
Tabel III. 7 Tabel Persebaran Daerah Rawan Banjir Cilacap

Sebagian besar wilayah di Kabupaten Cilacap Dayeuhluhur, Cimanggu, Cilacap Selatan,


mempunyai potensi banjir yang sangat rawan. dan Cipari termasuk kedalam kecamatan
Wilayah ini sebagain besar berada di posisi yang didominasi kategori cukup rawan.
tengah Kabupaten Cilacap. Adapun Pada seluruh kecamatan di Kabupaten
Kecamatan yang daerahnya didominasi Cilacap tidak ada yang didominasi daerah
kategori sangat rawan banjir yaitu Kecamatan tidak rawan banjir. Namun pada kecamatan-
Sidareja, Sampang, Patimuan, Nusawungu, kecamatan yang berada diutara seperti
Maos, Kroya, Kesugihan, Kedungreja, Kecamatan Dayeuhluhur, Wanareja dan
Kawunganten, Jeruklegi, Gandrungmangu, Majenang, memiliki desa-desa yang tidak
Cilacap Utara, Cilacap Tengah, Binangun, rawan banjir cukup banyak.
dan Kecamatan Bantarsari.
Sedangkan Kecamatan Adipala, Wanareja,
Majenang, Karangpucung, Kampunglaut,

10
III.8 Validasi Cilacap dengan data kejadian banjir yang
Validasi dilakukan dengan mencocokkan diperoleh dari BNBD Kabupaten Cilacap
hasil pada peta kerawanan banjir Kabupaten dalam kurun warku 2020-2022.

Tanggal Kecamatan Tanggal Kecamatan


11/18/2022 Kec. Karangpucung 7/21/2021 Kec. Jeruklegi
11/3/2022 Kec. Kroya 7/21/2021 Kec. Gandrungmangu
10/26/2022 Kec. Patimuan 7/1/2021 Kec. Kroya
10/25/2022 Kec. Wanareja 6/1/2021 Kecamatan Dayeuhluhur
10/15/2022 Kec. Nusawangu 2/6/2021 Kecamatan Kawunganten
10/9/2022 kec.Kampung Laut 1/13/2021 Kec. Wanareja
10/7/2022 Kec. Kroya 1/1/2021 Kec. Wanareja
9/12/2022 Kec. Kawunganten 12/28/2020 Kec. Dayeuhluhur
8/10/2022 Kec. Wanareja 12/17/2020 KEC. WANAREJA
6/26/2022 Kec. Cipari 12/14/2020 Kec. Sidareja
5/25/2022 Kec. Bantarsari 12/13/2020 Kec. Sidareja
5/19/2022 Kec. Nusawungu 12/9/2020 KEC. KROYA
4/20/2022 Kec. Wanareja 12/4/2020 Kec. Majenang
4/20/2022 Kec. Majenang 12/1/2020 Kec. Majenang
4/19/2022 Kec. Wanareja 11/29/2020 Kec. Kroya
3/31/2022 Kec. Majenang 11/17/2020 Kec. Kroya Kec. Sampang Kec. Sidereja Kec.
Bantarsari Kec. Kedungreja Kec. Cipari Kec.
Nusawungu
3/27/2022 Kec. Cimanggu 11/15/2020 Kec. Kroya Kec. Sampang Karangasem Kec.
Nusawungu Kec. Bantarsari
10/26/2020 Kec. Kroya Kec. Sampang 4/3/2020 KEC. CIMANGGU
Pasir Kec. Maos Kec.
Nusawungu
10/19/2020 KEC. KESUGIHAN 3/29/2020 KEC. WANAREJA
10/18/2020 Kec. Jeruklegi 3/22/2020 Kec. Sidareja
5/25/2020 Kec. Cilcap Selatan Kec. 3/13/2020 Kec. Majenang
Cilacap TengahKec.
Kampung Laut Kec.
Kawunganten Kec. Cilacap
Utara
5/9/2020 Kec. Adipala 3/8/2020 Kec. Majenang
4/28/2020 Kec. Kayuwangaten 3/5/2020 Kec. Kroya Kec. Kawungaten
4/5/2020 KEC. WANAREJA KEC. 3/1/2020
MAJENANG
4/5/2020 Kec. Kampung Laut 1/8/2020 Kec. Majenang
4/4/2020 KEC. DAYEUHLUHUR KEC. 1/5/2020 Kec. Majenang
WANAREJA DS. MADURA
KEC. KARANGPUCUNG

Berdasarakan 52 data validasi diatas, kevalidan dari proses validasi cukup akurat
diperoleh bahwa sebanyak 50 data valid yaitu dan hasil dari analisis Peta Kerawanan Banjir
sebesar 96,15% dan 2 data tidak valid 3,84 % Kabupaten Cilacap dalat digunakan untuk
tidak valid. Maka, dapat disimpulkan tingkat analisis lebih lanjut

11
IV. KESIMPULAN & SARAN 1. Memperbanyak literatur terlebih dahulu
IV. 1 KESIMPULAN sebelum melakukan penelitian agar
Adapun kesimpulan dari hasil analisis dari mendapatkan hasil yang lebih baik
penelitian ini, adalah sebagai berikut: daripada penelitian sebelumnya.
2. Lebih teliti dalam pemberian scoring
a. Tingkat kerawanan bencana banjir di karena sangat berpengaruh pada hasil
Kabupaten Cilacap terdiri atas tiga akhir.
klasifikasi yaitu tidak rawan banjir, 3. Hendaknya mengambil sampel
cukup rawan banjir, dan sangat rawan sebanyak mungkin pada saat validasi
banjir. agar tingkat keakuratan semakin valid.
b. Sebaran daerah rawan bencana banjir di
hampir seluruh bagian tengah Kabupaten DAFTAR PUSTAKA
Cilacap yang meliputi Kecamatan Adi, W. A. 2021. IRBI Indeks Risiko Bencana
Sidareja, Sampang, Patimuan, Indonesia Tahun 2021. Pusat Data,
Nusawungu, Maos, Kroya, Kesugihan, Informasi, dan Komunikasi
Kedungreja, Kawunganten, Jeruklegi, Kebencanaan Badan Nasional
Gandrungmangu, Cilacap Utara, Cilacap Penanggulangan Bencana.
Tengah, Binangun, Bantarsari total
keseluruhan sangat rawan seluas 1151, Anwar, H dkk. 2010. Kajian Kerentanan
198 km2 (49,02%), cukup rawan seluas Masyarakat dan Risiko Terhadap
1088, 091 km2 (49,34%), dan tidak rawan Bahaya Banjir dan Longsor di
108, 845 km2 (4,6%) dari total luas Kabupaten Cilacap. Prosiding
wilayah Kabupaten Cilacap sebesar Pemaparan Hasil Penelitian Pusat
2348,136 km. Geoteknologi, LIPI, 209-2019.

c. Berdasarkan keenam parameter yang


Arnando, Roby. 2020. Penggunaan Metode
digunakan, faktor yang paling
Weighted Overlay Untuk Pemetaan
mendominasi yang menjadi kerawanan
Daerah Rawan Banjir di Kecamatan
banjir Kabupaten Cilacap adalah
Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.
kemiringan lereng dan jenis tanah. Selain
Skripsi. Banda Aceh: Unversitas
sebaran kemiringan yang sebagian besar
Syiah Kuala
datar (0-8%) dan jenis tanah aluvial,
planosol, dan hidromorf , nilai bobot dari
Darmawan, K dkk 2017. Analisis Tingkat
kemiringan lereng serta jenis tanah
Kerawanan Banjir di Kabupaten
paling besar. Hal tersebut dikarenakan
Sambang Menggunakan Metode
oleh wilayah yang datar dan menjadi
Overlay dengan Scoring Berbasis
tampungan air serta jenis tanah yang
Sistem Informasi Geografis. Jurnal
tidak peka yang kemampuan menyerap
Geodesi Undip 6 (1), 31-40.
airnya rendah.
Nugroho, Hardanto D. 2018. Analisis Daerah
IV. 2 SARAN
Rawan Bencana Banjir di Kecamatan
Berdasarakan hasil analisis penetitian diatas, Kebumen Jawa Tengah. Skripsi.
maka berikut adalah beberapa saran antara Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
lain: Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

12
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Kalimantan Barat Menggunakan
Jakarta. Metode Overlay Dengan Scoring
Putra, Mario A. dkk. 2021. Analisis Tingkat Berbasis Sistem Informasi Geografis.
Kerawanan Banjir Kabupaten Banjir Jurnal Prisma Fisika 9 (3), 234-34.
Kabupaten Mempawah Provinsi

13
14

Anda mungkin juga menyukai