Anda di halaman 1dari 10

1

TRANSFORMASI INDEKS VEGETASI

oleh
MEI WULANDARI
12/336934/SV/01887

1.

PENDAHULUAN
Data pengindraan jauh, terutama hasil dari perekaman citra satelit sumber

daya, memiliki banyak kelebihan dalam hal informasi yang dapat disadap dari
suatu objek, daerah, atau fenomena di permukaan bumi. Objek-objek di
permukaan bumi yang dapat terekam citra sumber daya antara lain, objek
vegetasi, tanah, tubuh air, jalan, bangunan, dan sebagainya. Interpretasi objek
vegetasi dengan menggunakan citra satelit sumber daya, sering digunakan dalam
berbagai penelitian. Namun, setiap jenis vegetasi di permukaan bumi memiliki
responss spektral yang berbeda-beda terutama pada setiap saluran spektralnya,
sehingga perlu adanya kajian mendalam mengenai karakteristik objek vegetasi.
Angka yang menyatakan besar atau tingginya suatu fenomena yang terkait
dengan karakteristik vegetasi disebut dengan indeks vegetasi (Danoerdoro,
2002:26) . Indeks vegetasi merupakan suatu transformasi spektral yang diterapkan
pada citra multisaluran untuk menonjolkan aspek kerapatan vegetasi, kandungan
biomassa, konsentrasi klorofil, dan sebagainya (Danoerdoro, 2012:246).
Transformasi indeks vegetasi berupa transformasi pengubahan nilai piksel pada
citra digital multispektral sehingga menghasilkan citra dengan nilai piksel baru
yang mempresentasikan variasi fenomena vegetasi (Danoerdoro, 2002:26).
Adanya transformasi indeks vegetasi ini, dapat menghasilkan citra baru yang lebih

representatif dalam menyajikan fenomena vegetasi dan melibatkan beberapa


saluran sekaligus.

2.

KARAKTERISTIK SPEKTRAL VEGETASI


Setiap objek memiliki karakteristik dan respons yang berbeda terhadap

suatu

panjang

gelombang

elektromagnetik,

dan

panjang

gelombang

elektromagnetik tertentu memiliki responss yang berbeda ketika berinteraksi


dengan objek sehingga dapat ditemukan objek yang sama akan memiliki respons
spektral yang berbeda (Molidena, 2012:1). Respons spektral objek dipermukaan
bumi dipengaruhi oleh azimuth matahari, sudut ketinggian matahari, arah relatif
sensor terhadap nadir, dan kondisi objek tersebut (Molidena, 2012:1).
Karakteristik pantulan spektral dari vegetasi dipengaruhi oleh kandungan
pigmen daun, material organik, air, dan karakteristik struktural daun seperti
bentuk daun dan luas daun (Molidena, 2012:1). Vegetasi memiliki karakteristik
spektral yang unik bila dibandingkan dengan obyek tanah maupun air pada
saluran panjang gelombang tampak maupun pada panjang gelombang inframerah.
Gambar 5 menunjukkan nilai pantulan spektral tumbuhan hijau yang sehat
mempunyai bentuk kurva khusus yang dipengaruhi oleh absorbsi dari klorofil dan
pigmen daun lainnya (Jaelani, Tanpa Tahun:6). Nilai pantulan vegetasi pada
saluran panjang gelombang tampak memiliki nilai pantulan yang rendah, yaitu
pada panjang gelombang biru dan merah. Hal ini disebabkan oleh serapan klorofil
yang digunakan untuk aktivitas fotosintesa. Vegetasi sehat memiliki nilai spektral
yang tinggi pada panjang gelombang hijau sehingga menyebabkan vegetasi sehat
terlihat berwarna hijau. Nilai pantulan spektral vegetasi pada panjang gelombang

inframerah dekat memiliki nilai pantulan yang lebih tinggi dari pada panjang
gelombang tampak, yang disebabkan oleh adanya perbedaan stuktur daun.

Sumber: (Jaelani, Tanpa Tahun:6)


Nilai pantulan spektral vegetasi pada panjang gelombang inframerah dekat
meningkat seiring dengan menurunnya kadar air pada daun, untuk itu saluran
inframerah dekat dapat digunakan untuk melihat vegetasi yang sakit (Molidena,
2012:2). Nilai pantulan spektral vegetasi menurun pada panjang gelombang
inframerah tengah, yang disebabkan oleh serapan yang kuat oleh air (Molidena,
2012:2).
Gagasan pengembangan indeks vegetasi berawal dari adanya pengamatan
atas kecenderungan yang berlawanan antara respons spektral vegetasi pada
saluran hijau dan merah, atau antara saluran merah dan inframerah dekat
(Danoerdoro, 2002:26). Semakin tinggi respons spektral vegetasi pada saluran
hijau, maka semakin sehat vegetasi tersebut. Asusmsi tersebut berdasarkan pada
saluran hijau yang sangat peka terhadap klorofil sehingga jika semakin tinggi

kandungan klorofil pada suatu vegetasi, maka respons spektral saluran hijau juga
akan semakin tinggi.
Hal tersebut berkebalikan dengan respons spektral pada saluran merah,
semakin

tinggi

respons

spektral

vegetasi

pada

saluran

merah,

maka

mengindikasikan bahwa semakin tidak sehat vegetasi tersebut. Asumsi tersebut


berdasarkan jumlah klorofil pada vegetasi yang mempengaruhi terhadap intensitas
penyerapan panjang gelombang merah. Semakin tinggi kerapatan vegetasi yang
sehat, akan terjadi peningkatan pada jumlah klorofil sehingga berpengaruh
terhadap banyaknya penyerapan panjang gelombang merah yang juga akan
semakin tinggi. Tingginya penyerapan panjang gelombang merah pada vegetasi
berpengaruh terhadap pantulan spektral saluran merah, di mana pantulan spektral
saluran merah akan mengalami penurunan akibat panjang gelombang merah yang
dipantulkan lebih sedikit yang dikarenakan banyaknya panjang gelombang merah
yang diserap oleh vegetasi.
Respons spektral pantulan saluran merah juga dipengaruhi oleh banyaknya
kandungan air pada suatu vegetasi. Vegetasi yang sehat memiliki kandungan air
80% pada kapasitas total berat vegetasi. Pantulan spektral air pada saluran merah
sangat rendah, dikarenakan air pada panjang gelombang yang lebih panjang akan
lebih banyak yang diserap dari pada dipantulkan sehingga jika semakin tinggi
kandungan air pada suatu vegetasi maka semakin rendah pantulan respons
spektral pada saluran merah. Vegetasi yang tidak sehat akan mempunyai pantulan
responss spektral yang tinggi pada saluran merah yang diakibatkan oleh
rendahnya konsentrasi klorofil dan kandungan air yang terkandung dalam suatu
vegetasi.

Respons pantulan spektral pada saluran hijau dengan saluran merah


terhadap suatu vegetasi yang sehat sangat berlawanan pada aspek pantulan
spektralnya. Besarnya nilai pantulan pada saluran hijau dapat dikurangi dengan
besarnya pantulan pada saluran merah pada suatu tingkat kerapatan vegetasi.
Selisih nilai pantulan ini akan berbeda untuk vegetasi dengan kerapatan yang
berbeda pula. Semakin rapat vegetasinya, makasemakin besar selisih nilai
pantulannya.
Pengamatan pantulan spektral antara saluran merah dengan saluran
inframerah dekat juga menunjukkan hasil yang sama dengan pantulan spektral
hijau terhadap pantulan spektral merah. Respons pantulan spektral pada saluran
inframerah dekat dipengaruhi oleh susunan anatomi suatu vegetasi. Anatomi suatu
vegetasi tersusun atas jaringan mesofil, di mana pada jaringan mesofil tersebut
terdapat jaringan spongi yang tersusun atas klorofil sehingga vegetasi akan
memiliki pantulan spektral yang sangat tinggi terhadap inframerah dekat. Klorofil
pada inframerah dekat lebih cenderung dipantulkan dari pada diserap sehingga
pada vegetasi yang sehat akan memiliki pantulan yang sangat tinggi pada saluran
inframerah dekat. Respons pantulan spektral pada saluran merah dengan saluran
inframerah dekat terhadap suatu vegetasi yang sehat sangat berlawanan pada
aspek pantulan spektralnya. Vegetasi dengan kerapatan sedang akan memberikan
pantulan cukup rendah pada saluran merah dan pantulan tinggi pada saluran
inframerah dekat.
Selisih yang muncul di antara keduanya akan lebih besar dibandingkan
selisih antara pantulan pada saluran hijau dan saluran merah. Apabila yang
diamati adalah vegetasi kerapatan tinggi, maka selisih antara keduanya akan

sangat besar dan secara signifikan lebih mudah diamati daripada selisih pantulan
antara saluran hijau dan merah. Pantulan tinggi pada saluran hiajau dan
inframerah dekat sebenarnya tidak sama, meskipun memberikan efek yang hampir
sama pada vegetasi sehat dan berdaun lebar (Danoerdoro, 2002:27).

3.

INDEKS VEGETASI DASAR


Transformasi indeks vegetasi diterapkan untuk mengubah nilai piksel

melalui suatu operasi aritmatik beberapa saluran sekaligus sehingga nilai piksel
baru yang dihasilkan lebih representatif menyajikan dalam menyajikan aspekaspek yang berkaitan erat dengan kondisi vegetasi, misalnya kerapatan vegetasi,
LAI, biomassa, umur tegakan, konsentrasi klorofil, dan juga kandungan nitrogen
(Danoerdoro, 1993:19). Indeks vegetasi dasar yang umumnya diterapkan untuk
keperluan pemetaan vegetasi di antaranya RVI, NDVI, TVI, dan DVI. Formulaformula indeks vegetasi tersebut melibatkan saluran-saluran yang peka terhadap
pantulan vegetasi, khususnya saluran merah dan saluran inframerah dekat.
Ratio Vegetation Index (RVI) merupakan salah satu transformasi indeks
vegetasi yang paling sederhana. RVI merupakan ekspresi dari indeks vegetasi
yang dihasilkan dari perbandingan antara saluran inframerah dekat dengan saluran
merah.

Transformasi

Nilai Piksel IR dekat


Nilai Piksel merah

RVI

diformulasikan

sebagai

berikut:

RVI

(Danoerdoro, 2012:248). Nilai pantulan spektral vegetasi

pada panjang gelombang inframerah dekat memberikan respons pantulan yang


sangat tinggi, sedangkan nilai pantulan spektral vegetasi pada panjang gelombang
merah memberikan respons pantulan sangat rendah. Hasil dari indeks vegetasi
RVI diharapkan dapat memberikan pantulan tinggi pada objek vegetasi sehingga

objek vegetasi yang terliput citra lebih mudah diinterpretasi dan lebih representatif
dalam menyajikan karakteristik vegetasi yang terliput citra.
Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) merupakan kombinasi
antara teknik penisbahan dengan teknik pengurangan citra (Danoerdoro,
2012:248). Transformasi NDVI ini merupakan salah satu produk standar NOAA
(National Oceanic and Atmospheric Administration), satelit cuaca yang berorbit
polar namun member perhatian khusus pada fenomenaglobal vegetasi dan cuaca
(Danoerdoro, 2012:248). Transformasi NDVI diformulasikan sebagai berikut:

NDVI =

Nilai Piksel IR dekat Nilai Piksel merah


Nilai Piksel IR dekat + Nilai Piksel merah

(Danoerdoro, 2012:248).

Hasil perhitungan formula indeks vegetasi NDVI akan menghasilkan nilai piksel
vegetasi yang memiliki respons pantulan spektral yang rendah. Hal ini
dikarenakan selisih pantulan spektral sangat tinggi pada saluran inframerah dekat
dengan pantulan sangat rendah pada saluran merah akan menghasilkan pantulan
spektral yang tinggi, dari pantulan spektral yang tinggi kemudian dibagi dengan
pantulan spektral yang sangat tinggi akan menghasilkan pantulan spektral yang
rendah. Namun, pada indeks vegetasi NDVI objek air dan tanah memiliki
pantulan spektral yang sangat rendah sehingga harapannnya pantulan rendah
vegetasi yang dihasilkan dari formula NDVI masih dapat ditonjolkan serta
karakteristik vegetasi masih dapat direpresentasikan lebih baik dari pada objek air
dan tanah.
Persamaan antara indeks vegetasi RVI dengan NDVI terletak pada
kemampuan dalam menonjolkan aspek kerapatan vegetasi yang sama. Namun,
perbedaan utama di antara keduanya terletak pada nilai indeks vegetasi yang
dihasilkan. Nilai indeks vegetasi RVI terkecil yang dihasilkan sebesar 0 dan nilai

maksimum biasanya mencapai dua digit (Danoerdoro, 2012:248). Nilai indeks


vegetasi pada NDVI selalu berkisar antara -1 sampai dengan +1.
Transformed Vegetation Index (TVI) dikembangkan untuk menghindari
hasil negative pada NDVI. Transformasi TVI diformulasikan sebagai berikut:

TVI =

NDVI +0,5 (Danoerdoro, 2012:249).


Difference Vegetation Index (DVI) merupakan indeks vegetasi yang

berbasis pada selisih antara saluran inframerah dekat dengan saluran merah.
Transformasi DVI diformulasikan sebagai berikut: DVI = 1,2 * (Nilai Piksel IR
merah Nilai Piksel merah) (Danoerdoro, 2012:249).
4.

INDEKS VEGETASI YANG MENEKAN GANGGUAN LATAR


BELAKANG TANAH
Gangguan latar belakang tanah merupakan gangguan berupa variasi

responss spektral tanah yang berbeda-beda, yang menyebabkan kurang akuratnya


indeks vegetasi yang dihasilkan (Danoerdoro, 2012:252).

Gangguan latar

belakang tanah ini terjadi pada vegetasi yang tidak rapat, di mana tutupan
vegetasinya kurang dari 80% sehingga pada citra, kenampakan tutupan tanahnya
mendominasi dibandingkan dengan tutupan kanopi vegetasi. Kondisi tanah juga
sangat berpengaruh terhadap pantulan spektral tanah. Tanah yang memiliki
kelembaban tinggi memiliki pantulan spektral yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan tanah kering, citra multispektral dapat mendeteksi jenisjenis kondisi tersebut.
Perbedaan pantulan spektral tanah menyebabkan indeks vegetasi tidak
dapat diukur secara akurat sehingga dikembangkan indeks vegetasi yang mencoba
mereduksi gangguan tanah dengan cara mengubah perilaku garis isovegetasi
(yang mempunyai kerapatan sama) (Danoerdoro, 2012:252). Semua indeks
vegetasi ini berbasis rasio (nisbah) dan menggeser tempat garis-garis isovegetasi

bertemu (Danoerdoro, 2012:252). Indeks-indeks vegetasi yang menekankan


gangguan latar belakang tanah ialah (a) SAVI (Soil Adjusted Vegetation Index), (b)
TSAVI (Transformed Soil Adjusted Vegetation Index), (c) MSAVI (Modified Soil
Adjusted Vegetation Index), dan (d) MSAVI2 (Second Modified Soil Adjusted
Vegetation Index) (Danoerdoro, 2012:252).
5.

INDEKS VEGETASI YANG MENEKAN PENGARUH ATMOSFER


Transformasi indeks vegetasi yang dirancang untuk meminimalkan

pengaruh atmosfer, yaitu GEMI (Global Environmental Modelling Index) dan


ARVI (Atmospheric Resistant Vegetation Index) (Danoerdoro, 2012:253). GEMI
merupakan indeks vegetasi yang bersifat nonlinier dan menggunakan isoline
vegetasi yang kompleks (Danoerdoro, 2012:253). GEMI menghasilkan rentang
nilai antara 0 hingga +1.
ARVI merupakan indeks vegetasi yang berbasis pada rasio citra. ARVI
mengasumsikan adanya parent index, yaitu garis tanah di mana isoline-isoline
vegetasi memotong parent index (Danoerdoro, 2012:253).

6.

KESIMPULAN
Vegetasi memiliki karakteristik spektral yang unik bila dibandingkan

dengan obyek tanah maupun air pada saluran panjang gelombang tampak maupun
pada panjang gelombang inframerah. Kecenderungan yang berlawanan antara
respons spektral vegetasi pada saluran hijau dan merah, atau antara saluran merah
dan inframerah dekat melahirkan pengembangan indeks vegetasi. Indeks vegetasi
merupakan suatu transformasi spektral yang diterapkan pada citra multisaluran

10

untuk menonjolkan aspek kerapatan vegetasi, kandungan biomassa, konsentrasi


klorofil, dan sebagainya.
Indeks vegetasi dasar yang umumnya diterapkan untuk keperluan
pemetaan vegetasi di antaranya RVI, NDVI, TVI, dan DVI. Formula-formula
indeks vegetasi tersebut melibatkan saluran-saluran yang peka terhadap pantulan
vegetasi, khususnya saluran merah dan saluran inframerah dekat.
Gangguan latar belakang tanah ini terjadi pada vegetasi yang tidak rapat,
di mana tutupan vegetasinya kurang dari 80% sehingga pada citra, kenampakan
tutupan tanahnya mendominasi dibandingkan dengan tutupan kanopi vegetasi.
Indeks-indeks vegetasi yang menekankan gangguan latar belakang tanah ialah (a)
SAVI (Soil Adjusted Vegetation Index), (b) TSAVI (Transformed Soil Adjusted
Vegetation Index), (c) MSAVI (Modified Soil Adjusted Vegetation Index), dan (d)
MSAVI2 (Second Modified Soil Adjusted Vegetation Index).
Transformasi indeks vegetasi yang dirancang untuk meminimalkan
pengaruh atmosfer, yaitu GEMI (Global Environmental Modelling Index) dan
ARVI (Atmospheric Resistant Vegetation Index).

Anda mungkin juga menyukai