Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN ANALISA SPASIAL

POTENSI PARIWISATA
KECAMATAN BANYUPUTIH, KABUPATEN SITUBONDO

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS – B


Milan Naela 03311840000003
Klarissa Ardilia Putri 03311840000014
Wahyu Tri Oktafiana 03311840000026
Mei Firdani Dewimarta 03311840000041

Dosen Pengampu:
Hepi Hapsari Handayani, ST, M.Sc, P.hD
Mohammad Rohmaneo Darminto, ST, MSc

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020 NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum “Analisa Spasial Potensi Pariwisata
Kecatamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo” dengan baik, lancar, serta tepat waktu. Laporan ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Fotogrametri Dijital dari Departemen Teknik
Geomatika. Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Hepi Hapsari Handayani, ST, M.Sc. P.hD. selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Fotogrametri Dijital Kelas B
2. Bapak Mohammad Rohmaneo Darminto, ST, MSc selaku dosen kelas responsi Mata Kuliah
Fotogrametri Dijital Kelas B
3. Rekan-rekan Teknik Geomatika angkatan 2018 yang telah membantu menyemangati dalam
penyusunan laporan ini.
Penulis sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai praktikum selanjutnya. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam laporan ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kegiatan tahap
pembelajaran.

Surabaya, 31 Desember 2020

Penulis

LAPORAN ANALISA SPASIAL 2


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 4
1.2 Tujuan ........................................................................................................................... 5
1.3 Manfaat ......................................................................................................................... 5
BAB II DASAR TEORI................................................................................................................ 6
2.1 Sistem Informasi Geografis .......................................................................................... 6
2.2 Pariwisata ...................................................................................................................... 7
2.3 Kecamatan Banyuputih ............................................................................................... 10
2.4 ArcGIS ........................................................................................................................ 12
2.5 Topologi ...................................................................................................................... 13
2.6 Analisis Spasial .......................................................................................................... 14
2.7 Digital Elevation Model .............................................................................................. 16
BAB III METODOLOGI ........................................................................................................... 18
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................................ 18
3.2 Waktu dan Tempat ...................................................................................................... 19
3.3 Diagram Alir ............................................................................................................... 20
3.4 Langkah Pengerjaan Slope dan Aspect ....................................................................... 22
BAB IV HASIL DAN ANALISIS .............................................................................................. 32
4.1 Hasil ............................................................................................................................ 32
4.2 Analisis ....................................................................................................................... 34
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 39
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 39
5.2 Saran............................................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 41
LAMPIRAN ................................................................................................................................. 42

LAPORAN ANALISA SPASIAL 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geomatika merupakan sains dan teknologi yang mempelajari tentang pengukuran objek-objek di
permukaan bumi yang mengintegrasikan pengumpulan, pemodelan, analisis hingga manajemen data
spasial yang berdasarkan pada ilmu geodesi. Salah satu bidang yang dipelajari dalam ilmu geomatika
adalah ilmu kartografi. Kartografi merupakan seni, ilmu, dan teknologi yang digunakan dalam
membuat peta. Kartografi memiliki keterkaitan dengan ilmu geografi, informasi spasial, dan
topografi. Kartografi umum merujuk pada pembuatan peta yang dapat digunakan oleh masyarakat
umum. Peta tersebut memuat variasi aspek yang berhubungan dengan sistem lokasi dan
referensi. Seiring dengan adanya perkembangan teknologi, maka dalam bidang kartografi juga
mengalami perkembangan. Dalam hal pembuatan peta tidak hanya dilakukan dengan cara manual,
tetapi dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis. Sistem Informasi Geografis
merupakan kumpulan proses pengolahan data untuk menghasilkan informasi baru yang berguna dan
berkaitan dengan objek atau fenomena di permukaan bumi. Sistem Informasi Geografis adalah suatu
sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan
(spasial) bersamaan dengan perangkat operasi kerja SIG. Sistem Informasi Geografis dapat
diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti dalam bidang perencanaan, pemerintahan, hingga dalam
bidang pariwisata. Sistem Informasi Geografis dewasa ini, telah menjadi sebuah kebutuhan dalam
kehidupan. Tidak hanya dapat memberikan informasi tentang suatu objek di permukaan bumi, namun
Sistem Informasi Geografis juga dapat menjadi sebuah dasar pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dibekali dengan banyak kekayaan alam. Pariwisata
adalah keseluruhan elemen-elemen terkait, seperti wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan,
industri dan lain sebagainya. Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam
dunia kepariwisataan. Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup dan
sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh
wisatawan. Salah satunya adalah dalam bidang wisata. Hampir seluruh wilayah di Indonesia diberkati
dengan keindahan alam yang memiliki ciri khas dan daya tarik masing-masing. Salah satu wilayah
yang memiliki kekayaan pariwisata adalah Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo yang
terletak di Propinsi Jawa Timur. Kecamatan yang terletak di wilayah timur Pulau Jawa aini diberkati
dengan kekayaan alam berupa pariwisata dengan pantai yang indah, taman nasional, serta
pegunungan. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan pendapatan yang besar bagi

LAPORAN ANALISA SPASIAL 4


daerah dan negara. Indonesia sendiri sedang gencar dalam pengembangan pariwisata dengan
melakukan berbagai usaha. Industri 4.0 mengharuskan adanya penyampaian informasi secara digital
dan cepat. Maka dari itu, dibutuhkan sebuah Sistem Informasi Geografis yang mampu memberikan
informasi dan penjelasan tentang kepariwisataan. Termasuk di dalamnya adalah elemen pendukung
pariwisata. Dengan adanya analisa Sistem Informasi Geografis tentang pariwisata di Kecamatan
Banyuputih, diharapkan mampu untuk memperkenalkan dan mengembangkan pariwisata di wilayah
ini, serta dapat meningkatkan pendapatan daerah dan juga negara.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu memahami tentang Sistem Informasi Geografis
2. Mahasiswa mampu memahami keterkaitan Sistem Informasi Geografis dengan bidang
Pariwisata
3. Mahasiswa mampu memahami tentang aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam bidang
Pariwisata
4. Mahasiswa mampu melakukan Analisa Sistem Informasi Geografis, khususnya dalam bidang
pariwisata

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman tentang Sistem Informasi Geografis
2. Memberikan pemahaman tentang keterkaitan Sistem Informasi Geografis dengan bidang
Pariwisata
3. Memberikan pemahaman tentang aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam bidang
Pariwisata
4. Memberikan informasi tentang Analisa Sistem Informasi Geografis, khususnya dalam bidang
pariwisata

LAPORAN ANALISA SPASIAL 5


BAB II
DASAR TEORI

2.1 Sistem Informasi Geografis


Secara harfiah, Sistem Informasi Geografis, teridiri dari kata Sistem, Informasi, dan Geografi.
Sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi untuk mencapai suatu
tujuan.Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order
sekuens, simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan, persamaan dan perbedaan antar
ruang di bumi. Secara umum, sistem informasi geografis merupakan sistem informasi untuk
menginput, tempat penyimpanan, menampilkan data Kembali, menganalisa serta output dari
suatu data spasial yang memiliki suatu referensi. Menurut defisinya, Sistem Informasi Geografis
atau disingkat SIG merupakan suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan, mengatur, mentransformasi, memanipulasi, dan menganalisis data-
data geografis (Yousman, 2004).
Keberadaan Sistem Informasi Geografis dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang yang
memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah dalam bidang perencanaan, pemerintahan,
pariwisata, menejemen penggunaan lahan, pemanfaatan sumber daya alam, lingkungan,
transportasi, fasilitas umum, dan lain-lain sebagainya. Tiga komponen terpenting dalam Sistem
Informasi Geografis adalah data spasial, sistem computer, dan juga pengguna. Sistem komputer
terdiri dari hardware, software, serta prosedur desain dalam pengambilan data, memproses,
analisis, pemodelan, dan menampilkan data geospasial. Data geografis yang dimaksud disini
adalah data spasial yang ciri-cirinya adalah: memiliki geometric properties seperti koordinat dan
lokasi. Terkait dengan aspek ruang seperti persil, kota, kawasan pembangunan, Berhubungan
dengan semua fenomena yang terdapat di bumi, misalnya data, kejadian, gejala atau objek.
Sistem
Komputer

Data Spasial Pengguna

LAPORAN ANALISA SPASIAL 6


Gambar 1. Komponen SIG
Data geospasial dapat bersumber dari peta digitasi, foto udara, citra satelit, tabel statistic, serta
dokumen lain yang berkaitan. Peranan pengguna diantaranya adalah dalam proses memilih
informasi yang signifikan, mengatur standar yang diperlukan, mendesain dalam proses
pembaharuan, dan dalam proses menganalisa output dari Sistem Informasi Geografis dalam
rangka untuk tujuan yang relevan dan dalam implementasi rencana. Sistem Informasi Geografis
dapat diklasifikasikan dalam dua macam yaitu data grafis dan data atribut. Data grafis terdiri dari
tiga elemen utama yaitu titik (point), garis (line), dan area (polygon). Sedangkan data atribut yang
merupakan data tematik atau data nonspasial dapat berupa data nominal, ordinal, numeris,
kondisional, dan data lain yang dapate berbentuk tabel.

Gambar 2. Data Geometrik


2.2 Pariwisata
Menurut Kodhyat (1998) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain,
bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan
atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
pariwisata didefinisikan sebagai bentuk. suatu proses kepergian sementara dari seorang, lebih
menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai
kepentingan baik karena kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan maupun
kepentingan lain. Secara umum, pariwisata merupakan. Pariwisata atau turisme adalah suatu
perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga persiapan yang dilakukan untuk
aktivitas ini.
Pariwisata berasal dari kata wisata. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Wisata
adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

LAPORAN ANALISA SPASIAL 7


mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari
keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Dalam kegiatan
pariwisata tentunya terdapat wisatawan. Wisatawan sendiri merupakan orang yang melakukan
wisata. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara
serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Daerah tujuan
pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada
dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas
umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.
Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama
menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pariwisata, kini telah menjadi bagian dari kebutuhan
manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara
berkembang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya,
berusaha membangun industri pariwisata sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca
perdagangan luar negeri yang berimbang. Melalui industri ini diharapkan pemasukan devisa
dapat bertambah. Sebagaimana diketahui bahwa sektor pariwisata di Indonesia masih menduduki
peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional sekaligus merupakan
salah satu faktor yang sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa
negara.

Gambar 3. Danau Tiga Warna Sebagai Salah Wisata Favorit di Indonesia

LAPORAN ANALISA SPASIAL 8


Suatu destinasi harus memiliki berbagai fasilitas kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan
agar kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi dan merasa nyaman. Berbagai kebutuhan
wisatawan tersebut antara lain, fasilitas transportasi, akomodasi, biro perjalanan, atraksi
(kebudayaan, rekreasi, dan hiburan), pelayanan makanan, dan barang-barang cinderamata.
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumberdaya manusia yang mutlak dibutuhkan
oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air,
telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Menurut Jackson (dalam Gde Pitana,
2005: 101) suatu daerah yang berkembang menjadi sebuah destinasi wisata dipengaruhi oleh
beberapa hal yang penting, seperti.
 Menarik untuk klien.
 Fasilitas-fasilitas dan atraksi.
 Lokasi geografis.
 Jalur transportasi.
 Stabilitas politik.
 Lingkungan yang sehat.
 Tidak ada larangan/batasan pemerintah.
Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki kekayaan alam berupa keindahan alam itu
sendiri. Hampir seluruh wilayah di Indonesia diberkati dengan keindahan alam yang memiliki
ciri khas dan daya tarik masing-masing. Indonesia juga mengandalkan pariwisata sebagai salah
satu sumber penghasilan selain pajak. Menurut Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2009
pariwisata memiliki tujuan untuk:
 meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
 meningkatkan kesejahteraan rakyat;
 menghapus kemiskinan;
 mengatasi pengangguran;
 melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
 memajukan kebudayaan;
 mengangkat citra bangsa;
 memupuk rasa cinta tanah air;
 memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
 mempererat persahabatan antarbangsa.

LAPORAN ANALISA SPASIAL 9


2.3 Kecamatan Banyuputih
Kecamatan Banyuputih, merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten
Situbondo, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Banyuputih merupakan wilayah administrasi dari
Kabupaten Situbondo yang terletak sekitar 38 Km ke arah timur dari pusat pemerintahan.
Wilayah kecamatan ini juga termasuk Taman Nasional Baluran. Luas Kecamatan Banyuputih
adalah 481.670Km2 atau 48.167 Ha. Terdiri atas 5 ( lima ) desa yang memiliki pantai dan
sebagian besar wilayah Kecamatan Banyuputih merupakan tanah datar dengan ketinggian 0–10
m dari permukaan laut. Rata – rata curah hujan adalah 172 mm tahun 2010 dengan keadaan tanah
datar dan sifat tanah legosol. Batas administratif dari Kecamatan Banyuputih bagian utara adalah
Selat Madura, sebelah timur adalah Selat Bali, sebelah selatan adalah Kabupaten Banyuwangi,
sedangkan sebelah barat adalah Kecamatan Asembagus.

Gambar 4. Kantor Kecamatan Banyuputih


Kecamatan Banyuputih terdiri dari 5 desa, yaitu Desa Banyuputih, Desa Sumberejo, Desa
Sumberanyar, Desa Sumberwaru, dan Desa Wonorejo. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk
mengalami pertambahan, walaupun pertambahannya masih relatif kecil, karena keberhasilan KB
sampai ke pelosok desa mampu menekan pertumbuhan jumlah penduduk. Menurut hasil rgistrasi
penduduk jumlah penduduk Kecamatan Banyuputih sebanyak 54.097 jiwa yang terdiri atas laki
– laki sebanyak 26.838 jiwa dan perempuan sebanyak 27.259 jiwa. Kecamatan yang terletak di
wilayah timur Pulau Jawa aini diberkati dengan kekayaan alam berupa pariwisata dengan pantai
yang indah, taman nasional, serta pegunungan. Kecamatan Banyuputih merupakan salah satu
kecamatan di Kabupaten Situbondo yang memiliki cukup banyak potensi. Mulai dari potensi
pertanian, perdagangan, tambak, hingga pariwisata. Banyak sekali pariwisata yang terdapat di
Kecamatan Banyuputih, diantaranya adalah Taman Nasional Baluran, Savana Bekol, Ranu
Fantasi selain itu. Kecamatan Banyuputih juga memiliki banyak potensi pariwisata berupa

LAPORAN ANALISA SPASIAL 10


pantai. Diantaranya adalah Pantai Perengan, Pantai Pendean, Pantai Bama, Pantai Balanan,
Pantai Lempuyang, dan lain sebagainya. Dimana, setiap dari destinasi pariwisata di Kecamatan
Banyuputih ini memiliki keindahan dan daya tariknya masing-masing. Tidak hanya memiliki
destinasi wista yang menarik, Kecamatan Banyuputih juga memiliki fasilitas penunjang untuk
pariwisata, diantaranya adalah pusat oleh-oleh, rumah makan, rest area, hingga tempat
penginapan. Dengan adanya fasilitas penunjang pariwisata ini, diharapkan pariwisata di
Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo ini, dapat mengalami perkembangan, sehingga
dapat meningkatkan pendapatan daerah dan juga negara.

Gambar 5. Taman Nasional Baluran

Gambar 6. Pantai Bama

LAPORAN ANALISA SPASIAL 11


2.4 ArcGIS
Menurut Wikipedia Ensiklopedia bebas, ArcGis merupakan perangkat lunak yang terdiri dari
produk perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG) yang diproduksi oleh Esri. Software
ArcGIS pertama kali diperkenalkan kepada publik oleh ESRI pada tahun 1999, yaitu dengan
kode versi 8.0 (ArcGIS 8.0). ArcGIS merupakan penggabungan, modifikasi dan peningkatan dari
2 software ESRI yang sudah terkenal sebelumnya yaitu ArcView GIS 3.3 (ArcView 3.3) dan
Arc/INFO Workstation 7.2 (terutama untuk tampilannya). ArcGIS meliputi perangkat lunak
berbasis Windows sebagai berikut:
 ArcReader, yang memungkinkan pengguna menampilkan peta yang dibuat
menggunakan produk ArcGIS lainnya
 ArcGIS Desktop, memiliki lima tingkat lisensi:
a) ArcView, yang memungkinkan pengguna menampilkan data spasial,
membuat peta berlapis, serta melakukan analisis spasial dasar;
b) ArcMap adalah aplikasi utama untuk kebanyakan proses GIS dan
pemetaan dengan komputer. ArcMap memiliki kemampuan utama untuk
visualisasi, membangun database spasial yang baru, memilih (query),
editing, menciptakan desain-desain peta, analisis dan pembuatan tampilan
akhir dalam laporan-laporan kegiatan. Beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh ArcMap diantaranya yaitu penjelajahan data (exploring), analisa sig
(analyzing), presenting result, customizing data dan programming
c) ArcEditor, memiliki kemampuan sebagaimana ArcView dengan tambahan
peralatan untuk memanipulasi berkas shapefile dab geodatabase;
d) ArcInfo, memiliki kemampuan sebagaimana ArcEditor dengan tambahan
fungsi manipulasi data, penyuntingan, dan analisis.
e) ArcCatalog, tool untuk menjelajah (browsing), mengatur (organizing), membagi
(distribution) mendokumentasikan data
spasial maupun metadata dan
menyimpan (documentation) data – data
SIG. ArcCatalog membantu dalam
proses eksplorasi dan pengelolaan data
spasial. Setelah data terhubung,
ArcCatalog dapat digunakan untuk
melihat data. Bila ada data yang akan
digunakan, dapat langsung ditambahkan

LAPORAN ANALISA SPASIAL 12


pada peta. Seringkali, saat memperoleh data dari pihak lain, data tidak dapat langsung
digunakan. Data tersebut mungkin masih perlu diubah sistem koordinat atau proyeksinya,
dimodifikasi atributnya, atau dihubungkan antara data geografis dengan atribut yang
tersimpan pada tabel terpisah. Pada saat data siap, isi dan struktur data sebagaimana
halnya perubahan-perubahan yang dilakukan, harus didokumentasikan. Berbagai
aktivitas pengelolaan data ini dapat dilakukan menggunakan fasilitas yang tersedia pada
ArcCatalog.

2.5 Topologi
Topologi adalah pendefinisian secara matematis yang menerangkan hubungan relative antara
obyek yang satu dan yang lain. Dalam GIS topologi didefinisikan oleh user sesuai dengan
karakteristik data, missal polyline, polygon maupun point. Setiap karakteristik data mempunyai
aturan tertentu secara default telah disediakan oleh software GIS.
Untuk menghasilkan data yang benar sesuai dengan konsep GIS, ArcGIS menyediakan
fasilitas filtering untuk melakukan checking (query) kesalahan secara otomatis dan melakukan
editing (validasi) spasial dan attribute. Dapat dibayangkan berapa lama waktu yang dibutuhkan
jika kita melakukan checking kesalahan secara manual. Editing topology bisa dilakukan secara
serentak atau satu persatu sesuai dengan jenis rule yang kita terapkan dan sesuai dengan jenis
koreksi yang dilakukan.
Untuk membuat topology, format data yang digunakan bukanlah data shapefile melainkan
data dalam format geodatabase, jadi untuk memprosesnya Anda mesti meng-konversi data
shapefile ke format geodatabase.
Topologi merupakan model data vektor yang menunjukan hubungan spasial diantara obyek
spasial. Salah satu contoh analisis spasial yang dapat dilakukan dalam format topologi adalah
proses tumpang tindih (overlay) dan analisis jaringan (network analysis) dalam SIG.
Topologi diartikan sebagai daftar hubungan eksplisit di antara feature geografi yang meliputi
: konektiviti, kontiguiti dan definisi area. Konektiviti adalah Identifikasi topologi dari kumpulan
arc yang dihubungkan pada setiap node. Konektiviti di dalam jaringan linier ditentukan oleh
pencatatan nomor from-node dan nomor to-node untuk setiap arc. Dengan demikian, arc yang
berhubungan akan menggunakan node bersama (common node). Kontiguiti adalah identifikasi
topologi dari poligon yang bersebelahan dengan pencatatan poligon kiri dan poligon kanan dari
setiap arc. Dan definisi area adalah daftar arc yang pada akhirnya akan menentukan polygon.

LAPORAN ANALISA SPASIAL 13


2.6 Analisis Spasial
Analisis spasial adalah sekumpulan teknik yang dapat digunakandalampengolahandataSIG.
Hasil analisis data spasial sangat bergantung pada lokasi objek yang bersangkutan (yang sedang
dianalisis). Analisis spasial juga dapat diartikan sebagai teknik-teknik yang digunakan untuk
meneliti dan mengeksplorasi data dari perspektif keruangan. Semua teknik atau pendekatan
perhitungan matematis yang terkait dengan data keruangan (spasial) dilakukan dengan fungsi
analisis spasial tersebut. Dalam pengolahan data SIG, analisis spasial dapat digunakan untuk
memberikan solusi-solusi atas permasalahan keruangan. Manfaat dari analisis spasial ini
tergantung dari fungsi yang dilakukan. Ringkasan dari manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
 Membuat, memilih, memetakan, dan menganalisis data raster berbasis sel.
 Melaksanakan analisis data vektor/raster yang terintegrasi.
 Mendapatkan informasi baru dari data yang sudah ada.
 Memilih informasi dari beberapa layer data.
 Mengintegrasikan sumber data raster dengan data vektor.
Terdapat beberapa jenis Analisis Spasial, yaitu :
a) Query Basis Data
Query basis data digunakan untuk memanggil atau mendapatkan kembali atribut data
tanpa mengganggu atau mengubah data yang sudah ada. Fungsi dari query basis data ini
dapat dilakukan dengan mudah dengan mengklik feature yang diinginkan. Namun untuk
query yang lebih kompleks dapat dilakukan dengan pernyataan kondisional (conditional
statement). Pernyataan kondisional tersebut melibatkan operasi logis, yaitu AND, OR,
NOT, XOR. Gambar berikut ini adalah contoh dari operasi logis yang dimaksud untuk
penggabungan dua kondisi.
b) Pengukuran
Analisis spasial dapat dilakukan dengan fungsi pengukuran. Fungsi pengukuran yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
- Jarak. Pengukuran jarak yang dimaksud adalah menghitung jarak antar dua titik.
Pengukuran jarak ini dapat dilakukan dengan mengklik kedua titik tersebut, atau dapat
juga dengan menggunakan query.
- Luas. Fungsi luas ini dapat digunakan untuk menghitung luas suatu wilayah unsur-
unsur spasial. Wilayah tersebut dapat berupa poligon (vektor ataupun juga wilayah yang
bertipe raster.

LAPORAN ANALISA SPASIAL 14


- Kelilling. Fungsi keliling ini digunakan untuk menghitung keliling (parameter) unsur-
unsur spasial. Unsur-unsur spasial tersebut dapat bertipe polygon (vektor) dan juga
raster.
- Centroid. Fungsi digunakan untuk menentukan koordinat titik pusat dari unsur-unsur
spasial yang bertipe polygon (raster).
c) Fungsi Kedekatan
Fungsi kedekatan adalah sebuah fungsi untuk menghitung jarak dari suatu titik, garis,
ataupun batas poligon. Salah satu fungsi kedekatan yang paling banyak digunakan adalah
dengan buffer. Buffer adalah analisis spasial yang akan menghasilkan unsur-unsur spasial
yang bertipe poligon.
d) Overlay
Overlay adalah bagian penting dari analisis spasial. Overlay dapat menggabungkan
beberapa unsur spasial menjadi unsur spasial yang baru. Dengan kata lain, overlay dapat
didefinisikan sebagai operasi spasial yang menggabungkan layer geografik yang berbeda
untuk mendapatkan informasi baru. Overlay dapat dilakukan pada data vektor maupun
raster.
e) Pengubahan Unsur – Unsur Spasial
- Union, Merge, atau Combine
Pada pengolahan data SIG, seringkali harus melakukan penggabungan antar unsur-
unsur spasial. Penggabungan tersebut dapat menggunakan analisis spasial, yaitu union,
merge, ataucombine. Penggabungan ini dapat menjadikan beberapa unsur spasial
menjadi satu unsur spasial saja tanpa mengubah beberapa unsur spasial yang
digabungkan tersebut.
- Delete, Erase, atau Cut
Fungsi analisis spasial ini digunakan untuk menghapus unsur-unsur spasial yang
dirasa tidak perlu ditampilkan. Fungsi ini hanya akan menghapus unsur-unsur spasial
yang terpilih saja.
- Split atau Clip
Fungsi analisis spasial ini bertujuan untuk menghasilkan unsur spasial baru dengan
cara memotongnya dari unsur spasial lainnya.
- Intersect
Intersect adalah sebuah fungsi pada analisis spasial untuk menghasilkan unsur spasial
baru dari dua atau lebih unsur spasial. Fungsi ini menghasilkan unsur spasial baru dari
irisan dua atau lebih unsur spasial sebelumnya.

LAPORAN ANALISA SPASIAL 15


f) Surface Analysis
Surface analysis merupakan analisis yang bertujuan untuk mengenali permukaan bumi
sehingga diperoleh info tambahan untuk data baru. Surface analysis meliputi :
- Contouring
Fungsi ini digunakan untuk mentransformasikan atau menginterpolasikan data
ketinggian digital yang dituliskan dalam format grid ke dalam bentuk unsur‐unsur
spasial bertipe garis (vector) yang masing-masing merepresentasikan ketinggian yang
sama (dengan interval tertentu).
- Slope
Fungsi ini pada umumnya menerima masukan data ketinggian dalam format
raster/grid/TIN untuk menghasilkan layer raster baru sebagai wujud dari nilai‐nilai
kemiringan (yang siap diklasifikasikan kembali).
- Aspect
Berdasarkan masukan data ketinggian (raster/grid), fungsi ini akan menghasilkan layer
raster/grid yang menyatakan arah gradient di setiap pikselnya.
- Hillshading
Fungsi ini akan menghasilkan iluminasi hipotetikal (dalam format digital raster/grid)
dari sebuah permukaan digital (raster/grid/TIN)
- Viewshed
Fungsi ini akan mengidentifikasi unsur‐unsur spasial (area) mana saja yang dapat
terlihat secara langsung (tanpa terhalang) dari suatu ketinggian di lokasi yang posisinya
ditentukan di atas permukaan digital.

2.7 Digital Elevation Model (DEM)


Digital Elevation Model (DEM) merupakan suatu bentuk penyajian data ketinggian bumi
secara digital. Dimana, DEM terbentuk atas titik – titik sample yang memiliki nilai koordinat (X,
Y, dan Z). Titik sample merupakan titik – titik yang didapatkan dari hasil sampling permukaan
bumi yang didapatkan dari pengukuran atau pengambilan data ketinggian titik – titik yang
dianggap dapat mewakili relief permukaan bumi. Data sampling tersebut kemudian diubah
sehingga didapatkan koordinat titik – titik sample.
Jika titik – titik sample sangat padat, maka permukaan topografi didefinisikan secaa
mendalam. Sedangkan, jika titik – titik sample kurang padat, maka karakter – karakter medan
yang penting dapat dihilangkan. Contohnya, di area pengukuran terdapat bukit yang memiliki
perbedaan tinggi dengan permukaan tanah di sekitarnya, namun karena titik sample tidak

LAPORAN ANALISA SPASIAL 16


diambil di bukit tersebut, maka DEM yang dihasilkan menjadi rata dan bentuk bukit tidak tersaji
dalam DEM tersebut.

Gambar 7. Contoh Pemodelan DEM

Gambar 8. DEM processing flowchart

LAPORAN ANALISA SPASIAL 17


BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perangkat keras Laptop

2. Perangkat keras Mouse

3. Perangkat lunak ArcGIS

LAPORAN ANALISA SPASIAL 18


4. Perangkat Lunak SAS Planet

5. Microsoft Word

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Citra Kecamatan Banyuputih dari SAS Planet (Google Earth Resolusi Zoom 20x)
2. DEM/SRTM Kecamatan Banyuputih
3. Data atribut Kecamatan Banyuputih

3.2 Waktu dan Tempat


Praktikum pembuatan peta dan analisa spasial, dengan menggunakan Software ArcGIS ini
dilaksanakan pada :
Hari, : Rabu - Sabtu
Tanggal : 30 Desember 2020 – 2 Januari 2020
Waktu : 09.00 – 13.00 WIB
Lokasi : Rumah Mahasiswa

LAPORAN ANALISA SPASIAL 19


3.3 Diagram Alir
Diagram Alir Digitasi Citra Satelit

LAPORAN ANALISA SPASIAL 20


Diagram Alir Topologi

LAPORAN ANALISA SPASIAL 21


Penjelasan Diagram Alir :
 Tahap Pengumpulan Data:
Pengumpulan data dilakukan dengan mengunduh citra resolusi tinggi dari perangkat
lunak SAS Planet. Citra satelit yang diunduh adalah Citra Satelit google Earth dengan
Zoom 20 kali
 Tahap Pengolahan Data:
Dalam tahapan pengolahan, sebelumnya data citra yang telah diunduh harus
direktifikasi/georeferencing terlebih dahulu. Dengan referensi WGS-84 Zona 50S.
Setelah itu, dilakukan digitasi beberapa atribut yang sudah ditentukan seperti jalan,
sungai, sawah dan pemukiman, serta potensi pariwisata. Untuk mendapatkan batas
Kecamatan Banyuputih, dilakukan dengan digitasi serta penyesuaian dengan data dari
Peta RBI. Setelah itu, dilakukan digitasi toponimi serta unsur-unsur lain peta. Pada
peta ini, fokusannya adalah potensi pariwisata, sehingga dlakukan digitasi potensi
pariwisata beserta fasilitas penunjangnya. Topologi juga dilakukan dengan tujuan
untuk menyatakan relasi antara fitur spasial dengan jelas.
 Tahap Penyajian Data:
Pada tahapan ini, terdapat dua jenis pekerjaan yang dilakukan yakni input
informasi landmark yang berupa potensi pariwisata beserta fasilitasnya dan toponimi
pada peta potensi kecamatan dan layouting sesuai dengan informasi yang tersaji pada
peta. Layouting peta dikerjakan dengan software ArcGIS.

3.4 Langkah Pengerjaan Slope dan Aspect


3.4.1 Langkah Pengerjaan Peta Slope
Berikut ini adalah langkah – langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan peta slope :
1. Langkah pertama, buka aplikasi ArcGIS yang ada di PC/Komputer

LAPORAN ANALISA SPASIAL 22


2. Selanjutnya input data DEM/SRTM dan shapefile batas administrasi Kecamatan
Banyuputih pada ArcGIS

3. Lakukan pemotongan atau Clip SRTM sesuai dengan batas administrasi yang sudah di
proyeksi dengan cara klik Arctoolbox → Data Management Tools → Raster → Raster
Processing → Clip

LAPORAN ANALISA SPASIAL 23


Apabila telah berhasil dilakukan Clip, maka hasilnya adalah sebagai berikut :

4. Selanjutnya, lakukan proyeksi padah hasil clip tersebut dengan cara klik Data Management
Tools → Projection and Transformation → Raster → Raster Project

LAPORAN ANALISA SPASIAL 24


5. Kemudian, lakukan proses Slope pada shapefile SRTM dengan klik pada 3D Analyst Tools
→ Raster Surface → Slope

Apabila proses Slope telah berhasil, maka hasilnya adalah sebagai berikut

LAPORAN ANALISA SPASIAL 25


6. Lakukan Reclassify Slope dengan cara klik pada 3D Analyst Tools → Raster Reclass →
Reclassify → Classify dibagi menjadi 5 kelas seperti berikut

LAPORAN ANALISA SPASIAL 26


Apabila proses Reclassify Slope berhasil dilakukan, maka hasilnya adalah sebagai berikut :

7. Lakukan pemberian label dengan cara klik kanan, pilih Properties → Symbology.
Kemudian isikan label seperti berikut

LAPORAN ANALISA SPASIAL 27


8. Langkah terakhir, lakukan layouting pada peta slope yang telah dibuat. Beri informasi peta
untuk melengkapi bagian peta seperti judul, arah mata angin, indeks peta, skala, legenda,
dan sebagainya
9.
3.4.2 Langkah Pengerjaan Peta Aspect
Berikut ini adalah langkah – langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan peta aspect :
1. Langkah pertama, input data SRTM yang telah dilakukan Clip dan proyeksi sebelumnya

2. Selanjutnya, lakukan proses Aspect pada data tersebut dengan cara klik 3D Analyst Tools
→ Raster Surface → Aspect

LAPORAN ANALISA SPASIAL 28


Apabila proses Aspect berhasil dilakukan, maka hasilnya adalah sebagai berikut :

3. Langkah selanjutnya, lakukan Reclassify Aspect dengan cara klik 3D Analyst Tools →
Raster Reclass → Reclassify → Classify. Dan bagi menjadi 10 kelas seperti berikut

LAPORAN ANALISA SPASIAL 29


Apabila proses Rexlassify Aspect berhasil dilakukan, maka hasilnya adalah sebagai berikut

4. Selanjutnya lakukan Export hasil dengan cara klik kanan layer hasil Reclassify Aspect →
Data → Export Data → pilih format .tiff

LAPORAN ANALISA SPASIAL 30


5. Langkah terakhir, lakukan layouting pada peta aspect yang telah dibuat. Beri informasi peta
untuk melengkapi bagian peta seperti judul, arah mata angin, indeks peta, skala, legenda,
dan sebagainya

LAPORAN ANALISA SPASIAL 31


BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Peta Slope

4.1.2 Hasil Peta Aspect

LAPORAN ANALISA SPASIAL 32


4.1.3 Hasil Peta Tutupan Lahan

4.1.4 Hasil Peta Pariwisata

4.1.5 Hasil Peta Jarak Terdekat Pariwisata dengan Jalan

LAPORAN ANALISA SPASIAL 33


4.1.6 Hasil Peta Kawasan Potensi Hotel

4.2 Analisis
4.2.1 Peta Slope
Slope merupakan salah satu bagian dari analisis spasial berupa surface analysis yang
berfungsi untuk menerima masukan data ketinggian dalam format raster/grid/TIN untuk

LAPORAN ANALISA SPASIAL 34


menghasilkan layer raster baru sebagai wujud dari nilai‐nilai kemiringan (yang siap
diklasifikasikan kembali). Berdasarkan praktikum pengolahan data DEM dengan metode
slope, dihasilkan peta kelerengan Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo. Peta
kelerengan sendiri merupakan peta yang menunjukkan kondisi tingkat kemiringan suatu
lahan baik datar, landau, maupun curam. Dapat dilihat dari hasil praktikum yang telah
dilakukan, bahwa dilakukan klasifikasi tingkat kelerengan berdasarkan 5 kelas. Daerah yang
paling curam digambarkan dengan warna merah dengan tingkat kecuraman lebih dari 45%..
Kemudian daerah yang curam dengan tingkat 25-45% digambarkan dengan warna oranye.
Untuk daerah agak curam dengan tingkat kecuraman 15-25% digambarkan dengan warna
kuning. Daerah landau digambarkan dengan warna hijau muda dengan tingkat kecuraman 8-
15%. Serta daerah yang datar dengan tingkat kecuraman paling rendah, yakni sebesar 0-8%
digambarkan dengan warna hijau tua. Dari peta kelerengan Kecamatan Banyuputih,
Kabupaten Situbondo dapat dilihat bahwa sebagian besar daerah Kecamatan Banyuputih
merupakan daerah yang datar. Daerah paling curam, terletak di daerah gunung dan pesisir
pantai.

4.2.2 Peta Aspect


Berdasarkan masukan data ketinggian (raster/grid), fungsi aspect akan menghasilkan layer
raster/grid yang menyatakan arah gradient di setiap pikselnya). Berdasarkan praktikum
pengolahan data DEM dengan metode aspect, didapatkan hasil berupa peta arah lereng
Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo. Peta arah lereng memberikan informasi
berupa arah dimana lereng menghadap. Pada peta arah lereng Kecamatan Banyuputih,
Kabupaten Situbondo didapatkan arah lereng diklasifikasikan menurut arah mata angin
sebagai berikut :
 Flat (datar) : -1˚
 North (utara) : 0˚ - 22,5˚
 Northeast (timur laut) : 22,5˚ - 67,5˚
 East (timur) : 67,5˚ - 112,5˚
 Southeast (tenggara) : 112,5˚ - 157,5˚
 South (selatan) : 157,5˚ - 202,5˚
 Southwest (barat daya) : 202,5˚ - 247,5˚
 West (barat) : 247,5˚ - 292,5˚
 Northwest (barat laut) : 292,5˚ - 337,5˚
 North (utara) : 337,5˚ - 360˚

LAPORAN ANALISA SPASIAL 35


4.2.3 Peta Tutupan Lahan
Menurut SNI 7645:2010 tentang Klasifikasi Penutup Lahan, tutupan lahan adalah
tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat diamati merupakan suatu hasil
pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia dilakukan pada jenis penutup lahan tertentu
untuk melakukan kegiatan produksi, perubahan, ataupun perawatan pada penutup lahan
tersebut. Kelas tutupan lahan dibagi atas dua bagian besar, yaitu daerah bervegetasi dan
daerah tak bervegetasi. Daerah bervegetasi merupakan daerah dengan liputan vegetasi
minimal 4% setidaknya selama 2 bulan, atau dengan liputan Linchess/Mosses lebih dari 25%
jika tidak terdapat vegetasi lain. Daerah tak bervegetasi merupakan daerah total liputan
vegetasi kurang dari 4% selama 10 bulan, atau dengan liputan Linchess/Mosses kurang dari
25% jika tidak terdapat vegetasi kayu atau herba.
Pada praktikum ini dilakukan digitasi 15 jenis kelas tutupan lahan dengan bantuan
citra satelit Google Earth pada wilayah Kecamatan Banyuputih. Adapun kelas tutupan lahan
yang dibuat antara lain batas administrasi, pemukiman, semak belukar, hutan, sungai, pesisir,
tambak, danau, sawah, lading, kebun, jalan kolektor, jalan lain, jalan lokal, dan jalan setapak.
Kemudian setelah semua kelas tutupan laha selesai dilakukan digitasi, langkah selanjutnya
adalah melakukan topologi pada hasil digitan dengan tujuan untuk melakukan koreksi dan
menghilangkan eror. Sehingga didapatkan hasil berupa peta tutupan lahan Kecamatan
Banyuputih.

4.2.4 Peta Pariwisata


Peta pariwisata merupakan peta yang berfungsi untuk memvisualisasikan potensi
pariwisata beserta fasilitas penunjangnya, yakni berupa rumah makan dan penginapan.
Persebaran lokasi pariwisata beserta fasilitas penunjangnya bersumber dari citra satelit
Google Earth. Dari hasil pembuatan peta pariwisata di Kecamatan Banyuputih didapatkan
13 titik lokasi persebaran pariwisata, 76 titik lokasi persebaran rumah makan, dan 15 titik
lokasi persebaran penginapan.
Dari 13 titik lokasi persebaran pariwisata, diantaranya terdiri dari Taman Nasional
Baluran, Savana Bekol, Waduk Bajulmati, Air Terjun Gangga, Ranu Fantasi, Pantai Bilik
Sijile, Pantai Lempuyang, Pantai Perengan, Pantai Balanan, Pantai Pandean, Pantai Batu
Hitam, Pantai Bama, dan Pantai Kahona. Dari 76 titik lokasi persebaran rumah makan, yang
dimaksud rumah makan adalah restoran, rumah makan (bukan warung), dan kedai makanan.
Sedangkkan untuk 15 titik lokasi persebaran penginapan, yang dimaksud penginapan yakni
berupa homestay, wisma, dan resort.

LAPORAN ANALISA SPASIAL 36


Berdasarkan peta yang telah dibuat, persebaran pariwisatanya merata hampir di
seluruh Kecamatan Banyuputih. Sedangkan untuk rumah makan, didominasi pada daerah
yang padat aktivitasnya serta berada di dekat kawasan perbatasan dengan Kecamatan
Asembagus. Dan untuk persebaran lokasi penginapannya didominasi pada daerah pesisir /
wisata pantai.

4.2.5 Peta Jarak Terdekat Potensi Pariwisata dengan Jalan


Peta jarak terdekat potensi pariwisata dengan jalan merupakan sebuah peta yang
berfungsi untuk memvisualisasikan jarak terdekat antara pariwisata beserta fasilitas
penunjangnya (penginapan dan rumah makan) dan diklasifikasikan berdasarkan 5 kelas,
yaitu kelas yang sangat dekat berwarna biru, kelas yang cukup dekat berwarna hijau, kelas
yang sedang berwarna kuning, kelas yang cukup jauh berwarna orange, dan yang terakhir
kelas yang jauh berwarna merah.
Objek pariwisata yang berada di kelas warna biru berjumah 7 titik dengan jarak 15 –
50 meter. Sedangkan yang berada di kelas warna hijau berjumlah 2 titik dengan jarak 50 –
79 meter. Yang berada di kelas warna kuning berjumlah 1 titik dengan jarak 79 – 130 meter.
Objek yang berada di kelas warna orange berjumlah 2 titik dengan jarak 130 – 438 meter.
Serta objek yang berada di kelas warna merah berjumlah 1 titik dengan jarak paling jauh,
yakni sejauh 438 – 4586 m.
Fasilitas penunjang pariwisata yang berupa penginapan paling banyak berada di kelas
warna kuning. Sedangkan fasilitas penunjang pariwisata yang berupa rumah makan paling
banyak berada di kelas warna hijau.

4.2.6 Peta Kawasan Potensi Hotel


Hotel merupakan salah satu fasilitas penunjang pariwisata. Dari hasil pemetaan yang
telah dilakukan sebelumnya, terlihat bahwa keberadaan hotel di Kecamatan Banyuputih
sangat kurang. Padahal, pariwisatanya sangat berpotensi untuk dikembangkan. Jumlah hotel
atau penginapan yang tersedia di Kecamatan Banyuputih saat ini berjumlah 15. Sedangkan,
kawasan pariwisatanya berjumlah 13 titik. Meskipun jumlah hotel atau penginapan yang
tersedia melebihi dari jumlah pariwisatanya, akan tetapi daya tampung tiap hotel atau
penginapannya sangat kecil. Sehingga fasilitas penunjang pariwisata, khususnya di bidang
perhotelan tergolong kurang.
Kawasan potensi hotel di Kecamatan Banyuputih didapatkan dari overlay peta slope,
peta tutupan lahan, dan peta buffer pariwisata. Kemudian didapatkan kawasan yang

LAPORAN ANALISA SPASIAL 37


berpotensi untuk dibangun perhotelan dan sebagian besar berada di kawasan pesisir.
Banyuputih memang dikenal dengan keindahan akan wilayah pesisirnya yang masih alami,
sehingga kebanyakan sektor pariwisatanya berada di daerah pesisir. Kawasan yang
berpotensi menjadi daerah perhotelan di wilayah pesisir mempunyai banyak kelebihan, salah
satunya pada pemandangan laut yang ditawarkan.
Selain di daerah pesisir, daerah yang berpotensi untuk menjadi perhotelan berada di
kawasan Taman Nasional Baluran. Sehingga, apabila akan merealisasikan pembangunan
hotel di kawasan tersebut, maka membutuhkan perizinan yang lebih lanjut kepada pihak
yang berwenang, dikarenakan berkaitan dengan kawasan yang dilindungi.

LAPORAN ANALISA SPASIAL 38


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Sistem Informasi Geografis sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari – hari dan dapat
diaplikasikan pada berbagai bidang, salah satunya pada bidang pariwisata
2. Berdasarkan praktikum pengolahan data DEM dengan metode slope, dihasilkan peta
kelerengan Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, dengan klasifikasi tingkat
kecuraman sebanyak 5 kelas
3. Pengolahan data DEM dengan metode aspect, didapatkan hasil berupa peta arah lereng
Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo yang diklasifikasikan menurut arah mata
angin
4. Dilakukan digitasi 15 jenis kelas tutupan lahan dengan bantuan citra satelit Google Earth
pada wilayah Kecamatan Banyuputih. Adapun kelas tutupan lahan yang dibuat antara lain
batas administrasi, pemukiman, semak belukar, hutan, sungai, pesisir, tambak, danau, sawah,
lading, kebun, jalan kolektor, jalan lain, jalan lokal, dan jalan setapak. Hasilnya, didapatkan
peta tutupan lahan Kecamatan banyuputih
5. Dari hasil pembuatan peta pariwisata di Kecamatan Banyuputih didapatkan 13 titik lokasi
persebaran pariwisata, 76 titik lokasi persebaran rumah makan, dan 15 titik lokasi persebaran
penginapan.
6. Peta jarak terdekat potensi pariwisata dengan jalan diklasifikasikan berdasarkan 5 kelas, yaitu
kelas yang sangat dekat berwarna biru, kelas yang cukup dekat berwarna hijau, kelas yang
sedang berwarna kuning, kelas yang cukup jauh berwarna orange, dan yang terakhir kelas
yang jauh berwarna merah.
7. Dari hasil pemetaan yang telah dilakukan sebelumnya, terlihat bahwa keberadaan hotel di
Kecamatan Banyuputih sangat kurang.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah :
1. Agar dalam melakukan digitasi dilakukan secara teliti dan hati – hati agar pada saat
melakukan topologi, tidak terdapat banyak error
2. Gunakan citra satelit dengan resolusi yang tinggi agar terlihat jelas dan memudahkan
melakukan digitasi

LAPORAN ANALISA SPASIAL 39


3. Sebelum melakukan digitasi, lakukan pengecekan referensi spasial apakah sudah sesuai atau
belum

LAPORAN ANALISA SPASIAL 40


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. Ekowisata Harusnya Melestarikan Lingkungan. Intisari On The Net :


www.indomedia.com
Anonim. 1996. Aliansi-Ecotourism : Teman atau Lawan? Aliansi Media Bagi Persahabatan.
Badan Informasi Geospasial. DEMNAS : Seamless Digital Elevation Model (DEM) dan Batimetri
Nasional. http://tides.big.go.id/DEMNAS/. Diakses pada 1 Januari 2021, pukul 10.40 WIB.
Hartini, Tika A. 2019. Digital Elevation Model, Digital Terrain Model, dan Digital Surface Model.
https://www.handalselaras.com/digital-elevation-model-digital-terrain-model-dan-digital-
surface-model/. Diakses pada 1 Januari 2021, pukul 10.26 WIB.
Indonesia-Kanada.Rudana, Nyoman. 2008. Strategi Pengembangan Pariwisata Bali. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara.
Ipul, Hamzah. 2020. Tutorial ArcGIS Pembuatan Peta Tutupan Lahan dengan Data Landsat.
https://community.esri.com/t5/arcnesia-blog/tutorial-arcgis-pembuatan-peta-tutupan-lahan-
dengan-data-landsat/ba-p/885301. Diakses pada 1 Januari 2021, pukul 23.56 WIB.
Nudyawati, Sally I. 2015. Spatial Analyst dalam Sistem Informasi Geografis. Semarang : Universitas
Diponegoro

LAPORAN ANALISA SPASIAL 41


LAMPIRAN

Hasil Aspect dan Slope dalam format .tiff dan hasil seluruh peta dapat diakses pada laman berikut ini:
http://bit.ly/FinalProjectSIG_Kel1

LAPORAN ANALISA SPASIAL 42

Anda mungkin juga menyukai