Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Banjir
Banjir merupakan kondisi dimana tingginya aliran air sungai yang melebihi dari muka
air normal sehingga meluap dari sungai dan menyebabkan adanya genangan pada lahan yang
lebih rendah dari sisi sungai itu sendiri (Astuti, 2014). Sementara menurut Somantri (2013)
dalam Oktapian, Suryana dan Setiawan (2018), banjir merupakan kondisi dimana
terendamnya suatu daerah daratan karena debit air yang meningkat. Banjir dapat
menyebabkan kerugian fisik maupun non fisik sehingga menimbulkan korban seperti sekolah
diliburkan dan harga barang kebutuhan pokok meningkat (Rosyidie, 2013). Berdasarkan
mekanisme terjadinya, banjir dibedakan menjadi banjir biasa (regular) yang terjadi akibat
jumlah limpasan yang sangat banyak sehingga melampaui kapasitas dari pembuangan air dan
banjir tidak biasa (irregular) yang terjadi akibat tsunami, gelombang pasang, luapan air
sungai atau keruntuhan DAM. Berdasarkan posisi sumber terhadap daerah yang
digenaninginya, banjir dapat dibedakan menjadi:
1. Banjir Lokal
Banjir yang terjadi akibat hujan lokal dengan jangka waktu yang lama
2. Banjir Bandang
Banjir yang terjadi akibat hujan yang berintensitas tinggi dan dan air sungai meluap
ke permukaan dengan waktu yang cepat. Banjir bandang terjadi saat penjenuhan air
terhadap tanah di wilayah tersebut berlangsung dengan cepat sehingga tidak dapat
diserap lagi.
Menurut Siahaan dkk (2014), terdapat 3 (tiga) jenis banjir yang umumnya terjadi
yaitu :
1. Banjir Bandang
Banjir bandang merupakan banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung
cepatm. Banjir ini umunya terjadi akibat hasil dari curah hujan yang berintensitas
tinggi dengan durasi pendek, sehinga menyebabkan debit air sungai naik secara cepat.
Sebagian besar banjir ini diawali oleh adanya longsoran dibagian hulu sungai dan
menimbulkan bendungan-bendungan alami. Penyebab terjadinya banjir bandang
berupa curah hujan, kondisi geologi, morfologi maupun tutupan lahan.
2. Banjir Sungai
7
Banjir sungai biasanya disebabkan oleh curah hujan yang terjadi di daerah aliran
sungai (DAS) secara luas dan berlangsung lama. Banjir sungai biasanya diakibatkan
oleh kondisi sungai yang meluap dan menggenangi sekitarnya.
3. Banjir Pantai
Banjir pantai berkaitan dengan adanya badai siklon tropis dan pasang surut air laut.
Pada banjir ini, air laut akan membanjiri daratan karena satu atau kombinasi
pengaruh-pengaruh dari air pasang yang tinggi atau gelombang badai.
2.1.1 Kawasan Rawan Banjir
Wilayah rawan banjir merupakan wilayah yang berpotensi tinggi mengalami bencana
banjir sesuai karakteristik penyebab banjir (Pratomo, 2008 dalam Mahfuz, 2016)). Banjir
menimbulkan kerugian materi dan kerugian non materi. Kerugian materi meliputi kerusakan
sarana dan prasarana serta hilangnya harta benda. Sedangkan kerugian non materi, seperti
menimbulkan korban jiwa dan kekacauan perekonomian (Nurul Mentari Duwila, Sonny
Tilaar, 2021). Wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi merupakan wilayah yang sangat
rawan terhadap banjir. Adapun karakteristik wilayah yang termasuk tingkat kerawanan tinggi
memiliki jenis tanah yang peka terhadap erosi seperti Regosol, Litosol, Organosol dan
Rensina. Untuk kemiringan lerengnya berada di interval 0-8% dengan penggunaan lahan
berupa permukiman/lahan terbangun serta memiliki intensitas curah hujan > 34,8 mm/hari.
Adapun menurut penelitian yang dilakukan Anwari and Makruf (2019), daerah yang
memiliki potensi genangan tinggi ataupun berpotensi banjir ialah wilayah yang relatif datar
dengan kemiringan 0-4%, dengan penggunaan lahan mayoritas permukiman, curah hujan
yang tinggi, memiliki ketinggian 8-44,5 m, jenis tanah alluvial hidromorf dan dekat dengan
jaringan sungai. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan (Darmawan, Hani’ah dan
Suprayogi, 2017), terdapat 6 parameter dalam mengetahui wilayah rawan banjir, diantaranya:
1. Kemiringan lereng
Kemiringan lereng merupakan perbandingan persentase antara tinggi lahan dengan
panjang lahan datarnya, dimana semakin landai kemiringan lerengnya maka semakin
berpotensi terjadinya banjir.
2. Ketinggian lahan
Ketinggian lahan merupakan ketinggian lokasi di atas permukaan laut, dimana
semakin rendah suatu wilayah maka semakin berpotensi terjadinya banjir.
3. Jenis tanah

8
Jenis tanah pada suatu daerah sangat berpengaruh dalam proses penyerapan air atau
infiltrasi, dimana semakin besar daya serapnya maka tingkat kerawanan banjir akan
semakin kecil.
4. Curah hujan
Curah hujan merupakan jumlah air hujan yang turun pada suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu, dimana semakin tinggi curah hujannya maka semakin berpotensi
terjadinya banjir.
5. Penggunaan lahan
Penggunaan lahan berperan pada besarnya air limpasan hasil dari hujan, lahan yang
banyak ditanami vegetasi akan banyak menyerap air hujan dan waktu limpasan untuk
sampai ke sungai lebih banyak sehingga akan mengurangi resiko banjir.
6. Kerapatan Sungai
Kerapatan sungai merupakan panjang aliran sungai per kilometer persegi luas DAS,
dimana semakin besar nilai kerapatan sungai maka semakin baik sistem pengaliran di
daerah tersebut.

Tabel 2. 1 Sintesa Teori Kawasan Rawan Banjir


Sumber Teori Indikator Variabel
Nurul Mentari Duwila, Karakteristik Kawasan 1. Jenis tanah
Sonny Tilaar (2021) Rawan Banjir 2. Kemiringan Lereng
3. Penggunaan Lahan
4. Curah Hujan
Anwari dan Makruf Karakteristik Kawasan 1. Kemiringan
(2019) Rawan Banjir 2. Penggunaan lahan
3. Curah hujan
4. Ketinggian lahan
5. Jenis tanah
6. Jarak dengan jaringan sungai
Darmawan, Hani’ah Karakteristik Kawasan 1. Kemiringan lereng
dan Suprayogi (2017) Rawan Banjir 2. Ketinggian lahan
3. Jenis tanah
4. Curah hujan
5. Penggunaan lahan
6. Kerapatan sungai
Sumber: Hasil Pustaka, 2021

2.1.2 Penyebab Terjadinya Banjir


Menurut Darmawan, Hani’ah and Suprayogi (2017), penyebab terjadinya banjir ialah
curah hujan, dimana curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan banjir karena banyaknya air
yang harus ditampung. Sedangkan menurut penelitian (Jannah dan Itratip, 2017) penyebab

9
terjadinya banjir ialah meluapnya sungai, dimana terjadi proses penurunan kapastitas sungai
akibat sedimentasi dan pemanfaatan bantaran sungai yang kurang tepat. Adapun menurut
Sulistyo dan Pranoto (2021), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa faktor penyebab banjir
diantaranya ialah topografi wilayah yang merupakan dataran rendah berbentuk cekungan,
adanya sedimen di dasar saluran drainase dan banyaknya sampah di saluran drainase yang
menghambat aliran air. Selain itu, Menurut penelitian yang dilakukan Setiawan et al. (2021),
bahwa penyebab terjadinya banjir di Kota Samarinda ialah akibat berlebihnya limpasan
permukaan dan tidak ada yang menampung limpasan tersebut dalam badan sungai sehingga
air meluap. Untuk lebih detailnya, penyebab banjir di Kota Samarinda disebabkan oleh 2
faktor yaitu:
1. Faktor Alam
Faktor alam seperti tingginya curah hujan, topografi wilayah, pasang surut air sungai
mahakam
2. Faktor Manusia
Faktor manusia seperti pertumbuhan penduduk, kebutuhan sarana prasarana,
kebutuhan lahan sehingga menyebabkan turunnya potensi serapan air ke dalam tanah.
Selain itu, semakin terbukanya lahan maka akan mempermudah lapisan tanah terkikis
oleh air hujan dan menyebabkan sedimentasi yang berdampak pada kapasitas air
sungai.

Tabel 2. 2 Sintesa Teori Penyebab Banjir


Sumber Teori Indikator Variabel
Setiawan et al. (2021) Penyebab Banjir 1. Curah hujan
2. Topografi wilayah
3. Pasang surut air sungai
4. Pertumbuhan penduduk
5. Pembangunan sarpras
6. Pengurangan kapasitas air
sungai
Sulistyo dan Pranoto Penyebab Banjir 1. Topografi wilayah
(2021) 2. Sedimentasi di saluran
drainase
3. Tumpukan sampah di saluran
drainase
Jannah dan Itratip Penyebab Banjir 1. Penurunan kapasitas sungai
(2017) 2. Pemanfaatan bantaran sungai
yang kurang tepat
Prabawadhani et al. Penyebab Banjir 1. Curah hujan
(2016)
Sumber: Hasil Pustaka, 2021

10
2.2 Mitigasi Bencana Banjir
Menurut Niode., Rindengan dan Karouw (2016), mitigasi merupakan tahap awal
penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana.
Mitigasi adalah kegiatan sebelum bencana terjadi. Menurut UU No 24 tahun 2007, mitigasi
dapat didefinisikan sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Sedangkan menurut Selain itu, menurut Yulia S (2015) pada (Oktapian, Suryana
dan Setiawan, 2018) mitigasi bencana banjir merupakan suatu upaya untuk mengurangi
resiko akibat bencana banjir. Tujuan utama mitigasi bencana menurut Suharno (2018), ialah
mengurangi resiko bencana bagi penduduk dalam bentuk korban jiwa, kerugian ekonomi dan
kerusakan sumber daya alam, menjadi landasan perencanaan pembangunan dan
meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menghadapi serta mengurangi dampak serta
resiko bencana sehingga masyarakat dapat hidup aman. Tahap mitigasi memfokuskan pada
tindakan jangka panjang untuk mengurangi risiko bencana. Implementasi strategi mitigasi
dapat dipandang sebagai bagian dari proses pemulihan jika tindakan mitigasi dilakukan
setelah terjadinya bencana. Namun demikian, meskipun pelaksanaannya merupaka upaya
pemulihan, tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi risiko pada masa
mendatang dikategorikan sebagai tindakan mitigasi. Dengan mengadopsi pendapat
Wardiyatmoko (2006), Somantri (2013) dan Yulia M. (2015) dalam (Oktapian, Suryana dan
Setiawan, 2018) Mitigasi bencana dibedakan menjadi dua, yaitu mitigasi truktural dan
mitigasi non struktural (Presnail, 2018). Menurut penelitian yang dilakukan Ginting dan
Pratama Putra (2019), bentuk-bentuk mitigasi struktural dan non struktural dapat berupa:
1. Struktural
 Penguatan struktur bendungan
 Perbaikan terhadap pintu kanal yang rusak
 Perencanaan tembok penahan banjir disepanjang sempadan sungai
2. Non struktural
 Peraturan penggunaan lahan dalam mendirikan bangunan
 Pengawasan penebangan hutan
 Pemahaman kepada masyarakat tentang dampak bahaya banjir
Berikut merupakan tinjauan pendekatan struktural dan non struktural menurut Brody,
et al., 2010 dalam (Anita, 2013).

11
Tabel 2. 3 Tinjauan Pendekatan Struktural dan Non Struktural
Struktural Non Struktural
Klasifikasi Extensif: Peraturan
 Pembentukan kembali  Zonasi / perencanaan
permukaan tanah penggunaan lahan
 Perlindungan dari erosi
 Penundaan proses
limpasan
 Peningkatan infiltrasi
Intensif Pertahanan Banjir
 Pembangunan tanggul  Pendidikan dan kesadaran
dan tembok banjir  Prakiraan/peringatan
 Pembangunan bendungan banjir
dan waduk  Pemeriksaan banjir
 Pekerjaan drainase  Evaluasi
 Relokasi
Strategi fiskal
 Asuransi atau hibah
 Referendum untuk
mendedikasikan dana
untuk mitigasi banjir
Sumber: Brody, et al., 2010 dalam (Anita, 2013)

2.2.1 Mitigasi Struktural


Mitigasi struktural merupakan mitigasi yang memiliki wujud fisik seperti
pembangunan atau perbaikan infrastruktur. Mitigasi ini lebih fokus pada tindakan
pembangunan fisik, dengan memanfaatkan teknik-nteknik yang telah dikembangkan
sebelumnya yang berguna untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana seperti
pembuatan bendungan, normalisasi sungai, pemotongan alur sungai, perbaikan drainase, dll.
Selain itu, menurut Yulia M. (2015) dalam (Oktapian, Suryana dan Setiawan, 2018), mitigasi
struktural merupakan upaya dalam pengurangan bencana banjir seperti melakukan
pembangunan kanal khusus untuk mencegah banjir dan dengan membuat rekayasa teknis
bangunan tahan bencana, serta infrastruktur bangunantahan air. Menurut Shrestha dan
Bajracharya (2013), mitigasi struktural dapat berupa:
1. Pembangunan bendungan pasir sedimen
2. Melakukan pemeriksaan terhadap bendungan alam
3. Membuat sumup resapan
4. Perbaikan saluran drainase
5. Mengontrol kemiringan daerah aliran sungai

12
2.2.2 Mitigasi Non Struktural
Mitigasi non struktural merupakan bentuk mitigasi alternatif yang melengkapi
mitigasi struktural dalam mengurangi korban yang terdampak bencana, meliputi peraturan
perundang-undangan, pengelolaan daerah penyerapan air, tata kota dan lahan administrasi,
pendidikan, asuransi, ramalan hidrologi dan peringatan (Minea dan Zaharia, 2011). Salah satu
pakar yang menjelaskan metode non struktural penanggulangan banjir yaitu Kodoatie dan
Sugianto (Erwin & Rahmawati, 2014). Adapun beberapa tindakan mitigasi non struktural
menurut (Musdah dan Husein, 2014), yaitu penetapan aturan pengendalian ruang, yang
meliputi:
1. Penetapan jaringan sistem persampahan
2. Penetapan lalur dan ruang evakuasi bencana
3. Penetapan kawasan hutan lindung
4. Penetapan kawasan resapan air
5. Penetapan kawasan perlindungan setempat
6. Penetapan kawasan rawan bencana
7. Penetapan kawasan hutan produksi
8. Penetapan kawasan hutan rakyat

Tabel 2. 4 Sintesa Teori Mitigasi Banjir


Sumber Teori Indikator Variabel
Ginting dan Pratama Struktural 1. Penguatan struktur bendungan
Putra (2019) 2. Perbaikan terhadap pintu kanal
yang rusak
3. Perencanaan tembok penahan
banjir disepanjang sempadan
sungai
Non Struktural 1. Peraturan penggunaan lahan
dalam mendirikan bangunan
2. Pengawasan penebangan hutan
3. Pemahaman kepada
masyarakat tentang dampak
bahaya banjir
Musdah dan Husein Non Struktural 1. Penetapan aturan pengendalian
(2014) ruang
Anita (2013) Struktural 1. Pembentukan kembali
permukaan tanah
2. Perlindungan dari erosi
3. Penundaan proses limpasan
4. Peningkatan infiltrasi
5. Pembangunan tanggul dan
tembok banjir

13
Sumber Teori Indikator Variabel
6. Pembangunan bendungan dan
waduk
7. Pekerjaan drainase
Non Struktural 1. Zonasi / perencanaan
penggunaan lahan
2. Pendidikan dan kesadaran
3. Prakiraan/peringatan banjir
4. Pemeriksaan banjir
4. Evaluasi
5. relokasi
6. Asuransi atau hibah
7. Referendum untuk
mendedikasikan dana untuk
mitigasi banjir
Shrestha dan Struktural 1. Pembangunan bendungan
Bajracharya (2013) pasir sedimen
2. Melakukan pemeriksaan
terhadap bendungan alam
3. Membuat sumup resapan
4. Perbaikan saluran drainase
5. Mengontrol kemiringan
daerah aliran sungai
Sumber: Hasil Pustaka, 2021

2.3 Penelitian Terdahulu


Berikut adalah rangkuman hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan
dengan penelitian yang telah dilakukan.

14
Tabel 2. 5 Hasil Penelitian Terdahulu
Nama dan Adaptasi
Tahun Judul Tujuan Variabel Metode Hasil Dalam
Publikasi Penelitian
Haris Analisis  Mengetahui  Curah hujan Metode Penyebab Mengadaptasi
Setiawan, Penyebab persebaran banjir  Topografi wilayah kualitatif dan terjadinya tujuannya
Muhammad Banjir di Kota di Kota  Pasang surut air sungai kuantitatif banjir di Kota berupa
Jalil, Samarinda Samarinda  Pertumbuhan penduduk dengan teknik Samarinda dan mengidentifikasi
Muhammad  Mengidentifikasi  Pembangunan sarpras systematic dampak penyebab banjir,
Enggi S, dkk penyebab banjir  Pengurangan kapasitas air random terjadinya mengadaptasi
(2021) di Kota sungai sampling. banjir terhadap seluruh variabel
Samarinda Adapun aktivitas yang digunakan
 Mengidentifikasi pengumpulan masyarakat dan
dampak banjir data dilakukan Kota mengadaptasi
terhadap melalui Samarinda. metode yang
masyarakat di observasi, digunakan
Kota Samarinda wawancara, berupa
dokumentasi observasi dan
dan angket. wawancara
Julian Sulistyo Analisis  Mengetahui  Topografi wilayah Metode Chi- Faktor Mengadaptasi
dan Wati Penyebab faktor yang  Sedimentasi di saluran Square dan penyebab tujuan dan
Asriningsih Banjir menyebabkan drainase Kolmogorov- timbulnya seluruh variabel
Pranoto (2021) Kelurahan terjadinya banjir  Tumpukan sampah Smirnov dalam genangan air di yang digunakan
Tanjung di daerah disaluran drainase pengolahan data daerah Taman
Duren Utara Tanjung Duren serta metode Daan Mogot
rasional atau dan faktor lain
tidak pada yang
analisis data menyebabkan
timbulnya
genangan.

15
Nama dan Adaptasi
Tahun Judul Tujuan Variabel Metode Hasil Dalam
Publikasi Penelitian
Nurul Mentari Identifikasi  Menganalisis  Jenis tanah Metode Tingkat Mengadaptasi
Duwila, Sonny Kawasan tingkat  Kemiringan lereng deskriptif kerawanan seluruh tujuan,
Tilaar & Fela Rawan Banjir kerawanan banjir  Penggunaan lahan kuantitatif banjir dan variabel serta
Warouw di Amurang di Amurang  Curah hujan dengan sebaran metode yang
(2021) Kabupaten Kabupaten pendekatan kawasan banjir digunakan.
Minahasa Minahasa analisis spasial di Amurang
Selatan Selatan dengan bantuan Kabupaten
 Memetakan alat analisis Minahasa
kawasan rawan GIS dan Selatan
banjir di analisis scoring
Amurang dan overlay.
Kabupaten
Minahasa
Selatan
Anwari, Pemetaan  Memetakan  Kemiringan Metode scoring Daerah dengan Mengadaptasi
Masdukil Wilayah wilayah rawan  Penggunaan lahan dengan alat potensi seluruh tujuan,
Makruf (2019) Rawan bahaya banjir di  Curah hujan bantu GIS genangan tinggi variabel dan
Bahaya Banjir Kabupaten  Ketinggian lahan metode yang
di Kabupaten Pamekasan  Jenis tanah digunakan.
Pamekasan  Jarak dengan jaringan
Berbasis sungai
Sistem
Informasi
Geografis
(SIG)

16
Nama dan Adaptasi
Tahun Judul Tujuan Variabel Metode Hasil Dalam
Publikasi Penelitian
Ginting and Mitigasi  Menemukan 1. Struktural Metode Tindakan Mengadaptasi
Pratama Putra Bencana upaya-upaya  Penguatan struktur kualitatif mitigasi beberapa
(2019) Banjir mitigasi bencana bendungan berdasarkan struktural lebih variabel dan
Kawasan banjir pada  Perbaikan terhadap hasil survei efektif daripada metode yang
Wisata kawasan wisata pintu kanal yang rusak lapangan, mitigasi non digunakan
Berkelanjutan Bukit Lawang  Perencanaan tembok kajian literatur struktural.
(Studi Kasus: sehingga dapat penahan banjir dan studi kasus
Bukit Lawang, menjadi tujuan disepanjang sempadan sejenis.
Kecamatan wisata yang sungai
Bahorok, berkelanjutan 2. Non struktural
Kabupaten  Peraturan penggunaan
Langkat) lahan dalam
mendirikan bangunan
 Pengawasan
penebangan hutan
 Pemahaman kepada
masyarakat tentang
dampak bahaya banjir
Wardatul Analisa  Mengetahui  Penurunan kapasitas sungai Metode Faktor-faktor Mengadaptasi
Jannah & Penyebab faktor penyebab  Pemanfaatan bantaran deskriptif penyebab seluruh variabel
Itratip (2017) Banjir dan meluapnya sungai yang kurang tepat kualitatif banjir, dan metode
Normalisasi Sungai Unus penyebab banjir yang digunakan.
Sungai Unus akibat aktifitas
Kota Mataram manusia, model
normalisasi
Sungai Unus
Kurnia Analisis  Mengetahui  Kemiringan lereng Metode overlay Persebaran Mengadaptasi
Darmawan, Tingkat manfaat SIG  Ketinggian lahan dengan scoring lokasi rawan seluruh tujuan,
Hani’ah & Kerawanan dalam dan dibantu banjir dan variabel dan

17
Nama dan Adaptasi
Tahun Judul Tujuan Variabel Metode Hasil Dalam
Publikasi Penelitian
Andri Banjir di pembuatan peta  Jenis tanah software faktor dominan metode yang
Suprayogi Kabupaten rawan banjir di  Curah hujan ArcGIS 10.2.1 yang menjadi digunakan.
(2017) Sampang Kabupaten  Penggunaan lahan penyebab
Menggunakan Sampang  Kerapatan sungai kerawanan
Metode  Mengetahui banjir di
Overlay tingkat Kabupaten
dengan kerawanan banjir Sampang.
Scoring yang terjadi di
Berbasis Kabupaten
Sistem Sampang
Informasi  Mengetahui
Geografis faktor yang
paling dominan
yang menjadi
penyebab
kerawanan banjir
di Kabupaten
Sampang
Destianingrum Karakteristik  Untuk  Curah Hujan Pengolahan Pemetaan Mengadaptasi
Ratna Temporal dan mengetahui data dilakukan wilayah curah variabel yang
Prabawadhani, Spasial Curah karakteristik menggunakan hujan tertinggi digunakan yaitu
Budi Harsoyo, Hujan curah hujan dari software bantu dan berdampak curah hujan.
Tri Handoko Penyebab data satelit GrADS. banjir.
Seto, dkk Banjir di TRMM JAXA
(2016) Wilayah DKI
Jakarta dan
Sekitarnya
Erwin Musdah Analisis  Mengetahui  Penetapan aturan Metode analisis Upaya mitigasi Mengadaptasi
dan Mitigasi bagaimana pengendalian ruang data deskriptif non struktural variabel yang

18
Nama dan Adaptasi
Tahun Judul Tujuan Variabel Metode Hasil Dalam
Publikasi Penelitian
Rahmawati Nonstruktural mitigasi non kualitatif bencana banjir digunakan yaitu
Husein (2014) Bencana struktural luapan Danau penetapan
Banjir Luapan bencana banjir Tempe melalui aturan
Danau Tempe luapan Danau penataan ruang pengendalian
Tempe melalui ruang
penataan ruang
 Mengungkapkan
kerja sama antar
pemerintah
kabupaten dalam
mitigasi non
struktural
bencana banjir
luapan Danau
Tempe melalui
penataan ruang
Juarni Anita, Structural and Mengetahui jenis  Struktural Metode Jenis Mengadaptasi
2013 Non-Structural pendekatan dan 1. Pembentukan kembali Penelitian pendekatan seluruh variabel
Approaches as pengelolaan permukaan tanah Kualitatif struktural dan yang digunakan.
Flood perlindungan 2. Perlindungan dari erosi non struktural
Protection lingkungan banjir 3. Penundaan proses yang tepat
Strategy in untuk mencegah limpasan diterapkan pada
Muara Angke terjadinya banjir 4. Peningkatan infiltrasi Kelurahan
Settlement, 5. Pembangunan tanggul Muara Angke
North Jakarta dan tembok banjir
6. Pembangunan
bendungan dan waduk
7. Pekerjaan drainase
 Non struktural

19
Nama dan Adaptasi
Tahun Judul Tujuan Variabel Metode Hasil Dalam
Publikasi Penelitian
1. Zonasi/perencanaan
penggunaan lahan
2. Pendidikan dan
kesadaran
3. Prakiraan/peringatan
banjir
4. Pemeriksaan banjir
5. Evaluasi
6. Relokasi
7. Asuransi atau hibah
8. Referendum untuk
mendedikasikan dana
untuk mitigasi banjir
Sumber: Penulis, 2021

20
2.4 Sintesa Teori
Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa kriteria
penelitian yang sesuai dengan ruang lingkup penelitian yang kemudian dijabarkan menjadi
variabel penelitian. Berikut merupakan hasil sintesa teori penelitian berdasarkan sasaran yang
telah ditetapkan.

Tabel 2. 6 Sintesa Teori


Sumber Pustaka Indikator Variabel
Nurul Mentari Karakteristik  Jenis tanah
Duwila, Sonny Kawasan Rawan  Kemiringan lereng
Tilaar & Fela Banjir  Penggunaan lahan
Warouw (2021)  Curah hujan
Anwari, Masdukil Karakteristik  Kemiringan
Makruf (2019) Kawasan Rawan  Penggunaan lahan
Banjir  Curah hujan
 Ketinggian lahan
 Jenis tanah
 Jarak dengan jaringan sungai
Kusumo dan Evi Karakteristik  Kemiringan lereng
(2016) Kawasan Rawan  Ketinggian lahan
Banjir  Jenis tanah
 Curah hujan
 Penggunaan lahan
Setiawan et al. Penyebab Banjir  Curah hujan
(2021)  Topografi wilayah
 Pasang surut air sungai
 Pertumbuhan penduduk
 Pembangunan sarpras
 Pengurangan kapasitas air sungai
Sulistyo dan Penyebab Banjir  Topografi wilayah
Pranoto (2021)  Sedimentasi di saluran drainase
 Tumpukan sampah disaluran drainase
Jannah dan Itratip Penyebab Banjir  Penurunan kapasitas sungai
(2017)  Pemanfaatan bantaran sungai yang kurang
tepat
Prabawadhani et Penyebab Banjir  Curah Hujan
al. (2016)
Ginting dan Mitigasi Banjir  Penguatan struktur bendungan
Pratama Putra Berdasarkan  Perbaikan terhadap pintu kanal yang rusak
(2019) Struktural  Perencanaan tembok penahan banjir
disepanjang sempadan sungai
Mitigasi Banjir  Peraturan penggunaan lahan dalam
Berdasarkan Non mendirikan bangunan
Struktural  Pengawasan penebangan hutan
 Pemahaman kepada masyarakat tentang

21
Sumber Pustaka Indikator Variabel
dampak bahaya banjir
Musdah dan Non Struktural  Penetapan aturan pengendalian ruang
Husein (2014)
Anita (2013) Mitigasi Banjir  Pembentukan kembali permukaan tanah
Berdasarkan  Perlindungan dari erosi
Struktural  Penundaan proses limpasan
 Peningkatan infiltrasi
 Pembangunan tanggul dan tembok banjir
 Pembangunan bendungan dan waduk
 Pekerjaan drainase
Mitigasi Banjir  Zonasi/perencanaan penggunaan lahan
Berdasarkan Non  Pendidikan dan kesadaran
Struktural  Prakiraan/peringatan banjir
 Pemeriksaan banjir
 Evaluasi
 Relokasi
 Asuransi atau hibah
 Referendum untuk mendedikasikan dana
untuk mitigasi banjir
Shrestha dan Mitigasi Banjir  Pembangunan bendungan pasir sedimen
Bajracharya Berdasarkan  Melakukan pemeriksaan terhadap
(2013) Struktural bendungan alam
 Membuat sumup resapan
 Perbaikan saluran drainase
 Mengontrol kemiringan daerah aliran
sungai
Sumber: Penulis, 2021

22

Anda mungkin juga menyukai