net/publication/299634687
CITATION READS
1 6,503
4 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
The Modelling of Dam Break-Induced Propagation over a Movable Bed by Using Taylor Galerkin Finite Element Method View project
All content following this page was uploaded by Dhemi Harlan on 05 April 2016.
Alamat Redaksi :
Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia
Gedung Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Lt. 8
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jl. Patimura No. 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12100
Telepon & Fax. +6221-72792263
htttp://www.hathi-pusat.org | jtsda@hathi-pusat.org
Vol. 1 No. 2, Juni 2015 ISSN 0215-1251
Kinerja Sistem Pengendali Banjir Sungai Air Bengkulu dengan Pompa ...................................................... 75-84
Fitriyadi dan Hamdani
Transmisi Gelombang Melalui Struktur Pemecah Gelombang Tenggelam dengan Unit Lapis
Lindung D-Block Interlocking ....................................................................................................................................... 85-92
Hamdani dan Fitriyadi
Kinerja HSS Snyder, Nakayasu dan Gama I pada DAS Terukur di Sulawesi Tengah ............................. 105-114
I Gede Tunas, Nadjadji Anwar, Umboro Lasminto
Kajian Hubungan Hujan dan Limpasan Sebagai Pendukung Sistem Peringatan Dini Banjir :
Studi Kasus Sungai Ciliwung ......................................................................................................................................... 115-124
Nurul Fajar Januriyadi
ABSTRAK
Masalah banjir dialami berbagai kota pada umumnya, begitu juga Kota Bengkulu. Meluapnya Sungai Air Bengkulu menimbulkan genangan
di kawasan permungkiman, persawahan, dan jalan penghubung. Untuk mengatasinya telah dibangun 2 unit rumah pompa, namun tidak
dapat menyelesaikan masalah genangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja bangunan pompa pengendali banjir dan mengetahui
konsep penanganan yang tepat untuk bangunan pompa pengendalian banjir. Penelitian dilakukan di Sungai Air Bengkulu, karena pada
Sungai Air Bengkulu sudah beberapa kali dilakukan rehabilitasi untuk menanggulangi banjir tetapi hasilnya belum maksimal. Metode yang
digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan pengumpulan data dari sumber atau instansi terkait. Analisis data dilakukan dengan
mengetahui kapasitas debit eksisisting sistem saluran drainase menggunakan rumus rasional untuk analisis kebutuhan pompa dan kolam
retensi. Hasil penelitian menunjukkan total debit yang masuk ke sistem drainase Air Bengkulu sebesar 17,9 m3/detik. Hasil perhitungan
kapasitas debit eksisting saluran drainase diperoleh sebesar 4,31 m3/detik, lebih besar dari hitungan debit maksimum sebesar 3,8 m3/detik,
artinya kapasitas saluran masih cukup. Kapasitas pompa kondisi 1 (volume genangan sebesar 10% dari luas area dengan tinggi genangan),
dibutuhkan pompa sebanyak 8 buah @ 1,5 m3/detik, dengan waktu pengeringan dari 9,99 jam dapat dikurangi menjadi 0,0013 jam. Kondisi
2 (volume hujan sebesar (1/2×(n.tc×60)×Qmaks)), dibutuhkan pompa sebanyak 2 buah @ 1,5 m3/detik, dengan waktu pengeringan dari 4,92
jam dapat dikurangi menjadi 2,46 jam. Kondisi 3 (akibat rembesan tanggul), dibutuhkan pompa sebanyak 3 buah @ 1,5 m3/detik, dengan
waktu pengeringan dari 10,32 jam dapat dikurangi menjadi 3,44 jam. Untuk menangani banjir di sistem drainase Air Bengkulu diperlukan
volume kolam retensi sebesar 13.289,33 m3. Dari hasil hitungan diperoleh perencanaan dimensi kolam retensi adalah t (tinggi) = 4m; p
(panjang) = 75 m; dan l (lebar) = 45 m; dengan volume perencanaan kolam menjadi 13.500 m3.
Kata kunci: pengendali banjir, kinerja pompa air, Sungai Air Bengkulu
ABSTRACT
Flooding problems experienced by many cities, as well Kota Bengkulu. Air Bengkulu River overflow causing inundation in the area
permungkiman, rice fields and roads. To fix has built two units of the pump house, but can not solve the problem of flooding. The purpose of
this study to determine the performance of the pump building flood control and determine the appropriate response to the concept of building
flood control pump. The study was conducted in Bengkulu River, because the Bengkulu River several times before rehabilitation to cope with
flooding, but the results have not been up. The method used is descriptive quantitative research and data collection sources or agencies. Data
analysis was done by knowing the discharge capacity eksisisting drainage channel system using rational formula for requirements analysis
and retention pond pump. The results showed a total debit that goes into the drainage system Air Bengkulu at 17.9 m3/sec. The result of the
calculation of the discharge capacity of the existing drainage channel obtained at 4,31 m3/sec, greater than the count of maximum flow of 3.8
m3/sec, which means that the channel capacity is still sufficient. Pump capacity condition 1 (volume inundation of 10% of the area with water
level), the pump takes 8 units @ 1.5 m3/sec, with a drying time of 9.99 hours may be reduced to 0.0013 hours. Condition 2 (volume of rain (1/2
× (n.tc × 60) × Qmaks)), it takes the pump by 2 pieces @ 1.5 m3/sec, the drying time can be reduced from 4.92 hours to 2.46 hour. Condition
3 (due to seepage embankment), 3 pieces required pump @ 1.5 m3/sec, the drying time can be reduced from 10.32 hours to 3.44 hours. To
deal with flooding in drainage systems required Air Bengkulu retention pond volume amounted to 13289.33 m3. From the results of the count
obtained planning dimension retention pond is t (high) = 4m; p (length) = 75 m; and l (width) = 45 m; by volume into planning an 13,500 m3.
Keywords: flood control, water pump performance, Sungai Air Bengkulu
75
Kinerja Sistem Pengendali Banjir Sungai Air Bengkulu dengan Pompa (Fitriyadi dan Hamdani)
76
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 77 - 84
hujan maupun data debit yang tersedia di sekitar tertentu, serta kelayakannya baik teknis maupun
lokasi sangat terbatas. Bila yang didapat lebih lingkungan. (TKPSDA, 2003). Debit banjir rencana
kecil dari nilai kritik untuk tahun dan confidence yang diperhitungkan atas dasar data debit yang ada.
level yang sesuai, maka data tersebut dinyatakan Menurut Sri Harto (2000) pengalihragaman hujan-
panggah (Sri Harto, 1993). Uji kepanggahan dapat aliran adalah suatu proses transformasi air hujan
dilakukan dengan menggunakan persamaan: menjadi aliran. Air hujan mengalir dari hulu ke
k
hilir sampai titik kontrol sebagai aliran permukaan
yang akhirnya menjadi limpasan. Dalam proses
( )
Sk* = ∑ Yi − Y , dengan k = 1, 2, 3, …, n............... (1) transformasi untuk mengetahui perubahan air
i=1
hujan menjadi aliran dibutuhkan suatu aturan
(ketetapan) yang mencerminkan karakter DAS
S0* = 0 ....................................................................... (2)
dalam memproses pengalihragaman hujan-aliran.
Aturan (ketetapan) dapat diartikan sebagai sebuah
Sk* model.
S0** = , dengan k = 0, 1, 2, 3, …, n..................... (3)
Dy
Analisis Debit Banjir Rencana
(Y − Y ) .................................................... (4)
2
k Kejadian banjir untuk masa yang akan datang dapat
Dy2 = ∑
i
diperkirakan melalui analisis hidrologi dengan
i=1 n menerapkan metode statistik berdasarkan parameter
hidrologi. Analisis perhitungan debit banjir rencana
dengan: yang handal dapat dilakukan tergantung pada
Yi = data hujan ke i, ketersediaan data dan ketepatannya.
Ӯ = data hujan rerata –i,
Dy = deviasi standar Metode perhitungan debit banjir rencana dapat
n = jumlah data diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Metode analisis probabilitas frekuensi debit
Untuk uji kepanggahan digunakan cara statistik: banjir
Q = maks |Sk**|, 0 ≤ k ≤ n, atau.................................. (5) b. Metode analisis regional
c. Metode puncak banjir di atas ambang
R = maksimum Sk** - minimum Sk**, dengan 0 ≤ k ≤ n..(6)
d. Metode matematik, digunakan apabila selang
waktu pengamatan data curah hujan lebih
Nilai Kritik Q dan R ditunjukkan dalam Tabel 2. panjang daripada pengamatan data debit
Tabel 2. Tabel 2.Nilai Kritik Q dan R e. Untuk memperpanjang data aliran yang ada
digunakan model matematik, kemudian
Q/√n R/√n besar debit banjir rencana dihitung dengan
N
90% 95% 99% 90% 95% 99% menggunakan analisis frekuensi, antara lain:
metoda Gumbel, metode Nilai Ekstrim tipe I
10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38
dan metoda Log Pearson dan Normal.
20 1,1 1,22 1,42 1,34 1,43 1,6
f. Analisis regresi, adalah persamaan yang
30 1,12 1,24 1,46 1,4 1,5 1,7 dihasilkan Institute of Hydrology, dan Pusat
40 1,13 1,26 1,5 1,42 1,53 1,74 Penelitian dan Pengembangan Pengairan, yaitu
50 1,14 1,27 1,52 1,44 1,55 1,78 didapat dari data hujan dan karakteristik DAS
100 1,17 1,29 1,55 1,5 1,62 1,86
g. Metode empiris, apabila prakiraan besarnya
debit banjir berdasarkan parameter hujan dan
∞ 1,22 1,36 1,63 1,62 1,75 2 karateristik DAS, antara lain :
Sumber: Sri Harto, 1993
h. Metoda Rasional
h. Metode Der Weduwen, Melchior dan Harpers
2. Debit Banjir Rencana i. Metoda Hidrograf Satuan Sintetik (HSS)
Debit banjir rencana adalah debit banjir yang j. Metoda US - Soil Conservation Service
dipakai untuk dasar perencanaan pegendalian
banjir, dan dinyatakan menurut kala periode
tertentu. Besarnya kala periode ditentukan dengan
mempertimbangkan segi keamanan dengan resiko
77
Kinerja Sistem Pengendali Banjir Sungai Air Bengkulu dengan Pompa (Fitriyadi dan Hamdani)
78
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 79 - 84
79
Kinerja Sistem Pengendali Banjir Sungai Air Bengkulu dengan Pompa (Fitriyadi dan Hamdani)
80
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 81 - 84
Perhitungan waktu konsentrasi metode ARR: Tabel 10. Rekapitulasi Debit Banjir Rancangan Beberapa
Metode Perhitungan Pompa 2
tc = 0,76 x A0,38 No Kala Ulang Snyder Nakayasu ITB 1 ITB 2 Clark
tc = 0,76 x 5,3910,38 = 1,44 jam 1 1,1 34,17 58,60 37,04 53,08 36,34
2 2 44,30 75,57 47,92 68,45 47,00
Waktu konsentrasi dibulatkan menjadi 2 jam. 3 5 58,23 98,90 62,87 89,57 61,66
4 10 70,74 119,84 76,30 108,54 74,82
Hujan Efektif
Agihan Hujan Jam-jaman Kinerja Bangunan Pompa
Untuk mendapatkan debit banjir rancangan berdasarkan Kinerja bangunan pompa/pompa pengendali banjir
hujan rancangan diperlukan data hujan jam-jaman. dihitung berdasarkan analisa hidrologi debit banjir
rancangan dengan kala periode tertentu. Debit banjir
Disebabkan data hujan jam-jaman tidak tersedia untuk
rancangan tersebut digunakan sebagai dasar dalam
wilayah penelitian, maka hujan jam-jaman diturunkan
menentukan alternatif konsep penanganan banjir di
dari hujan harian berdasarkan perkiraan lama hujan
DAS Air Bengkulu.
atau waktu konsentrasi.
81
Kinerja Sistem Pengendali Banjir Sungai Air Bengkulu dengan Pompa (Fitriyadi dan Hamdani)
Pengecekan Kinerja Sistem Pompa Pengendali Banjir pada kala ulang 2, 5 dan 10 tahun disajikan pada
Perhitungan kinerja bangunan pompa pengendali banjir Tabel 12
pada sub DAS Air Bengkulu mengikuti debit banjir
rancangan HSS Snyder pada kala ulang 1,1 tahun. Tabel 12. Rekapitulasi Jumlah Pompa Dibutuhkan pada Area
Pompa 1
1. Kinerja Sistem Pompa 1 Kala Qmax Qpompa Jumlah kebutuhan pembulatan
Hasil hitungan kinerja sistem pompa 1 dengan ulang (m3/s) m3/s (buah) pompa (buah) (buah)
kapasitas pompa 1,5 m3/s berjumlah 2 buah 2 6,85 1,5 2 4,57 5
disajikan pada Tabel 11. 5 9,01 1,5 2 6,01 7
82
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 83 - 84
83
Kinerja Sistem Pengendali Banjir Sungai Air Bengkulu dengan Pompa (Fitriyadi dan Hamdani)
Ditjen RRL. 1996. Pedoman Identifikasi Karakteristik Sastrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda. 1999,
Daerah Aliran Sungai. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Pramita.
Bandung.
Direktorat Rehabilitasi dan Konservasi Tanah Direktorat
Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Jakarta. Sri Harto, Br. 1993, Analisis Hidrologi, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Enschede, The Netherlands. Shahin, M.M.A. 1976.
Statistical Analysis Hydrology Vol. 2 Edition. Delph, Suripin, 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang
Nederland. Berkelanjutan, Andi Offset, Yogyakarta.
Gouws,R and Lukhwareni,T (2012) International Journal Sosrodarsono, Suyono dan Takeda Kensaku. 2003.
of Physical Sciences Vol. 7(48), pp. 6169-6180, Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya
23 December, 2012Available online at http:// Paramita. Cetakan ke-9.
www.academicjournals.org/IJPS DOI: 10.5897/
Sosrodarsono, Suyono dan Masateru Tominaga. 1994.
IJPSX12.001 ISSN 1992 - 1950 ©2012 Academic
Perbaikan Dan Pengaturan Sungai. Jakarta: Pradnya
Journals. Factors influencing the performance and
Paramita.
efficiency of solar water pumping systems: A review
Samang,L., Arsyad,A., Typikal Drainase Retensi
Grigg. Neil, 1988, Infrastructure Engineering and
Pengendali Banjir Zona Jl. Sulawesi dan Sekitarnya
Management, John Wiley & Sons.
Kota Makassar. Universitas Hasanudin Makasar.
Kodoatie, R.J dan Sugiyanto, 2002. BANJIR Beberapa
Soemarto, C.D. 1995. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional,
penyebab dan metode pengendaliannya dalam
Surabaya.
perspektif lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Soewarno. 1995. Hidrologi Untuk Teknik. Penerbit Nova,
Krissetyatno,FW., Budi,GS. Pengendalian Banjir Kawasan
Bandung.
Simpang Lima Semarang. Jurnal Karya Teknik Sipil,
Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 87 – 92. Soewarno. 1995. Hidrologi Jilid 1. Penerbit Nova,
Bandung.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts, diakses 2
September 2014. Soewarno. 1995. Hidrologi Jilid 2. Penerbit Nova,
Bandung.
Larosa, TF., Kajian Sistem Drainase Kawasan Jati Pinggir
(Dki Jakarta) Sebagai Pengendali Banjir. Intitut Triatmodjo Bambang, 2008, Hidrologi Terapan, Beta offset,
Teknologi Bandung. Yogyakarta.
Linsley, Ray K. et.all. 1980. Applied Hydrology. New Triatmodjo Bambang, 1996. Hidraulika I, Beta Offset,
Delhi: Tata McGraw Hill Publication. Co. Yogyakarta.
Linsley RK., Kohler, MA., and Paulhus, JLH. 1982. Triatmodjo Bambang, 1996. Hidraulika II, Beta Offset,
Hydrology for Engineers. McGraw-Hills. New York. Yogyakarta.
Marfai, M. A. 2003. GIS modelling of river and tidal flood Urban Drainase Guidelines and Technical Standards Dept.
hazards in a waterfront city: case study, Semarang PU 1994
City, Central Java, Indonesia.
Viessman, W., Lewis, GL., and Knapp, JW. 1989.
Maryono, 2005, dan Seyhan, 1977, Faktor Penyebab Banjir, Introduction to Hydrology. Harper Collins Pub. New
York.
http://jurnal.unpad.ac.id/agrikulturea/article/
download/1011/1055, diakses 31 Agustus 2013.
Maidment, DR. (ed) 1989. Handbook of Hydrology.
McGraw-Hill, New York.
M.Sc. thesis, International Institute for Geo-Information
and Earth Observation, ITC,
Suprapto Mamok, 2000, Buku Pegangan Kuliah: Hidrologi
UNS, Surakarta.
Seyhan Ersin, 1977, The Watershed As An Hydrologic Unit,
Geografisch Instituut der rijksuniversiteit, Utrecht
Netherland.
84
Himpunan ISSN 0215-1251
Ahli Teknik Hidraulik Jurnal Teknik Sumber Daya Air
Indonesia Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 85 - 92
Abstrak
Breakwater adalah bangunan pertahanan gelombang dimana mampu mengurangi gelombang laut penyebab erosi/abrasi di wilayah pesisir.
Penelitian dilakukan bertujuan untuk menentukan Transmisi Gelombang unit lapis lindung menggunakan D-Block Interlocking (D-BI) dan
pemodelan fisik (percobaan) laboratorium dengan variasi kedalaman air (d), periode gelombang (t), lebar Mercu (B) dan tinggi gelombang
(H). Jenis Breakwater yang digunakan dalam penelitian ini adalah Breakwater tenggelam dengan unit lapis lindung D-Blok Interlocking
dimana gelombang yang dihasilkan adalah gelombang secara teratur (Reguler) disaluran kaca (Wave Flame) 2D. Untuk menentukan parameter
yang mempengaruhi gelombang transmisi, Breakwaterd alam penelitian ini dirancang agar menjadi prototipe mewakili Breakwater yang
sebenarnya. Pengamatan dan pengukuran dalam penelitian ini adalah efek dari tinggi gelombang (H), periode gelombang (t) sebelum dan setelah
melewati struktur Breakwater dalam saluran gelombang. Hasil penelitian menunjukkan transmisi gelombang melalui struktur Breakwater
sangat dipengaruhi oleh tingkat air di atas Mercu (h), tinggi struktural (d-h) dan kedalaman air (d) serta rasio kecuraman gelombang
dengan parameter regresi amnesti diperoleh rumus untuk koefisien transmisi . Hasil
penelitian menunjukkan tinggi struktur di atas Mercu air (h) nilai koefisien transmisi semakin besar dan semakin rendah nilai (h) dan lebar
Mercu (B) semakin besar sehingga koefisien transmisi semakin kecil. Parameter tinggi air di atas Mercu (h) dan lebar Mercu (B) sangat
mempengaruhi koefisien transmisi (Kt) dan kinerja Breakwater untuk mengurangi tinggi gelombang.
Kata Kunci : Breakwater, Koefisien Transmisi (Kt), D-BlokInterlocking
Abstract
Break water is Wave retaining buildings which can reduce of Ocean waves cause of erosion/abrasion on coastal areas. The study was conducted
aiming to determin Wave Transmition of protected layers unit using the D-Block Interlocking (D-BI) and physical modeling (experimental)
laboratory with a water depth variation (d), wave period (t), mercu width (B) and the wave height (H). Break water type used in this research is
the Breakwater sinks (drown) with the protected layers unit D-Block Interlocking was waves generated is a regular wave in the glass channel
(waveflame) 2D. To determine the parameters that influence the transmission wave Breakwater in this study are designed so that prototypes
Represent actual Breakwater. Observations and measurements in the study was the effect of wave height (H), wave period (t) before and
after pass the Breakwater structures in the wave channel. The results showed wave transmission through the Breakwater structure is strongly
influenced by the water level above the mercu (h), structural height (d-h) and water depth (d) as well as the ratio ofwave steepness with
amnesty regression parameter obtained the formula for transmission coefficient .
The results showed high structure above water mercu (h) the value of the transmission coefficient getting bigger and the lower the value (h)
and width mercu (B) getting bigger so the transmission coefficient gets smaller. The parameters of water high above the Mercu (h) and width
mercu (B) greatly affects the transmission coefficient (Kt) and Breakwater performance to reducing wave height.
Keywords : Breakwater, Transmission Coefficient(Kt), D-Block Interlocking
85
Transmisi Gelombang melalui Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)
kategori yaitu pemecah gelombang konvensional, Adapun kelemahan dari D-Block Interlocking dari
pemecah gelombang ambang rendah dan pemecah armor yang ada pada saat ini adalah :
gelombang tenggelam (submerged Breakwater) seperti
a. Dari pemasangannya mempunyai tingkat kesulitan
pada Gambar 1.1 dibawah ini :
karena D-Block Interlocking diletakkan secara
tersusun (tidak acak).
b. Keterbatasan dalam penggunaannya pada daerah
pantai yang mempunyai Batimetri yang relatif datar
dan mempunyai tingkat erosi/abrasi yang tinggi.
c. Pada pantai yang curam, pantai berlumpur dan
berkarang, D-Block Interlocking tidak dapat
digunakan karena kesulitan pada pemasangannya.
DASAR TEORI
Karakteristik Gelombang
Gelombang laut merupakan gelombang yang ditinjau
dan dapat dibedakan menjadi beberapa macam
tergantung pada gaya pembangkitnya dimana kekuatan
gelombang laut sering kali merupakan hal yang sulit
Gambar 1. Pemecah gelombang konvensional(A) Pemecah dihadapi oleh kebanyakan Coastal Engineer.
gelombang ambang rendah (B), Pemecah gelombang
tenggelam (C) Erosi/abrasi pantai merupakan masalah serius dewasa
ini dikarenakan efeknya dapat membahayakan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kehidupan manuasia, sumber daya alam atau properti
Tranmisi gelombang yang terjadi pada struktur yang berharga, hal tersebut sejalan dengan aktifitas
Breakwater yang menggunakan unit lapis lindung komersial pada daerah pantai yang meningkat.
D-Block Interlocking.
Teori gelombang yang umum dipakai untuk
D-Block Interlocking unit lapis lindung dari beton menerangkan gerakan gelombang di laut antara lain :
yang saling mengunci diharapkan dapat meningkatkan a. Teori gelombang Airy
stabilitas antara sesama unit armor pada struktur b. Teori Stokes
Breakwater, adapun penelitian-penelitian sebelumnya
c. Cnoidal
belum pernah ada dengan menggunakan D-Block
Interlocking sebagai unit lapis lindung pada d. Solitary
Breakwater. Perbedaan D-Block Interlocking dengan Parameter-parameter penting yang menjelaskan
armor yang ada selama ini adalah : gelombang air adalah :
a. Pada perletakan dilakukan secara tersusun a. Periode gelombang (T) adalah waktu yang
sedangkan saat ini pada umumnya perletakkan unit dibutuhkan oleh dua puncak gelombang yang
lapis lindung dilakukan secara acak. berurutan melewati titik tertentu.
b. Kestabilan pada unit armor tidak tergantung pada b. Panjang gelombang (L) adalah jarak horisontal
berat unit. antara dua puncak gelombang.
c. Tingkat kestabilan lebih tinggi karena mempunyai c. Kecepatan rambat gelombang (C) merupakan
sifat Homogenitasyang lebih baik. perbandingan antara panjang gelombang dengan
d. Berat unit lebih ringan dalam penggunaannya. periode gelombang (C).
e. Lebih ramah lingkungan karena bentuknya tersusun d. Amplitudo (a) adalah jarak antara puncak atau titik
dan berongga. tertinggi gelombang atau titik terrendah gelombang
dengan muka air tenang (H/2).
f. Biaya pembangunan lebih efisien jika ditinjau dari
segi ekonomis.
86
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 87 - 92
yang dilakukanBreakwater
terkait
σ = 2 𝜋𝜋𝜋𝜋/T (frekuensi
2 𝜋𝜋𝜋𝜋/L gelombang)
dilakukan
Penelitian
oleh
dengan transmisi beberapa
yang pernahgelombang peneliti terdahulu
pada Breakwater
dilakukan terkait dengan
σ = 2 𝜋𝜋𝜋𝜋/T (frekuensi gelombang) antara lain
transmisi : gelombang pada dilakukan oleh
Untuk dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu
Breakwater
4. perairan
Kecepatan dangkal
Partikeld/L < 1/120
Vertikal : Sila dharma
beberapa (1994)
peneliti meneliti
terdahulu antarabesar
lain koefisien
:
1. Untuk
Kecepatan gelombang :
L antara lain :
perairan dangkal d/L <=1/120 𝐶𝐶𝐶𝐶 = �gd transmisi gelombang pada terumbu buatan
SilaSila dharma (1994) meneliti besar koefisien
T
L (articial dharma
reef) yang(1994) meneliti
diformulasikan besar :koefisien transmisi
2. Panjang gelombang
1. Kecepatan : 𝐿𝐿𝐿𝐿 = 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶: 𝐶𝐶𝐶𝐶==𝐶𝐶𝐶𝐶�gd
gelombang = �gd transmisi gelombang pada terumbu buatan
T gelombang pada terumbu buatan h−d (articial Breef) yang
3. Kecepatan
Untuk Partikel
2. Panjang
perairan Horisontal
gelombang
menengah : 𝐿𝐿𝐿𝐿 =:𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶
1/120 <d/L< ½ = 𝐶𝐶𝐶𝐶�gd Kt = exp [-0,509-0,206.Ln
(articial reef) yang
diformulasikan : (
diformulasikan : )-1,32( )
Hi gT2
H g h−d B
= 3.� Kecepatan
cos[kx −Partikel Horisontal : Kt = exp [-0,509-0,206.Ln
1. Kecepatan
2 d gelombang
H g
σt]: K = exp [-0,509-0,206.Ln
Selanjutnya
t
h-d (
( )
Hi - 1,32berdasarkan
Armono (2004)
Hi ( )
)-1,32(
B
gT2 ............. (4)
gT2
)
4. Kecepatan = �Partikel
cos[kx − Vertikal
σt] : 𝑤𝑤𝑤𝑤 = hasil penelitian mengenai transmisi gelombang
2. Panjang
𝜋𝜋𝜋𝜋H 22 d
gelombang : Selanjutnya
Selanjutnya ArmonoArmono (2004) berdasarkan
(2004) berdasarkan hasil penelitian
(1
4. +Kecepatan
)sin[kx − σt]
Partikel Vertikal : 𝑤𝑤𝑤𝑤 = dengan menggunakan batu pelindung
T d hasil penelitian
mengenai mengenai
transmisi transmisi
gelombang gelombang
dengan menggunakan
𝜋𝜋𝜋𝜋H
3. Kecepatan 2
Partikel Horisontal :
berlubang (submerged Breakwater made of
(1 + )sin[kx − σt] dengan
batu menggunakan
pelindung batu pelindung
berlubang (submerged Breakwater
T d hollow hemispherical sape artificial reef)
Untuk perairan menengah 1/120 <d/L< ½ made of hollow
berlubang hemispherical
(submerged sape made
Breakwater artificial
of reef)
HSAR.
HSAR. Maka
Maka didapatkanpersamaan
didapatkan persamaan
untuk untuk
menghitung
• Kecepatan gelombang
L
: 𝐶𝐶𝐶𝐶 =1/120
= �gd.tanh hollow hemispherical
menghitung besar sape Transmisi
koefisien artificial reef)
(Kt)
Untuk perairan menengah T <d/L< ½ besar
HSAR. koefisien
Maka Transmisi (Kt)persamaan
didapatkan sebagai berikut
untuk:
4. Kecepatan Partikel Vertikal :
kd • Kecepatan gelombang : 𝐶𝐶𝐶𝐶 = L = �gd.tanh sebagai berikut :
gT2
menghitung besar koefisien
Hi Transmisi
h h (Kt)
• Panjangkdgelombang : 𝐿𝐿𝐿𝐿 =
T
tanh.kd Kt = 1,616-31,322.
sebagai berikut : -1,099 + 0,265 ........... (5)
2𝜋𝜋𝜋𝜋 gT2 d B
Hi h h
• Kecepatan Partikel
• Panjang Horisontal
gelombang : 𝐿𝐿𝐿𝐿 =: tanh.kd
gT2
Kt = 1,616-31,322. -1,099 + 0,265
H gT cos h [k(z + d)] 2𝜋𝜋𝜋𝜋 Seeling (1980) melakukan gT2 d B
penelitian
µ = • . Kecepatan
. cos[kx :− σt]
Partikel Horisontal pengaruh dari pemecah gelombang
2 L H gT Cosh
cosKd
h [k(z + d)] Seeling terhadap
(1980) melakukan penelitian
µ= . . cos[kx − σt] (Breakwater) transmisi gelombang
2 L Cosh Kd padapengaruh dari
Rabble Momd pemecah
Breakwater.gelombang
Adapun
(Breakwater) terhadap
persamaan untuk koefisien transmisi gelombang
transmisi yang
• Kecepatan Partikel Vertikal :
H gT sin h [k(z + d)] pada Rabble Momd
direkomendasikan adalah : Breakwater. Adapun
w =• Kecepatan
. . Partikel Vertikal : − σt]
sin[kx persamaan untukF koefisien transmisi yang 87
2 L Cosh Kd Kt 0 = C (1 - ) tidak tenggelam
H gT sin h [k(z + d)] direkomendasikan
Ru adalah :
w= . . sin[kx − σt] Kt 0Kt
=0C= (1 -
F F F
Untuk perairan2 dalam
L d/L
Cosh<½ Kd - ) –) C’(1
C (1Ru tidak -tenggelam
Ru
) tenggelam
hollow hemispherical sape artificial reef)
genaiHSAR.
transmisi gelombang
Maka didapatkan persamaan untuk
nakanmenghitung
batu pelindung
besar koefisien Transmisi (Kt)
ged sebagai
Breakwaterberikutmade of
: melalui
Transmisi Gelombang Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)
cal sape artificial reef) Hi h h
Kt = 1,616-31,322. -1,099 + 0,265
apatkan persamaan untukgT2 d B
koefisien Transmisi (Kt)
Seeling (1980) melakukan penelitian
Seeling
Hipengaruh
(1980) melakukan penelitian pengaruh
22. -1,099dari
h darih gelombang
+pemecah
0,265 pemecah (Breakwater)
gelombang terhadap
gT2(Breakwater)
d terhadap pada
B transmisi gelombang
transmisi gelombang Rabble Momd Breakwater.
pada Rabble
Adapun Momd
persamaan Breakwater.
untuk koefisienAdapun
transmisi yang
) melakukan
persamaan penelitian
untuk koefisien transmisi yang
direkomendasikan
pemecah gelombang adalah :
direkomendasikan adalah :
dap transmisi gelombang F
Kt 0 = C (1 - ) tidak tenggelam
md Breakwater. Adapun
Ru
F F
koefisienKt 0transmisi
= C (1 - yang ) – C’(1 - ) tenggelam
Ru Ru
dalahdengan
: :
tidak tenggelam
dengan :
F
– C’(1 - )<tenggelam
0, C’ = 0,24 3
Ru
dengan keterangan:
F : Freeboard
R : Run up
3
Kt0 : Koefisien Transmisi
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium Balai Pantai
jalan Gilimanuk – Singaraja km. 122 Gekayak Bali
dengan menggunkan saluran gelombang (2D) dengan
panjang 40 m, lebar 60 cm, tinggi 110 cm, dengan
pembangkit tinggi gelombang (wave maker) untuk
memvariasikan periode dan tinggi gelombang, satu
set alat ukur gelombang yang dilengkapi dengan 4
waveprobe untuk mengukur tinggi gelombang di depan Gambar 3. Kalibrasi alat pengukur gelombang (wave probe)
dan dibelakang struktur, hasil pengukuran direkam di
wave probe dengan bantuan software HR Dag Sure Model dibuat dari beton, dengan data fisik sebagai
sebagaimana dalam gambar 2. berikut :
Berat jenis beton = 2000 t/m3 ,
V = B2 × E
88
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 89 - 92
89
•nilaiParameter
gT2
maka
yang nilai
sangatkoefisien
berpengaruh transmisi
pada Yogya
transmisi
semakin gelombang
menurun. untukpembahasan
Berdasarkan pemecah Nur Yu
gelombang
tersebut Transmisi tenggelam
gelombang terjadi (submerged
sangat Perenc
Transmisi Gelombang melalui Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)
Breakwater)
dipengaruhi oleh dengan
parametermenggunakan
tinggi Breakwater unit Nouris
lapiskedalaman
(d-h), lindung D-Block
air (d)Interlocking adalah
serta kecuraman Hidrol
pengaruh (Tinggi
gelombang
Hi struktut gelombang
), panjang (d-h) berbanding
(gT2)
kedalaman
(gT 2 gT2air mercu
) dan lebar (d), (B)panjang matematis dapat Paotonan
secaragelombang
danditulis
lebar
2
(gT ) sebagaimercu
berbanding (B)secara
berikutdengan
:
matematis
lebar mercudapat (B) triatma
ditulis sebagai berikut : Hi Two D
dan parameter
Ht kecuraman
gT2 d−h Hi gelombang gT2
Kt = = f = ( , , ) Sedim
makaHi dari hasil B dpenelitian
gT2 didapatkan Coasta
Dengan melakukan
formula koefisien regresi
transmisimulti parameter,
(Kt) dengan
Dengan melakukan regresi multi berikut
parameter, maka Intern
maka diperoleh
regresi multi persamaan
parameter sebagai
adalah : :
diperoleh persamaan sebagai berikut : Risk M
gT2 d−h Sila Dha
Kt = 1,636 + 0,012 ( ) – 1,376 ( ) -
B d Kerja
Hi
1,970 ( ) Reef) s
gT2
Thesis
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini Yogya
Perbandingan dengan Hasil Penelitian Terdahulu
nantinya dapat digunakan sebagai Van der
pertimbangan dalam menjelaskan tentang Stabili
Gambar 10. Hubungan Hi/gT2 dengan koefisien Transmisi Kt pemakaian
1. Armono HD D-Block
(2004) Interlocking sebagai Creste
pada B 80 D-BI unit lapis lindung pada Breakwater Water
Engine
6. Daftar Pustaka
Van der
Armono, HD. And Hall, K.R., 2003, Wave Tetrap
Transmision on submerged Breakwater Ithoma
Made of Hollow Hemispherical Shape 122
Artificial reef, 1st Coastal Estuary and
Offshore Engineering Specialty Conference Goda, Y
of the Canadian Society for Civil Data
Engineering (4 – 7 Juni 2003), Moncton – Breakw
Canada.
Gambar 12. Hubungan antara dengan pada h/d
Bambang Triatmodjo, 1999,2004)
(Armono, Teknik Pantai,
Beta Offset, Yogyakarta.
D’ angremond, K., Van der Meer, J.W., and de
Jong, R.J., 1995, Wave Meaurement and
Analysis, San Fransisco, USA.
Gambar 11. Hubungan Hi/gT2 dengan koefisien Transmisi Kt
pada B 115 D-BI
90
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 91 - 92
91
2004, Coastal Processes with Coastal
5. Kesimpulan Engineering Applications, Cambridge
University Press, Cambridge, United
Dari hasil penelitian untuk koefisien
Transmisi Gelombang melalui Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)Kingdom.
Transmisi gelombang (Kt) dengan
menggunakan unit lapis lindung D-Block Nur Yuwono, 1992, Dasar-dasar
Interlocking untik struktur Breakwater Perencanaan Bangunan Pantai, Lab
KESIMPULAN
tenggelam dapat disimpulkan : Dean,Hidraulik
Robert G. Anddan Hidrologi,
Dalrymple, RobertPau IT UGM,
A., 2004, Coastal
Processes with
Yogyakarta. Coastal Engineering Applications,
• Parameter
Dari yang sangat
hasil penelitian untuk berpengaruh pada
koefisien Transmisi
Cambridge University Press, Cambridge, United
transmisi(Kt) gelombang
gelombang untuk pemecah
dengan menggunakan unit lapis
NurKingdom.Yuwono, 1992, Pedoman Teknik
lindung D-Block Interlocking
gelombang tenggelam untik struktur Breakwater
(submerged
tenggelam dapat disimpulkan Nur Perencanaan
Yuwono, pantaiPerencanaan
1992, Dasar-dasar Buatan Bangunan
(Sand
Breakwater) dengan :menggunakan unit Nourishment),
Pantai, Lab Hidraulik Lab
dan Hidraulik
Hidrologi, Pau IT dan
UGM,
lapis lindung
1. Parameter D-Block
yang sangat berpengaruh pada adalah
Interlocking transmisi Yogyakarta. Pau IT UGM, Yogyakarta.
Hidrologi,
pengaruh Tinggi
gelombang struktutgelombang
untuk pemecah (d-h) berbanding
tenggelam Nur Yuwono, 1992, Pedoman Teknik Perencanaan pantai
kedalamanBreakwater)
(submerged air (d), dengan
panjang gelombang
menggunakan unit Paotonan,
Buatan (Sandc.,Nourishment),
Nur Yuwono,
Lab HidraulikRadianta
dan
lapis2
(gT )lindung
berbanding
D-Blockdengan lebaradalah
Interlocking mercu (B)
pengaruh triatmadja,
Hidrologi, Paudan Bambang
IT UGM, Triatmodjo, 2011,
Yogyakarta.
Tinggi struktut (d-h)
dan parameter berbandinggelombang
kecuraman kedalaman airHi(d), Two Dimensional Physical Moddeling of
Paotonan, c., Nur Yuwono, Radianta triatmadja, dan
panjang gelombang (gT2) berbanding dengangT2 lebar Sediment Loss Through
Bambang Triatmodjo, a Submerged
2011, Two Dimensional
maka (B)
mercu daridanhasil
parameterpenelitian
kecuraman didapatkan
gelombang Coastal Structure,
Physical Moddeling of SedimentProceedings
Loss Through :
formula
maka darikoefisien transmisi
hasil penelitian (Kt) dengan
didapatkan formula International Seminar on Water Related
a Submerged Coastal Structure, Proceedings :
koefisien
regresi multitransmisi
parameter(Kt) adalah
dengan: regresi multi International
Risk Seminar on
Management, Water Related
HATHI, Risk
Jakarta.
parameter adalah : Management, HATHI, Jakarta.
gT2 d−h Sila
Sila Dharma,
Dharma, I GustiIBagus,
Gusti1994,
Bagus, 1994,Terumbu
Unjuk Kerja Unjuk
Kt = 1,636 + 0,012 ( ) – 1,376 ( ) -
B d Kerja
Karang Terumbu Karang
Buatan (Artificial Reef)Buatan (Artificial
sebagai Peredam
Hi
1,970 ( ) Reef)
Energi sebagai
Gelombang,Peredam Energi
Thesis S-2, Gelombang,
Universitas Gadjah
gT2 Mada, Yogyakarta.
Thesis S-2, Universitas Gadjah Mada,
2. Hasil
Hasil yang
yangdiperoleh dari dari
diperoleh penelitian ini nantinya
penelitian ini Yogyakarta.
Van der Meer, J.W & I.F.R Daement. 1994, Stability and
dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam wave transmission at low Crested Rubble-Mpund
nantinya dapat digunakan sebagai VanStructures.
der Meer, J.W & Port,
J. Waterway, I.F.RCoastal,
Daement. 1994,
and Ocean
menjelaskan
pertimbangan tentang pemakaian tentang
dalam menjelaskan D-Block
Stability
Engineering,and wave
120(1): 1-19 transmission at low
Interlocking sebagai unit lapis lindung pada
pemakaian D-Block Interlocking sebagai Crested Rubble-Mpund Structures.
Van der Meer,J.W. 1988, Stability of Cubes, J.
Tetrapods and
Breakwater
unit lapis lindung pada Breakwater Waterway, Port, ’88.
Accropode. Breakwater Coastal, and Ocean
Ithomas Limited, London.
Engineering,
59-68 p24:99-122120(1): 1-19
6. DaftarPUSTAKA
DAFTAR Pustaka Goda,
VanY.,der
1969. Re-Analysis1988,
Meer,J.W. of Laboratory Data
Stability ofonCubes,
Wave
Armono,
Armono, HD.HD. AndK.R.,
And Hall, Hall, K.R.,
2003, Wave 2003, Wave
Transmision Transmission Over Breakwater, Rep. Port harbor, res.
Tetrapods
Inst. and Accropode. Breakwater ’88.
on submerged Breakwater Made of
Transmision on submerged stBreakwaterHollow
Hemispherical Shape Artificial reef, 1 Coastal Ithomas Limited, London. 59-68 p24:99-
Made
Estuary of Hollow Engineering
and Offshore Hemispherical
Specialty Shape 122
st
Conference of the Canadian SocietyEstuary
Artificial reef, 1 Coastal for Civil and
Offshore Engineering
Engineering Specialty
(4 – 7 Juni 2003), Moncton Conference
– Canada. Goda, Y., 1969. Re-Analysis of Laboratory
of Triatmodjo,
the Canadian Society for Offset,
Civil Data on Wave Transmission Over
Bambang 1999, Teknik Pantai, Beta
Engineering
Yogyakarta. (4 – 7 Juni 2003), Moncton – Breakwater, Rep. Port harbor, res. Inst.
Canada. K., Van der Meer, J.W., and de Jong, R.J.,
D’ angremond,
1995, Wave
Bambang Meaurement1999,
Triatmodjo, and Analysis,
TeknikSanPantai,
Fransisco,
USA.
Beta Offset, Yogyakarta.
Dean, Robert G. And Dalrymple, Robert A., 1984, Water
D’ angremond,
Wave Mechanics K.,for
Van der Meer,
Engineers J.W., and de
and Schaintists
Jong, R.J.,Series
(Advances 1995, WaveEngineering
on Ocean Meaurement
– Volumeand2),
Prentice Hall,Inc.
Analysis, San Fransisco, USA.
92
Himpunan ISSN 0215-1251
Ahli Teknik Hidraulik Jurnal Teknik Sumber Daya Air
Indonesia Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 93 - 104
ABSTRAK
Eksploitasi air tanah yang berlebihan menyebabkan terjadinya penurunan muka airtanah dan kekeringan . Salah satu upaya untuk mencegah
eksploitasi adalah dengan mengetahui potensi airtanah melalui pergerakan atau pola aliran airtanah. Tujuan dari penelitian ini, yaitu
mengetahui kondisi eksisting hidrologi dan hidrogeologi regional, pemodelan aliran airtanah Probolinggo serta pengaruh peningkatan
debit pemompaan pada lokasi studi yaitu Probolinggo. Pemodelan aliran airtanah dalam penelitian ini menggunakan program komputer
Visual Modflow.Berdasarkan hasil pemodelan aliran airtanah tersebut dilakukan 6 skenario pemodelan peningkatan debit pemompaan
sumur.Berdasarkan hasil analisis hidrologi dan hidrogeologi regional, diperoleh besar imbuhan airtanah yang berasal dari presipitasi yaitu
689 mm/tahun serta sebesar 186m3/hari air yang masuk ke Cekungan Air Tanah (CAT) yang diperoleh dari CAT lain yang dihitung
menggunakan hukum Darcy. Nilai konduktivitas hidraulik yaitu 5,32 m/hari hingga 2.519 m/hari dengan nilai transmisivitas sebesar
446 m2/hari hingga 50.631 m2/hari.Berdasarkan pemodelan aliran airtanah natural system di Probolinggo, dapat disimpulkan bahwa pola
aliran airtanah bergerak dari arah selatan menuju ke arah utara. Hal ini menunjukkan bahwa airtanah mengalir dari tempat bertekanan
hidraulik tinggi menuju ke tempat bertekanan hidraulik rendah. Prediksi debit pemompaan maksimal yang dapat dilakukan pada sumur
produksi di Probolinggo yaitu dengan meningkatkan debit pemompaan sebesar < 200% dari debit pemompaan awal (natural system). Hal
ini dikarenakan dengan peningkatan 200% ternyata terjadi penurunan muka airtanah yang signifikan dengan kondisi 3 sumur pada lokasi
penelitan mengalami kekeringan.
Kata Kunci : Airtanah, hidrogeologi, Visual Modflow, pemodelan aliran airtanah, skenario peningkatan debit.
ABSTRACT
Over-exploitation of groundwater causes declining of its surface and also dryness. One of solution that can be taken to prevent exploitation
is to determine the potential of groundwater through its movement or groundwater flow patterns. The purpose of this research is to know the
condition of existing regional hydrology and hydrogeology, groundwater modeling in Probolinggo, and also effect of increased discharge
pumping at study site which is Probolinggo. A modeling of groundwater flow conducted in this study use a computer program named Visual
Modflow. Based on the result of groundwater flow modeling performed six scenarios modeling increased discharge of pumping wells. Based
on hydrology analysis and regional hydrogeology, groundwater recharge gained from precipitation is 689 mm/year and amounted to 186 m3/
day of water entering CAT are derived from other CAT calculated using Darcy’s Law. Hydraulic conductivity value is 5,32m/day up to 2.518
m/day with transmissivity values of 446 m2/day to 50.631 m2/day. Based on natural groundwater flow modeling system in Probolinggo, it
can be concluded that the pattern of groundwater flow moving from south to north. This shows that the groundwater flow from high hydraulic
pressure through a low hydraulic pressure. Prediction maximum pumping discharge that can be applied on production wells in Probolinggo
is to increase the pumping discharge of < 200% from the initial pumping discharge (natural system). An increasing of 200% can make a
significant decline of groundwater level, and there are three wells at the site study in a dryness condition.
Keywords : Groundwater hydrogeology, Visual Modflow, groundwater flow modeling, scenarios modeling increased discharge of pumping
wells.
93
membawa konsekwensi terhadap kebutuhan air, meluluskan air di dalam rongga-rongga batuan tanpa
baik air permukaan
membawa maupun
konsekwensi airtanah.
terhadap kebutuhan mengubah
air,dan Fitriyadi)
meluluskanair airsifat-sifat airnya, dengan dimensi
Transmisi Gelombang
membawa melalui
konsekwensi Struktur Pemecah
terhadap Gelombang
kebutuhan ... (Hamdani
air, meluluskan dididalam
dalamrongga-rongga
rongga-rongga batuantanpa
batuan tanpa
Sejalan
baikair
baik dengan
airpermukaan
permukaanmaupun semakin pentingnya
maupunairtanah.
airtanah. peran (panjang/waktu),
mengubah sifat-sifat
mengubah misal
sifat-sifat airnya, (m/hari)
airnya, dengan dengan dimensi dimensi
airtanah Sejalan dalamdengan
Sejalan memenuhi
dengan semakin kebutuhan
pentingnya
semakin pentingnya peran serta
peran (panjang/waktu),
(panjang/waktu), misal (m/hari) misal (m/hari)
menurunnya
airtanah potensi
airtanah dalam memenuhi
dalam airtanah,
memenuhi maka diperlukan
kebutuhan
kebutuhan serta
serta Metode Cooper-Jacob
wilayah
upaya Probolinggo.
nyata dalam
menurunnya
menurunnya potensi
potensi Salah
pengendalian satu
airtanah, maka
airtanah, upaya
sumber
maka tersebut
diperlukan
diperlukan daya Metode
MetodeCooper-Jacob
Metode
Metode ini umumnya dikenal dengan nama Metode
Cooper-Jacob
Cooper-Jacob
adalah
airtanah
upaya dengan
upaya di wilayah
nyata mengetahui
nyata dalam dalam
Probolinggo.potensi
pengendalian
pengendalian airtanah
sumber
Salahsumber melalui
satu upaya daya
daya Metode ini
Metode
Jacob.
Metode ini umumnya
ini
Metode umumnya
umumnya Jacob dikenal
dikenal
dikenal dengan nama
dengan
merupakan
dengan nama
nama Metode dari
Metode
penurunan
Metode
uji peningkatan
airtanah
airtanah didi debit
wilayah
wilayah
tersebut adalah dengan mengetahui potensi pemompaan.
Probolinggo.
Probolinggo. Salah Berdasarkan
Salah satu
satu upaya
upaya Jacob.
Jacob.
Jacob. Metode
Metode
Metode Jacob Jacob
rumus Theis, tetapi cara ini lebih konsistenrumus
Jacobmerupakan merupakan
merupakan penurunan penurunan
penurunan dari darilebih
dari
dan
skenariotersebut
tersebut
airtanah peningkatan
adalah
adalah
melalui dengan
dengan
uji debit pemompaan
mengetahui
mengetahui
peningkatan potensi
debitini
potensi rumus
Theis,
rumus Theis,
tetapi
Theis, tetapi
cara
tetapi ini cara
lebih
cara
murah, karena hanya dibutuhkan satu sumur ini
ini lebih
konsisten
lebih konsisten
dan
konsisten lebih dan
dan lebih
murah,
lebih
nantinyaairtanah
airtanah diharapkan melaluidapat
melalui uji menjadi
uji peningkatan
peningkatanacuan debit
dalam
debit murah, hanya
karena
murah, karena
karena hanya dibutuhkan
dibutuhkan
hanya dibutuhkan
satu sumur satu sumur
pengamatan.
satu sumur
pemompaan. Berdasarkan skenario peningkatan pengamatan. Metode Jacob juga digunakan untuk
pemompaan.
pengambilan
pemompaan. Berdasarkan
debit
Berdasarkan skenario
untuk skenario
kebutuhan peningkatan
irigasi,
peningkatan pengamatan.
pengamatan.
Metode Jacob Metode Metode
juga Jacob
Jacob untuk
digunakan juga digunakan
juga digunakan
aliran untuk
untuk
tidak tunak.
debit pemompaan
debit pemompaan
pemompaan
ini nantinya
ini nantinya
diharapkan
nantinya diharapkan
diharapkan
dapat
dapat
aliran
aliran tidak
tidak
tidak tunak.
tunak.
tunak.
Transmisivitas
Transmisivitas
akuifer
akuifer
diperoleh
diperoleh
debit
sehingga dapat ini
meminimalisir penurunan dapat aliran
Transmisivitas akuifer Transmisivitas
diperoleh denganakuifer diperoleh
menggunakan
menjadi menjadiacuan acuan dalam dalam pengambilan
pengambilan debit
debit untuk
untuk dengan
dengan menggunakan
menggunakan rumus
rumus sebagai
sebagai berikut:
berikut:
menjadi
kedudukanirigasi, acuan dalam
muka sehingga pengambilan
airtanah dapat debit
akibatmeminimalisir
pemompaan untuk dengan menggunakan
rumus sebagai berikut: rumus sebagai berikut:
kebutuhankebutuhan irigasi,
kebutuhan irigasi, sehingga
sehingga dapat dapat meminimalisir
meminimalisir
yang
penurunan berlebihankedudukan serta dapat mencegah kekeringan
penurunan
penurunan kedudukanmuka
kedudukan mukaairtanah
muka airtanah akibat
airtanah akibat
akibat 22.30
..30
30QQQ' ''
terhadap sumur itu sendiri. 2 (2) (2)
pemompaanpemompaanyang
pemompaan yangberlebihan
yang berlebihan serta
berlebihan serta dapat
serta dapat
dapat T
TT= = 111 .............................................................(2) (2)
22ππ∆∆∆ SSS
mencegah mencegah
mencegah kekeringan
kekeringan
kekeringan terhadap
terhadap
terhadap sumur
sumur
sumur ituitusendiri.
itu sendiri.
sendiri.
Dengan:
Dengan:
Dengan:
dengan keterangan: 3 3/hari)
KAJIAN PUSTAKA QQQ == Debit
=:Debit pemompaan
Debitpemompaan
pemompaan
pemompaan (m(m
3 (m /hari)3
/hari)
2.2. KAJIAN
2. KAJIAN KAJIAN PUSTAKA PUSTAKA
PUSTAKA Q Debit (m /hari)
∆ ∆SS= = Nilai
Nilai
∆S =: Nilai penurunan
penurunan
Nilaipenurunan
penurunan muka
muka muka air
air perper
per siklus
siklus log(m)
log (m)
Cekungan Cekungan
Cekungan AirTanah AirTanah
Air
Tanah Tanah muka air perair
2 2/hari) siklus log siklus
(m) log (m)
Cekungan Air T T = Transmisivitas (m
Menurut Menurut Keputusan
Menurut Keputusan Menteri
Keputusan Menteri Energi
Menteri Energi dan
Energi dan dan Sumber
Sumber
Sumber T ==:Transmisivitas
T Transmisivitas
Transmisivitas (m
(m 2 /hari) 2
(m /hari)
/hari)
Menurut Daya
Daya Keputusan
Mineral
MineralNomor Menteri
Nomor Energi dan Sumber
1451K/10/MEM/2000,
Nomor 1451K/10/MEM/2000,
1451K/10/MEM/2000, Daya
Daya
Mineral Mineral
NomorAir
Cekungan 1451K/10/MEM/2000,
Air Tanah diartikan Cekungan
diartikan sebagai
sebagai suatu Air
suatu Evapotranspirasi
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi
Cekungan Tanah Evapotranspirasi
Cekungan
Tanah Air
diartikanyang
wilayah Tanah
sebagaidibatasi
yang diartikan
suatu wilayah
dibatasi sebagai
oleh yang suatu
dibatasi
batas-batas Evapotranspirasi
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalahadalah adalah penguapan
penguapan yang
yang
wilayah oleh batas-batas Evapotranspirasi penguapan
adalah yang
penguapan dihasilkan
wilayah
olehhidrogeologi yang
batas-batas
hidrogeologidimana dibatasi
hidrogeologi
dimanasemua oleh
dimana
semuakejadian semuabatas-batas
kejadianhidrogeologi kejadian
hidrogeologi dihasilkan
dihasilkan tumbuh-tumbuhan,
tumbuh-tumbuhan,
tumbuh-tumbuhan, permukaan, dan air permukaan. permukaan,
permukaan, dan
dan airyang
air
hidrogeologi
hidrogeologi
seperti prosesdimana semuapengimbuhan,
seperti pengimbuhan,
proses proses
pengimbuhan,kejadian hidrogeologi
pengaliran,
pengaliran, dan dihasilkan
permukaan.
Evapotranspirasi tumbuh-tumbuhan,
permukaan. Evapotranspirasi Evapotranspirasi
merupakan factor pengurang permukaan,
merupakan
merupakan factor air
dan
factor
terbentuknya
seperti pengaliran, dan
seperti
dan pelepasan prosesairtanah
pelepasan
pelepasan pengimbuhan,
airtanahberlangsung. pengaliran,
Dengan demikian,
berlangsung. dan
Dengan permukaan.
pengurang
pengurang
airtanah terbentuknya
di suatu Evapotranspirasi
terbentuknya
daerah. airtanahdidisuatu
airtanah merupakan
suatu daerah.
daerah. factor
airtanah berlangsung. Dengan
setiap
pelepasan Cekungan
demikian,
demikian, setiapAir
airtanah
setiap Tanah
Cekunganberlangsung.
Cekungan memiliki
Air
Air Tanah memiliki
Tanah ciri-ciri
Dengan
memiliki pengurang
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi terbentuknya airtanah
dibedakan
dibedakan di suatu daerah.
menjadi
menjadi
hidrogeologi tersendiri, yang secara hidraulika dapat Evapotranspirasi
evapotranspirasi
Evapotranspirasi
evapotranspirasi dibedakan
potensial
potensial dan
dan menjadi evapotranspirasi
evapotranspirasi
dibedakan
evapotranspirasi aktual.
menjadi
aktual.
demikian,ciri-ciri
ciri-cirisetiap hidrogeologi tersendiri,
Cekungantersendiri,
hidrogeologi Air Tanah yang
yang memiliki secara
secara potensial
Evapotranspirasidan evapotranspirasi
potensial aktual.
adalah Evapotranspirasi
jumlah maksimum
berhubungan
hidraulika
hidraulika
ciri-ciri dengandapat Cekungan
berhubungan
dapat berhubungan
hidrogeologi Air Tanah
dengan
tersendiri,dengan lainnya
Cekungan
yangCekungan atau
secara evapotranspirasi
Evapotranspirasi potensial
potensial dan
adalah evapotranspirasi
jumlah maksimum aktual.
bahkan tidak sama sekali. potensial
air
air yang
yang adalahdiuapkan,
dapat
dapat jumlah sedangkan
diuapkan, maksimum
sedangkan air yang dapat
evapotranspirasi
evapotranspirasi
AirTanah
Air
hidraulika Tanah
dapat lainnya
lainnya ataubahkan
atau
berhubungan bahkan tidaksama
tidak
dengan sama sekali.
sekali.
Cekungan Evapotranspirasi
diuapkan, sedangkan
potensial
evapotranspirasi
adalah jumlah aktual
maksimum
aktual
aktual
air yang adalah
adalah dapat jumlah
jumlah
diuapkan, air sesungguhnya
air sesungguhnya
sedangkan yangadalah
yang dapat
dapat
evapotranspirasi
Air Tanah lainnya atau bahkan tidak sama sekali. jumlah
diuapkan
diuapkan air sesungguhnya
oleh air
oleh airjumlah dari yang
tumbuhan
dari tumbuhan dapat diuapkan
(Ruchijat,
(Ruchijat, 2000). oleh
2000). air
Transmisivitas
Transmisivitas
Transmisivitas (T) (T) (T) aktual adalah air sesungguhnya yang dapat
dari tumbuhan (Ruchijat, 2000).
Transmisivitas adalah
Transmisivitas adalah (Diktat
(Diktat TeknikTeknik Remediasi
Remediasi diuapkan oleh air dari tumbuhan (Ruchijat, 2000).
Transmisivitas (T)
Transmisivitas adalah (Diktat Teknik Remediasi
Lingkungan Tercemar
Lingkungan Tercemar Program Program Magister
Magister Teknik Teknik PP
Lingkungan
Transmisivitas Tercemar
adalah Program
(Diktat TeknikMagister Remediasi Teknik AET==
AET ....................... (3)
Lingkungan
Lingkungan FTSP
FTSP – ITS)
–– ITS) laju
laju perpindahan
perpindahan air
air melalui
melalui P2 2
Lingkungan
Lingkungan FTSP
Tercemar ITS) laju perpindahan
Program Magister air melalui
Teknik 0.9 + P
P (3)
(3)
suatusatuan
suatu satuan lebaraquifer/aquitard
lebar aquifer/aquitard dibawah
di bawahsuatu suatu unit
unit AET = 0.9 + (300
suatu
Lingkungan satuan lebar aquifer/aquitard di bawah suatu unit ( 300 ++ 25
25 . .
TmTm + +0 0
. .
0505.
Tm.Tm 33)
)
gradientFTSP
gradient hidraulik
hidraulik – ITS) laju perpindahan
satuan,
satuan, yang dinyatakan
yang air melalui
dinyatakan dalam
dalam P2
gradient hidraulik satuan, yang dinyatakan dalam (m2/ 0.9 + (3)
suatu(m
satuan
(m 2 2/hari),
/hari), lebar (ft2aquifer/aquitard
(ft
2
/hari), (gal/hari/ft).
/hari), di bawah
(gal/hari/ft). Dengan
Dengan suatu jalan unit
jalan
hari), (ft2/hari), (gal/hari/ft). Dengan jalan menganalisis dengan keterangan ( 300: + 25 .Tm + 0 . 05 .Tm 3
)
menganalisis data
gradient data pengamatan, persamaan yang yang
data hidraulik
menganalisis
pengamatan, satuan,
persamaan yangyang
pengamatan, dinyatakan
digunakandalam
persamaan untuk AET :
dimana:
dimana: Evapotranspirasi aktual [mm/tahun]
digunakan
2 digunakan
(m /hari), untuk
2 untuk
(ft /hari), memperoleh
memperoleh nilai
nilaiDengan
(gal/hari/ft).adalah Transmisivitas
Transmisivitas jalan
memperoleh nilai Transmisivitas (Bisri, 2008): P AET: Curah hujan [mm/tahun]aktual [mm/tahun]
adalah(Bisri,
adalah (Bisri, 2008):
2008): AET ==Evapotranspirasi
Evapotranspirasi aktual [mm/tahun]
menganalisis data pengamatan, persamaan yang Tm
P : Temperatur
= Curah rata-rata
hujan tahunan [0C]
[mm/tahun]
T = K ×untuk B.................................................................. (1) Pdimana: = Curah hujan [mm/tahun]
digunakan memperoleh nilai Transmisivitas TmTm = Temperaturrata-rata rata-ratatahunan tahunan[0[C] 0
C]
T
adalah
T==KK. .BB
(Bisri, 2008): (1)(1) AET ==Temperatur Evapotranspirasi aktual [mm/tahun]
dengan keterangan : Air
TDengan:
: Transmisivitas Akuifer (m2/hari) PAirLimpasan/Surface
= Curah hujan
Limpasan/Surface
Runoff [mm/tahun]
Runoff
Dengan: Air Limpasan/Surface Runoff
T = KK. B : Harga Kelulusan Air (m/hari) 2 2 (1) Tm limpasan
Air = Temperatur
Air
Air adalah adalah
limpasan
limpasan rata-rata
bagian
adalah daritahunan
bagian
bagian curahdaricurah
dari [0C] hujan
hujan
curah yang
hujan
T
TB ==Transmisivitas
TransmisivitasAkuifer
Akuifer(m /hari)
(m/hari)
K
: Tebal
=
akuifer (m)
Harga Kelulusan Air (m/hari) mengalir
yang di atasdipermukaan
yang mengalir
mengalir di atas tanah menuju
atas permukaan
permukaan tanahke
tanah tubuh ke
menuju
menuju air
ke
K = Harga Kelulusan Air (m/hari)
Dengan:
B Air Limpasan/Surface
permukaan
tubuh air
tubuh (sungai,
air permukaan danau
permukaan (sungai,Runoff
dan lautan).
(sungai, danau Faktor
danau dan faktor
dan lautan).
lautan).
B ==Tebal
Koefisien Tebal akuifer
akuifer
kelulusan (m)
air(m)
(K) yang
Faktormempengaruhi
Faktor Air
faktor
faktor yang besarnya
limpasan
yang air limpasan
adalah bagian
mempengaruhi
mempengaruhi besarnya
besarnya adalah
dari curah airhujan
air
T Koefisien
= Transmisivitas Akuifer
kelulusan air adalah (m2(Keputusan
/hari) Menteri
Koefisien kelulusan air (K) curah
yang hujan
limpasan dan curah
adalah
mengalir
limpasan adalah karakteristik
curah hujan
di atas
hujan sungai.
dankarakteristik
karakteristik
permukaan
dan sungai.
tanahsungai.
menuju ke
K Koefisien
= Harga Kelulusan
kelulusan airAir
(K)(m/hari)
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451K / 10
Koefisien
B Koefisien
= Tebal kelulusan
kelulusan
akuifer (m) air adalah
air adalah (Keputusan
(Keputusan Menteri
Menteri tubuh air
1511permukaan
,511 1,44
xxPP1,44
(sungai, danau dan lautan).
/ MEM /2000) angka yang menunjukkan kemampuan Ro== 1,faktor (4) (4) air
...........................................
Energi
Energi dan Sumber
dan Sumber Daya Mineral
Daya Mineral Nomor 1451K
Nomor batuan /10
10/ /
1451K /tanpa Faktor
Ro yang mempengaruhi (4)
besarnya
meluluskan air di dalam rongga-rongga Tm
Tm 11,34 x A00,0613
,34 xA
,0613
MEM
MEM /2000)
/2000) angka
angka yang
yang menunjukkan kemampuan limpasan adalah curah hujan dan karakteristik sungai.
Koefisien kelulusan
mengubah (K) menunjukkan
airairnya,
sifat-sifat dengan dimensikemampuan
(panjang/
waktu),kelulusan
Koefisien misal (m/hari)
air adalah (Keputusan Menteri 1,511 xP1,44
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451K / 10 / Ro = (4)
Tm1,34 x A0,0613
MEM /2000) angka yang menunjukkan kemampuan
94
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 95 - 104
95
Transmisi Gelombang melalui Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)
2. Batuan Gunungapi
a. Batuan Gunungapi bromo, terdiri dari tufa,
breksi gunung api, lava dan lahar.
b. Batuan Gunungapi Argopuro, terdiri dari lava,
andesit basal, breksi gunungapi dan tufa.
c. Endapan Rombakan Cemaratiga, terdiri dari
lahar, tufa, breksi gunungapi dan runtuhan
batuan gunungapi.
d. Batuan Gunungapi Lamongan, terdiri dari tufa,
lahar, breksi gunungapi, lava.
96
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 97 - 104
Gambar 4. Peta Hidrogeologi Sheet X Kediri dan Sheet XI Jember (Setiadi, dkk., 2003).
97
Transmisi Gelombang melalui Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)
Analisis Sifat Hidraulik Akuifer Berdasarkan Gambar 5 grafik hubungan antara t dan
Analisis sifat hidraulik dilakukan pada sumur s Metode Cooper Jacob diambil nilai t1 = 10 menit
yang terdapat pada lokasi studi. Analisis dilakukan dengan s1 = 15,65 m dan t2 = 100 menit dengan s2
menggunakan persamaan 2. Data hasil uji pemompaan = 16,18 m maka diperoleh penurunan muka air per
sumur produksi yang terdapat di Kecamatan Bantaran, siklus log ∆S = 0,53 m. Maka dengan menggunakan
yaitu sumur SDPB 121 ditunjukkan pada Tabel 1. persamaan 2, diperoleh nilai Transmisivitas sebesar
2693,46 m2/hari dan dengan persamaan 1 diperoleh
Grafik hubungan antara t dan s berdasarkan data nilai Konduktivitas hidraulik sebesar 22,74 m/hari
uji pemompaan menerus SDPB 121 pada Tabel 1
ditunjukkan pada Gambar 5. Proses perhitungan untuk sumur lainnya dilakukan
dengan menggunakan metode yang sama, yaitu metode
Cooper-Jacob. Rekapitulasi hasil analisis sifat hidraulik
Tabel 1. Data Pemompaan SDPB 121
akuifer tersaji pada Tabel 2.
No t (menit) S (m) No t (menit) S (m) No t (menit) S (m)
1 1 14.42 25 80 16.28 49 1200 16.77 Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Analisis Sifat Hidraulik Akuifer
2 2 15.15 26 90 16.3 50 1320 16.78 Q B T K
No Nama Sumur Jenis Akuifer
3 3 15.34 27 100 16.32 51 1440 16.8 [m3/hari] [m] [m2/hari] [m/hari]
4 4 15.38 28 110 16.34 52 1560 16.81 1 SDPB 060 Terkekang (Confined Aquifer) 3889.73 33 2519.09 76.34
5 5 15.42 29 120 16.36 53 1680 16.81 2 SDPB 061 Terkekang (Confined Aquifer) 4262.11 61 481.89 7.90
3 SDPB 062 Terkekang (Confined Aquifer) 4149.79 62 610.14 9.84
6 6 15.45 30 135 16.37 54 1800 16.82
4 SDPB 066 Terkekang (Confined Aquifer) 3462.05 84 446.89 5.32
7 7 15.48 31 150 16.38 55 1920 16.82
5 SDPB 067 Terkekang (Confined Aquifer) 3038.69 55 8164.26 148.44
8 8 15.51 32 165 16.4 56 2040 16.83 6 SDPB 068 Terkekang (Confined Aquifer) 3889.73 49 4007.05 81.78
9 9 15.55 33 180 16.41 57 2160 16.83 7 SDPB 069 Terkekang (Confined Aquifer) 2604.10 64 30014.45 468.98
10 10 15.6 34 200 16.42 58 2280 16.84 8 SDPB 070 Terkekang (Confined Aquifer) 3038.69 58 528.80 9.12
11 12 15.64 35 220 16.44 59 2400 16.84 9 SDPB 089 Terkekang (Confined Aquifer) 2366.50 17 952.93 56.05
12 14 15.68 36 240 16.45 60 2520 16.84 10 SDPB 090 Terkekang (Confined Aquifer) 2616,19 84 855.87 10.19
11 SDPB 120 Terkekang (Confined Aquifer) 3889.73 62 2776.88 44.79
13 16 15.73 37 270 16.47 61 2640 16.85
12 SDPB 121 Terkekang (Confined Aquifer) 3889,73 50 2693.46 53.87
14 18 15.78 38 300 16.48 62 2760 16.85 13 SDPB 122 Terkekang (Confined Aquifer) 4320,86 92 4414,02 47.98
15 20 15.83 39 360 16.5 63 2880 16.86 14 SDPB 128 Terkekang (Confined Aquifer) 2172.10 88 724.29 8.23
16 25 15.9 40 420 16.54 64 3060 16.86 15 SDPB 193 Terkekang (Confined Aquifer) 3246.91 20 50631.74 2518.99
17 30 16.04 41 480 16.59 65 3240 16.86 16 SDPB 206 Terkekang (Confined Aquifer) 2174,69 23 856.19 37.23
18 35 16.08 42 540 16.63 66 3420 16.87 17 SDPB 207 Terkekang (Confined Aquifer) 2195.42 85 550.96 6.48
18 SDPB 208 Terkekang (Confined Aquifer) 2904.77 67 4547.47 67.87
19 40 16.11 43 600 16.66 67 3600 16.87
19 SDPB 209 Terkekang (Confined Aquifer) 2195.42 36 1618.15 44.95
20 45 16.14 44 660 16.69 68 3780 16.87
20 SDPB 210 Terkekang (Confined Aquifer) 1342,66 27 1146.93 42.48
21 50 16.18 45 720 16.7 69 3960 16.88 21 SDPB 211 Terkekang (Confined Aquifer) 1550,02 60 2282.78 34.59
22 55 16.2 46 840 16.72 70 4140 16.88 22 SDPB 212 Terkekang (Confined Aquifer) 1470,53 91 918,69 10.10
23 60 16.23 47 960 16.73 71 4320 16.88 23 SDPB 213 Terkekang (Confined Aquifer) 1562.98 78 18414.97 236.09
24 70 16.26 48 1080 16.75 24 SDPB 214 Terkekang (Confined Aquifer) 1733.18 52 2372.42 45.62
25 SPDB 059 Terkekang (Confined Aquifer) 4320.86 27 800.26 29.93
Sumber: BBWS PPAT, 2014
26 SPDB 063 Terkekang (Confined Aquifer) 4240.51 70 921.93 13.17
27 SPDB 194 Terkekang (Confined Aquifer) 2454.62 34 3418.78 100.55
98
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 99 - 104
99
Transmisi Gelombang melalui Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)
Pumping Well
Sumur produksi/pumping well pada daerah model
merupakan sumur produksi yang digunakan untuk
irigasi. Jumlah sumur produksi pada daerah model
sebanyak 27 sumur yang tersebar dalam beberapa
kecamatan, yaitu Kecamatan Bantaran, Kecamatan
Sumberasih, Kecamatan Wonomerto, Kecamatan
Tongas, dan Kecamatan Leces. Lama pemompaan
sumur dalam satu hari juga bervariasi, yaitu sekitar
2-3 jam/hari Debit pemompaan setiap hari pada
setiap sumur bervariasi, yaitu sekitar 5-25 liter/detik.
Data debit pemompaan sumur dalam 1 hari (2-3 jam)
ditunjukkan pada Tabel 4.
100
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 101 - 104
Validasi Hasil Pemodelan Aliran Airtanah ini didasarkan pada perhitungan nilai imbuhan airtanah
Natural System yang telah dilakukan pada Tabel 3, Berdasarkan tahapan
Tahapan selanjutnya dalam pemodelan aliran airtanah sensitivity analysis yang dilakukan terhadap hasil
ini adalah validasi model. Hal ini bertujuan untuk pemodelan aliran airtanah ini, maka diperoleh kontur
mengetahui tingkat kesesuaian model dengan kondisi elevasi muka airtanah yang sesuai/mendekati dengan
data hasil pemodelan Direktorat GTL dengan arah
di lapangan. Dalam pemodelan ini tidak dilakukan
aliran airtanah yang sama, yaitu dari selatan menuju
kalibrasi karena tidak terdapat sumur observasi
ke utara. Selanjutnya dari hasil sensitivity analysis ini
pada daerah penelitian. Validasi hasil pemodelan
yang digunakan sebagai hasil pemodelan aliran airtanah
dilakukan dengan membandingkan tingkat kesesuaian natural system, kemudian dapat digunakan sebagai
hasil pemodelan aliran airtanah di CAT Probolinggo acuan dalam pembuatan skenario pemodelan. Hasil
yang telah dilakukan oleh Direktorat Geologi Tata pemodelan aliran airtanah natural system tervalidasi
Lingkungan. ini ditunjukkan pada Gambar 9.
Berdasarkan Gambar 8 hasil pemodelan aliran airtanah
di Probolinggo ini tidak sesuai dengan hasil pemodelan
yang telah dilakukan Direktorat GTL. Hal ini dapat
ditunjukkan dari adanya perbedaan kontur elevasi
muka airtanah pada daerah model, meskipun arah
aliran airtanah telah sesuai. Perbedaan kontur elevasi
muka airtanah ini terlihat cukup signifikan, sehingga
diperlukan adanya analisis sensitivitas/sensitivity
analysis dengan merubah parameter hidrologi maupun
hidrogeologi hingga mendapatkan hasil kontur elevasi
muka airtanah sesuai/mendekati dengan data validasi.
101
Transmisi Gelombang melalui Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)
Skenario Pemompaan
Skenario yang akan dilakukan dalam penelitian ini
adalah memprediksi respon sumur produksi terhadap
peningkatan pemompaan. Skenario ini dilakukan
karena menurut Tirtomihardjo dan Maimun (1994)
dalam Rahardjo (2002) diperkirakan debit pemompaan
akan meningkat pada setiap tahunnya. Meningkatnya
debit pemompaan ini didukung dengan tingginya angka
kebutuhan air setiap tahunnya, sedangkan ketersediaan
air permukaan yang semakin berkurang. Oleh karena
itu, tidak menutup kemungkinan bahwa sumur
produksi yang dimanfaatkan untuk kebutuhan irigasi
ini nantinya akan dikembangkan untuk memenuhi Hasil Skenario Pemodelan Aliran Airtanah dengan
kebutuhan domestik masyarakat sekitar. Peningkatan Debit Pemompaan
Berdasarkan skenario peningkatan debit pemompaan
Dalam pemodelan ini terdapat 6 skenario pemompaan, pada semua sumur yang ada di daerah penelitan,
yaitu dengan peningkatan debit pompa pada semua dapat diperoleh hasil bahwa penurunan elevasi muka
sumur yaitu sebesar 50%, 75%, 100%, 125%, air tanah tidak terlihat secara signifikan bahkan dapat
150%, dan 200% dari debit pemompaan awal dalam disebut dengan tidak terjadi penurunan ketika debit
pemodelan natural system. pemompaan ditingkatkan sebesar 50% pada skenario 1
hingga 75% pada skenario 2, sepeti ditunjukkan pada
Gambar 11. Penurunaan muka air tanah mulai terlihat
ketika terlihat debit pemompaan ditingkatkan menjadi
100% pada skenario 3 hingga 125% pada skenario 4,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12, sedangkan
peningkatan debit pemompaan sebesar 150% pada
skenario 5 dan 200% pada skenario 6 mengakibatkan
penurunan muka airtanah yang signifikan seperti
ditunjukkan pada Gambar 13. Penurunan elevasi muka
airtanah terlihat lebih jelas pada bagian timur daerah
model, hal ini dikarenakan jumlah sumur pada daerah
tersebut lebih banyak dibandingkan dengan bagian
utara dan dengan debit pemompaan yang lebih besar.
102
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 103 - 104
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian pemodelan aliran
airtanah di Probolinggo ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Probolinggo memiliki 2 musim, yaitu musim
kemarau dan musim hujan dengan temperatur
udara rata-rata dari tahun 2009-2013 yaitu 28,80C
dan curah hujan rata-rata sebesar 2.032 mm/
tahun. Imbuhan airtanah yang berasal dari air
hujan yaitu sebesar 689 mm/tahun serta sebesar
186m3/hari air yang masuk ke CAT yang diperoleh
dari Cekungan Air Tanah lain yang dihitung
menggunakan hukum Darcy. Berdasarkan peta
Gambar 12. Hasil Pemodelan Aliran Airtanah geologi, Probolinggo tersusun atas litologi dengan
Skenario 3 dan 4 batuan penyusun berupa batuan sedimen dan
batuan gunung api. Sedangkan berdasarkan hasil
analisis sifat hidraulik akuifer, dapat diperoleh
nilai konduktivitas hidraulik yang bervariasi,
yaitu 5,32m/hari hingga 2.518 m/hari dengan
103
Transmisi Gelombang melalui Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)
nilai transmisivitas sebesar 446,89 m2/hari hingga Putra, DPE., 2007. The Impact of Urbanization on
50.631 m2/hari. Ketebalan akuifer juga tidak merata, Groundwater Quality A Case Study in Yogyakarta
yaitu 17 m hingga 92 m. Pada hasil pembuatan City-Indonesia, Dissertation., RWTH University,
konseptual model juga dapat disimpulkan bahwa Aachen
jenis akuifer pada daerah penelitan adalah akuifer Putranto, T.T., 2011. Aplikasi Pemodelan Aliran Airtanah
terkekang (confined aquifer). Dalam Konsep Pengelolaan Airtanah Berbasis
Cekungan, Research, RWTH University, Aachen.
2. Berdasarkan pemodelan aliran airtanah natural
Putranto, T.T., 2013. Hydrogeological and Numerical
system di Probolinggo, dapat disimpulkan bahwa
Groundwater Flow Model in Semarang City-
pola aliran airtanah bergerak dari arah selatan Indonesia, Dissertation, RWTH University, Aachen.
menuju ke arah utara. Hal ini menunjukkan bahwa
airtanah mengalir dari tempat bertekanan hidraulik Rahardjo, P., 2002. Analisis Sistim Akuifer dan Pemodelan
tinggi menuju ke tempat bertekanan hidraulik Aliran Airtanah, Tesis Magister,Universitas
Diponegoro, Semarang.
rendah. Hubungan antara airtanah dengan air
permukaan (Sungai Laweyan dan Sungai Gending) Ruchijat, S., 2000. Penyelidikan Potensi Cekungan
adalah gaining stream, yaitu airtanah memberikan Airtanah Probolinggo Jawa Timur, Direktorat Geologi
supply ke air permukaan. Tata Lingkungan, Bandung.
Suyono, S., 2006. Hidrologi Untuk Pengarian, PT. Pradnya
3. Prediksi debit pemompaan maksimal yang dapat Paramita, Jakarta.
dilakukan pada sumur produksi di Probolinggo
yaitu dengan meningkatkan debit pemompaan Todd, D.K., 1980. Groundwater Hydrologi, John Wiley &
Sons, New York.
sebesar < 200% dari debit pemompaan awal (natural
system). Hal ini dikarenakan dengan peningkatan Waspodo, R.S.B., 2002. Permodelan aliran airtanah pada
200% ternyata terjadi penurunan muka airtanah akuifer tertekan dengan menggunakan metoda beda
yang signifikan dengan kondisi 3 sumur pada lokasi hingga, Jurnal Keteknikan Pertanian, Vol. 16, No.2.
penelitan mengalami kekeringan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, M.P. dan Woessner, W.W., 1992. Applied
Groundwater Modeling Simulation of Flow and
Advective Transport, Academic Press, Inc. California.
Bisri, M., 2008. Air Tanah, Tirta Media, Malang.
Bisri, M., 1991. Aliran Air Tanah,Universitas Brawijaya,
Malang.
Chow, Ven Te., David R. Maidment, Larry W. Mays., 1988.
Applied Hydrology, New York.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2003.
Batas Horisontal Cekungan Air Tanah di Pulau Jawa
dan Pulau Madura, ESDM, Jakarta.
Kodoatie, R.J., 2012. Tata Ruang Air Tanah,
Andi,Yogyakarta.
Prawati, E., 2011. Studi dan Pemodelan Air Tanah Akibat
Pengaruh Pemompaan, Research, Universitas
Muhammadiyah Metro, Lampung.
Purnama, S., 2007. Model pencemaran airtanah di Kota
Yogyakarta. Jurnal Geografi Indonesia,
Vol. 21, No. 2.
104
Himpunan ISSN 0215-1251
Ahli Teknik Hidraulik Jurnal Teknik Sumber Daya Air
Indonesia Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 105 - 114
ABSTRAK
Hidrograf satuan sintetik (HSS) merupakan hidrograf satuan yang diturunkan utamanya berdasarkan karakteristik DAS dan dikembangkan
untuk memperkirakan hidrograf banjir pada sungai-sungai atau DAS-DAS yang tidak memiliki data rekaman debit (banjir). Beberapa
HSS yang telah dikembangkan dan digunakan secara luas di Indonesia, diantaranya HSS Snyder, Nakayasu dan GAMA I. Secara umum
HSS memiliki kinerja yang baik pada DAS-DAS yang digunakan sebagai dasar penyusunan HSS dan cenderung memberikan hasil yang
kurang memuaskan dan menghasilkan penyimpangan bila diterapkan pada DAS-DAS lain. Oleh karena itu, sebelum digunakan pada DAS-
DAS tertentu, metode-metode tersebut perlu diuji kinerjanya sehingga dapat diketahui keandalannya. Untuk memenuhi maksud tersebut,
ketiga HSS diuji pada dua DAS di Sulawesi Tengah yakni DAS Bunta dan DAS Bangga. Penurunan parameter dan ordinat HSS dilakukan
berdasarkan analisis paramater DAS menggunakan perangkat lunak Arc GIS. Analisis kinerja dilakukan terhadap 10 kasus banjir di masing-
masing DAS, dengan mengevaluasi penyimpangan waktu puncak (TP), debit puncak (QP) dan waktu dasar (TB) terhadap masing-masing
hidrograf banjir terukur. Evaluasi juga dilakukan terhadap ordinat hidrograf berdasarkan Koefisien Efisiensi Model Nash–Sutcliffe (E).
Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk waktu puncak (TP) model yang menghasilkan penyimpangan terkecil adalah HSS Snyder dengan
penyimpangan rata-rata sebesar 4.64%. Selanjutnya untuk debit puncak (QP) model yang menghasilkan penyimpangan terkecil adalah HSS
GAMA I dengan penyimpangan rata-rata sebesar 13.30% dan untuk waktu dasar (TB), model yang menghasilkan penyimpangan terkecil
adalah HSS Nakayasu dengan penyimpangan rata-rata 20.69%. Evaluasi terhadap ordinat hidrograf berdasarkan Koefisien Efisiensi Model
memberikan angka E rata-rata berturut-turut dari terkecil sebesar 0.44 (HSS GAMA I), 0.56 (HSS Nakayasu) dan 0.75 (HSS Snyder).
Penyimpangan ketiga model terutama QP, TB dan ordinat hidrograf masih lebih besar dari 10% sebagaimana disyaratkan oleh Subramanya
(1995). Hal ini menandakan bahwa ketiga model memiliki kinerja relatif kurang baik pada kedua DAS tersebut.
Kata Kunci : HSS Snyder, HSS Nakayasu, HSS GAMA I, Kinerja
ABSTRACT
Synthetic unit hydrograph (SUH) is the unit hydrograph which derived mainly from watershed characteristics and developed to predict flood
hydrograph in unrecorded river or watershed. There are some SUH model which developed and widely used in Indonesia, such as Snyder,
Nakayasu and GAMA I SUH. Generally, these models have good performance in watershed which used as the base of SUH development, and
often unsatisfied if applied in other watersheds. Because of these reasons, before applied in certain watershed, these models must be tested
to know the performance. The three SUH models are tested in two watersheds in Central Sulawesi, they are Bunta and Bangga Watersheds.
Parameters and ordinates SUH are derived and analyzed from watershed characteristics using Arc GIS. The performances of these models are
analyzed by using 10 flood cases in each watershed, by evaluating the deviation of time to peak (TP), peak discharge (QP) and base time (TB)
and comparing to each measured hydrograph. The performance is also evaluated based on hydrograph ordinates using efficiency coefficient
of Nash–Sutcliffe (E) Model. The result of analysis showed that the SUH models with the smallest average deviation of TP is Snyder SUH
(4.64%), the smallest average deviation of QP is GAMA I SUH (13.3%) and the smallest average deviation of TB is Nakayasu SUH (20.69%).
Evaluation based on hydrograph ordinates showed that the efficiency coefficients (E) from the smallest value respectively are 0.44 (GAMA I),
0.56 (Nakayasu) dan 0.75 (Snyder). The deviation of the three models especially QP, TB and hydrograph ordinates are more than 10% (maximum
deviation which is stated by Subramanya, 1995), it is showed that the models performance are not so well in two watersheds.
Keywords: Snyder SUH, Nakayasu SUH, GAMA I SUH, Performance
105
Kinerja HSS Snyder, Nakayasu dan Gama I pada DAS Terukur di Sulawesi Tengah (I Gede Tunas, Nadjadji Anwar, Umboro Lasminto)
Hidrograf satuan sintetik (HSS) merupakan hidrograf Pada dasarnya hidrograf banjir dapat diperoleh
satuan yang diturunkan utamanya berdasarkan dengan pendekatan hidrograf satuan. Namun dalam
karakteristik DAS dan dikembangkan untuk aplikasi sangat sulit untuk memperoleh data hujan
memperkirakan hidrograf banjir pada sungai-sungai dan debit pada suatu titik kontrol dalam waktu yang
atau DAS-DAS yang tidak memiliki data rekaman bersamaan, sebagai syarat utama penetapan hidrograf
debit (banjir). Beberapa HSS yang telah dikembangkan satuan suatu sungai. Untuk mengantisipasi kesulitan
dan digunakan secara luas di Indonesia, diantaranya ini dikembangkan hidrograf satuan sintetik (synthetic
HSS Snyder, Nakayasu dan GAMA I. unit hydrograph), seperti yang diusulkan oleh Snyder
di Amerika Serikat dan Nakayasu di Jepang (Sri Harto,
Secara umum HSS memiliki kinerja yang baik pada 2000) dengan andaian bahwa transformasi hujan
DAS-DAS yang digunakan sebagai dasar penyusunan menjadi hidrograf ditentukan oleh beberapa parameter
HSS dan cenderung memberikan hasil yang kurang DAS. Di Indonesia, Sri Harto (1985) mengembangkan
memuaskan dan menghasilkan penyimpangan bila Hidrograf Satuan Sintetik GAMA I berdasarkan
diterapkan pada DAS-DAS lain (Sri Harto, 1985). perilaku hidrologis 30 DAS di Pulau Jawa
Oleh karena itu, sebelum digunakan pada DAS-DAS
tertentu, metode-metode tersebut perlu diuji kinerjanya
sehingga dapat diketahui keandalannya. HSS Snyder
Snyder (1938) mengemukakan beberapa rumus empiris
dengan menghubungkan tiga parameter penting
STUDI PUSTAKA yaitu waktu kelambatan (time lag, TL), debit puncak
(peak discharge, Qp) dan waktu dasar dari hidrograf
Hidrograf Satuan Sintetik (base time, Tb). Snyder juga menentukan lama waktu
Hidrograf menggambarkan perubahan debit pada suatu kelambatan daerah aliran (basin lag) yaitu lamanya
titik tinjauan terhadap waktu mulai awal sampai akhir waktu antara pusat hujan efektif dan puncak hidrograf
terjadinya banjir. Pada dasarnya hidrograf terdiri dari satuan, Tp dinyatakan sebagai berikut :
3 bagian pokok yakni sisi naik (rising limb), puncak
Qp = 0.278 (Cp÷TL)A ............................................. (1)
(crest) dan sisi resesi (recession limb).
Tl = Ct (L Lc)n......................................................... (2)
Bentuk dan kemiringan sisi naik sangat ditentukan oleh
intensitas dan lama hujan dan kelengasan DAS. Bagian Tp = TL+Tr÷2........................................................... (3)
puncak dari hidrograf menunjukkan debit puncak, yang
dapat terjadi beberapa saat sesudah hujan berhenti atau Tb ≈ 5TL................................................................... (4)
beberapa saat sebelum hujan berhenti tergantung dari
dengan keterangan :
distribusi hujan. Sisi resesi merupakan sisi turun suatu Ct : Koefisien tampungan DAS empiris, 1.4-1.7,
hidrograf untuk kembali pada aliran dasar (base flow), L : Panjang sungai utama (km),
yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian sebelah atas Lc : Panjang sungai dari titik terdekat titik berat DAS
(dekat puncak) merupakan sisi resesi gabungan antara ke outlet,
limpasan permukaan (surface run-off) dan aliran antara Cp : Konstanta empiris (0.15-0.19).
(interflow) dan bagian sebelah bawah merupakan aliran
dasar yang bersumber dari pengatusan (draining) air
tanah (Sri Harto, 2000).
106
Qd1= Qp 0,3 T0 , 3 (8a)
t Tp 0 , 5T0 , 3
1, 5T
= Qp
Qd2Jurnal 0Sumber
Teknik ,3 Daya0 , 3Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 (8b)
| 107 - 114
t Tp 1, 5T0 , 3
2T0 , 3
Qd3= Qp 0,3 (8c)
HSS Nakayasu
Tr
Nakayasu (1950) telah menyelidiki hidrograf satuan
sungai-sungai di Jepang dan memberikan serangkaian
Gambar 2. Tipikal HSS Snyder 𝑞𝑞𝑝𝑝 ൌ
𝑝𝑝
dinyatakan dengan:
serangkaian
dengan persamaan untuk membentuk suatu Tp 𝑡𝑡− 𝑝𝑝 ͲǤͷ ͲǤ͵
hidrograf satuanbanjir
Qp : debit puncak sintetik. Persamaan utama dari
(m3/det) T0.3
𝑞𝑞𝑑𝑑͵ ൌ 𝑞𝑞𝑝𝑝 ͲǤ͵ ʹ ͲǤ͵
HSS Nakayasu
R0 : hujan satuan dinyatakan
(mm) dengan: 1.5T0.3
2T0.3
Tp : tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai (5)
puncak banjir (jam) Waktu (jam)
dengan
Tp : tg + 0,8 tr
Gambar Gambar3.3.Tipikal
Tipikal HSS HSSNakayasu
Nakayasu
Qtg : waktu konsentrasi (jam), tenggang 3 waktu dari titik berat
p = debit puncak banjir (m /det)
R0 hujan
= hujan sampai titik berat hidrograf (time lag) dalam hal
ini, jika:
satuan (mm) 4) HSS GAMA I
Tp L<15= tenggang
km tg : 0.21* waktu L0,7 (time lag) dari HSS
HSSGAMA GAMA I I dikembangkan dengan suatu
L>15 permulaan
km tg : 0.4 hujan
+ 0.058L sampai puncak banjir HSS GAMA
keinginan agarI dikembangkan
dimanapun didengan setiapsuatu lokasi keinginan
suatu
(jam)waktu hidrograf (time base of hidrograph) :
Tr : tenggang agar dimanapun di setiap lokasi
sungai, tanpa data debit, hidrograf satuan pada suatu sungai, tanpa
0,5 -1 tg
Tp = tg + 0,8 tr data
lokasidebit,
tersebut hidrograf satuan pada
dapat diketahui dengan lokasi tersebut
ketelitian
tg T=0,3 :waktu
α.tg konsentrasi (jam), tenggang dapat diketahui dengan ketelitian yang cukup tinggi.
yang cukup tinggi. Berdasarkan analisis yang
waktu dari titik berat hujan sampai titik Berdasarkan analisis yang dilakukan, belakangan
dilakukan, belakangan metode ini terbukti
berat hidrograf (time lag) dalam hal ini, (6)
................................................... metode ini terbukti berfungsi baik pula untuk berbagai
α= berfungsi
jika: daerah lain baik pula untuk
di Indonesia berbagai
(Sri Harto, 2000). daerah lain
di Indonesia (Sri Harto, 2000).
L< 15 km tg = 0.21* L0,7 HSS GAMA I terdiri dari empat variabel pokok, yaitu
untuk: L> 15 km tg = 0.4 + 0.058L HSS GAMA I terdiri dari empat variabel pokok,
waktu naik (time of rise, TR), debit puncak (QP), waktu
Ta.
r
daerah
= tenggang pengaliran waktu biasa α = 2 (time base of
hidrograf yaitu (TB)
dasar waktudan naiksisi(time
resesiof yang TR), debit oleh
rise, ditentukan puncak nilai
b. bagian naik hidrograf
hidrograph) = 0,5 -1 tg yang lambat dan bagian (Q ), waktu dasar (TB) dan sisi resesi yang
koefisien
P tampungan (storage coefficient, K). Parameter
menurun yang cepat α =1,5 ditentukan oleh nilai koefisien tampungan
c. bagian T0,3 naik
= .tg hidrograf yang cepat dan bagian yang digunakan dalam membentuk persamaan terdiri
(storage
dari faktor coefficient,
sumber (source K). SF),
factor, Parameter
frekuensi yang
sumber
menurun 0yang lambat α = 3
= 0,47. A.L
, 25
(6) digunakan
(source dalam membentuk
frequency, SN), faktor persamaanlebar (widthterdiri factor,
Bagian lengkung
tg naik (rising limb) hidrograf satuan dari faktor
WF), luas DAS sumber sebelah(sourcehulu factor,
(relativeSF), frekuensi
upstream area,
memiliki
untuk: rumus: sumber
RUA), faktor
(source simetri (symetry
frequency, factor,
SN), faktor
SIM), jumlah
lebar
pertemuan
(width factor, sungaiWF), (joint luasfrequency,
DASJN) dan kerapatan
sebelah hulu
daerah pengaliran biasa = 2
jaringan kuras (drainage density,
(relative upstream area, RUA), faktor simetri D). Persamaan yang
bagian naik .......................................................
hidrograf yang lambat dan (7) digunakan
bagian menurun yang cepat =1,5 (symetry factor, SIM), jumlah pertemuan sungai:
dalam HSS GAMA I dinyatakan dengan
(joint frequency, JN) dan kerapatan jaringan
bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian ..............................................................
dengan keterangan : kuras (drainage density, D). Persamaan yang(9)
menurun yang lambat = 3
Q : limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/det), digunakan dalam HSS GAMA I dinyatakan
t : waktu
Bagian jam.
lengkung naik (rising limb) hidrograf dengan :
satuan memiliki rumus: t 1.2775................ (10)
Bagian lengkung 2 , 4 turun (decreasing limb) hidrograf
t dihitung
Qt Q p e k
(9)
satuan dapat dengan:
Qa Q p (7)
T 3 ......................(11)
p L
Qd1 = ...............................................(8a) TR 0 .43 100SF 1 .0665 SIM 1.2775 (10)
........... (12)
3 ........... (13)
Qd2= .......................................... (8b)
Qd3= ....................................(8c)
107
Kinerja HSS Snyder, Nakayasu dan Gama I pada DAS Terukur di Sulawesi Tengah (I Gede Tunas, Nadjadji Anwar, Umboro Lasminto)
108
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 109 - 114
109
Kinerja HSS Snyder, Nakayasu dan Gama I pada DAS Terukur di Sulawesi Tengah (I Gede Tunas, Nadjadji Anwar, Umboro Lasminto)
Ditinjau dari segi tutupan lahan, kedua DAS memiliki Parameter-parameter morfometri DAS yang akan
tutupan lahan berupa hutan primer dengan tutupan digunakan pada ketiga model HSS (Snyder, Nakayasu
tajuk yang masih baik terutama pada bagian hulu, dan dan GAMA I) diturunkan dari Gambar 8 terutama
nampak adanya perubahan tutupan lahan pada DAS empat parameter utama DAS yang sangat berpengaruh
bagian hilir, akibat pemanfaatan masyarakat di sekitar terhadap proses pembentukan aliran (Sri Harto, 1985)
DAS terutama untuk lahan permukiman, perkebunan yaitu luas DAS (A, catchment area), panjang sungai (L,
dan pertanian (Gambar 9). Namun dapat dinyatakan main stream length), landai sungai rata-rata (S, average
bahwa secara keseluruhan tutupan lahan di kedua DAS main stream slope) dan kerapatan jaringan sungai (D,
relatif masih terjaga. Hal inilah kemungkinan yang drainage density). Selain itu parameter-parameter
mempengaruhi kedua DAS masih memiliki aliran lainnya terutama yang terakomodasi pada ketiga model
kontinyu
Kinerja HSSsepanjang tahun.
Snyder, Nakayasu HSS juga diturunkan melalui analisis GIS berdasarkan
dan GAMA I Pada DAS Terukur di Sulawesi Tengah
I Gede Tunas, Nadjadji Anwar dan Umboro Lasminto peta topografi. Berikut disajikan parameter morfometri
kedua DAS, sebagaimana tertuang pada Tabel 1.
Berdasarkan analisis morfometri terhadap kedua
DAS, terlihat bahwa parameter-parameter kedua DAS
memiliki keserupaan, terutama faktor simetri DAS
(SIM) meskipun DAS Bunta memiliki faktor simetri
sedikit lebih besar dari DAS Bangga tetapi tidak terlalu
signifikan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Sri
Harto (1985), faktor simetri memberikan gambaran
secara umum bentuk suatu DAS. Apabila nilai SIM
lebih besar dari 0.5 maka DAS pada umumnya lebar
di sebelah hulu dan menyempit dibagian hilir dan
sebaliknya apabila nilai SIM lebih kecil dari 0.5 maka
bentuk DAS sedemikian rupa sempit di bagian hulu
dan melebar di bagian hilir.
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 10 dan Selanjutnya HSS Nakayasu juga hanya menggunakan
Gambar 11, tampak bahwa bentuk hidrograf satuan 2 parameter utama serupa dengan HSS Snyder. Dari
ketiga model HSS beragam. Dua HSS yakni HSS ketiga model HSS yang digunakan dalam penelitian
Nakayasu dan HSS GAMA I memiliki debit puncak ini, hanya HSS GAMA I yang menggunakan keempat
(QP) lebih besar (over estimate) dari debit puncak parameter utama sebagaimana telah disebutkan
HS terukur baik pada Bunta maupun DAS Bangga, sebelumnya yakni luas DAS (A), panjang sungai utama
sedangkan HSS Snyder menghasilkan debit puncak (L), kemiringan rata-rata sungai (S) dan kerapatan
lebih kecil (under estimate) dari debit puncak HS jaringan sungai (D).
terukur. Hal ini tentunya berkaitan dengan kepekaan
parameter-parameter yang digunakan sebagai penyusun
model.
Waktu Puncak
4.40 4.05 7.95 3.56 19.09 2.28 48.18
(TP, jam)
Debit
Puncak 6.23 5.05 18.94 9.59 54.01 7.15 14.70
(QP, m3/det)
Waktu Dasar
25.10 84.14 235.22 32.50 29.48 37.17 48.09
(TB, jam)
112
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 113 - 114
Bila dikaji lebih lanjut, HSS Snyder hanya menggunakan Apabila kinerja ketiga model diukur dengan Koefisien
2 parameter utama dari 4 parameter penting yang Efisiensi Nash–Sutcliffe (E), Model yang memberikan
telah disebutkan sebelumnya, yakni luas DAS (A) dan kinerja terbaik adalah HSS Snyder dengan angka
panjang sungai utama (L). koefisien E=0.75, berikutnya adalah HSS Nakayasu
dengan angka koefisien E=0.56, dan HSS GAMA
Sebagaimana tersaji pada Tabel 2 dan Tabel 3, semua I memberikan kinerja terendah dengan angka
model HSS menghasilkan penyimpangan di atas 10%. koefisien E=0.44. Angka Koefisien Efisiensi lebih
Untuk DAS Bunta, penyimpangan waktu puncak (TP) detail diperlihatkan pada Tabel 4.
ketiga model berturut-turut sebesar 7.95%, 19.09%
dan 48.18%. Demikian pula untuk debit puncak (QP),
penyimpangannya adalah 18.94%, 54.10% dan 14.7%, Tabel 4. Tabel 4. Kinerja model berdasarkan angka
sedangkan penyimpangan untuk waktu dasar (TB) Koefisien Efisiensi Nash–Sutcliffe (E)
masing-masing sebesar 235.22%, 29.48% dan 48.09%. Angka Koefisien Efisiensi
Selanjutnya untuk DAS Bangga, besarnya NAma Nash–Sutcliffe (E)
penyimpangan ketiga model untuk TP adalah 1.33%, DAS HS HSS HSS
37.33% dan 38.67%, untuk QP berturut-turut sebesar Snyder Nakayasu GAMA I
36.75%, 36.79% dan 11.91%, sedangkan untun TB
masing-masing sebesar 257.40%, 11.89% dan 15.55%. DAS 0.84 0.74 0.44
Mencermati variasi penyimpangan yang dihasilkan oleh
Bunta
ketiga model, dapat disampaikan bahwa untuk waktu DAS 0.66 0.37 0.45
puncak (TP) model yang menghasilkan penyimpangan Bangga
terkecil adalah HSS Snyder dengan penyimpangan rata-
rata sebesar 4.64%. Selanjutnya untuk debit puncak Rata-rata 0.75 0.56 0.44
(QP) model yang menghasilkan penyimpangan terkecil
adalah HSS GAMA I dengan penyimpangan rata-rata Bila dicermati lebih lanjut bahwa penyimpangan-
sebesar 13.30% dan untuk waktu dasar (TB), model penyimpangan yang dihasilkan oleh ketiga model
yang menghasilkan penyimpangan terkecil adalah HSS terutama QP, TB dan ordinat hidrograf, masih
Nakayasu dengan penyimpangan rata-rata 20.69%. lebih besar dari 10% sebagaimana disyaratkan oleh
Subramanya (1995). Hal ini menandakan bahwa ketiga
Bila dibandingkan dengan hasil penelitian oleh Sutapa
model memilki kinerja relatif kurang baik dalam
(2005) yang melakukan pengujian HSS Nakayasu di
memperkirakan QP dan TB pada kedua DAS tersebut.
DAS Bangga, memperlihatkan penyimpangan yang
Hal ini tentunya berkaitan dengan kompleksitasnya
agak serupa yakni 26% untuk TP dan 22.4% untuk
sifat DAS sebagai media transformasi hujan-aliran.
QP. Demikian juga pengujian HSS GAMA I di DAS
Bangga oleh Vera (2012), memberikan penyimpangan
TP sebesar 23.52 %, QP sebesar 15.05 % dan TB
sebesar 8.84 %.
113
Kinerja HSS Snyder, Nakayasu dan Gama I pada DAS Terukur di Sulawesi Tengah (I Gede Tunas, Nadjadji Anwar, Umboro Lasminto)
114
Himpunan ISSN 0215-1251
Ahli Teknik Hidraulik Jurnal Teknik Sumber Daya Air
Indonesia Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 115 - 124
ABSTRAK
Sistem peringatan dini banjir digunakan untuk mengurangi kerugian akibat banjir, semakin lama waktu peringatan maka semakin sedikit
kerugian yang dialami. Saat ini, Sistem peringatan dini banjir menggunakan bacaan tinggi muka air di bendung Katulampa dimana hal
tersebut memberikan waku peringatan selama 9 jam. Terdapat potensi penambahan waktu peringatan yaitu ketika terjadi hujan. Tujuan utama
dari studi ini adalah untuk mendapatkan tinggi curah hujan yang menyebabkan banjir, dan untuk mendapatkan waktu peringatan tambahan.
Studi ini terdiri dari : 1) Pembuatan model hidrologi menggunakan Geo HEC HMS, 2) Melakukan kalibrasi model, dan 3) analisis hujan
limpasan menggunakan HEC HMS dengan dua skenario yaitu, 1. Hujan terjadi di seluruh DAS dan 2. Hujan terjadi di salah satu Sub-DAS.
Hasil yang diperoleh dari studi ini adalah tinggi curah hujan peringatan tergantung pada lokasi terjadinya hujan. Waktu peringatan tambahan
yang didapatkan antara 20 menit sampai 60 menit.
Kata kunci : Sungai Ciliwung , Waktu peringatan tambahan, tinggi hujan.
ABSTRACT
Flood Early Warning System (FEWS) is used to reduce the damage that is caused by flood, the longer warning time will make fewer losses.
Currently, Jakarta FEWS use the Katulampa Dam water level recorder in Ciliwung River that gives warning time about 9 hours. There is a
potential additional warning time when the rainfall events. The main objectives of this study are to obtain the depth of rainfall that cause flood
, and to obtain additional warning time. This Study consist of: 1) hydrologic model making using Geo HEC HMS , 2) Model calibration, 3)
Rainfall runoff analysis using HEC HMS with two scenarios; 1. Rainfall occurred throughout the watershed 2. Rainfall occurred in one of
the sub-basins. The obtained results are depths of rainfall warning depend on the location of rainfall event. The obtained additional warning
time are 20 minutes to 60 minutes.
Keywords: Ciliwung River, Additional warning time, depth of rainfall.
115
Kajian Hubungan Hujan dan Limpasan ... (Nurul Fajar Januriyadi)
TINJAUAN PUSTAKA
116
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 117 - 124
METODOLOGI
Berikut di bawah ini akan dijelaskan tahapan – tahapan
yang dilakukan pada studi ini, agar diperoleh informasi
hubungan hujan limpasan untuk mendukung sistem
peringatan dini banjir sungai Ciliwung:
1. Pembuatan model hidrologi
Analisa ini dilakukan untuk mendapatkan
Gambar 2. Program persiapan peringatan banjir dalam skala parameter fisik DAS dari data DEM yang ada.
waktu (USACE,1996) Dengan menggunakan bantuan software Arc Gis
10.1 dan HEC Geo HMS 10.
Gambar 2 diatas menunjukan bahwa waktu peringatan 2. Kalibrasi model
banjir dimulai setelah kejadian hujan berakhir, akan Tahapan ini untuk menyesuaikan parameter yang
tetapi ada potensi tambahan waktu banjir ketika sudah didapat dari tahap I dengan data pengamatan
kejadian hujan berlangsung. Hal ini memungkinkan lapangan, dalam hal ini hidrograf satuan
menambah rentan waktu dari peringatan banjir. pengamatan.
Sehingga secara langsung akan mengurangi tingkat
kerugian akibat banjir, sebagaimana dapat dilihat pada 3. Analisis Penelusuran Hidrodinamik Banjir Akibat
gambar dibawah ini. Keruntuhan Bendungan
Analisis penelusuran hidrodinamik banjir
Untuk menentukan waktu peringatan tambahan, maka menggunakan software ZhongXing – HY 21, hal
perlu diketahui nilai hujan yang mempengaruhi debit ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
batas siaga. Seperti terlihat pada Gambar 3, komponen keruntuhan bendungan terhadap daerah hilir
waktu peringatan terdiri dari 3 yaitu Twp adalah potensi sehingga prilaku banjir di daerah hilir dapat
maksimum dari waktu peringatan dini atau waktu diketahui antara lain : sebaran wilayah tergenang,
diantara mulai hujan dan hidrograf banjir berpotongan cepat rambat aliran banjir (flood travel time). Dari
dengan garis batas siaga. Tr adalah waktu hujan yang hasil analisis akan diperoleh peta genangan banjir
menyebabkan hidrograf dengan puncak debit senilai pada daerah hilir bendungan. Untuk simulasi
dengan batas siaga. Tw adalah selisih waktu antara Twp keruntuhan Bendungan Ciawi akan dilakukan dua
dan Tr. skenario, yaitu keruntuhan akibat overtopping dan
piping.
117
Kajian Hubungan Hujan dan Limpasan ... (Nurul Fajar Januriyadi)
Debit (m3/detik)
Status Siaga Batas bawah Batas Atas Batas bawah Batas Atas 10
(cm) (cm) (m 3/detik) (m 3/detik)
Siaga I 200 ∼ 441.98 ∼ 5
Siaga II 150 199 276.25 438.48
Siaga III 80 149 90.05 273.23 0
Siaga IV 0 79 0 87.85 0 5 10 15 20 25
Jam ke-
118
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 119 - 124
450.00
Hujan (mm)
300.00 Hidrograf Banjir kala ulang 2
Debit (m 3 /detik)
tahun
Batas Siaga III
menit ke-
450.00
Hujan (mm)
40.00 Hujan Siaga II
20.00
400
batas siaga II
200
Batas Siaga I
80.00
150 Hidrograf Banjir Kala Ulang 25
tahun
Hidrograf Siaga III
100
100.00 Hidrograf Siaga II
50 Hidrograf Siaga I
0 120.00
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
menit ke-
119
Kajian Hubungan Hujan dan Limpasan ... (Nurul Fajar Januriyadi)
Tabel 7. Hasil analisa skenario I untuk kala ulang 2 tahun 500.00 0.00
20.00
Siaga I - - - - 40.00
Hujan (mm)
300.00
Hidrograf Banjir kala ulang 2
Debit (m 3 /detik)
Siaga II - - - - 250.00 60.00
tahun
Batas Siaga I
50.00
Banjir
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Status 400.00
Hujan (mm)
40.00 Hujan Siaga III
tahun
Batas Siaga III
250.00 60.00
batas siaga II
100.00
100.00
50.00
Pada skenario II, DAS ciliwung hulu dibagi menjadi menit ke-
5 subDAS yaitu DAS Hulu, DAS Tengah – Kanan , Gambar 10. Gambar 10 . Hidrograf banjir skenario II –
DAS Tengah – Tengah, DAS Tengah – Tengah dan SubDAS Hulu kala ulang 10 tahun
DAS Hilir sebagaimana terlihat pada Gambar 4 diatas.
Asumsi hujan yang terjadi pada skenario ini adalah
hujan hanya terjadi merata pada salah satu subDAS.
500.00 0.00
450.00
20.00
400.00
Batas Siaga I
80.00
150.00
50.00
tidak mencapai batas Siaga II dan Siaga I. Hasil analisa 0.00 120.00
120
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 121 - 124
Tabel 10. Hasil analisa skenario II – SubDAS Hulu untuk 500.00 0.00
20.00
Banjir (menit) (menit) (menit) (mm) 350.00 Hujan Kala Ulang 10 tahun
Hujan (mm)
40.00
300.00
Debit (m 3 /detik)
10 tahun
250.00 60.00
Siaga II - - - -
Batas Siaga III
200.00
Batas Siaga I
100.00
100.00
menit ke-
20.00
400
Hujan (mm)
25 tahun
Debit (m 3 /detik)
Hasil analisa skenario II subDAS Tengah – Kanan
Batas Siaga III
250 60.00
batas siaga II
450.00
400.00
20.00 Tabel 12. Hasil analisa skenario II – SubDAS Tengah –
350.00 Hujan Kala Ulang 2 tahun
Kanan untuk kala ulang 25 tahun
40.00
300.00
Hidrograf Banjir kala ulang 2
Debit (m 3 /detik)
200.00
batas siaga II
Siaga I - - - -
80.00
Siaga II - - - -
150.00
Batas Siaga I
100.00
50.00
100.00
Siaga III 169.54 135.00 34.54 64.56
0.00 120.00
Gambar 12. Hidrograf banjir skenario II –SubDAS Tengah – Hasil analisa skenario II subDAS Tengah – Tengah
Kanan kala ulang 2 tahun menunjukkan bahwa hidrograf banjir yang dihasilkan
oleh hujan kala ulang 2 tahun , kala ulang 10 tahun
dan kala ulang 25 tahun tidak mencapai batas siaga III.
Hasil analisa dapat dilihat pada Gambar 15 – Gambar
17.
121
Kajian Hubungan Hujan dan Limpasan ... (Nurul Fajar Januriyadi)
500.00 0.00
I. Hasil analisa dapat dilihat pada Gambar 18 – Gambar
450.00
20.00
20 dan Tabel 13 – Tabel 14.
400.00
Hujan (mm)
300.00
Hidrograf Banjir kala ulang 2
Debit (m 3 /detik)
tahun 450.00
250.00 60.00 20.00
Batas Siaga III 400.00
200.00
batas siaga II 350.00 Hujan Kala Ulang 2 tahun
80.00 40.00
150.00
Hujan (mm)
300.00
Hidrograf Banjir kala ulang 2
Debit (m 3 /detik)
Batas Siaga I
100.00 tahun
100.00 250.00 60.00
Batas Siaga III
50.00
200.00
0.00 120.00 80.00 batas siaga II
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 150.00
menit ke-
Batas Siaga I
100.00
50.00
450.00
20.00
400.00
40.00
300.00 450.00
Hidrograf Banjir Kala Ulang
Debit (m 3 /detik)
10 tahun 20.00
250.00 60.00 400.00
Batas Siaga III
Hujan Kala Ulang 10 Tahun
200.00 350.00
Hujan (mm)
40.00 Hujan Siaga III
80.00 batas siaga II
150.00 300.00 Hidrograf Banjir Kala Ulang
Debit (m 3 /detik)
10 tahun
Batas Siaga I Batas Siaga III
100.00 250.00 60.00
100.00 batas siaga II
50.00 200.00
Batas Siaga I
80.00
150.00 Hidrograf Siaga III
0.00 120.00
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
menit ke-
100.00
100.00
menit ke-
20.00
400
25 tahun
Debit (m 3 /detik)
20.00
250 60.00 Batas Siaga III 400
tahun
Batas Siaga III
100 250 60.00
batas siaga II
100.00
Batas Siaga I
50 200
Hidrograf Siaga III
80.00
0 120.00 150
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
menit ke-
100
100.00
menit ke-
122
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 123 - 124
Tabel 13. Tabel 13. Hasil analisa skenario II – SubDAS 500.00 0.00
20.00
Banjir
350.00 Hujan Kala Ulang 10 tahun
Hujan (mm)
40.00
300.00
Hidrograf Banjir Kala Ulang
Debit (m 3 /detik)
Siaga I - - - - 250.00 60.00
10 tahun
Siaga II - - - - 200.00
Batas Siaga I
100.00
100.00
50.00
Tabel 14. Tabel 14. Hasil analisa skenario II – SubDAS 0.00 120.00
Tengah – Kiri untuk kala ulang 25 tahun 0 200 400 600 800
menit ke-
1000 1200 1400 1600
Status Twp Tr Tw Hujan Komulatif Gambar 22. Gambar 22 . Hidrograf banjir skenario II –
Banjir (menit) (menit) (menit) (mm) SubDAS Hilir kala ulang 10 tahun
Siaga I - - - -
Siaga II - - - -
500 0.00
20.00
400
Hujan (mm)
25 tahun
Debit (m 3 /detik)
bahwa hidrograf banjir yang dihasilkan oleh hujan kala 200 batas siaga II
0 120.00
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
menit ke-
450
20.00
SubDAS Hilir kala ulang 25 tahun
400
300
Hidrograf Banjir kala ulang 2
Debit (m 3 /detik)
200
Kesimpulan
80.00 batas siaga II
150
Batas Siaga I
100
100.00 Sesuai dengan tujuan studi maka dari hasil studi,
analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
50
berikut:
0 120.00
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
menit ke-
Gambar 21. Gambar 21. Hidrograf banjir skenario II – 1. Curah hujan batas yang dapatkan untuk skenario
SubDAS Hilir kala ulang 2 tahun I adalah 23,44 mm untuk batas bawah siaga III,
64,45 mm untuk batas bawah siaga II dan 96,03
mm untuk batas bawah siaga I. Sedangkan pada
skenario II, tidak semua batas siaga terlewati
oleh hidrograf banjir, dan hanya 3 SubDAS yang
memiliki curah hujan batas siaga III, yaitu SubDAS
Hulu (W340) sebesar 64,36 mm, SubDAS Tengah
Kanan (W190) sebesar 83,73 mm dan SubDAS
Tengah Kiri (W270) sebesar 65,23 mm.
123
Kajian Hubungan Hujan dan Limpasan ... (Nurul Fajar Januriyadi)
124
Himpunan ISSN 0215-1251
Ahli Teknik Hidraulik Jurnal Teknik Sumber Daya Air
Indonesia Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 125 - 134
ABSTRAK
Pembangunan Bendung Copong Daerah Irigasi Leuwigoong menyebabkan terjadinya back water pada sungai Cimanuk yang berpengaruh
terhadap keamanan jembatan Copong yang berada 890 meter ke arah hulu bendung. Perhitungan back water dilakukan berdasarkan data
hujan dan debit selama 12 tahun dari tahun 1987 hingga 1998. Untuk kala ulang 100 tahun diperoleh hujan harian maksimum adalah 142
mm dan debit banjir maksimum adalah 740 m3/detik. Hasil perhitungan menunjukan bahwa panjang back water sudah melebihi jembatan
dan elevasi muka air banjirpun melebihi free board jembatan pada elevasi + 693,5. Desain bendung Copong yang merupakan bendung gerak
(barrage) dilengkapi dengan 3 pintu banjir dan 1 pintu pembilas, dapat menurunkan elevasi muka air banjir agar tidak meluap ke tanggul
dan tidak melebihi free board jembatan.Pada kondisi pintu banjir tidak dapat beroperasi (pintu ditutup) untuk debit 740 m3/dtk panjang back
water sudah melebihi jembatan dengan elevasi di bendung + 694.0 dan elevasi pada lokasi jembatan adalah + 694,3. Hal ini menyebabkan
terjadinya luapan pada tanggul banjir (elevasi tanggul banjir + 693.3) dan elevasi muka air sudah melebihi free board jembatan. Dengan
adanya operasi pintu gerak/pintu banjir, pada debit yang sama, elevasi muka air banjir dapat diturunkan dengan elevasi di bendung + 691,15
dan elevasi pada lokasi jembatan adalah + 692,2 serta panjang back water sepanjang 1.600 m. Maka elevasi muka air banjir aman terhadap
tanggul dan jembatan.
Kata Kunci : Bendung, debit banjir rencana, backwater, free board jembatan
ABSTRACT
Copong Weir construction on Leuwigoong Irrigation Area caused the back water on Cimanuk river effecting to Copong Bridge safety that
located 890 meters upstream of weir. Back water calculation was based on rainfall and discharge data during 12 years from 1987 to 1998.
Maximum daily rainfall is 142 mm and maximum flood discharge is 740 m3/second both for 100 years return period.The calculation showed
that the length of back water already exceeds the bridge and flood elevation exceeds the elevation of bridge free board at + 693.5. Copong
weir, which is barrage, was designed equipped with 3 floodway and 1 sluiceway, with the aim of reducing the flood elevation, so as not to
overflow to the dike and does not exceeds bridge free board. In the condition of floodway could not be operated (gate closed), as for the
discharge of 740 m3/second the back water length exceeding the bridge, at weir elevation + 694.0 and on bridge elevation is + 694.3. This
led to overflow on flood dike (flood dike elevation is at + 693.3) and it exceeding the free board of bridge. With the floodway gate operation,
at the same flood discharge, the flood elevation can be derived to + 691.15 at weir and + 692.2 at bridge, with back water as far as 1.600
meters. Then the flood elevations are safe to flood dike and Copong bridges.
Keywords: Dam, flood discharge plan, backwater, bridge freeboard
125
Transmisi Gelombang melalui Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)
pintu geraknya akan menimbulkan panjang back water masing-masing lebar 3m dan tinggi 1,30 m dan kontong
yang bersifat dinamis sesuai dengan pola operasi pintu. lumpur termasuk transisinya. Dilengkapi spillway
Pola dari panjang back water tersebut perlu diketahui dibagian hulu dan penguras pasir/lumpur pada akhir
untuk mendapatkan luas genangan dan tinggi muka kantong lumpur sampai ke sungai Cimanuk. Inlet ke
air ke hulu. Bendung ini berada di Sungai Cimanuk, conduit penguras dilengkapi tiga pintu penguras pasir.
dimana 890 m ke arah hulu bendung terdapat Jembatan
Copong yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan.
Perhitungan panjang back water perlu dilakukan untuk METODE PERHITUNGAN BACK WATER
mengetahui pengaruh pembendungan terhadap elevasi CURVE
muka air di hulu dan free board dari Jembatan Copong. Dalam keilmuan hidrolika, back water curve
dikelompkan menjadisuatu aliran berubah lambat
GAMBARAN UMUM BENDUNG GERAK laun (gradually varied flow). Perhitungannya didasari
COPONG dari penyelesaian persamaan dinamis dari aliran
berubah lambat laun. Perhitungan ini bertujuan
Bendung Gerak Copong terletak sekitar 0,9 km sebelah
untuk menentukan bentuk profil aliran. Secara
hilir dari Jembatan Copong. Bendung ini merupakan
umum, metode perhitungan untuk back water dapat
bangunan utama dari sistem irigasi Leuwigoong yang
digolongkan menjadi 3 metode, yaitu metode integrasi
terdiri dari dua bangunan yaitu bangunan intake dan
grafis (graphical integration method), metode integrasi
bangunan bendung. Bangunan bendung terdiri dua
langsung (direct integration method), dan metode
bagian yaitu bagian pelimpah banjir (floodway) dan
pentahapan (step method). Pada studi ini perhitungan
Pintu Pembilas. Bagian pelimpah banjir dilengkapi
dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yaitu
dengan tiga pintu masing berukuran lebar 12,50 m
metode integrasi langsung dan simulasi HEC-RAS.
dan tinggi 3,5 m dan bagian Pintu Pembilas bendung
dilengkapi dengan satu pintu lebar 5 m dengan tinggi Pemilihan perhitungan back water menggunakan
8 m. integrasi langsung adalah dengan adanya bantuan table
fungsi aliran berubah-ubah yang diperoleh dari Ven Te
Bangunan intake bendung terdiri tiga pintu pemasukan
Chow, perhitungan dapat diterapkan dengan mudah
dan kantong lumpur dan termasuk transisi. Spillway
berada di bagian hulu kantong dan bangunan penguras Sedangkan dengan bantuan simulasi HEC-RAS selain
pasir disiapkan dari akhir kantong lumpur ke Sungai didapatkan perhitungan back water, akan didapatkan
Cimanuk. Bangunan Intake/pengambilan ada disebelah juga visualisasi perhitungan 1-dimensinya dan simulasi
kiri yang terdiri dari tiga set pintu inlet dengan ukuran bukaan pintuk bendung dapat disimulasikan.
126
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 = �1 − + � ……(4) � 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀Dengan menggunakan
� 𝑀𝑀𝑀𝑀 antara kedua p
𝑆𝑆𝑆𝑆0 1− 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛𝑢𝑢𝑢𝑢𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛1 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑑𝑑𝑑𝑑𝑁𝑁𝑁𝑁𝑐𝑐𝑐𝑐……(4) 𝑢𝑢𝑢𝑢 Persamaan
penampang (9).
1 dan ini meng 2 m
�1 − + � untuk � � 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 Dengan meng
Persamaan 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 ini =dapat 𝑆𝑆𝑆𝑆 diintegrasikan
1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑑𝑑𝑑𝑑 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢 berubah,
𝑁𝑁𝑁𝑁
antara kedua
Persamaan
dan
penampang1 peny (9
Persamaan 0 ini dapat diintegrasikan 𝑛𝑛𝑛𝑛 untuk penampang
berubah, d
sepanjang x dari profil aliran. ……(4) Eksponen disederhanakan
sepanjang Jurnal Teknik x dari
Sumber profil
Daya Air, Vol. aliran. 1 No. 2Eksponen - Juni 2015 | 127 - 134menjadi
antara
disederhanaka kedua p
hidrolik dapat dianggap konstan untuk……(4) batas Persamaan (9). ini meng
Persamaanhidrolik ini dapat dapatdiintegrasikan dianggap perubahan konstan untukuntukberubah, batas dan
𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢
peny
integrasi
sepanjang x
tersebut
integrasi
Persamaan dari profil tersebut
ini
karena
aliran.
dapat karena
Eksponen
diintegrasikan perubahan untuk 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢, 𝑁𝑁𝑁𝑁)Persamaan
=� (9
kedalaman aliran berubah lambat laun relatif disederhanakan berubah, menjadi
𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢,
0 1 −
𝑁𝑁𝑁𝑁) 𝑢𝑢𝑢𝑢d=
hidrolik
kecil. Dalam dapat kedalaman
sepanjang hal dianggap ini eksponen aliran
x konstan dariberubah profil
hidrolikuntuk lambat
aliran. agaklaun
batas Eksponen relatif
atau disederhanaka𝑢𝑢𝑢𝑢
Metode Integrasi Langsung Persamaan ini dapat diintegrasikan untukuntuk sepanjang 𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢
integrasi kecil.
tergantung hidroliktersebut
pada Dalamydapat di dalam hal
karenadianggap ini batas eksponen perubahan
konstan bagian hidrolik agak
batas 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢, 𝑁𝑁𝑁𝑁)atau = � 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣
Persamaan diferensial aliran berubah lambat launsaluran kedalaman
tidak yang xaliran
tergantung
integrasi dari berubah profilpada tersebutaliran. lambat y Eksponen
di dalam
laun
karena relatif hidrolik
batas perubahan dapat
bagian 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣,dianggap
𝐽𝐽𝐽𝐽) = �0 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢
diketahui, bagian saluran ini 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢,
0 1 𝐽𝐽𝐽𝐽)
𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣, 𝑁𝑁𝑁𝑁)
−= 𝑣𝑣𝑣𝑣=
kecil. Dalam konstan
saluran hal
kedalaman aliran ini untuk
yang eksponen batas
diketahui, integrasi
hidrolik bagian tersebut
agak saluran karenaatau ini perubahan
dapat dinyatakan secara tegas untuk y pada harus setiap dibagi-bagi untukberubah integrasinya, lambat laun relatif
𝑣𝑣𝑣𝑣
jenis penampang melintang saluran, sehinggakemudian tergantung
suatu kedalaman
harus
kecil.pada Dalam
eksponen ydibagi-bagi aliran
dihidrolik dalam
hal iniberubah batas
eksponen
dalam untukbagian lambat
setiap integrasinya,
hidrolik launagak relatif kecil. atau 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣
kemudian eksponen 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣, 𝐽𝐽𝐽𝐽) = �
integrasi grafis yang tepat terhadap persamaan tersebut saluran dianggap
bagian yang Dalam
tergantung diketahui, halkonstan, ini
pada bagian
eksponen ysehingga dihidrolik saluran
dalamhidrolik hasil dalam
iniagak3.2.
batas setiap
tergantung
bagian Model pada Matematik0 1−M 𝑣𝑣𝑣𝑣
harus bagian
dibagi-bagi
y di dalam dianggap batas untuk bagian konstan, integrasinya,
saluran sehingga yang hasil
diketahui, 3.2. 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣,
bagian Model 𝐽𝐽𝐽𝐽) =
sesungguhnya praktis telah dilakukan. integrasi persamaan 2.4 menjadi : saluran yang diketahui, bagian saluran ini
Aliran sungai, khususny
kemudian integrasi eksponen
saluran
harus persamaan
inihidrolik
dibagi-bagi harus 2.4 dalam
dibagi-bagimenjadi
untuk setiap :integrasinya,
untuk integrasinya, Aliran sungai
Dalam Vynou (2002) dijelaskan bahwa, metoda 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀 curve
3.2. Model mempunyai Matematik sifat
bagian
𝑑𝑑𝑑𝑑 = �𝑢𝑢𝑢𝑢dianggap
𝑛𝑛𝑛𝑛
−kemudian
�kemudian 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑁𝑁𝑁𝑁konstan, +eksponen 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑐𝑐𝑐𝑐 � � sehingga
�eksponen 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 hidrolik
hidrolik 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢� 𝑢𝑢𝑢𝑢hasil
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑐𝑐𝑐𝑐𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑀𝑀𝑀𝑀 +𝑢𝑢𝑢𝑢dalam
𝐶𝐶𝐶𝐶dalam
𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀 setiap
setiap bagian
curve mempu
integrasi langsung dikembangkan dari metoda 𝑆𝑆𝑆𝑆0 persamaan 0 =1 − �𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑢𝑢𝑢𝑢 − �𝑑𝑑𝑑𝑑menjadi 1+:−� 𝑢𝑢𝑢𝑢 � � termasuk kedalam
3.2. Model proM
integrasi 𝑑𝑑𝑑𝑑
bagian
dianggap 𝑆𝑆𝑆𝑆0 dianggap 2.4konstan, 𝑛𝑛𝑛𝑛 0𝑁𝑁𝑁𝑁konstan,
sehingga sehingga
hasil 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢�hasil
𝑁𝑁𝑁𝑁 Aliran
integrasi + 𝐶𝐶𝐶𝐶persamaansungai, termasuk khususny ke
Bakhmeteff yaitu panjang saluran yang diselidiki dibagi 0 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛 0 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢 lambat laun (gradually v
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛 integrasi
4 𝑢𝑢𝑢𝑢menjadi 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 persamaan : 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑢𝑢𝑢𝑢2.4 menjadi :
𝑢𝑢𝑢𝑢𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀 curve mempunyai
analisis lambat
Aliran sungai
hidarulika laun
sifat
dilak (
menjadi beberapa bagian yang pendek. Perubahan 𝑑𝑑𝑑𝑑 = �𝑢𝑢𝑢𝑢 − � + �𝑢𝑢𝑢𝑢 � � …….(5) 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢� + 𝐶𝐶𝐶𝐶 termasuk pendekatan analisis
kedalam hidar prs
𝑆𝑆𝑆𝑆0 0 1𝑑𝑑𝑑𝑑− 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 0 1 −𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢𝑐𝑐𝑐𝑐𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀…….(5) metode curve mempu
kemiringan kritis dalam jarak pendek untuk kedalaman Integrasi pertama
𝑛𝑛𝑛𝑛
𝑁𝑁𝑁𝑁 lambat laun metode
(gradually pen kev
𝑆𝑆𝑆𝑆0 dari 0persamaan 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛(5) diatas
𝑑𝑑𝑑𝑑 = �𝑢𝑢𝑢𝑢 − � + � � � 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢� + 𝐶𝐶𝐶𝐶 termasuk
Integrasi 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑁𝑁𝑁𝑁 0 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢(5)permasalahan back
yang berbeda-beda disetiap titik dianggap konstan disebut dan F(y,N) yaitu :pertama dari persamaan …….(5)
diatas...........
analisis
pembangunan Bendung( hidarulika(5) laun
permasalahan
lambat dila
integrasi dibuat dengan jarak pendek dengan bantuan disebut F(y,N) yaitu : metode pendekatan pembangunan
Integrasi pertama Integrasi dari pertama 𝑢𝑢𝑢𝑢
persamaan 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢dari 𝑢𝑢𝑢𝑢persamaan (5) 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 diatas …….(5) (5)Cimanuk, diatas disebut
analisis hidar
pendekatan als
fungsi aliran berubah. 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢, 𝑁𝑁𝑁𝑁) = � permasalahan
dapat digunakan un Cimanuk,
metode back pen
pen
disebut F(y,N) F(y,N)
Integrasi yaitu yaitu : 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢,
pertama : −dari
0 1𝑁𝑁𝑁𝑁) 𝑢𝑢𝑢𝑢=𝑁𝑁𝑁𝑁�persamaan 𝑁𝑁𝑁𝑁 (5)permasalahan diatas
pembangunan dapat Bendung digun
Oleh Mononobe digunakan dua permisalan untuk 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢 permasalahan
tersebut.
disebut F(y,N)𝑢𝑢𝑢𝑢yaitu : 0…….(6)
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 …….(6) Cimanuk, permasalahan
pendekatan
pembangunan al
eksponen hidrolik, dengan permisalan ini pengaruh 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢, 𝑁𝑁𝑁𝑁) = � Software yang digunaka
𝑢𝑢𝑢𝑢 dapat digunakan
Cimanuk, un
pen
perubahan kecepatan dan tinggi tekanan Yang gesekdikenal Yang
sebagai fungsi
dikenal 0 sebagai 1 −aluran
fungsi
berubah 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑢𝑢𝑢𝑢𝑁𝑁𝑁𝑁 .............................................
aluran adalah
berubah Software
HEC-RAS (6) yan 4
baran Umum Bendung Gerak Copong (varied flow function). Integrasi kedua 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢, 𝑁𝑁𝑁𝑁) = �
…….(6) dari permasalahan dapat tersebut. digun
diperhitungkan tanpa perlu membagi panjang saluran (varied flow function). 0 Integrasi 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁
kedua digunakandari adalah
dengan HEC pe
Sumber : PIRIMP persamaan (6)
Yangdiatas dikenal dapat sebagai juga dinyatakan fungsijuga aluran berubah (varied permasalahan
digunakan
baran Umum Bendung menjadiGerak bagian-bagian Copong pendek. Kemudian Lee Yang
dalam
dandikenal
bentuk persamaan sebagai
fungsi (6)fungsi
aliran diatas aluran
berubah, dapat berubah yaitu
…….(6)
dinyatakan Software
HEC-RAS yangcukup digunaka baik d
baran Umum Bendung
yang Gerak
dipakaimemperkenalkan Copong Bakhmeteff fungsi sehingga Integrasi kedua adalah HEC-RAS
HEC-RAS cu 4
flow function). daridariberubah persamaan (6)
Software yan
Sumber : PIRIMP
Von Seggern aliran berubah
Sumber : PIRIMP (varied flow dalam
Yang function).
𝑁𝑁𝑁𝑁� dikenal bentukIntegrasi fungsi
sebagai aliran
kedua
fungsi berubah,
aluran dalam yaitupenggunaannya de
diperlukan
lambat dipakai laun table yang tambahan baru untuk metode
sebagai fungsi ini. yang dipakai dengan 𝑣𝑣𝑣𝑣 = diatas
𝑢𝑢𝑢𝑢 diatas 𝐽𝐽𝐽𝐽 dan dapat 𝑁𝑁𝑁𝑁jugajuga
𝐽𝐽𝐽𝐽 function).
=
𝑁𝑁𝑁𝑁
dinyatakan sehingga 𝑁𝑁𝑁𝑁 dalam digunakan
Windowbentuk dan dalam
dengan
fungsi
adalahmampu penggu HEC p
ba
lambat yang Bakhmeteff sehingga persamaan (6)
(varied
dengan 𝑣𝑣𝑣𝑣flow=dapat 𝑢𝑢𝑢𝑢 �𝐽𝐽𝐽𝐽(𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀+1) dan dengan 𝐽𝐽𝐽𝐽dinyatakan
Integrasi
= kedua sehingga dari
yang
Bakhmeteff dipakai sehingga Bakhmeteff
diperlukan sehingga
table tambahan untuk bentuk aliran berubah, yaitu dan HEC-RAS
sehingga
basis input datanya cud Window
integrasicukup
digunakan dan
baik
a lambat
tegas diperlukan
Dalam table
perhitungan tambahan pada untuk penelitian metode ini. ini integrasi dalam kedua persamaan fungsi (6)
menjadi aliran
: diatas berubah, dapat(𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀+1) yaitudinyatakan
juga
diperlukan
metode ini.tablemetode tambahan untuk metode ini. kedua
integrasi menjadi kedua :
menjadi : dalam penggunaannya basis
dapatinput
HEC-RAS dd
cu
aampang
lambat menggunakan
Dalam perhitungan padayang dikembangkan
penelitian ini dengan 𝑣𝑣𝑣𝑣 = dalam 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑢𝑢𝑢𝑢 �𝐽𝐽𝐽𝐽 bentuk dan 𝑣𝑣𝑣𝑣𝐽𝐽𝐽𝐽 =fungsi aliran
𝑁𝑁𝑁𝑁
sehingga berubah,Software yaitu ini diund
tegas internet. dalam penggud
Window danSoftware
mampu ini ba
𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀
oleh 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝐽𝐽𝐽𝐽 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣 𝐽𝐽𝐽𝐽
DalamChow, dimana eksponen hidrolik
ntegrasi 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑁𝑁𝑁𝑁 (𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀+1)
aampangtegas Dalam
menggunakan perhitungan
perhitungan metode pada padayang penelitian penelitian
dikembangkan ini menggunakan ini � dengan 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 =𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑣𝑣𝑣𝑣 = � 𝑢𝑢𝑢𝑢 �𝐽𝐽𝐽𝐽 dan 𝐽𝐽𝐽𝐽3 =𝑣𝑣𝑣𝑣𝐽𝐽𝐽𝐽 =𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣, 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑁𝑁𝑁𝑁𝐽𝐽𝐽𝐽) 𝐽𝐽𝐽𝐽 sehingga
tersebut
ampang dinyatakan
menggunakan terhadap metode kedalaman yang dikembangkan air, hidrolik dimana integrasi
0 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢 �
kedua menjadi
𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑁𝑁𝑁𝑁0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 :1 −=𝑣𝑣𝑣𝑣 � 𝑁𝑁𝑁𝑁 (𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀+1) = 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣, basis 𝐽𝐽𝐽𝐽) inputinternet. datanyadancu
Window
ntegrasi oleh
metode Chow, yang dimana
dikembangkan eksponen oleh Chow, dimana 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁 1 − 𝑣𝑣𝑣𝑣 3 𝑁𝑁𝑁𝑁 Persamaan
Software ini yang
dapat
basis
............ (7) input digud
diund
persamaan
oleh Chow, berubah dimana lambat eksponen laun adalah
hidrolik 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀 integrasi 0 kedua 𝑣𝑣𝑣𝑣 menjadi 0 : ……(7) Persamaan y
ntegrasi
tersebut dinyatakan
eksponen terhadap
hidrolik kedalaman
dinyatakan terhadap air, dimana kedalaman air, 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝐽𝐽𝐽𝐽 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣 𝐽𝐽𝐽𝐽 ……(7) aliran
internet. Software inilad
berubah lambat
tersebut sebagai
dinyatakan berikut terhadap : kedalaman air,laun dimana � 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑢𝑢𝑢𝑢 = 𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀 � = 𝑣𝑣𝑣𝑣 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣, 𝐽𝐽𝐽𝐽) aliran berubah
bahwa, persamaan
dimana persamaan berubahberubah lambatlambat laun adalah adalah sebagai Dengan 0 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢Dengan
𝑁𝑁𝑁𝑁Dengan 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁 0 1 − 𝑣𝑣𝑣𝑣𝐽𝐽𝐽𝐽3 𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣 𝐽𝐽𝐽𝐽 flow) adalah internet. mengg
persamaan berubah lambat laun adalah � 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 = � = Persamaan
𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣,
energy. 𝐽𝐽𝐽𝐽) Selain flow)
yang
itu adala
juga digu d
bangkan sebagai
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 berikut
berikut : 1 − (𝑑𝑑𝑑𝑑 : 𝑛𝑛𝑛𝑛 /𝑑𝑑𝑑𝑑) 𝑁𝑁𝑁𝑁
0 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑁𝑁𝑁𝑁 0 1……(7)
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣 − 𝑣𝑣𝑣𝑣 3 𝑁𝑁𝑁𝑁 aliran berubah
bahwa, sebagai = berikut
𝑆𝑆𝑆𝑆 : … (1) 𝑣𝑣𝑣𝑣 perubahan aliran dari energy.
Persamaanlambat Selain lay
panjang
bahwa, 0
1 − (𝑑𝑑𝑑𝑑 /𝑑𝑑𝑑𝑑) 𝑀𝑀𝑀𝑀
𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣, 𝐽𝐽𝐽𝐽) = � 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣 ……(7)
bangkan 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑛𝑛𝑛𝑛
𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑁𝑁𝑁𝑁 ...........................................
Dengan (1) 0 1 𝐽𝐽𝐽𝐽)
𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣, −= 𝑣𝑣𝑣𝑣 �3 flow) adalah
superkritis, perubahan
aliran
atauberubahmengg daria
menjadi
bangkan 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑆𝑆𝑆𝑆:0 1 − (𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛 /𝑑𝑑𝑑𝑑)𝑀𝑀𝑀𝑀
Dimana … (1) ..............................................
0 1 − 𝑣𝑣𝑣𝑣
3 (8)
panjang 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑆𝑆𝑆𝑆0 1 − (𝑑𝑑𝑑𝑑 /𝑑𝑑𝑑𝑑) … (1) Dengan 𝑣𝑣𝑣𝑣 ……(8) menjadi subkritis. Bebed
energy. Selain superkritis,
flow) itu juga
adala
rubahan
panjang 𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣 ……(8)
menjadi 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
Dimana : 1 − (𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛𝑦𝑦𝑦𝑦/𝑑𝑑𝑑𝑑)2𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑦𝑦𝑦𝑦 Dengan memasukan 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣,
Dengan memasukan 3notasi 𝐽𝐽𝐽𝐽) = notasi
� dari persamaan
𝑣𝑣𝑣𝑣 dari persamaan perubahan
tersebut (6)antara
dan menjadi
aliran
energy.
(8)lainSelain subkdari
perub
kmenjadi
untuk 3 :�1 Dengan memasukan 1 − 𝑣𝑣𝑣𝑣 notasi 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣
dari persamaan
rubahan Dimana
Dimana : + 2𝑧𝑧𝑧𝑧 �𝑏𝑏𝑏𝑏 ��2 − 2𝑧𝑧𝑧𝑧 �𝑏𝑏𝑏𝑏 � �1 𝑦𝑦𝑦𝑦
+ 𝑧𝑧𝑧𝑧 � ��
𝑏𝑏𝑏𝑏 (6) dan (8) ke
ke 𝑑𝑑𝑑𝑑dalam dalam persamaan persamaan
0
𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣, 𝐽𝐽𝐽𝐽) =(5) 𝑑𝑑𝑑𝑑� (5)
maka
𝑀𝑀𝑀𝑀 maka
𝐽𝐽𝐽𝐽 persamaan superkritis,
kemiringan menjadiperubahan tersebut
atau
: saluran, a antar
dari
iap
rubahan
k untuk titik 𝑀𝑀𝑀𝑀 = Dengan permisalan 𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑦𝑦𝑦𝑦= 𝑦𝑦𝑦𝑦persamaan 𝑦𝑦𝑦𝑦 diatas 𝑑𝑑𝑑𝑑(6)= dan
𝑛𝑛𝑛𝑛 (8) ke𝑁𝑁𝑁𝑁) dalam + � ……(8)
𝑐𝑐𝑐𝑐 persamaan
� 1 −𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣, 𝑣𝑣𝑣𝑣 3 𝐽𝐽𝐽𝐽)�(5) 𝐶𝐶𝐶𝐶maka subkritis.
menjadi kemiringan Bebe
3 �1 +�1 2𝑧𝑧𝑧𝑧+�𝑦𝑦𝑦𝑦2𝑧𝑧𝑧𝑧 ���2 𝑦𝑦𝑦𝑦−��2𝑧𝑧𝑧𝑧 �1 + � � �1
𝑦𝑦𝑦𝑦 + 𝑧𝑧𝑧𝑧 � �� persamaan menjadi �𝑢𝑢𝑢𝑢 − : 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢, 0 +jembatan, superkritis,
bangunan terju
kdengan 𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑧𝑧𝑧𝑧= 𝑦𝑦𝑦𝑦�𝑏𝑏𝑏𝑏 ��persamaan
𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑦𝑦𝑦𝑦
untuk Dengan permisalan
𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑦𝑦𝑦𝑦
𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑦𝑦𝑦𝑦
𝑏𝑏𝑏𝑏 Dengan
diatas persamaan
memasukan 𝑆𝑆𝑆𝑆0𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛 menjadi
notasi :
dari 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑑𝑑𝑑𝑑persamaan 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑀𝑀𝑀𝑀 𝐽𝐽𝐽𝐽
……(8)
iap titik 𝑀𝑀𝑀𝑀 = 3 dapat�1 +
Dengan permisalan dinyatakan
2𝑧𝑧𝑧𝑧 � �� −
𝑏𝑏𝑏𝑏 untuk
2𝑧𝑧𝑧𝑧 𝑢𝑢𝑢𝑢� = �
dx, �1 yaitu+
persamaan 𝑧𝑧𝑧𝑧 � : �� diatas 𝑑𝑑𝑑𝑑 =𝑑𝑑𝑑𝑑 �𝑢𝑢𝑢𝑢 − 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢, 𝑁𝑁𝑁𝑁) + 𝑑𝑑𝑑𝑑�
𝑀𝑀𝑀𝑀
𝑐𝑐𝑐𝑐
� 𝐽𝐽𝐽𝐽 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣, 𝐽𝐽𝐽𝐽)� tersebut
+ 𝐶𝐶𝐶𝐶 persimpangan. ban
antarajembatan,
menjadi lain perub
subk
𝐽𝐽𝐽𝐽)� + aliran Per
𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑐𝑐𝑐𝑐
iap idengan
aliran
titik 𝑀𝑀𝑀𝑀 = �1 +
𝑏𝑏𝑏𝑏
2𝑧𝑧𝑧𝑧 �
𝑦𝑦𝑦𝑦
�� �1 +
𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑛𝑛𝑛𝑛
𝑧𝑧𝑧𝑧 �
𝑦𝑦𝑦𝑦
�� .....(2) 𝑏𝑏𝑏𝑏 ............ (6) (2)
dan 𝑑𝑑𝑑𝑑 =ke 𝑆𝑆𝑆𝑆�𝑢𝑢𝑢𝑢
(8) Dengan dalam − 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢,
memasukan 𝑁𝑁𝑁𝑁) + � �𝑑𝑑𝑑𝑑 (5) 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣,
persamaan notasi …..(9)
maka
dari
𝑁𝑁𝑁𝑁 persamaan 𝐶𝐶𝐶𝐶
kemiringan aliran persimp
saluran,
dapat dapat dinyatakan
dinyatakan
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦𝑦𝑦
𝑏𝑏𝑏𝑏 untuk 1 untuk dx, dx, 𝑏𝑏𝑏𝑏 yaitu
𝑦𝑦𝑦𝑦
yaitu
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑀𝑀𝑀𝑀 : 𝑢𝑢𝑢𝑢:𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑆𝑆𝑆𝑆0 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑛𝑛𝑛𝑛
pada ...............
Bendung (9)
tersebut antar
Copon
idengan
aliran �1 𝑛𝑛𝑛𝑛+ 2𝑧𝑧𝑧𝑧 � �� �1 + 𝑧𝑧𝑧𝑧 � 𝑐𝑐𝑐𝑐�� persamaan Dengan menjadi
(6) dan menggunakan : ke dalam
(8) persamaan persamaan …..(9)…..(9)
(9) (5) untuk maka bangunan
jembatan, pada Bendu terj
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 = �1 − 𝑏𝑏𝑏𝑏 + � 𝑏𝑏𝑏𝑏 � .....(2) 𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀 � 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 kemiringan
imisalan
aliran 𝑆𝑆𝑆𝑆
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
0 𝑛𝑛𝑛𝑛 1 − 1 𝑢𝑢𝑢𝑢1 𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑐𝑐𝑐𝑐 .....(2)
𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑀𝑀𝑀𝑀
1 𝑢𝑢𝑢𝑢 − 𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁
penampang Dengan
persamaan menggunakan
1 menjadi
dan 2 : maka persamaan diperoleh (9) untuk
aliran
jarak penampang
persimpangan.
jembatan, Pe
ban
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑1𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
=
𝑛𝑛𝑛𝑛
= �1𝑦𝑦𝑦𝑦�1 − − 1 −𝑁𝑁𝑁𝑁√1 + + 𝑐𝑐𝑐𝑐
� 𝑧𝑧𝑧𝑧�2𝑑𝑑𝑑𝑑��𝑦𝑦𝑦𝑦�� 1 −𝑁𝑁𝑁𝑁𝑢𝑢𝑢𝑢�𝑁𝑁𝑁𝑁𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 � 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 Dengan Denganmenggunakan menggunakanpersamaan persamaan(9)(9)untuk untuk
misalan 10 + 2𝑧𝑧𝑧𝑧 �
𝑆𝑆𝑆𝑆 �
𝑆𝑆𝑆𝑆0 0𝑏𝑏𝑏𝑏 18− 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁 +
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑏𝑏𝑏𝑏 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢 antara 1
penampang1 1dan dan kedua 2 maka penampang diperoleh
dan2 2maka yaitu jarak
makadiperoleh : L antara
=
diperolehjarak x 2 - kedua
x pada
1 jarak penampang
Bendung aliran persimp Copo
misalan 𝑁𝑁𝑁𝑁 = 𝑦𝑦𝑦𝑦 − ……(4) 𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑦𝑦𝑦𝑦 ............ (3)
penampang
nmisalan
tinggi 1 + 2𝑧𝑧𝑧𝑧 � � + 𝑧𝑧𝑧𝑧 2 � � antara yaitukedua : L = x2 penampang - x1 yaitu : L = x - x pada Bendu
misalan 3 𝑦𝑦𝑦𝑦
10 1 + 𝑧𝑧𝑧𝑧 � 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑏𝑏𝑏𝑏� 8 1 + 2√1 +2 𝑧𝑧𝑧𝑧𝑦𝑦𝑦𝑦𝑏𝑏𝑏𝑏 � � 3 √1 2 Persamaan
antara kedua(9). penampang ini mengandung yaitu : Lfungsi = x 2 - aliran 2 x1 1
anmisalan
perlu
tinggi 𝑁𝑁𝑁𝑁 = Persamaan
10 1 + 2𝑧𝑧𝑧𝑧 � 𝑏𝑏𝑏𝑏 � ini − 8dapat √1 +
diintegrasikan 𝑧𝑧𝑧𝑧 ……(4) � ……(4) � 𝑏𝑏𝑏𝑏 untuk Persamaan (9).iniini mengandungfungsi fungsi aliran berubah,
3 1 + 𝑧𝑧𝑧𝑧 �𝑦𝑦𝑦𝑦𝑏𝑏𝑏𝑏� − 3 1 + 2√1 + 𝑧𝑧𝑧𝑧 𝑏𝑏𝑏𝑏2 �𝑦𝑦𝑦𝑦� berubah,
Persamaan dan(9). penyelesaiannya
mengandung dapat aliran
Persamaan (9). ini mengandung fungsi aliran
anbagian-
tinggi …. 𝑁𝑁𝑁𝑁 (3)
= sepanjang x ini dari profil diintegrasikan aliran. Eksponen
perlu 3 Persamaan
Persamaan 1 + 𝑧𝑧𝑧𝑧dapat
𝑦𝑦𝑦𝑦
� �ini dapat
𝑏𝑏𝑏𝑏 3 dapat
1𝑦𝑦𝑦𝑦 + 2√1 diintegrasikan + 𝑧𝑧𝑧𝑧 �untuk 2 𝑦𝑦𝑦𝑦
𝑏𝑏𝑏𝑏
� untuk untuk disederhanakandan
berubah, dan penyelesaiannya menjadi
dan penyelesaiannya : dapat
penyelesaiannya dapat disederhanakan dapatmenjadi :
an Von
abagian-
perlu Dengan hidrolik
permisalan
sepanjang 𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑢𝑢𝑢𝑢 x dianggap
= dari persamaan
profil konstan aliran. diatas𝑏𝑏𝑏𝑏 Eksponen batas 𝑑𝑑𝑑𝑑berubah, 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑀𝑀𝑀𝑀 𝐽𝐽𝐽𝐽
aliran ….Dengan (3) sepanjang
permisalan x persamaandari𝑦𝑦𝑦𝑦𝑛𝑛𝑛𝑛profildiatas aliran. dapat Eksponendinyatakan
𝑛𝑛𝑛𝑛
𝑑𝑑𝑑𝑑 = disederhanakan disederhanakan
�𝑢𝑢𝑢𝑢 − 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢, 𝑁𝑁𝑁𝑁) +menjadi �𝑢𝑢𝑢𝑢menjadi
𝑐𝑐𝑐𝑐
�𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 :𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣, : 𝐽𝐽𝐽𝐽)� + 𝐶𝐶𝐶𝐶
an bagian-
Von …. (3) integrasi
hidrolik dapat tersebut dianggap karena konstan perubahan
untuk batas 𝑆𝑆𝑆𝑆0 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢, 𝑁𝑁𝑁𝑁) = � 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑁𝑁𝑁𝑁 … . (10)
ai dapat hidrolik
untukdinyatakan
dx, yaitu : untuk dapat dianggap
dx, konstan
yaitu : lambat laun relatif untuk batas
anfungsi Von
aliran kedalaman
integrasi aliran tersebut berubah karena perubahan perubahan 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢
0 1− 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑁𝑁𝑁𝑁…..(9). . .......................................... (10)
integrasi tersebut karena 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢, 𝑁𝑁𝑁𝑁)𝑁𝑁𝑁𝑁) == � � 1 −𝑁𝑁𝑁𝑁𝑢𝑢𝑢𝑢𝑁𝑁𝑁𝑁 …… . (10)
aliran
ai fungsi kecil.
𝑑𝑑𝑑𝑑 kedalaman Dalam 1 hal ini𝑑𝑑𝑑𝑑
aliran eksponen
berubah 𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀hidrolik agak
lambat laun relatif atau𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢, 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢
. (10)
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 = kedalaman �1 − aliran +berubah lambat� laun relatif
𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑐𝑐𝑐𝑐
ai fungsi tergantung � di� dalam 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢3 bagian Dengan menggunakan 0persamaan
𝑣𝑣𝑣𝑣 0 (9) untuk
1 −pada 𝑁𝑁𝑁𝑁 haly 𝑑𝑑𝑑𝑑 batas atau atau 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣
𝑆𝑆𝑆𝑆0kecil.
kecil. Dalam Dalam 𝑢𝑢𝑢𝑢hal iniini eksponen
𝑛𝑛𝑛𝑛eksponen 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑁𝑁𝑁𝑁hidrolik hidrolik agak
............
agak atau
penampang 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣,
1 dan 𝐽𝐽𝐽𝐽) = 2 � maka diperoleh … .jarak . . (11)
salurantergantung yang pada diketahui, bagian saluran ini(4) 𝑣𝑣𝑣𝑣 1𝑣𝑣𝑣𝑣 − 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑣𝑣𝑣𝑣 3
tergantung pada y ydi didalam dalambatas batas 3 bagian bagian
antara kedua penampang 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣
= =� �yaitu : L = x 2…- … .x. 1..(11)
0
harus saluranyang dibagi-bagi
yangdiketahui, diketahui, untukbagian integrasinya, saluran 𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣,𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣, 𝐽𝐽𝐽𝐽) 𝐽𝐽𝐽𝐽) . . (11)
saluran ……(4) bagian saluran 3 iniini 01 − 1− 𝑣𝑣𝑣𝑣 3𝑣𝑣𝑣𝑣 3
kemudian
harus dibagi-bagi eksponen hidrolik
dibagi-bagi untuk dalam integrasinya, setiap Persamaan (9). ini mengandung ..............................................(11) 0 fungsi aliran
harus untuk integrasinya, 3.2. Model Matematik HEC-RAS
Persamaan bagian ini
kemudianeksponen dapat
dianggap diintegrasikan
eksponenhidrolik konstan, hidrolikdalam sehingga untukdalamsetiap hasil
berubah,
setiap dan penyelesaiannya dapat
kemudian
sepanjang integrasi x
bagiandianggap daripersamaan profil
dianggapkonstan, aliran.
2.4 menjadi
konstan,sehingga Eksponen :
sehinggahasil disederhanakan
hasil 3.2. Aliran 3.2. Model Model
sungai,menjadi MatematikMatematik
khususnya : HEC-RAS HEC-RAS
aliran back water
bagian
hidrolik dapat integrasi dianggap persamaan konstan 2.4 untuk
menjadi batas: curve mempunyai sifat tidak permanen, dan
integrasi 𝑑𝑑𝑑𝑑 persamaan 2.4 𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 menjadi
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑀𝑀𝑀𝑀
:
𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀
𝑢𝑢𝑢𝑢 Aliran Aliransungai, sungai,
𝑢𝑢𝑢𝑢
khususnya
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 khususnyaaliran aliran back backwater water
integrasi𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑛𝑛𝑛𝑛tersebut �𝑢𝑢𝑢𝑢 − � karena + � � perubahan
𝑐𝑐𝑐𝑐
� 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢� + 𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑢𝑢𝑢𝑢, termasuk𝑁𝑁𝑁𝑁) = � kedalam profil … . aliran
(10) berubah
𝑆𝑆𝑆𝑆0 𝑑𝑑𝑑𝑑 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑀𝑀𝑀𝑀0𝑢𝑢𝑢𝑢 1 − 𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀
curve curve mempunyaimempunyai 𝑁𝑁𝑁𝑁 sifat sifat tidak tidak permanen,permanen, dan dan 127
kedalaman𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑aliran 𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑛𝑛𝑛𝑛 �𝑢𝑢𝑢𝑢 berubah
− � 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢 lambat +𝑑𝑑𝑑𝑑𝑐𝑐𝑐𝑐�� laun �� �𝑢𝑢𝑢𝑢relatif 0 1(gradually − 𝑢𝑢𝑢𝑢
0𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑁𝑁𝑁𝑁−𝑀𝑀𝑀𝑀
𝑑𝑑𝑑𝑑 = = 𝑆𝑆𝑆𝑆 �𝑢𝑢𝑢𝑢 − � + � 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢�
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑢𝑢𝑢𝑢� + + 𝐶𝐶𝐶𝐶 lambat
𝐶𝐶𝐶𝐶 termasuk laun kedalam varied
profil flow)
aliran sehingga berubah
kecil. Dalam 𝑆𝑆𝑆𝑆0 hal 0 ini 1 1
eksponen
− −
𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
hidrolik𝑛𝑛𝑛𝑛 1 − 1 agak−
𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑁𝑁𝑁𝑁
atau termasuk kedalam profil aliran berubah
0 0 𝑛𝑛𝑛𝑛 0 0
…….(5) analisis
lambat hidarulika
laun (gradually dilakukan varied menggunakan
flow) sehingga
tergantung pada y di dalam batas bagian lambat laun 𝑣𝑣𝑣𝑣 (gradually
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣𝑣𝑣 varied flow) sehingga
𝐹𝐹𝐹𝐹(𝑣𝑣𝑣𝑣,metode analisis
𝐽𝐽𝐽𝐽) = � pendekatan
hidarulika steady
dilakukan… . . . (11) flow.
menggunakan Pada
…….(5) analisis hidarulika dilakukan menggunakan
Transmisi Gelombang melalui Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)
Tabel 1. Hujan Rencana Periode Ulang hasil perhitungan Tabel 3. Perbandingan Hujan Rencana Kala Ulang hasil
Konsultan Perhitungan Konsultan dan Penulis
Return Rt Tc Q0 Hujan Rencana
βq βqn α Kala Ulang
Period (mm) (jam) 3
(m /dtk) Grafis Analitis Perbedaan
(tahun)
5 79.05 13.773 2.63 1.038 0.700 375 X (mm) X (mm)
10 94.35 13.250 2.67 1.259 0.700 455 5 105 116 -11
25 109.03 12.819 2.73 1.486 0.700 555 10 123 122 1
50 128.02 12.324 2.82 1.808 0.700 653 25 135 141 -6
100 142.25 12.016 2.89 2.053 0.700 740 50 153 158 -5
Sumber : PIRIMP, Nippon Koei Co., Ltd. 100 170 173 -3
129
Transmisi Gelombang melalui Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)
Tabel 4. Perhitungan Debit Banjir Periode Ulang dengan Tabel 6. Perbandingan Debit Banjir Rencana Kala Ulang
Metode Melchior hasil Perhitungan Konsultan dan Penulis
Q0 Kala Debit Banjir
Return Rt Tc
βq βqn α Ulang Q (m3/dtk) Perbedaan
Period (mm) (jam) (m3/dtk) (tahun) Grafis Analitis
5 79.05 13.773 2.63 1.038 0.700 375 5 208 215 -7
10 275 269 6
10 94.35 13.250 2.67 1.259 0.700 455
25 325 322 3
25 109.03 12.819 2.73 1.486 0.700 555 50 387 385 2
50 128.02 12.324 2.82 1.808 0.700 653 100 425 428 -3
100 142.25 12.016 2.89 2.053 0.700 740
Sumber : Konsultan Nippon Koei, Co. Ltd.
Kala Debit Banjir (m3/dtk)
Ulang Hasil Perbedaan
Konsultan
Hasil perhitungan debit banjir rencana Konsultan (tahun) Hitungan
5 375 208 167
memberikan nilai untuk Q100 = 740 m3/dtk. Untuk 10 455 275 180
mendapatkan perbandingan hasil perhitungan 25 555 325 230
debit rencana kala ulang oleh konsultan, dilakukan 50 653 387 266
100 740 425 315
perhitunganmenggunakan basis data debit maksimum
harian hujan berdasarkan data dari Pos duga air stasiun
hujan Leuwidaun, Kecamatan Garut Kota Kabupaten Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
Garut dari tahun 1996-2013. konsultan dan hasil perhitungan Penulis yaitu sekitar
167 s.d. 315 m3/dtk. Debit Rencana hitungan konsultan
Pos duga air Stasiun Leuwidaun adalah stasiun terdekat
untuk Q100 = 740 m3/dtk, sedangkan hitungan Penulis
yang untuk pengambilan data debit sungai Cimanuk
untuk Q100 = 425 m3/dtk. Terdapat perbedaan sebesar
untuk Bendung Copong. Pengambilan data setiap
315 m3/dtk, hampir setengahnya dari debit hitungan
harinya dilakukan 3 kali, yaitu pada pukul 06.00, 12.00
konsultan. Hal ini terjadi karena data yang digunakan
dan 18.00. Untuk kondisi terjadi banjir, pembacaan
oleh Penulis adalah data debit hujan harian dari pos
muka air tertinggi dilakukan dengan membaca bekas
duga yang pengukurannya dari sungai, dimana sudah
banjir di peillschaal/tebing sungai. Berikut adalah
terdapat banyak pengambilan di hulunya, sehingga
rekapitulasi dari data debit maksimum tahunan :
debit yang terrekam sudah berkurang dari debit aslinya.
Selain itu, debit puncak yang dicari belum tentu
Tabel 5. Debit Maksimum Tahunan Sungai Cimanuk
(Pos Leuwidaun) didapatkan, karena pengambilan data dilakukan 3x
Debit Debit dalam 1 hari, yaitu pada pukul 06.00, 12.00 dan 18.00.
Tahun Tahun
(m3/dtk) (m3/dtk) Perhitungan konsultan menggunakan data hujan,
1996 78.8 2005 111.08 dimana data hujan tidak akan terjadi pengurangan,
1997 53.8 2006 40.6 karena hujan langsung turun tanpa ada pengambilan
1998 223 2007 104.36 apapun. Oleh karena itu, untuk perhitungan back
1999 112 2008 79.71 water curve, hasil hitungan debit banjir rencana dari
2000 88.5 2009 158 Konsultan bisa digunakan.
2001 75.7 2010 59.83 Sedangkan perhitungan konsultan menggunakan
2002 49.7 2011 88.5 data hujan, dimana data hujan tidak akan terjadi
2003 67.3 2012 221.2 pengurangan, karena hujan langsung turun tanpa
2004 21.5 2013 265.44 ada pengambilan apapun. Oleh karena itu, untuk
Sumber : BBWS Cimanuk-Cisanggarung/PUSAIR perhitungan back water curve, hasil hitungan debit
banjir rencana dari Konsultan bisa digunakan.
Perbandingan perhitungan dengan hasil hitungan
Konsultan disajikan pada tabel berikut :
130
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 131 - 134
Gambar 2. Hasil Perhitungan Tinggi Muka Air Metode Integrasi Langsung Q100 tahun
Gambar 3. Hasil Perhitungan Tinggi Muka Air Simulasi HEC-RAS Q100 tahun
131
Transmisi Gelombang melalui Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)
elevasi puncak dari tanggul. Sedangkan untuk banjir Dari hasil kedua metode perhitungan diatas, pada
periode ulang 25 tahun (Q = 555 m3/dtk), 50 tahun (Q kondisi pintu floodway ditutup ketika terjadi banjir
= 653 m3/dtk) dan 100 tahun (Q = 740 m3/dtk) elevasi dengan periode ulang 5 tahun (Q = 375 m3/dtk) dan
muka air sudah mencapai + 693.7 s.d. +694.3. hal ini 10 tahun (Q = 455 m3/dtk) elevasi air masih berada
harus dihindari untuk mencegah terjadinya luapan air, dibawah free board jembatan, sehingga masih aman.
sehingga diperlukan operasi pintu banjir. Sedangkan untuk banjir periode ulang 25 tahun (Q =
555 m3/dtk), 50 tahun (Q = 653 m3/dtk) dan 100 tahun
Untuk tinjauan terhadap jembatan Copong, dari hasil
(Q = 740 m3/dtk) pada kondisi pintu floodway ditutup
wawancara dengan Dinas Bina Marga Kabupaten
maka akan melebihi elevasi free board jembatan
Garut, diperoleh data bahwa Jembatan Copong tersebut
(elevasi + 693.5), yaitu berada 15 cm dibawah girder
berada pada jarak 890 m di hulu bendung, dibangun
jembatan.
pada tahun 1983/1984, desain dengan kondisi debit
banjir periode 50 tahun dan free board maksimum 1 Elevasi Normal Water Level dan desain intake
meter dibawah balok jembatan, tinggi girder/balok berada di elevasi +691.00 s.d. + 691.15 , maka dalam
jembatan 1 meter maka diperoleh elevasi free board perhitungan operasi bukaan pintu, elevasi tersebut
yaitu elevasi + 695,5 – 1 – 1 = + 693,5. Maka elevasi harus dijaga. Setelah dilakukan perhitungan untuk
maksimum di Jembatan Copong yang harus dijaga operasi bukaan pintu maka terjadi penurunan elevasi
dalam pola operasi pintu bendung/pintu banjir adalah muka air di Jembatan Copong dengan hasil sebagai
pada elevasi + 693.5. berikut :
Rekapitulasi hasil perhitungan metode Integrasi
Tabel 8. Tinggi Muka Air di Jembatan Copong
Langsung dan HEC RAS pada kondisi pintu floodway
kondisi pintu dibuka (operasi pintu)
dibuka adalah sebagai berikut : Elevasi (m)
Debit Banjir Debit Banjir
Integrasi
Tabel 7. Tinggi Muka Air di Jembatan Copong Periode (m3/dtk) HEC RAS
Langsung
kondisi pintu ditutup
Elevasi (m) 5 tahun 375 + 691.0 + 691.0
Debit Banjir Debit Banjir 10 tahun 455 + 691.3 + 691.1
Integrasi
Periode (m3/dtk) HEC RAS 25 tahun 555 + 691.5 + 691.4
Langsung
50 tahun 653 + 691.6 + 691.6
5 tahun 375 + 693.1 + 693.1
100 tahun 740 + 692.2 + 691.9
10 tahun 455 + 693.4 + 693.4
25 tahun 555 + 693.7 + 693.7
50 tahun 653 + 694.05 + 694.0
100 tahun 740 + 694.35 + 694.3
132
Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 2 - Juni 2015 | 133 - 134
ulang 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun, elevasi muka air terjadi di bendung dengan back water. Apakah akan
di Jembatan Copong dapat diturunkan sampai dengan berpengaruh signifikan terhadap elevasi back water
dibawah elevasi free board jembatan, yaitu pada dihubungkan dengan elevasi free board Jembatan
elevasi + 691 s.d. + 692.2. Sehingga fungsi pintu banjir Copong yang harus dijaga pada elevasi +693.5.
(floodway) sebagai pengendali banjir sudah tepat.
Permasalahan lain yang perlu dievaluasi adalah
memeriksa aspek keamanan jembatan terhadap
Tinjauan Sedimentasi dan Keamanan Jembatan peningkatan muka air. Desain Jembatan Copong
Copong tidak memperhitungkan angka keamanan setelah
Hasil tinjauan lapangan, kondisi saat ini aliran sungai dibangunnya bendung Copong, sehingga perlu
Cimanuk sudah masuk ke bendung Copong. Tetapi dilakukan kondisi khusus, yaitu dengan menjaga
belum berfungsi untuk menaikan elevasi muka air elevasi free board di elevasi muka air + 693.5 dengan
ke intake. Sedimen yang terbawa oleh aliran sungai cara mengoperasikan pintu banjir di bendung Copong,
mengendap di apron dan sebelah hulu mercu bendung, agar ketika terjadi banjir dengan kala ulang 50 dan 100
kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 10 berikut : tahun air tidak melimpas ke jembatan.
Kemungkinan terjadinya air limpas sampai ke lantai
jembatan dapat diantisipasi dengan pemasangan early
warning system di Jembatan Copong yang terhubung
dengan rumah control di Bendung Copong. Sehingga
ketika terjadi elevasi muka air tertentu di jembatan,
informasi tersebut dapat sampai ke petugas pintu
bendung untuk membuka pintu banjir.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan pada bab-
bab sebelumnya, maka diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Bendung Copong berpengaruh terhadap Jembatan
Copong yang berada 890 meter di hulu bendung.
Gambar 6. Sedimentasi yang terjadi di Bendung Copong Tinggi muka air akibat back water mempengaruhi
tinggi muka air di jembatan dengan estimasi
kenaikan muka air adalah 1,5 s.d. 2 meter dari
Aliran air sungai Cimanuk mulai dialirkan ke Bendung
kondisi semula.
Copong pada akhir bulan Mei 2014, dalam jangka
waktu kurang lebih 2 bulan terjadi sedimentasi di hulu 2. Berdasarkan hujan rencana hasil hitungan penulis
dari mercu bendung, tepatnya pada apron bendung adalah R100 = 170 mm dan hujan rencana hasil
(selebar 37,5 m). Sedangkan pada bagian kiri bendung/ hitungan konsultan adalah R100 = 142 mm, hasil
Pintu Pembilas, sedimentasi sangat kecil, karena air ini tidak berbeda jauh, sehingga tidak dilakukan
dialirkan melalui ambang pintu pembilas sedimen pun perhitungan ulang untuk debit banjir rencana.
terbawa hingga ke kolam olak. Maka debit banjir hitungan konsultan kala ulang
100 tahun sebesar 740 m3/dtk bisa digunakan.
Sedimentasi di bagian kiri bendung (Pintu Pembilas )
dapat diminimalkan dengan dilakukan flushing untuk 3. Untuk perhitungan panjang back water dengan
membersihkan sedimen yang mengendap dengan cara debit banjir 740 m3/dtk atau debit kala ulang 100
membuka muka pintu bawah dari Pintu Pembilas, tahun, maka panjang back water didapat sebesar
sehingga sedimen terbawa aliran air. 1.600 meter dari bendung Copong ke arah hulu,
sudah melebihi jembatan Copong yang berjarak
Untuk permasalahan potensi sedimentasi dasar sungai 890 meter.
(pengaruh sedimen terhadap So), perlu dilakukan kajian
lebih lanjut mengenai hubungan dari sedimentasi yang
133
Transmisi Gelombang melalui Struktur Pemecah Gelombang ... (Hamdani dan Fitriyadi)
4. Bendung Copong didesain menggunakan pintu 2. Dalam operasi dan pemeliharaan bendung
gerak dengan tujuan untuk menurunkan muka air diperlukan early warning system, baik secara
ketika terjadi banjir. Free board Jembatan Copong otomatis maupun manual, dengan tujuan untuk
adalah pada elevasi + 693,5. Dengan operasi pintu menghindari resiko banjir yang datang secara tiba-
banjir, pada banjir kala ulang 100 tahun (debit 740 tiba.
m3/dtk), elevasi muka air di jembatan Copong
dapat diturunkan ke elevasi + 691,9 s.d. + 692,2. 3. Untuk permasalahan potensi sedimentasi dasar
sungai (pengaruh sedimen terhadap So), perlu
5. Metode perhitungan back water menggunakan dilakukan kajian lebih lanjut mengenai hubungan
Integrasi Langsung dan HEC RAS menunjukan dari sedimentasi yang terjadi di bendung dengan
hasil yang berbeda. Panjang back water hasil back water. Apakah akan berpengaruh signifikan
Integrasi Langsung adalah 1.600 meter dengan terhadap elevasi back water dihubungkan dengan
elevasi di jembatan Copong adalah + 692,2, elevasi free board Jembatan Copong yang harus
sedangkan panjang back water hasil Integrasi dijaga pada elevasi +693.5.
Langsung adalah 1.600 meter dengan elevasi di
jembatan Copong adalah + 691,9. Terjadi perbedaan
elevasi muka air back water sebesar 30 cm, namun DAFTAR PUSTAKA
demikian perbedaan yang terjadi tidak terlalu jauh.
Brunner, Gary W, “HEC-RAS River Analysis System User’s
6. Dengan adanya pintu gerak di Bendung Copong, Manual”, US Army Corps of Engineers, Hydrologic
kondisi tanggul banjir aman terhadap muka air Engineering Center. 2008
banjir (Q desain 100 tahun = 740 m3/dtk), karena Brunner, Gary W, “HEC-RAS River Analysis System
muka air dapat diturunkan sehingga tidak terjadi Hydraulic Reference Manual.”,US Army Corps of
luapan air. Engineers, Hydrologic Engineering Center. 2008
Chow, V.T, “Open Channel Hydraulics”, 1992, McGraw-
7. Ketika terjadi banjir periode ulang 100 tahun, 3 Hill.
pintu banjir dan 1 pintu pembilas harus dibuka
penuh, dengan kecepatan bukaan pintu 30 cm/ Direktorat Irigasi, “Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan
menit, diperlukan 20 menit untuk membuka penuh Irigasi (KP-01)”, Ditjen Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum, Penerbit Pekerjaan
ke empat pintu tersebut. Seandainya pintu harus
Umum, Jakarta, 1986.
dibuka penuh, tidak boleh secara langsung agar
tidak terjadi local scouring di hilir bendung. Direktorat Irigasi, “Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan
Utama (KP-02)”, Ditjen Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum, Penerbit Pekerjaan
Umum, Jakarta, 1986.
SARAN
Natakusumah,D.K, Harlan, D, Hatmoko, W.., “Prosedur
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan pada bab-
Umum Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis dengan
bab sebelumnya, serta dari kesimpulan yang ada, maka Cara ITB dan Beberapa Contoh Penerapannya.”
dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut : Teknik Sipil ITB, 2011.
1. Kenaikan muka air banjir maka perlu dilakukan Nippon Koei Co., Ltd., Hydrology and Water Balance
evaluasi kembali mengenai beban pada pilar Study on Leuwigoong Irrigation Sub Project in West
dan abutmen pada struktur jembatan Copong. Java Province, PIRIMP (Participatory Irrigation
Kemudian dikarenakan desain jembatan tidak Rehabilitation – Improvement Management Project),
memperhitungkan angka keamanan setelah 2008
dibangunnya bendung Copong, disarankan dalam Nippon Koei Co., Ltd., Draft Manual Operasi dan
operasi bendung harus memperhitungkan jagaan Pemeliharaan Bendung Gerak Copong pada Jaringan
free board jembatan di elevasi muka air + 693.5, Irigasi Leuwigoong, PIRIMP (Participatory Irrigation
sehingga aspek keamanan jembatan dapat terjaga Rehabilitation – Improvement Management Project),
serta perlu dilakukan cek dan re-cek secara berkala 2014
dan dilakukan kalibarasi untuk mengetahui Soemarto, C.D., Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, 1995.
fluktuasi back water yang terjadi. Vynou, F., “Studi Perbandingan Back Water Curve Teori
dan Aktual pada Bendung Rentang, Tesis Magister
Program Pendidikan MP-PSDA ITB, 2002.
134