Anda di halaman 1dari 3

seorang-sosiolog

Kamis, 12 Januari 2012

KETIKA Karl marx BERBICARA TENTANG CINTA

Surabaya, Sudut kontrakan, 22 Juli 2010, Pukul 01:05

Cerita tentang kebesaran cinta telah lama termasyur, Taj Mahal berdiri indah nan megah sebagai
bukti cinta Syah Jehan kepada istrinya Mumtaz Mahal, Bandungbondowoso sanggup membuat candi
prambanan dalam waktu semalam demi mendapatkan cinta Rorojongrang, Auguste comte mendapat
spirit yang luar biasa untuk menulis sebuah karya ilmiah karena jatuh cinta kepada Chlothilde De
Vaux, Perang troya bisa terjadi karena sebab cintanya Paris kepada Hellen Argos, hingga Khais
menjadi gila karena cintanya yang tak berkesampaian kepada Laila sampai ajal menjemputnya. Dan
mungkin banyak lagi bukti fenomena cinta yang membuat seseorang melakukan hal-hal di luar akal
sehat.

Memang tak ada habisnya jika kita membahas tentang topik yang satu ini. Namun dalam tulisan
singkat ini kita akan membahas cinta dalam perspektif Marxisme. Siapa yang tidak mengenal Karl
Henry Marx?,(bagi yang belum kenal, harap kenalan dulu ya,.haha ). Dialah Sang Rasul kaum
Marxisme, dengan dalil-dalilnya dalam kitab Das Kapitalnya, telah banyak menjadi inspirasi bagi
golongan kiri. Akan menarik kiranya jika kita melihat fenomena cinta dengan konsep-konsep ajaran
Marx.

Bisa dipastikan orang akan tertarik pada orang lain lantaran tampilan luar terlebih dahulu, entah
karena ketampanan, kecantikan, sikap dan perilakunya, harta benda atau keahlian dan kelebihan-
kelebihan lainya. Dalam konsep materialisme Marx mengatakan bahwa benda itu adalah primer dan
ide itu adalah sekunder. Lebih spesifiknya MATERI MENENTUKAN IDE. Tidak bisa dipungkiri kiranya
ketika orang mulai jatuh cinta, terlebih dahulu akan melihat sifat kebendaan/ fisik, entah itu dalam
bentuk fisik tubuh, keahlian, harta-benda, prestasi, sikap perilaku atau kelebihan yang tampak oleh
mata telanjang. Kalo pepatah mengatakan “cinta tumbuh dari mata turun ke hati”. Cinta itu tumbuh
dari materi yang tampak oleh mata kemudian meresap ke hati. Kelebihan-kelebihan yang tampak
oleh mata kemudian mempengaruhi psikologi untuk tertarik pada seseorang yang memiliki kelebihan
tersebut dan muncullah sebuah ide yang disebut “cinta”

Candu adalah sebuah zat neorotik dan halusinogenetik yang bisa menghilangkan rasa sakit sekaligus
bisa membuat ketagihan. Cinta seperti candu, Ketika orang sedang jatuh cinta, tentunya akan
menginginkan kekasih hati selalu menemaninya. Cinta menghilangkan penderitaan karena
kesendirian, kesedihan dan kesusahan. orang akan merasa damai, tenang dan nyaman jika kekasih
hati disampingnya. orang akan rindu setengah mati ketika kekasih jauh darinya, Dan akan menjadi
resah, gundah, gulana dan seakan sakau jika tambatan hati tak disisinya . Apalagi kalau cinta
meninggalkannya, bisa-bisa over sakau yang ditandai dengan prilaku suka marah-marah, depresi,
sedih, nendang-nendang tong sampah orang, bahkan kasus yang lebih parah adalah bunuh diri. Nah,
itu sebabnya kenapa orang rela melakukan apa saja demi cinta karena cinta itu CANDU. Ketika dua
insan dimabuk cinta, mereka tidak akan peduli dengan dunia sekitarnya. Dunia seakan milik berdua
dan yang lain dianggap ngontrak. Dalam banyak kasus orang yang sedang jatuh cinta lebih banyak
menghabiskan banyak waktunya dengan kekasih hatinya, detik demi detik selalu memikirkanya, yang
ada dalam otaknya hanya dia, dia dan dia. Cant stop thinking about you dech pokonya. Sehingga
jarang memperhatikan hal selain kekasih hati. Disini orang akan teralienasi dari dunia sosial
sekitarnya. inilah ALIENASI cinta.

Hakekat kenyataan kondisi sosial kata Marx adalah KONFLIK, dalam hubungan asmara sama halnya
dengan hubungan sosial, yang namanya konflik pasti akan terjadi entah dalam skala kecil maupun
besar. Dalam konflik percintaan rindu berubah menjadi benci dan benci berubah menjadi rindu.
Keduanya akan saling berkaitan karena Cinta itu DIALEKTIS. rindu dan benci itu beda tipis. Ketika
orang sedang patah hati, dia akan membenci orang yang dia cintai. Namun sebenarnya benci itu
adalah rindu yang tertahankan. Dalam konsep DIALEKTIKA, rindu itu TESIS dan benci itu ANTITESIS
dan keduanya bisa ketemu dalam cinta sebagai SINTESIS, yang bisa menyatukan dua insan dalam
satu jiwa. Rindu dan benci saling bertautan dalam cerita cinta. Terkadang kita sangat membenci
orang yang kita cintai sebagai ungkapan dari rasa cinta yang radikal .

Terkadang rasionalitas terkalahkan oleh perasaan tatkala anak manusia sedang dilanda asmara.
Cinta memang memiliki kekuatan dasyat seperti REVOLUSI yang di gambarkan oleh Marx. Namun
sering kita mendengar atau menyaksikan cerita cinta yang timpang seperti cinta bertepuk sebelah
tangan, status palsu, playboy, playgirl dan lain sebagainya. Disini pihak yang menjadi subjek alias
cintanya yang didambakan banyak orang, bisa dikategorikan sebagai KAPITALIS atau BORJUIS cinta.
Dia menguasai Mode of production, yang memiliki otoritas lebih, dia bisa memanfaatkan pihak objek
yaitu pihak yang mendambakan cintanya atau PROLETARIAT cinta. Entah memporoti harta bendanya,
entah menyuruh-nyuruh sesuka hatinya, pokoknya mencari untung sebesar-besarnya secara sepihak
walaupun sebenarnya pihak subjek tidak benar-benar mencintai pihak objek. Disini pihak objek
sedang mengalami KESADARAN PALSU yang mana dia tidak sadar kalau sedang dimanfaatkan atas
nama cinta, yang dia tahu dia rela melakukanya demi orang yang dia cintai. Dan pada kasus cerita
cinta seperti ini terjadi eksploitasi cinta. Cinta itu EKSPLOITASI, Sering kita mendengar kata-kata “aku
rela melakukan apa saja demi kamu” atau kalo kata Ahmad Dani “aku rela menjadi selir hatimu”. Ya
apa saja akan dilakukan jika seseorang sedang dimabuk cinta buta atau cinta mati. Sampai-sampai
judul lagu Mulan Jamila dari cinta mati satu sampai tiga. Untuk membuktikan sebuah kesungguhan
cinta, orang rela menjadi budak cinta. Dalam kasus cinta buta orang tanpa sadar telah dieksploitasi
atas nama cinta. orang akan memberikan apa saja demi cinta, yang dalam bahasa kerenya disebut
“pengorbanan cinta”. Kalau cintanya diambut sih untung tapi apa jadinnya kalau cintanya bertepuk
sebelah tangan?
Bukan cinta namanya kalau masih terdapat dehumanisasi, bukan cinta namanya kalau masih
terdapat ketimpangan, bukan cinta namanya kalau masih ada ketertindasan, cinta adalah humanis,
cinta adalah berbagi, cinta adalah kebersamaan, cinta adalah sama rata sama rasa. Jemputlah cinta
dengan semangat pembebasan!!.

SEMOGA BISA MEMBERI INSPIRASI DAN BERMANFAAT.

Anda mungkin juga menyukai