Anda di halaman 1dari 5

Identifikasi Tanaman Cabai

Mengapa memilih tanaman cabai rawit


Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu komoditas
tanaman yang mempunyai nilai pemasaran yang tinggi dari segi konsumsi dan ekonomi.
Tanaman cabai rawit merupakan tanaman yang dapat ditanam di dataran tinggi maupun
dataran rendah dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang terlalu spesifik. Cabai rawit
banyak dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan yang umumnya digunakan sebagai
bahan tambahan dan penyedap untuk meningkatkan cita rasa makanan dan bergizi tinggi.
Selain itu, cabai rawit banyak digunakan untuk bahan baku industri makanan seperti saus,
bubuk cabai, penyedap serta industri farmasi (Sofiarani, 2020).
Mengapa memilih varietas Dewata F1
Varietas cabai yang digunakan adalah Dewata F1. Varietas Dewata F1 merupakan
varietas cabai rawit hibrida yang tergolong jenis Capsicum annuum. Varietas ini cocok
ditanam di dataran rendah. Buahnya tegak bermunculan dari permukaan tajuk sehingga
memudahkan pemanenan. Varietas Dewata F1 memiliki produktivitas yang tinggi sekitar 0,5
- 0,7 kg/tanaman, tahan layu bakteri, dan dapat digunakan sebagai tanaman hias (Harpenas &
Dermawan, 2010).
Dimana
Tanaman cabai rawit hampir dapat ditanam diseluruh wilayah Indonesia, mulai dari
dataran tinggi hingga dataran rendah. Tanaman cabai termasuk salah satu tanaman yang
cukup mudah perawatannya karena tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang terlalu
spesifik, sehingga dapat ditanam di daerah Surabaya yang merupakan dataran rendah.
Tanaman cabai rawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki struktur remah/gembur,
lempung berpasir dan kaya bahan organik serta pH 5,0 - 7,0. Tanaman cabai tidak tahan pada
kondisi tanah yang becek karena akan mudah terserang penyakit layu dan pernafasan akar
akan terganggu. Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada
berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat (Harpenas, 2010).
Bagaimana Agroklimat pada Tanaman Cabai?
Syarat Tumbuh
Tanaman cabai rawit tumbuh di tanah dataran rendah sampai menengah. Untuk
tumbuhan yang optimal tanaman cabai membutuhkan intensitas cahaya matahari sekurang-
kurangnya selama 10 -12 jam. Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih cabai
adalah 25 - 300C, sedangkan untuk pertumbuhannya 24 - 280C. Penyinaran yang dibutuhkan
adalah penyinaran secara penuh, bila penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak
akan normal. Tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga memerlukan
pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu 800-2000 mm/tahun.
Suhu yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 210C-280C, malam hari 130C-
160C, untuk kelembaban tanaman 50-80%. Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah
angin yang berhebus perlahan, angin berfungsi menyediakan gas CO2 yang dibutuhkan oleh
tanaman cabai rawit. Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400
m dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1400 m dpl).
Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak mampu berproduksi secara
maksimal.
Tanah
Tanaman cabai akan tumbuh baik pada tanah yang kaya humus, subur, gembur dan
terang serta pH antara 5-6. Tanaman cabai tidak tahan pada kondisi tanah yang becek karena
akan mudah terserang penyakit layu dan pernafasan akar akan terganggu. Bila pH dibawah
5,0 perlu ditambahkan kapur sebanyak 2 - 4 ton/ha. Penambahan kapur sangat tergantung dari
pH tanah yang dikehemdaki. Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik
pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat (Harpenas, 2010).

Apakah sesuai dengan daerah yang ditanami (Surabaya) tersebut?


Data suhu, dan kelembaban di Kota Surabaya
Tahun Suhu (0C) Kelembaban (%)
2019 29,2 70
Sumber: Badan Pusat Statistika Kota Surabaya
Keberhasilan budidaya tanaman cabai rawit sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim suatu
tempat. Iklim merupakan salah satu komponen ekosistem yang menjadi salah satu faktor
penentu keberhasilan produksi pertanian karena sifatnya yang dinamis dan sulit dikendalikan.
Berdasarkan data suhu dan kelembaban kota Surabaya sesuai dengan syarat tumbuh dari
budidaya tanaman cabai. Suhu Kota Surabaya pada tahun 2019 yaitu 29,20C dengan
kelembaban 70%. Tingkat kelembaban udara yang tidak sesuai dapat menyebabkan tanaman
cabai rawit akan lambat berbuah dan bahkan tidak berbuah sama sekali (Ferdianto dan
Sujono, 2018). Kelembaban akan berpengaruh terhadap laju penguapan atau transpirasi. Jika
kelembaban rendah, laju transpirasi meningkat sehingga penyerapan air dan zat-zat mineral
juga meningkat. Hal itu akan meningkatkan ketesediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman.
Jika kelembaban tinggi, laju transpirasi rendah sehingga penyerapan zat-zat nutrisi juga
rendah.hal ini akan mengurangi ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman sehingga
pertumbuhannya juga akan terhambat (Fajri dan Ngatiman, 2017). Selain itu, kelembaban
udara terlalu tinggi akan menyebabkan serangan penyakit pada tanaman karena kondisi
lingkungan sangat optimal untuk pertumbuhan jamur penyebab penyakit pada tanaman
(Rahaju dan Muhandoyo, 2014). Suhu berpengaruh terhadap laju metabolisme, fotosintesis,
respirasi, dan transpirasi tumbuhan. Suhu tinggi merusakkan enzim sehingga metabolisme
tidak berjalan baik. Suhu rendah pun menyebabkan enzim tidak aktif dan metabolisme
terhenti.

Pemberian dosis untuk pemupukan bagaimana? dan Kapan waktu pemberian pupuk
dan pengairan?
a. Pemupukan
Pemupukan cabai rawit disesuaikan dengan kondisi lahan spesifik lokasi. 
Kebutuhan  pupuk  meliputi  pupuk  kandang   10- 30  ton/ha,   urea  200-300  kg/ha, 
SP-36  200-300  kg/ha dan KCl 150-250 kg/ha (Sutrisna dan Surdianto, 2014).
Pemberian pupuk kandang dan kapur pertanian  dilakukan  saat  pembuatan  bedengan
(Raksun dan Karnan, 2019). Khusus untuk pupuk kandang jika dikonversikan
pertanaman mendapatkan 0,5 -1,5 Kg/tanaman dengan asumsi populasi tanaman
20.000/ha. Pupuk  buatan  sebagai pupuk  dasar   diberikan   dengan cara membuat
larikan  berjarak  25-30  cm  dari  tepi bedengan dan jarak antar larikan  70  cm, 
kemudian  taburkan pupuk secara merata pada larikan tersebut. Pemberian pupuk  dasar 
ini  dilakukan  sebelum  pemasangan mulsa sebanyak setengah dosis.
Pemupukan susulan bertujuan untuk memenuhi hara pada tanaman pada fase
vegetative hingga generative awal dengan cara dicairkan terlebih dahulu. Pencairan
pupuk ini bertujuan agar hara yang dibutuhkan pada tanaman cabai menjadi cepat
tersedia dan cepat pula diserap oleh tanaman sehingga pertumbuhan tanaman akan
menjadi baik dan sehat. Pemupukan susulan diberikan   pada   saat tanaman berumur 1-4
minggu, menggunakan sisa  pupuk dasar. Pemupukan susulan ini bisa dberikan dengan
cara dicor/dikocor, setiap tanaman disiram dengan 150-250 ml larutan pupuk.   Larutan  
pupuk   dibuat dengan  mengencerkan  1,5- 3 kg pupuk buatan per 100 liter air.
Pemupukan susulan yang digunakan adalah NPK bila dikonversikan maka
konsentrasi yang digunakan adalah sebanyak 15-30 gram / 1 liter air. Pupuk yang
dilarutkan kemudian diaplikasikan dengan cara dikocor atau dicoretkan ke tanah di
sekitar tanaman. Pemupukan susulan  dilakukan dengan pemberian larutan pupuk NPK,
dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 7 hst. Pemupukan selanjutnya dilakukan
2 minggu sekali.
b. Pengairan
Pengairan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil cabai. Penyiraman harus
dilakukan secara kontinyu terutama pada fase vegetatif, frekuensi penyiraman 1-2 kali
sehari terutama pada musim kemarau, pada fase pertumbuhan generatif (pembungaan
dan pembuahan), pengairan dikurangi secara bertahap, jumlah maupun frekuensinya.
Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari (Maria, dkk., 2019). Tanaman yang
terlalu lama kekeringan maka pertumbuhannya akan kerdil . Untuk menghindari
kekeringan dapat menggunakan mulsa dari dedaunan maupun dari jerami padi, Mulsa
dari daun lama kelamaan akan menjadi pupuk organik sehingga menambah kesuburan
tanah. Jika menanam cabe pada musim hujan diusahakan jangan sampai tergenang air.
Bila tanaman cabe terlalu lama tergenang air, akar-akarnya dapat menjadi busuk, daun
mudah rontok dan akhirnya tanaman mati.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistika. 2020.Data Statistik Kelembaban, dan Temperatir kota Surabaya
Tahun 2019 (Stasiun Meteorologi Perak I Surabaya). https://surabayakota.bps.go.id/
Fajri, M. dan Ngatiman. 2017. Studi Iklim Mikro dan Topografi Pada Habitat Parashorea
Malaanonan Merr. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa. 3(1): 1-12
Ferdianto, A. dan Sujono. 2018. Pengendalian Kelembaban Tanah Pada Tanaman Cabai
Berbasis Fuzzy Logic. Jurnal Maestro 1(1): 86-91
Harpenas, Asep & R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya
Maria G. M. Polii, Tommy D. Sondakh, Jeane S. M. Raintung, Beatrix Doodoh, Tilda Titah.
2019. Kajian Teknik Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum Annuum L.) Kabupaten
Minahasa Tenggara. Eugenia Volume 25 No. 3.
Rahaju, J., dan Muhandoyo. 2014. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Usaha Apel Di
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Fakultas Pertanian Universitas
Wisnuwardhana.
Raksun, Ahmad dan Karnan. 2019. Pembinaan Masyarakat dalam Budidaya Tanaman Cabai
Rawit dengan Sistem Bedengan Lahan dan Aplikasi Mulsa Plastik. Jurnal
Pengabdian Magister Pendidikan IPA (1) 2 : 1-7.
Sofiarani, F.N. and Ambarwati, E., 2020. Pertumbuhan dan Hasil Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L.) pada Berbagai Komposisi Media Tanam dalam Skala
Pot. Vegetalika, 9(1), pp.292-304.

Anda mungkin juga menyukai