Anda di halaman 1dari 3

2.

2 Syarat tumbuh kailan


2.2.1 Iklim
Tanaman kailan (Brassica oleracea var achepala) merupakan jenis
tanaman sayur yang termasuk dalam varietas kubis-kubisan (Brassicaceae).
Kailan cocok untuk dibudidayakan di dataran tinggi maupun dataran rendah. Pada
umunya, kailan diatanam pada dataran tinggi dengan ketinggian 1.000-3.000
meter diatas permukaan laut dengan lama penyinaran cahaya matahari antara 10-
13 jam/hari (Fahrudin, 2009). Tetapi, tanaman kailan juga dapat ditanam pada
dataran rendah. Menurut Sunarjono (2004), bahwa sayuran yang termasuk dalam
varietas kubis-kubisan seperti kalian mampu beradptasi dengan baik pada dataran
rendah.
Tanaman kailan tergolong tanaman sayur yang tahan terhadap curah hujan
tinggi. Sehingga penanaman kailan pada musim hujan masih dapat berproduksi
dengan baik. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kailan adalah
1.000-1.500 mm/tahun. Akan tetapi, tanaman kailan tidak tahan terhadap air yang
menggenang (Cahyono, 2003). Oleh karena itu, perlu diatur saluran drainase agar
tidak terjadi genangan ketika musim hujan.
Kelembapan udara yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kailan antara
80-90% dengan suhu antara 23-35°C (Sunarjono, 2004). Kelembapan yang lebih
dari 90% berdampak buruk terhadap pertumbuhan dari tanaman kailan.
Kelembapan yang terlalu tinggi menyebabkan stomata tertutup sehingga
penyerapan gas karbon dioksida (CO2) terganggu. Apabila penyerapan gas (CO2)
terganggu maka proses fotosintesis tidak berjalan dengan lancar sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi menurun (Cahyono, 2003).
2.2.2 Tanah
Tanah yang cocok untuk dilakukan budidaya tanaman kailan adalah tanah
yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Selain itu, kondisi
tanah tidak tergenang air ketika terjadi hujan dan aerasi di dalam tanah berjalan
dengan baik. Kailan tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan derajat
kemasaman (pH) 6-7 (Haryanto, 2006). Tanah yang memiliki pH di bawah 5 perlu
dilakukan pengapuran untuk meningkatkan nilai pH agar sesuai bagi pertumbuhan
tanaman kailan. Menurut Cahyono (2001), bahwa jenis tanah yang optimal untuk
pertumbuhan kailan yaitu tanah regosol, tanah aluvial, tanah latosol, tanah
mediteran ataupun tanah andosol dengan tekstur lempung berpasir. Apabila tanah
bertekstur liat maka perlu pengolahan lahan yang lebih sempurna.
Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara
yang terakandung di dalam tanah, aktivitas jasa renik dan reaksi pupuk yang
diberikan ke dalam tanah. Selain itu, kemasaman tanah juga berpengaruh terhadap
ketersediaan hara makro dan juga hara mikro. Pada pH tanah yang rendah maka
hara mikro akan tersedia dalam jumlah yang banyak. Semakin tinggi pH tanah
ketersediaan hara mikro semakin kecil. Sedangkan, untuk sifat biologis yang baik
untuk pertumbuhan tanaman kailan adalah tanah banyak mengandung bahan
organik (humus) dan bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk
pertumbuhan tanaman, serta tanah yang banyak terdapat jasad renik tanah atau
organisme tanah pengurai bahan organik. (Cahyono, 2003).
2.2.3 Air
Kailan merupakan tanaman sayur yang membutuhkan air yang cukup
banyak, terutama pada saat mengalami pertumbuhan vegetatif. Ketikan kailan
berumur 20-40 hari setelah tanam (hst) kebutuhan air meningkat 2-3 kali dari
kebutuhan air per hari. Apabila tanaman kailan mengalami kekurangan air, maka
menyebabkan produksi menurun dikarenakan pertumbuhan akan terhambat. Oleh
karena itu, ketika dilakukan budidaya tanaman kailan baik pada waktu musim
hujan normal yang rendah maupun musim kemarau perlu dilakukan pengairan
yang cukup dan teratur (Cahyono, 2003).
DAPUS
Fahrudin, Fuat. 2009. Budidaya Caisim (Brassica juncea L.) Menggunakan
Ekstrak Teh dan Pupuk Kascing. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sunarjono, H. 2004. Bertanam Sawi dan Selada. Jakarta: Penebar Swadaya.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pai-Tsai).
Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Haryanto. 2004. Pengaruh kombinasi dua jenis pupuk hijau dan urea terhadap
produksi dan serapan N padi sawah. Risalah Seminar ilmiah penelitian dan
pengembangan aplikasi isotope dan radiasi.
Cahyono, B., 2001. Kubis Bunga dan Brokoli, Teknik Budidaya dan Analisis
Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai