Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Tanaman Bayam
2.1.1

Taksonomi Tanaman Bayam


Menurut Haryanto et al (2007), tanaman bayam diklasifikasikan sebagai

berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotiledonae

Ordo

: Caryophyllales

Famili

: Amaranthaceae

Genus

: Amaranthus

Species

: Amaranthus hybridus L

2.1.2

Morfologi Tanaman Bayam


Bentuk tanaman bayam adalah terna (perdu), tinggi tanaman dapat mencapai

1,5 2 m, berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran menyebar dangkal pada
kedalaman antara 20 - 40 cm dan berakar tunggang (Bandini dan Aziz, 2001).
Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air, tumbuh tinggi
diatas permukaan tanah. Bayam tahunan mempunyai batang yang keras berkayu
dan bercabang banyak. Bayam kadang-kadang berkayu dan bercabang banyak (Van
Steenis, 2002).
Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat daun
yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau tua, hijau keputih-

putihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasap (kasar) dan
kadang berduri (Azmi, 2007).
Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak terdiri dari daun bunga 4
-5 buah, benang sari 1 - 5, dan bakal buah 2 - 3 buah. Bunga keluar dari ujungujung tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak.
Tanaman dapat berbunga sepanjang musim. Perkawinannya bersifat unisexual yaitu
dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Penyerbukan berlangsung
dengan bantuan angina dan serangga (Nazaruddin, 2000).
Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna coklat
tua mengkilap sampai hitam kelam. Namun ada beberapa jenis bayam yang
mempunyai warna biji putih sampai merah, misalnya bayam maksi yang bijinya
merah. Setiap tanaman dapat menghasilkan biji kira-kira 1200 - 3000 biji/gram
(Wirakusumah, 1998).
2.1.3

Syarat Tumbuh

1. Iklim
Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman
antara lain ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Bayam banyak
ditanam di dataran rendah hingga menengah, terutama pada ketinggian antara 5
-2000 m dpl. Kebutuhan sinar matahari untuk tanaman adalah tinggi, berkisar
antara 400 - 800 foot candles yang akan mempengaruhi pertumbuhan optimum
dengan suhu rata-rata 20oC 30oC, curah hujan antara 1000 - 2000 mm, dan
kelembaban diatas 60%. Drainase tanah harus sudah diperhatikan meskipun
tanaman bayam tahan terhadap air hujan. Untuk itu, bedengan dibuat lebih tinggi
disbanding dengan tanaman saat musim kemarau, yaitu setinggi 35 cm.

sebaliknya pada musim kemarau, penyiraman harus dilakukan secara teratur


(Bandini dan Azis, 2001).
Tanaman bayam dapat tumbuh kapan saja baik pada musim hujan ataupun kemarau.
Tanaman ini kebutuhan air cukup banyak sehingga paling tepat ditanam pada awal
musim hujan, yaitu sekitar Oktober - November. Bisa juga ditanam pada awal
musim kemarau, sekitar bulan Maret - April (Nazaruddin, 2000).
2. Tanah
Bayam sebaiknya ditanam pada tanah yang gembur dan cukup subur.
Apalagi untuk bayam cabut, tekstur tanah yang berat akan menyulitkan produksi
dan panennya. Tanah netral ber-pH antara 6-7 paling disukai bayam untuk
pertumbuhan optimalnya (Nazaruddin, 2000).
Tanah yang subur dan bertekstur gembur serta banyak mengandung bahan
organik paling disukai tanaman bayam. Pada tanah yang tandus dan liat, bayam
masih dapat tumbuh dengan baik jika dilakukan penambahan bahan organik yang
cukup banyak. Pada tanah yang ber-pH dibawah kisaran 6-7, tanaman bayam sukar
tumbuh. Tanaman akan menunjukkan pertumbuhan yang merana bila pH tanah
dibawah 6. Begitu pula pada pH 7, tanaman akan mengalami gejala klorosis (warna
daun menjadi putih kekuning-kuningan terutama pada daun-daun yang masih
muda). Jenis bayam tertentu masih dapat tumbuh pada tanah-tanah alkalin (basa).
Tanaman bayam tidak memilih jenis tanah tertentu (Murtensen and Bullard, 1970).
2.2 Enceng gondok
Enceng gondok merupakan tumbuhan air yang berasal dari brazil.
Tumbuhan ini menyebar keseluruh dunia dan tumbuh pada daerah dengan
ketinggian berkisar antara 0-1.600 m diatas permukaan laut yang beriklim dingin.

Penyebaran tumbuhan ini dapat melalui kanal, sungai dan rawa serta perairan tawar
lain dengan aliran lambat. Klasifikasi eceng gondok menurut Rizk dan Pav (1991)
dalam Fahmi (2009) sebagai berikut:
Kingdom

: Embryophytasi phonogama

Filum

: magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Ordo

: Liliales

Famili

: Pontederiaceae

Genus

: Eichornia

Spesies

: E.crassipes
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam

tanah. Eceng gondok memiliki tinggi sekitar 0,4-0,8 m dan tidak mempunyai
batang. Daun eceng gondok tunggal dan berbentuk oval, ujung dan pangkalnya
meruncing, pangkal dan tangkai menggembung, permukaan daunnya licin dan
berwarna hijau. Bunga eceng gondok termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir
kelopaknya berbentuk tabung. Biji eceng gondok berbentuk bulat dan berwarna
hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau serta akarnya merupakan
akar serabut (Sutikno 1997 dalam Fahmi 2009).
2.3 Pupuk Organik
Pupuk organic sudah lama dikenal para petani, jauh sebelum Revolusi Hiaju
berlangsung di Indonesia pada tahun 1960-an. Sedangkan pupuk hayati dikenal para
petani sejak proyek intensifikasi kedelai pada tahun 1980-an. Namun sejak
Revolusi Hijau petani mulai banyak menggunakan pupuk buatan karena praktis
penggunaannya dan sebagian besar varientas unggul memang membutuhkan hara
makro (NPK) yang tinggi dan harus cepat tersedia.

10

Bangkitnya kesadaran sebagian masyarakat akhir-akhir ini akan dampak


penggunaan pupuk buatan terhadap lingkungan dan tersedianya penurunan
kesuburan tanah mendorong dan mengharuskan penggunaan pupuk organik dan
pupuk hayati. Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik
asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi harta tersedia bagi tanaman.
Sedangkan pupuk hayati merupakan inokulan berbahan aktif organism hidup yang
berfungsi untuk menghambat hara tertentu atau menfasilitasi tersediannya hara
dalam tanah bagi tanaman. Dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi para pengguna sebagai salah satu acuan tentang perkembangan dan peranan
pupuk organik dan pupuk hayati bagi pengembangan pertanian di Indonesia.
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman.
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan
organik yang berasal dari tanaman dan hewan yang telah melalui proses rekayasa,
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada
kandungan C-organik atau bahan organik dari pada kadar haranya ; nilai C-organik
itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan
tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai
pembenah tanah organik.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, maupun pupuk
kandang, siswa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas sabut, dan sabut
kelapa), limbah ternak, limbah industry yang menggunakan bahan pertanian, dan
limbah kota. Pupuk organik/kompos merupakan produk pembusukan dari limbah

11

tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungsi, aktinomesit, dan cacing tanah.
Pupuk hijau/pupuk organik merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya
bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas
tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hiaju
ini adalah sisa-sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla. Pupuk
kandang merupakan kotoran ternak. Limbah ternak merupakan limbah dari rumah
potong berupa tulang-tulang, darah dan sebagainya. Limbah industri yang
menggunakan bahan pertanian merupakan limbah berasal dari limbah pabrik gula,
limbah pengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu masak, dan
sebagainya. Limbah kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kota yang
berasal dari tanaman, setelah dipisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat
dirombak misalnya plastik, kertas, dan botol.
Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua
kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara
dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif
baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati komensial
pertaman di dunia yaitu Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang lalu.
Pupuk hayati dalam buku ini dapat didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif
organisme hidup yang berfungsi untuk menambah hara tertentu atau menfasilitasi
tersediannya hara dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini
dapat berlangsung melalui akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan
mikroza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan
oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui
hubungan simbiosis atau nonsimbiosis. Secara simbiosis berlangsung dengan
kelompok tanaman tertentu atau dengan kebanyakan tanaman, sedangkan dengan

12

nonsimbiosis berlangsung melalui penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok


mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan organik oleh kelompok
organism perombak. Kelompok mikroba simbiosis ini terutama meliputi bakteri
bintil akar dan cendawan mikoriza. Penghambatan N2 secara simbiosis dengan
tanaman kehutanan yang bukan legume oleh aktinomisetes genus Frankia diluar
cakupan buku ini. Kelompok cendawan mikoriza yang tergolong ektomikoriza juga
di luar cakupan buku ini, karena kelompok ini hanya bersimbiosis dengan berbagai
tanaman kehutanan. Kelompok organism perombakan bahan organik tidak hanya
mikrofauna tetapi ada juga makrofauna (cacing tanah). Pembuatan vermikompos
melibatkan cacing tanah untuk merombak berbagai limbah seperti limbah pertanian,
limbah dapur, limbah pasar, limbah ternak, dan limbah industri yang berbasis
pertanian. Kelompok organism perombakan ini dikelompokkan sebagai bioaktivator
perombakan bahan organik. Sejumlah bakteri penyedia hara yang hidup pada
Rhizosfir akar (rhizobakteri) disebut rhizobakteria pemacu tanaman (plant
growthopromiting rhizobacteria = PGPR). Kelompok ini mempunyai peranan ganda
di samping (1) menghambat N2, juga ; (2) menghasilkan hormon tubuh (seperti
IAA, geberilin, sitokinin, etilen, dan lain-lain); (3) menekan penyakit tanaman asal
tanah dengan memproduksi sederofor glukanse, kitinase, sianida; dan (4)
melarutkan p dan hara lainnya (Cattelan et al.,1999).
Sebenarnya tidak hanya kelompok ini yang memiliki peranan ganda
(multifungsi) tetapi juga kelompok mikroba lain seperti cendawan mikoriza.
Cendawan mikoriza ini selain dapat meningkatkan sarapan hara, juga dapat
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit terbawa tanah, meningkatkan
toleransi tanaman terhadap kekeringan, menstabilkan agregat tanah, dan
sebagainya, tetapi berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ada peranan sebagai

13

penyediaan hara lebih menonjol dari pada peranan-peranan lain. Pertanyaan yang
mungkin timbul ialah apakah multifungsi suatu mikroba tertentu apabila digunakan
sebagai inokulan dapat terjadi bersamaan, sehingga tanaman yang inokulan dapat
memperoleh manfaat multifungsi mikroba tersebut.
Kebanyakan kesimpulan tersebut berasal dari penelitian-penelitian terpisah,
misalnya pengaruh terhadap serapan hara pada suatu percobaan, dan pengaruh
terhadap toleransi kekeringan pada percobaan lain. Mungkin sekali fungsi-fungsi
tersebut hanya dimiliki spesies tertentu pada suatu kelompok fungsional tertentu,
atau mungkin juga fungsi-fungsi ini hanya dimiliki oleh strain atau strain-strain
tertentu dalam suatu spesies, atau kondisi lingkungan dimana tanaman tersebut
tumbuh. Pupuk organic. Subha Rao (1982) menganggap sebenarnya pemakaian
inokulan mikroba lebih tepat dari istilah pupuk hayati. Ia sendiri mengidentifikasi
pupuk hayati sebagai preparsi yang mengandung sel-sel dari strain-strain efektif
mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat atau selulolitik yang digunakan pada biji,
tanah atau tempat pengomposan dengan tujuan meningkatkan jumlah mikroba
tersebut dan mempercepat proses microbial tertentu untuk menambah banyak
ketersediaan hara dalam bentuk tersedia yang dapat diasimilasikan tanaman pupuk
organik.
2.4 Jenis Pupuk
Menurut jenisnya pupuk organik dapat dibedakan menjadi 5 yaitu pupuk
organik buatan, pupuk kandang, pupuk hijua, kompos dan humus (Sadikin, 2008);
67).

14

2.4.1

Pupuk Organik Buatan


Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang diproduksi di pabrik

dengan menggunakan peralatan yang modern. Beberapa manfaat pupuk organik


buatan, yaitu :
a.
b.
c.
d.

Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman


Meningkatkan produktivitas tanaman
Merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun
Mengemburkan dan menyuburkan tanah
Pada umumnya, pupuk organik buatan digunakan dengan cara

penyebaran di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur


hara secara efektif dan efesien bagi tanaman yang diberi pupuk organik tersebut.
2.4.2 Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang
kotoronnya sering untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh
masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, ayam, dan kerbau. Selain
berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari kencing
(urine) hewan. Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk
kandang padat (makro) banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium.
Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang antara lain ; kalsium,
magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan molibdenum. Kandungan
nitrogen dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan
kandungan nitrogen dalam kotoran padat.

2.4.3 Pupuk Hijau

15

Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau berupa
sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau
setelah dikomposkan. Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa
panen) atau tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau,
seperti sisa-sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air (Azolla). Jenis
tanaman yang dijadikan hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan
dengan

jenis

tanaman

lainnya.

Tanaman

legume

juga

relative

mudah

terdekomposisi sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat. Pupuk hijau


bermanfaat untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam
tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, yang
selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketanahan tanah
terhadap erosi.
2.4.4 Kompos
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman,
hewan, dan limbah organik yang telah memahami proses dekomposisi atau
fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos diantaranya jerami,
sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang membusuk, sisa tanaman jagung,
dan sabut kelapa. Bahan dari ternak sering digunakan untuk kompos di antaranya
kotoran hewan ternak, urine, pakan ternak yang terbuang dan biogas.
2.4.5 Humus
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun
pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami
dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga tanah), dan
kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk humus adalah dari daun ataupun

16

ranting pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan peternakan, industri makanan,
agro industry, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu), kepingin kayu, endapan
kotoran, sampah rumah tangga, dan limbah padat perkota.
2.5 Kompos Eceng Gondok
Eceng gondok atau Eichonia crassipes, tanaman hias asal Brazil yang kini
sudah menjadi tanaman gulma itu ternyata dapat diolah menjadi pupuk organik.
Sisa-sisa penggunaan pupuk kimia oleh para petani di areal persawahan dan
perkebunan yang kemudian hanyut ke sungai dan ke danau, menjadikan
pertumbuhan dan penyebaran eceng gondok sangat cepat, sehingga sulit ditangani.
Sifat eceng gondok yang sangat cepat pertumbuhannya itu, menarik sebagian orang
untuk menelitinya, apakah eceng gondok bisa dijadikan media untuk mempercepat
pertumbuhan tanaman lainnya?
Penelitian menunjukkan bahwa tanaman eceng gondok banyak mengandung
asam humat. Senyawa itu menghasilkan fitohormon yang mampu mempercepat
pertumbuhan akar tanaman. Selain itu eceng gondok juga mengandung asam
sianida, triterpenoid, alkaloid dan kaya kalsium. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan pupuk eceng gondok adalah memastikan tidak adanya kandungan logam
berat seperti timah hitam dan merkuri pada tanaman eceng gondok. Hindari
pemanfaatan eceng gondok yang berasal dari kolam-kolam pengolahan air limbah
pabrik yang menghasilkan limbah logam berat.
Kompos eceng gondok (Eichornia crassipes) sebagai pupuk organik. Bahan
atau pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produktivitas pertanian,
mengkonservasi hara, mengurangi pencemaran lingkungan, serta meningkatkan
kualitas lahan secara berkelanjutan. Susanto (2002) menyatakan tanah yang
dibenahi dengan pupuk organic mempunyai struktur yang baik, dan tanah yang

17

berkecukupan bahan organik mempunyai kemampuan mengikat air lebih besar


daripada tanah yang kandungan bahan organiknya rendah. Dengan menjaga dan
menaikkan kembali kesuburan tanah maka diharapkan produksi tanaman jagung
dapat meningkat.
Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan salah satu gulma air, gulma
air umumnya mengandung 16-21% protein jenuh, kisaran tersebut sama dengan
jenis tanaman daratan. Delapan puluh persen nitrogen total dalam bentuk protein.
Asam amino yang dikandung hampir sama dengan rumput pakan. Eceng gondok
mengandung nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K), kalsium (Ca), besi (Fe),
magnesium (Mg), natrium (Na), Sulfur (S), mangan (Mn), tembaga (Cu), dan seng
(Zn) kurang libih sama seperti tanaman yang hidup di daratan. Walaupun
kandungan unsur haranya tidak tinggi, namun eceng gondok dapat digunakan
sebagai pupuk hijau untuk mempertahankan kesuburan tanah dengan mengurangi
efek residu pupuk anorganik yang diberikan tanah dan memperkecil dampak negatif
terhadap lingkungan, sekaligus menghemat pemakaian pupuk anorganik yang
relatif mahal.
Komposisi eceng gondok terbanyak adalah air dan kandungan bahan kering
sekitar 5-15%. Untuk memperoleh 1 ton bahan kering 10 ton bahan segar. Menurut
hasil penelitian di India (Susanto, 2002) menunjukkan bahwa jenis tanaman gulma
yang mengapung di danau atau kolam dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki
tanah sawah. Eceng gondok dapat dikeringkan dan dikomposkan, lalu dicampur
dengan debu untuk melindungi tanaman padi dari busuk akar. Dalam pembuatan
pupuk alternatif eceng gondok juga dapat dijadikan sebagai bahan baku pupuk
organik. Hal ini karena eceng gondok mengandung N,P,K, dan C organik yang
cukup tinggi. Berdasarkan hasil uji laboratorium, pupuk ini memiliki kandungan

18

unsur hara N 1,86%, P2O5 1,2%, K2O 0,7% C organic 19,81%, dan C/N ratio
6,18%. Dengan kandungan seperti ini, pupuk dari eceng gondok mempu
menggantikan pupuk anorganik, dan dapat mengurangi penggunaan bahan kimia
hingga 50% dari dosisnya.
Penggunaan pupuk organic berbahan baku eceng gondok memberikan hasil
yang sangat menggembirakan. Anakan (percabangan) dari tiap batang lebih banyak
disbanding awalnya. Dengan tambahan pupuk organik eceng gondok (Maharani)
diperoleh 18-20 anakan padi, sedangkan dengan pupuk Urea hanya diperoleh 14-16
anakan padi. Tanaman yang diberi tambahan pupuk organik juga memiliki warna
daun merata hijau. Sementara itu, tanaman yang diberik Urea, awalnya memiliki
danu berwarna hijau, tapi lama kelamaan kekuningan. Tidak hanya itu, tanaman
padi yang diberi tambahan pupuk organik ini memiliki batang yang lebih kuat dari
tiupan angin dan tampilan fisiknya lebih tegak.
2.6 Pengertian Pertumbuhan Vegetatif
Salah satu cirri dari makhluk hidup adalah mampu melangsungkan
pertumbuhannya. Pertumbuhan tersebut pada dasarnya merupakan hasil dari
aktivitas pembelahan, perpanjangan dan pembelahan dari sel yang ada dalam
mekhluk hidup tersebut. Hasil dari aktivitas tersebut, maka makhluk hidup akan
mengalami pertambahan ukuran yang meliputi pertambahan ukuran berat, besar dan
panjang. Pertumbuhan tanaman diawali oleh periode vegetatif. Bagi tumbuhan
Angiospermae, periode vegetative tersebut merupakan periode tumbuh dari mulai
munculnya tanaman di permukaan tanah sampai terbentuknya bunga pertama.
Selama periode vegetatif itu, tanaman membentuk bagian utama susunan tubuhnya
yaitu akar, batang dan daun (Sumeru, 18:2002).
2.7 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman

19

Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik dari


dalam tanaman itu sendiri maupun faktor dari luar tanaman tersebut.
2.7.1

Faktor Dalam
Faktor dari dalam tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman

adalah faktor gen dan hormon. Gen adalah sifat yang diwariskan dari generasi ke
generasi atau dengan kata lain gen adalah suatu sifat yang turun temurun.
Sedangkan hormon merupakan suatu zat yang merangsang pertumbuhan tanaman.
Hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu hormon
auksin, giberelin dan sitokinin. Hormon auksin yaitu zat yang dihasilkan oleh ujung
tumbuhan dan yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan, Auksin banyak di
susun di jaringan-jaringan maristem didalam ujung-ujung tanaman seperti, tunas,
kucup bunga, dan pucuk daun serta ujung akar dapat membentuk auksin.
Giberelin mempunyai fungsi menyebabkan tanaman menghasilkan bunga
sebelum waktunya, menyebabkan tanaman yang kerdil menjadi tanaman subur,
mempercepat tanaman sayuran dan dapat menyingkat waktu panen. Hormon
sitokinin mempunyai fungsi ssebagai hormon yang merangsang pembelahan sel,
pembentukan tunas pada batang dan mempercepat pertumbuhan memanjang.
2.7.2

Faktor luar
Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, cahaya,

unsur hara, dan air.


a. Suhu
Tanaman dalam melagsungkan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh suhu.
Hal ini karean proses fisiologi di dalam tubuh tanaman dikendalikan oleh suhu, dan

20

selanjutnya akan mengendalikan proses yang berhubungan pertumbuhan tanaman


(Hasan Basri Jumin, 2005: 20).
b. Cahaya
Setiap jenis tanaman membutuhkan cahaya dalam batas-batas tertentu,
dengan kata lain cahaya yang diperoleh oleh tumbuhan tidak boleh lebih dan tidak
boleh kurang. Apabila cahaya yang diperoleh oleh tumbuhan terlalu sedikit, maka
akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak optimal dari tumbuhan tersebut (Hasan
Basri Jumin,2005: 7).
c.

Air
Air merupakan faktor penting bagi pertumbuhan tanaman. Kekurangan air

dapat menyebabkan perubahan fisiologi dalam tanaman. Defisiensi air yang terus
menerus akan menyebabkan perubahan pada tanaman dan pada akhirnya dapat
menyebabkan tanaman mati (Hasan Basri Jumin, 2005: 27).
d. Unsur hara
Kandungan unsur hara yang cukup sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk
tumbuh. Dengan demikian kandungan unsur hara dalam tanah sangat berpengaruh
bagi proses pertumbuhan tanaman.
Unsur Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro yang relatif banyak
dibutuhkan oleh tanaman mentinun untuk pertumbuhannya. Peranan utama dari
unsur Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman secara umum terutama
pada fase vegetatif. Nitrogen juga berperan dalam pembentukan klorofil,
membentuk lemak, protein dan persenyawaan lain. Jika tanaman kekurangan unsur
nitrogen, maka gejala yang akan ditimbulkan yaitu daun menguning lalu

21

mengering, jaringan tanaman mongering dan mati, buah mengecil kekuningkuningan serta cepat matang (Marsono, 13 : 2005).
Selain Nitrogen, Fospor juga merupakan unsur hara makro yang esensial
bagi tanaman. Peran utama Forpor yaitu sebagai perangsang pertumbuhan dan
perkembangan akar. Selain itu Fosfor juga berperan sebagai bahan dasar protein
(ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi, mempercepat proses
pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah. Gejala yang
ditimbulkan bila kekurangan fospor padaa tanaman yaitu daun berubah warna
menjadi tua atau tampak mengkilap kemerahan, tepi daun, cabang, dan batang
berwarna merah ungu lalu berubah menjadi kuning, serta buah menjadi kecil, jelek,
dan lekas matang (Marsono, 13 : 2005).
2.8 Peranan Pupuk untuk Kesuburan Tanah dan Peranan Unsur Hara bagi
Tanaman.
Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah/media tanaman
/disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambahkan hara yang dibutuhkan
tanaman (Syarif, 2004:75). Selanjutnya Sudianto dkk (2005: 371) mengemukakan
bahwa yang dimaksud dengan pupuk semua bahan yang diberikan pada tanah.
Sedangkan menurut Sosrosedirjo (2002: 9) yang dimaksud dengan pupuk adalah
semua bahan yang diberikan ke dalam kompleks tanah tumbuh-tumbuhan secara
langsung atau tidak langsung dapat menambah zat-zat makanan tanaman yang
tersedia.
Selanjutnya Sarief, (2004: 75) menyatakan bahwa pupuk adalah setiap bahan
yang diberikan ke dalam tanah atau disemprot pada tanaman dengan maksud untuk
menambah unsur hara yang diperlukan tanaman.

22

Dengan demikian maka dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud


dengan pupuk adalah bahan makanan yang diberikan ke dalam tanah atau
disemprotkan ke dalam tanaman dengan tujuan untuk menambah zat makanan
tanaman dan untuk meningkatkan kesuburan tanah secara keseluruhan sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Fungsi humus (bunga tanah): humus ini untuk mempertahankan struktur
tanah sehingga tanah mudah diolah dan banyak berisi oksigen. Dalam waktu yang
cukup lama pupuk masih dapat memberikan hasil yang baik.
a. Sebagai sumber hara N,P, & K yang penting bagi pertumbuhan tanaman
unsur-unsur tersebut berada dalam keadaan seimbang.
b. Mampu menaikan daya untuk menahan air, tanah akan lebih mampu
menahan banyak air. Sehingga air hujan tidak langsung mengalir ke tempat
yang lebih rendah atau meresap ke dalam tanah dan akan memudahkan
bulu-bulu akar tanaman menyerap bahan-bahan yang terurai.
c. Banyak mengandung mikro organisme, sehingga dapat menghancurkan
sampah yang ada dalam tanah.
Tanah yang produktif kalau tidak di berikan pupuk akan menurun atau
merosot kadar bahan organik lebih dari 45% hal ini berakibat menurunnya produksi
tanaman. (Harjadi, 1998: 21) mengatakan bahwa pupuk adalah bahan organik dan
an-organik baik yang dihasilkan oleh alam lingkungan yang dapat bahan makanan
bagi tumbuhan . Pupuk berperan dalam meningkatkan bahan-bahan nutrien (unsur
hara dalam tanah) sampai dengan jumlah yang sesuai untuk tanaman tertentu atau
organisme. Peran pupuk jelas untuk meningkatkan kesuburan tanah dan
mengembalikan banhan organik tanah sehingga suhu PH tanah menjadi stabil.

2.8.1 Peran Unsur Hara Bagi Tanaman

23

Tanaman memerlukan zat makanan untuk kelangsungan hidupnya. Tanaman


tentu mempunyai jaringan yang tersusun dari karbohidrat, protein dan lemak, serta
enzim-enzim yang berperan dalam berbagai reaksi biokimia. Dengan demikian
tumbuhan memerlukan sejumlah zat makanan untuk menyusun jaringan tersebut
dari sekian banyak unsur hara yang diperlukan tanaman, unsur C, H, O, N, S, P, K
dan Ca merupakan unsur yang banyak diperlukan tanaman (Dwijoseputro,
2003:25).
Berdasarkan sumbernya unsur hara makro digolongkan ke dalam tiga
golongan, yaitu unsur hara dari udara, air dan tanah. Unsur karbon (C) dan oksigen
(O) diperoleh tanaman dari udara. Unsur hidrogen (H) di peroleh tanaman dari air.
Selain dari unsur tersebut, semua diperoleh tanaman dari tanah (termasuk unsur
mikro).
Pertumbuhan tanaman tidak terhambat oleh unsur-unsur hara yang bersumber
dari udara dan air, karena unsur-unsur hara tersebut selalu tersedia bagi tanaman,
asalkan terhindar dari kekeringan udara dingin dan penyakit. Tetapi pertumbuhan
tanaman sering terhambat oleh unsur-unsur hara dari tanah, karena kurang tersedia
ataupun tidak dalam bentuk tersedia bagi tanaman. Oleh karena itu, unsur hara
inilah yang perlu mendapat perhatian dalam usaha meningkatkan pertumbuhan
tanaman.
Penggunaan unsur-unsur hara tanah oleh tanaman tidak sama jumlahnya, ada
yang digunakan dalam jumlah yang sedikit. Hal ini tergantung pada penggunaan
dan fungsi dari unsur-unsur hara (Dwijoeseputro, 2003: 30). Diantara sekian
aacc

24

banyak unsure hara yang terdapat dalam tanah, yang paling banyak diperlukan
tanaman adalah unsur N,P,K unsur tersebut merupakan jaringan tubuh semasa
pertumbuhan (Sarief, 200: 10).
Berdasarkan sumber penyerapannya, unsur hara dipilahkan menjadi dua,
yakni unsur hara yang diserap dari udara dan unsur hara yang diserap dari tanah:
Diserap dari Udara
Unsur hara yang di serap dari udara adalah C, O, dan S, yaitu berasal dari CO 2
, O2, dan SO2. Senyawa CO2 diasimilasikan dengan proses karboksilasi dan
terbentuk karboksilat bersama-sama penyerap O2 dan H2O. Unsur H diserap dalam
bentuk H2O dan direduksi menjadi H+ dan kemudian di transfer kedalam senyawa
nikotinamide adenosine dinukleotida (NADP+) menjadi NADPH. Senyawa ini
merupakan senyawa penting bagi tanaman sebagai koenzim dasar dalam proses
aksidasi reduksi.
Diserap dari tanah Tanah
Penyerapan unsur hara dilakukan oleh akar tanaaman dan diambil dari
kompleks jerapan tanah atau pun dari larutan tanah berupa kantion atau an-ion.
Adapula yang dapat diserap dalam bentuk khelat (khelation), yaitu ikatan kation
logam dengan senyawa organik. Dewasa ini kebanyakan unsur mikro diberikan
lewat daun (foliar application).
a. Unsur Nitogen (N)
Ntrogen sangat berpengaruh

pada

pertumbuhan

tanaaman,

bila

dibandingkan dengan unsur P dan K karena nitrogen merupakan unsur pokok dalam
sistematis protein dan asam nukleat. Dengan demikian sebagai penyusun sitoplasma
secara keseluruhan, nitrogen tidak hanya berperan sebagai bahan baku dalam

25

penyususnan protein dan asam nukleat, tetapi juga berperan terhadap penyerapan
unsur hara lainnya (Bukman dan Brady,12001: 531).
Apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak dari unsur lainnya, maka
tanaman dapat menggunakan nitrogen tersebut untuk mensinesis protein dalam
jumlah yang banyak. Di samping nitrogen juga sangat diperlukan untuk
pembentukan atau pertumbuhan bagian tanaman seperti daun, batang, dan akar.
Berdasarkan pengaruhnya bagi tanaman, maka apabila tanaman kekurangan
nitrogen akan menunjukkan gejala-gejala tertentu, seperti tanaman tumbuh kerdil
dan memiliki sistem perakaran yang terbatas (Bukman dan Brady, 2001: 531).
Selain itu kekurangan nitrogen juga mengakibatkan daun tidak tampak hijau dan
segar, melainkan agak kekuning-kuningan dan apabila kekurangan terjadi secara
terus menerus, daun bawah menjadi kering dan gugur.
Secara fisiologis keperluan tanaman akan unsur hara dalam jumlah yang
optimum. Pada keadaan ini tanaman akan menunjukkan respon yang baik. Apabila
keadaan ini tidak terpenuhi (kekurangan atau kelebihan), maka tanaman akan
menunjukkan gejala yang merugikan.
Dalam keadaan normal, udara mengandung

80% nitrogen, persediaan

sebanyak itu tidak dapat dipergunakan secara langsung oleh tanaman, melainkan
harus berada dalam bentuk yang tersedia, yaitu bentuk ION. NO 3 & NH4+, selain
dari bentuk tersebut tidak dapat digunakan tanaman (Sarief , 1985:11 & Indranada
2004:52).

Pupuk nitrogen mengandung hara tanaman N. Bentuk senywa berupa nitrat,


amonim,amin, dan sianida. Contoh: kalium nitrat (KN 3), amonium posfat (NH4)3,

26

urea (NH2CONH2), dan kalsium sianida (CaCN 2). Bentuk pupuk N ini berupa
Kristal, prill, pellet, tablet, ataupun cair.

Amonium Sulfat (NH4)2SO4.


Pupuk ini dikenal dengan nama zwavelzuure amoniak (ZA) dan sampai

sekarang masih banyak beredar di masyarakat, umumnya pupuk ini berupa Kristal
putih dan hampir seluruhnya larut air. Kadang-kadang pupuk tersebut diberi warna
(misalnya pink) kadar N sekitar 20%-21% dengan kemurnian sekitar 97%. Kadar
asam biasanya maksimum 0,4% sifat pupuk ini adalah:
-Larut air
- Dapat diserap oleh tanah
- Reaksi fisiologi asam
- Mempunyai gaya pengusir Ca dari kompleks jerapan
- Mudah mengumpal tetapi dapat dihancurkan kembali
- Asam bebasnya kalau terlalu tinggi akan meracuni tananama
Anhidrous Amonia (NH2)
Pupuk ini dianggap yang paing tinggi kadar N-nya (83%). Pupuk ini disimpan
dalam bentuk cair. Pengunaanya dilakukan dengan injeksi kedalam tanah atau
dilarutkan dalam air kemudian dipompa. Pupuk ini dapat juga dilarutkan dalam air
pengairan, akan tetapi ada resiko kehilangan N yang terbawa air pengairan dan
penguapan terutama pada tanah da air yang mempunyai reaksi alkalis. Jumlah
Nnnnn

yang hilang tergantug pada tekstur tanah, reaksi, dan cara pemberiannya dalam
injeksi tanah.
Amonium klorida (NH4Cl)

27

Kadar N dalam ammonium klorida (ACl) sekitar 26%. Pada sebagian


tanaman, pengaruh pupuk ACl lebih baik daripada amonium sulfat (ZA), terutama
untuk tanaman yang memerlukan unsur Cl. Untuk tanaman yang di harapkan kadar
proteinnya tinggi sebaiknya menggunakan pupuk ZA karena S berperan dalam
pembentukan protein.
Amonium nitrat (NH4NO3)
Kadar N dalam pupuk amonium nitrat sekitar 32%-33,5% kalau dicampur
dengan kapur di sebut amonium lime (ANL).
b. Unsur posfat (P)
Sama halnya dengan unsur nitrogen, posfat dapat di serap tanaman dalam
bentuk yang tersedia yaitu H2PO4. Unsur posfat memegang peranan penting dalam
kehidupan tanaman, terutama dalam pembentukan pospolipida dan nukleo protein
selain itu juga merangsang pertumbuhan akar tanaman, mempercepat pertumbuhan
tanaman, mempercepat pembuahan dan pematangan buah (syarief, 2004:13). Posfat
juga bepengaruh pada pembiakan generatif, yaitu pembentukan bunga, tangkai sari,
kepala sari, butir tepung sari, dan bakal biji (Sosrosudirjo & Rifai, 2002: 23).
Berdasarkan fungsi dan peranannya bagi pertumbuhan tanaman, maka apabila
tanaman kekurangan posfat akan menunjukkan gejala-gejala seperti tehambatnya
pertumbuhan, daun berwarna hijau tua, kadang-kadang terjadi pembentukan
antosiamin yang berlebihan, pada pelebaran daun terjadi bagian mati dan akhirnya
m
rontok. Kekurangan posfat juga menimbulkan warna hijau tua, keliatan mengkilap
kemerahan. Daun tua kadang-kadang kloris (kekuningan) dan tanaman kerdil
(Sosrosudirdjo, dan Rifai 2002: 42).
Enkel superposfat

28

Sejak zaman Belanda, ES sudah popular digunakan sebagai pupuk P. Pupuk


ini sering disebut single superphosphate. Pupuk ini dibuat dengan dengan
menggunakan bahan baku bantuan posfat (apatit) dan diasamkan dengan asam
sulfat untuk mengubah P yang tidak tersedia menjadi tersedia untuk makanan.
Pupuk ini digunakan sebagai pupuk dasar sebelum ada tanaman agar pada saat
tanaman mulai tumbuh, unsur P sudah dapat diserap oleh akar tanaman. Pupuk ES
masih mengandung gips (CaSO4) cukup tinggi dan untuk berbagai jenis tanah
sering menyebabkan struktur tanah menjadi menggumpal seperti padas dan kedap
air. Hal ini.
Doubel Super posfat (DS)
Berbeda dengan ES, pupuk ini dianggap tidak mengandung gipsum.
Pembuatan pupuk ini menggunakan asam posfat yang berfungsi sebagai pengasam
dan untuk meningkatkan kadaar P. Pupuk ini berwarna abu-abu cokelat muda,
sabagian P larut air, reaksi fisiologis, sedikit asam. Bahaya meracuni tanaman,
sulfat relatif dan sulfidanya yang berasal dari reduksi slfat juga rendah. Pupuk ini
bekerja lambat dan kemungkinan pengendalian juga rendah.
Tripel super posfat (TSP)
Sifat umum pupuk tripel super posfat (TSP), pembuatan pupuk TSP
menggunakan sistem wet proses.
Fused Manesium Posfat (FMP)
Pupuk ini tidak higroskopis, seingga mudah untuk disimpan. Karena tidak
larut dalam air, pupuk ini sebaiknya diberikan kedalam tanah sebagai pupuk dasar
sebelum ada tanaman dan pada saat tanam.
Amaphos (SS=super stikphos)
Pupuk ini sebenarnya sama dengan ammonium monoposfat (AMP). Saat ini
perbandingan dan grade N dan P2O5 sangat beraneka untuk memenuhi keperluan

29

jenis tanaman yang memerlukan perbandingan tertentu dan untuk jenis tanah yag
berbeda-beda.
Calsium Metaphosphate (calcium Metaposfat)
Pupuk ini memiliki kadar P2O5 berkisar 55%-58% dan kadar K2O sebesar
35%.
c. UnsurKalium (K)
Unsur hara makro tanah ketiga yang paling penting bagi tanaman adalah
unsur (K). Unsur ini juga diserap tanaman dalam bentu ION K. Adapun peran
kalium bagi tanaman ialah menambah ketahanan tanaman terhadap penyakit,
meningkatkan sistem perakaran, memperoleh tanaman berperan dalambentuk
klorofil. Kalium juga berperan dalam fotosintesis Karena apabila terjadi
kekurangan kalium dalam daun maka kecepatan asimilasi CO 2 akan menurun
(Sarief, 2004:17). Jumlah dengan jenis pupuk yang khusus mengandung kalium
relatif sedikit. Umumnya, unsur kalium sudah dicampur dengan pupuk atau unsur
lain menjadi pupuk majemuk. Dengan demikian, pupuk tersebut sudah mengandung
kalium, nitrogen dan posfor (dua ata leih hara tanaman).
Muriate (KCL)
Pupuk ini dianggap memiliki kadar hara K tinggi. Nama muriate berasal dari
asam murit, sama dengan asam klorida, pupuk ini memiliki kadarK2O dapat
mencapai 60%-62%.
Kalium Sulfat (Zwavelzuure kali=ZK)
Pupuk ini banyak digunakan baik perkebunan maupun petani kecil.
Kalium Magesium Sulfat
Pupuk ini memiliki kadar K2O berkisar 22%-23% dan kadar MgO berkisar
18%-19%.
Kalium Nitrat (Niter)
Selain mengandung unsur K, pupuk ini juga mengandung unsur N.
Kainit
Kainit merupakan pupuk kalium hasil dari samping dari tempat penggaraman
sehingga banyak bercampur kotoran dan tidak murni.
d. Unsur Kalsium (Ca)

30

Ada beberapa pupuk yang mengandung kalsium sebagai carrier, misalnya SP


(super Posfat). Oleh karena itu macam pupuk

Ca secara khusus tidak begitu

banyak. Untuk tanah asam, fungsi pupuk Ca selain sebagai penambah hara, Ca juga
sebagai bahan pembenah tanah yaitu meningkatkan (PH).
Kalsuim Nitrat
Pupuk ini memiliki kadar CaO sekitar 32% Ca sekitar 20% dan N 21%, jadi
pupuk ini mengandung dua unsur hara tanaman yaitu N &Ca.

Amonium Nitrat, Kapur


Reaksi fisiologisnya agak asam yang disebabkan oleh omonium nitrat
dinetralisir dengan kapur yang dikandungnya.
e. Unsur Magnesium
Pupuk yang mengandung khusus hara Mg relative sedikit, jumlah Mg yang
diserap tanaman umumnya lebih rendah dibadingkan dengan kalium atau pun
kalsium.

Anda mungkin juga menyukai