Anda di halaman 1dari 35

Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Seledri (Apium graveolens

L.)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

         Seledri telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu

di Eropa sebagai unsur pengobatan dan penyedap masakan.

Plinius Tua telah menuliskannya sejak awal penanggalan

modern. Linnaeus mendeskripsikannya pertama kali dalam edisi

pertama Species Plantarum. Ia memasukkan seledri dalam suku

Umbelliferae, yang sekarang dinamakan Apiaceae.

         Seledri (Apium graveolens L.) berasal dari daerah

subtropik Eropa dan Asia. Menurut ahli sejarah botani, daun

seledri telah dimanfaatkan sebagai sayuran sejak tahun 1640,

dan diakui sebagai tumbuhan berkhasiat obat secara ilmiah

baru pada tahun 1942.

         Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik

ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah atau ke

tanaman, dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, dan

sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan


tanaman. Pemupukan dapat diartikan sebagai cara-cara atau

metode serta usaha-usaha yang dilakukan dlam pemberian pupuk

atau unsur hara ke tanah atau ke tanaman yang sesuai dengan

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang normal.

         Tumbuhan herbal bernama seledri ini berasal dari

daerah subtrotip Eropa dan Asia. Nama ilmiahnya adalah

Celery Apium gravoelens, Linn. Tumbuhan di dataran tinggi

pada ketinggian di atas 900 m dari permukaan laut. Seledri

mengandung vitamin A dan C, mineral, kalsium,

fosfor, kalium, dan natrium. Daunnya mengandung polifenol,

saponin, dan flavonoida. Setiap 100 g seledri mengandung 20

kalori.

         Pemupukan merupakan salah satu faktor utama yang

menentukan produktivitas tanaman. Ketersediaan pupuk secara

tepat dosis dan tepat waktu sering menjadi masalah bagi

pekebun kelapa sawit. Dalam hal ini pemakaian pupuk majemuk

merupakan salah satu alternatif untuk menjamin penyediaan

seluruh hara secara tepat waktu dan seimbang di dalam tanah.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

         Menurut Tim Penulis (2007) mengklasifikasikan

tanaman seledri (Apium graveolens L) sebagai berikut :


Kingdom   : Plantae

Divisi         : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas         : Dicotyledoneae

Ordo          : Apiales

Famili        : Apiaceae

Genus        : Apium

Species      : Apium graveolens L

         Akar seledri berupa akar tunggang dengan warna

putih kotor. Pada akar, terdapat rambut – rambut akar yang

merupakan perluasan dari sel – sel epidermis akar. Akar

sebagai tempat masuknya mineral dari tanah menuju ke seluruh

bagian tumbuhan.

         Seledri merupakan tanaman semak dengan tinggi

sekitar 15 cm. Batangnya pendek tidak berkayu, bersegi,

beralur, beruas, bercabang tegak dan berwarna hijau pucat.

         Daunnya menjari tidak teratur serta berlekuk-lekuk

dan majemuk menyirip ganjil dengan anak daun terdiri dari 3-

7 helai serta mempunyai tangkai daun yang panjang. Pangkal

dan ujung daun runcing, tepi daun beringgit dan panjang daun

2-7,5 cm dengan lebar 2-5 cm.

         Bunga berupa bunga majemuk berbentuk payung dan

berwarna hijau. Panjang tangkainya sekitar 2 cm. Mahkota

berwarna putih atau ungu tergantung pada varietasnya.


Sebagian bunga cabai menyerbuk sendiri, tetapi mudah juga

dilakukan persilangan.

         Buahnya berbentuk kotak atau kerucut dengan warna

hijau kekuningan. Ukuran buah beragam, memiliki rongga

dengan jumlah berbeda-beda sesuai dengan varietasnya. Di

dalam buah terdapat plasenta tempat biji melekat.

         Biji seledri terletak di dalam buah, melekat

sepanjang plasenta. Warnanya putih atau kuning jerami dan

memiliki lapisan kulit keras di bagian luarnya. Biji inilah

yang digunakan sebagai benih untuk menghasilkan tanaman

baru.

Syarat Tumbuh

Tanah

         Pertumbuhan tanaman cabai akan baik pada tanah yang

datar atau sedikit miring, solum dalam dan mempunyai

draenasi yang baik, tanah gembur, subur, dan permeabilitas

sedang. Tanah yang baik bagi pertumbuhan harus mampu menahan

air yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah dan hara

tambahan.

         Persyaratan tanah yang ideal untuk tanaman seledri

adalah harus subur, gembur, banyak mengandung bahan organik

(humus), tata udara (aerasi), dan tata air (drainase) tanah

baik, serta reaksi tanah (pH) antara 5,5-6,5 atau optimum

pada pH 6,0-6,8.
         Tanaman seledri sangat menyukai tanah-tanah yang

menyukai garam natrium, kalsium, dan boron. Jika tanah

kekurangan natrium maka pertumbuhan tanaman seledri akan

merana (kerdil). Demikian juga jika tanah kekurangan unsur

kalsium menyebabkan kuncup-kuncup daun seledri menjadi

kering-kering, sedangkan kekurangan unsur boron

mengakibatkan tangkai0tangkai daun seledri akan retakretak

atau belah-belah.

Iklim

         Seledri termasuk salah satu jenis sayuran daerah

subtropis yang beriklim dingin. Perkecambahan benih seledri

menghendaki keadaan temperatur minimum 90C dan maksimum 200

C. Sementara untuk pertumbuhan dan menghasilkan produksi

yang tinggi menghendaki temperatur sekitar 150-180 C serta

maksimum 240C.

         Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah yang

memiliki ketinggian tempat antara 1000-1200 m dpl, udara

sejuk dengna kelembaban antara 80 %-90 % serta cukup

mendapat sinar matahari. Seledri kurang tahan terhadap air

hujan yang tinggi. Oleh karena itu, penanaman seledri

sebaiknya pada akhir musim hujan atau periode bulan-bulan

tertentu yang keadaan curah hujannya berkisar antara 60-100

mm per bulan.
         Seledri membutuhkan iklim kering dengan lama

penyinaran 12 jam per hari, terutama pada masa pembungaan

dan pembuahan. Untuk itu, sebaiknya seledri ditanam pada

awal musim kemarau. Namun, untuk mendapatkan keuntungan yang

lebih tinggi, karna harga jualnya melonjak, seledri dapat

ditanam  pada musim hujan.

Penggunaan Pupuk Organik

Pupuk Organik

         Pupuk alam atau pupuk organik adalah pupuk yang

berasal dari alam yakni berasal dari sisa-sisa pelapukan

bahan organis baik yang berasal dari tanaman ataupun hewan.

Beberapa jenis dari pupuk organik adalah : (1) Pupuk

kandang, (2) Pupuk hijau, (3) Kompos, (4) Guano, (5) Night

soil (tinja manusia).

         Berbeda halnya dengan pupuk buatan, pupuk organik

mempunyai kadar hara yang rendah dan lambat tersedia bagi

tanaman. Oleh karena itu, peranan utama dari pupuk organik

bukanlah untuk menambah unsur hara tetapi untuk memperbaiki

sifat fisika tanah dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme

di dalam tanah.

         Selama ini pupuk organik yang lebih banyak

dimanfaatkan pada usahatani yaitu pupuk organik padat (pupuk

kandang), sedangkan limbah cair (urine) masih belum banyak


dimanfaatkan. Sebenarnya urine sapi sangat baik digunakan

sebagai pupuk kandang. Salah satu alternatif pemecahan yang

mungkin dilakukan yaitu dengan penggunaan pupuk organik cair

yang berasal dari urine ternak.

Kandungan Pupuk Organik

         Kandungan bahan organik pada lahan yang diusahakan

secara intensif umumnya rendah, sehingga pemberian pupuk

organik memegang peranan penting untuk meningkatkan

produktivitas lahan. Pengaruh positif pemberian pupuk

kandang dan pupuk hijau dalam takaran tinggi (5-20 ton/ha).

         Pemberian pupuk kandang sebanyak 5 ton/ha atau

lebih adalah suatu hal yang tidak mudah dilakukan petani

karena terkait dengan ketersediaan, harga, maupun

pengangkutannya. Pemberian 5 ton ha-1 jerami padi dilaporkan

dapat memasok 30 kg N, 5 kg P, 2,5 kg S, 75 kg K dan 100 kg

Si disamping 2 ton karbon yang merupakan sumber energi untuk

kegiatan jasad renik dalam tanah.

Manfaat Penggunaan Pupuk Organik

1.  Pupuk organik merupakan pupuk yang mengandung bahan

organik yang berkadar bahan humik lebih besar dari 1%.

2.   dapat meningkatkan nilai ekonomi limbah pertanian dan

perkebunan melalui paket teknologi, efisiensi produksi dan

aplikasi.
4.   untuk menginisiasi germinasi bibit dan perakaran.

5.   meningkatkan pembelahan dan pemanjangan sel.

6.   meningkatkan total biomassa tanaman dan jumlah klorofil

daun.

7.   meningkatkan permeabilitas membrane sehingga mempermudah

pengangkutan nutrien melalui membran serta.

8.   untuk mengubah bentuk nutrien tidak larut menjadi bentuk

terlarut.

Kendala Penggunaan Pupuk Organik

         Kendala dalam pemberian pupuk organik padat (pupuk

kandang) yaitu dibeberapa lokasi jumlah ternak masih relativ

kurang dibandingkan dengan luas lahan serta aplikasinya

mahal karena membutuhkan biaya tenaga kerja yang lebih

tinggi dibandingkan pupuk anorganik.

         Pupuk organik merupakan pupuk yang kaya akan unsure

hra tetapi sangat jarang digunakan para petani karena perlu

adanya proses pembuatan yang memakan waktu dan tenaga kerja.

Kebanyakan para petani memilih menggunakan pupuk anorganik

yang serba instant.

 KESIMPULAN

1.  Seledri (Apium graveolens L.)  merupakan salah satu

komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting

di Indonesia, Karena selain dijadikan bumbu masak juga


mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai

bahan baku industri, memiliki peluang eksport, serta sebagai

sumber vitamin C.

2.      Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun

anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah atau ke tanaman,

dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, dan sifat

biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

3.      Pupuk Organik mengandung unsur hara makro yaitu N, P, K,

Ca, Mg,  dan S serta unsur hara mikro Fe, B, Al, Co, Cr, Cu,

Mn, Na, Zn, Pb, dan Mo. Aplikasinya pada tanaman selain

dapat dilakukan secara tunggal baik melalui tanah atau

dengan cara disemprotkan.

4.      Dengan kandungan unsur hara yang dimilikinya menjadikan

pupuk organik dapat dijadikan pilihan utama dalam upaya

mengurangi ketergantungan tanaman terhadap pupuk anorganik.

5.      Aplikasi pada tanaman tidak saja memacu pertumbuhan dan

perkembangan akar, batang dan daun, tetapi juga merangsang

pembentukan anakan, cabang, bunga dan buah sehingga akan

meningkatkan produktivitas tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B., 2003. Seledri. Aneka Ilmu, Semarang.


Goenadi, D.H., 2006. Pupuk dan Teknologi Pemupukan Berbasis
Hayati: dari Cawan Petri ke Lahan Petani. Yayasan John Hi-
Tech Idetama, Jakarta.

Hanafiah, K. A. 2007. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada,


Jakarta.

http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/download/jukniskta.pdf.
Pupuk Organik. Diakses pada 16 Oktober 2010.

http://books.google.co.id/. Pemupukan. Diakses pada 16 Oktober


2010.

Http://tanindo.org/pupukorganik/. Pupuk Oganik. Diakses 16


Oktober 2010.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17749/5/20I.pdf
. Budidaya Tanaman Hortikultura. Diakses pada 16 Oktober
2010.

Rukmana, R., 1995. Budidaya Seledri. Penerbit Kanisius,


Yogyakarta.

Tim Penulis, 2007. Budidaya Tanaman Seledri. Agromedia, Jakarta.

van Steenis, C. G. G. J., den Hoed, D., Bloembergen, S., dan


Eyma, P. J., 1987. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Pradnya
Paramita, Jakarta.

MANFAAT PUPUK KOMPOS PADA TANAMAN SELEDRI (Apium


graveolens L.)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seledri telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu di Eropa sebagai unsur

pengobatan dan penyedap masakan. Plinius Tua telah menuliskannya sejak awal
penanggalan modern. Linnaeus mendeskripsikannya pertama kali dalam edisi pertama

Species Plantarum. Ia memasukkan seledri dalam suku Umbelliferae, yang sekarang

dinamakan Apiaceae .

Seledri (Apium graveolens L.) berasal dari daerah subtropik Eropa dan Asia.

Menurut ahli sejarah botani, daun seledri telah dimanfaatkan sebagai sayuran sejak tahun

1640, dan diakui sebagai tumbuhan berkhasiat obat secara ilmiah baru pada tahun 1942.

Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila

ditambahkan ke dalam tanah atau ke tanaman, dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia,

dan sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pemupukan dapat

diartikan sebagai cara-cara atau metode serta usaha-usaha yang dilakukan dlam

pemberian pupuk atau unsur hara ke tanah atau ke tanaman yang sesuai dengan yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang normal.

Tumbuhan herbal bernama seledri ini berasal dari daerah subtrotip Eropa dan Asia.

Nama ilmiahnya adalah Celery Apium gravoelens, Linn. Tumbuhan di dataran tinggi

pada ketinggian di atas 900 m dari permukaan laut. Seledri mengandung vitamin A dan

C, mineral, kalsium, fosfor, kalium, dan natrium. Daunnya mengandung polifenol,

saponin, dan flavonoida. Setiap 100 g seledri mengandung 20 kalori.

Pemupukan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan produktivitas

tanaman. Ketersediaan pupuk secara tepat dosis dan tepat waktu sering menjadi masalah

bagi pekebun kelapa sawit. Dalam hal ini pemakaian pupuk majemuk merupakan salah
satu alternatif untuk menjamin penyediaan seluruh hara secara tepat waktu dan seimbang

di dalam tanah.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui penggunaan pupuk

kompos terhadap tanaman seledri (Apium graveolens L).

Kegunaan Penulisan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti pra praktikal test di Laboatorium

Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Tim Penulis (2007) mengklasifikasikan tanaman seledri (Apium

graveolens L) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Apiales

Famili : Apiaceae

Genus : Apium

Species : Apium graveolens L

Akar seledri berupa akar tunggang dengan warna putih kotor. Pada akar, terdapat

rambut – rambut akar yang merupakan perluasan dari sel – sel epidermis akar. Akar

sebagai tempat masuknya mineral dari tanah menuju ke seluruh bagian tumbuhan.

Seledri merupakan tanaman semak dengan tinggi sekitar 15 cm. Batangnya pendek

tidak berkayu, bersegi, beralur, beruas, bercabang tegak dan berwarna hijau pucat.

Daunnya menjari tidak teratur serta berlekuk-lekuk dan majemuk menyirip ganjil

dengan anak daun terdiri dari 3-7 helai serta mempunyai tangkai daun yang panjang.

Pangkal dan ujung daun runcing, tepi daun beringgit dan panjang daun 2-7,5 cm dengan

lebar 2-5 cm.


Bunga berupa bunga majemuk berbentuk payung dan berwarna hijau. Panjang

tangkainya sekitar 2 cm. Mahkota berwarna putih atau ungu tergantung pada varietasnya.

Sebagian bunga cabai menyerbuk sendiri, tetapi mudah juga dilakukan persilangan.

Buahnya berbentuk kotak atau kerucut dengan warna hijau kekuningan. Ukuran

buah beragam, memiliki rongga dengan jumlah berbeda-beda sesuai dengan varietasnya.

Di dalam buah terdapat plasenta tempat biji melekat.

Biji seledri terletak di dalam buah, melekat sepanjang plasenta. Warnanya putih

atau kuning jerami dan memiliki lapisan kulit keras di bagian luarnya. Biji inilah yang

digunakan sebagai benih untuk menghasilkan tanaman baru.

Syarat Tumbuh

Tanah

Pertumbuhan tanaman cabai akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring,

solum dalam dan mempunyai draenasi yang baik, tanah gembur, subur, dan permeabilitas

sedang. Tanah yang baik bagi pertumbuhan harus mampu menahan air yang cukup dan

hara yang tinggi secara alamiah dan hara tambahan.

Persyaratan tanah yang ideal untuk tanaman seledri adalah harus subur, gembur,

banyak mengandung bahan organik (humus), tata udara (aerasi), dan tata air (drainase)

tanah baik, serta reaksi tanah (pH) antara 5,5-6,5 atau optimum pada pH 6,0-6,8.
Tanaman seledri sangat menyukai tanah-tanah yang menyukai garam natrium,

kalsium, dan boron. Jika tanah kekurangan natrium maka pertumbuhan tanaman seledri

akan merana (kerdil). Demikian juga jika tanah kekurangan unsur kalsium menyebabkan

kuncup-kuncup daun seledri menjadi kering-kering, sedangkan kekurangan unsur boron

mengakibatkan tangkai0tangkai daun seledri akan retakretak atau belah-belah.

Iklim

Seledri termasuk salah satu jenis sayuran daerah subtropis yang beriklim dingin.

Perkecambahan benih seledri menghendaki keadaan temperatur minimum 90C dan

maksimum 200 C. Sementara untuk pertumbuhan dan menghasilkan produksi yang tinggi

menghendaki temperatur sekitar 150-180 C serta maksimum 240C.

Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah yang memiliki ketinggian tempat

antara 1000-1200 m dpl, udara sejuk dengna kelembaban antara 80 %-90 % serta cukup

mendapat sinar matahari. Seledri kurang tahan terhadap air hujan yang tinggi. Oleh

karena itu, penanaman seledri sebaiknya pada akhir musim hujan atau periode bulan-

bulan tertentu yang keadaan curah hujannya berkisar antara 60-100 mm per bulan.

Seledri membutuhkan iklim kering dengan lama penyinaran 12 jam per hari,

terutama pada masa pembungaan dan pembuahan. Untuk itu, sebaiknya seledri ditanam

pada awal musim kemarau. Namun untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi,

karna harga jualnya melonjak, seledri dapat ditanam pada musim hujan.

MANFAAT KOMPOS PADA TANAMAN SELEDRI (Apium gravedens L.)


Kandungan Kompos

Kandungan hara yakni kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan

dan biasanya terdapat pada kompos – kompos dari peternakan. Hara ini akan

dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.

Kandungan bahan berbahaya dalam beberapa bahan organik mungkin mengandung

bahan – bahan berbahaya bagi mikroba. Logam – logam berat seperti Mg, Cu, Nicel, Cr

adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam – logam berat akan mengalami

imobilisasi selama proses pengomposan.

Bahan yang dapat dikomposkan yakni limbah organik rumah tangga, sampah –

sampah organik pasar, limbah pertanian, limbah kelapa sawit dan sebagainya. Bahan

organik yang sulit dikomposkan adalah tulang, tanduk dan rambut.

Cara Pembuatan Kompos

1. Pemilahan Sampah

Tahap ini dilakukan yaitu memisahkan organik dari sampah anorganik.

2. Pengecilan Ukuran

Tahap ini dilakukan untuk memperluas permukaan sampah sehingga mempermudah

dekomposisi menjadi kompos.

3. Penyusunan Tumpukan

Bahan organik akan ditumpuk dan diberi terowongan bambu yang berfungsi

mengalirkan udara.
4. Pembalikan

Dilakukan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara serta

membantu penghancuran bahan.

5. Penyiraman

Perlunya penyiraman dapat dilakukan agar tumpukan tidak terlalu kering.

6. Pematangan

Pada saat tumpukan lapuk berwarna coklat tua, kompos masuk pada tahap

pematangan selama 14 hari.

7. Penyaringan

Dilakukan untuk memperoleh ukuran pertikel kompos sesuai kebutuhan.

8. Pengemasan dan Penyimpanan

Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung.

Manfaat Kompos

Aspek Ekonomi :

1) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.

2) Mengurangi volume limbah.

3) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Aspek Lingkungan :
1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah.

2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.

Aspek Bagi Tanah/ Tanaman :

1) Meningkatkan kesuburan tanah.

2) Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.

3) Meningkatkan kapasitas jerap air tanah.

4) Meningkatkan aktivitas mikroba tanah.

5) Menyiapkan hormon dan vitamin bagi tanaman.

Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah adalah merangsang granulasi,

memperbaiki aerasi tanah; terhadap sifat kimia tanah meningkatkan kapasitas tukar

kation sehingga mempegaruhi serapan hara oleh tanaman; terhadap sifat biologis tanah

adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam fiksasi nitrogen dan

transfer hara tertentu seperti N, P, dan S.

KESIMPULAN
1. Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke

dalam tanah atau ke tanaman, dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi

tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

2. Kandungan hara dalam kompos yakni P dan K namun terdapat kandungan yang berbahaya

yakni Mg, Cu, Zn, Nicel, dan Cr.

3. Cara pemuatan kompos yakni pemilahan sampah; pengecilan ukuran; penyusunan

tumpukan; pembalikan; penyiraman; pematangan; penyaringan; pengemasan dan

penyimpanan.

4. Manfaat dari kompos meliputi beberapa aspek yakni aspek ekonomi, aspek lingkungan dan

aspek bagi tanah/ tanaman.

5. Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah adalah merangsang granulasi, memperbaiki

aerasi tanah; terhadap sifat kimia tanah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga

mempegaruhi serapan hara oleh tanaman; terhadap sifat biologis tanah adalah

meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam fiksasi nitrogen dan

transfer hara tertentu seperti N, P, dan S.


RESPON TANAMAN SELEDRI (Apium graveolus L.) TERHADAP PEMBERIAN
BEBERAPA MACAM PUPUK DAUN PADA TIGA JENIS TANAH  (PLANT
RESPONSE celery (Apium graveolus L.) TO GRANT LEAVES SOME KIND OF
FERTILIZER IN THREE KINDS OF SOIL)
(Plant Response Celery (Apium Graveolus l.) to Grant Leaves Some Kind of Fertilizer in
Three Kinds of Soil)

 Syahrudin

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

ABSTRACT

The purpose of this research is to study the response of celery plants to giving some kind
of foliar fertilizer on three types of soil. The results showed (1) the interaction of three
kinds of foliar fertilizer with no significant ground on all the variables of plant growth
and yield of celery (2) growth and yield responses of celery which is better shown in
Growmore leaf fertilizer (32-10-10 .) This is indicated by the increased plant height, leaf
number, fresh yield per plant, dry weight and crown-root ratio, followed Mamigro foliar
fertilizer (25-5-10) and Hyponex foliar fertilizer (25-6-6). While no provision of fertilizer
leaves show growth and lower yields (3) peat as growing medium in celery plants can
give a positive response in enhancing the growth and yield of celery at all the observed
variables.
Keywords: Celery, leaf fertilizer, soil type

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon tanaman seledri terhadap
pemberian beberapa macam pupuk daun pada tiga jenis tanah. Hasil penelitian
menunjukkan (1) interaksi pemberian pupuk daun dengan tiga jenis tanah berpengaruh
tidak nyata pada semua variabel pertumbuhan dan hasil tanaman tanaman seledri (2) 
respon pertumbuhan dan hasil tanaman seledri yang lebih baik ditunjukkan pada
pemberian pupuk daun Growmore (32-10-10). Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya 
tinggi tanaman, jumlah daun , hasil bobot segar  per tanaman, bobot kering dan ratio
tajuk-akar, kemudian diikuti pupuk daun Mamigro (25-5-10) dan pupuk daun Hyponex
(25-6-6). Sedangkan tanpa pemberian pupuk daun menunjukkan pertumbuhan dan hasil
yang lebih rendah (3) tanah gambut sebagai media tumbuh pada tanaman seledri mampu
memberikan respon yang positif di dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
seledri pada semua variabel pengamatan.

Kata kunci : Seledri, pupuk daun, jenis tanah

PENDAHULUAN
            Seledri (Apium graveolus L) adalah tanaman sayuran bumbu berbentuk rumput
yang berasal dari benua Amerika yang digunakan sebagai bumbu penyedap makanan dan
bersifat obat yang mujarab menurunkan tekanan darah tinggi, mengobati kerontokan
rambut, mengatasi sukar tidur, meperlancar buang air  seni dan menguatkan urat syarat
(Soewito,1991).

Pada dasarnya prospek seledri sangat cerah, baik di pasaran dalam negeri (domestik)
maupun luar negeri sebagai komoditas ekspor, namun pembudidayaan seledri di
Indonesia pada umumnya masih dalam skala kecil yang dilakukan sebagai sambilan
(sampingan). Beberapa bukti tentang budidaya seledri di Indonesia yang belum dikelola
secara komersial dan diantaranya dapat merujuk pada data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) tentang hasil survey pertanian tanaman sayuran di Indonesia pada tahun 2008,
ternyata belum ditemukan data luas panen dan produksi seledri secara nasional. Demikian
pula dalam program penelitian dan pengembangan hortikultura di Indonesia pada Pusat
Penelitian dan pengembangan (Puslitbang). Hortikultura sampai 2003/2004, ternyata
tanaman seledri belum mendapatkan prioritas penelitian, baik sebagai komoditas utama,
potensial maupun introduksi (Sutrisna, Sastraatmadja dan Ishaq, 2005).

Di Kalimantan Tengah, tanah-tanah marginal untuk pengembangan lahan pertanian


didominasi oleh tanah gambut, tanah berpasir dan tanah Podsolik Merah Kuning, dimana
tanah-tanah tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai media tanam, namun
didalam pelaksanaannnya mempunyai kendala diantaranya tingkat kesuburan yang
rendah dan minimnya unsur hara yang tersedia.

Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kendala tidak tersedianya unsur hara,
baik makro maupun mikro pada berbagai jenis tanah yang kurang subur adalah dengan
pemberian pupuk. Pemberian pupuk atau unsur hara ini selain diberikan lewat tanah
dapat pula diberikan lewat daun. Menurut Lingga dan Marsono (2001), kelebihan utama
dari pupuk daun, yaitu penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibanding pupuk yang
diberikan lewat akar.

Saat ini banyak produk pupuk daun dengan berbagai merk dagang dengan komposisi hara
makro dan mikro yang bervariasi. Namun, secara umum unsur hara yang dominan dalam
pupuk daun adalah hara makro dengan tambahan beberapa unsur mikro. Menurut Sutedjo
(1999), apabila tanaman sayuran daun seperti bayam, seledri atau selada maka pupuk
daun yang digunakan harus berkadar N tinggi. Beberapa contoh pupuk daun yang
berkadar N tinggi dengan kadar P dan K yang bervariasi banyak ditemukan di pasaran,
seperti Growmore 32-10-10 (32 % N, 10 % P dan 10 % K), Hyponex 25-5-10 (25 % N, 5
% P dan 10 % K) atau Mamigro 25-6-6 (25 % N, 6 % P dan 6 % K).

Beragamnya komposisi unsur-unsur yang dikandung pupuk daun yang dijual di pasaran
tersebut, hal ini memerlukan suatu kajian yang ilmiah untuk mengaplikasikannya pada
tanaman karena masing-masing tanaman punya tanggapan (respon) yang berbeda
kebutuhannya terhadap pupuk (unsur hara). Bertolak dari hal tersebut kiranya perlu
dilakukan penelitian tentang respon tanaman seledri terhadap pemberian beberapa macam
pupuk daun pada tiga jenis tanah.
BAHAN DAN METODE

            Penelitian dilaksanakan dirumah plastik di Jalan Karanggan No. 34, Kelurahan
Bukit Pinang, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya. Penelitian dilaksanakan dari
bulan Oktober hingga Desember 2010. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih
seledri, pupuk daun (Growmore, Hyponex dan Mamigro), air pengencer, tanah gambut,
tanah podsolik merah kuning, tanah berpasir, pupuk kandang kotoran ayam, kapur
dolomit dan pestisida (Furadan 3G dan Benlate 20 EC). Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain meteran, timbangan, cangkul, parang, gergaji, palu, plastik, kasa,
kajang, ayakan, bak persemaian, polybag, handsprayer, neraca analitik, penggaris, alat
tulis dan alat-alat tulis yang dianggap perlu.

Penelitian ini meggunakan Rancangan Acal Lengkap (RAL) yang disusun secara
faktorial, dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah pemberian pupuk daun (P)
yang terdiri dari 4 macam yaitu : D0 = tanpa diberi pupuk daun, D1= pemberian pupuk
daun Growmore, D2= pemberian pupuk daun Hyponex dan D3 = pemberian pupuk daun
Mamigro.Faktor kedua adalah jenis tanah (T) yang terdiri dari 3 jenis, yaitu  :T1= Tanah
Gambut, T2= Tanah Berpasir,T3= Tanah podsolik Merah Kuning.Variabel yang diamati 
meliputi : Tinggi tanaman (cm) ; Jumlah daun (helai) ; bobot segar tanaman (g/tanaman) 
;.Bobot kering tanaman (g/tanaman) ; Rasio Tajuk-Akar atau Shoot and Root Ratio (S/R).

 HASIL DAN PEMBAHASAN

             Interakasi antara pupuk daun dan jenis tanah berpengaruh tidak nyata pada semua
variabel pengamatan, hal ini diduga karena kedua perlakuan memiliki peranan yang sama
di dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sedeldri.  Menurut Hanafiah
(1995), tidak terjadinya pengaruh interaksi dua faktor perlakuan karena kedua faktor
tidak mampu bersinergi (bekerjasama) sehingga mekanisme kerjanya berbeda atau salah
satu faktor tidak berperan secara optimal atau bahkan bersifat antagonis, yaitu saling
menekan pengaruh masing-masing.

Walaupun tidak terjadi pengaruh interaksi pada kedua perlakuan, namun masing-masing
perlakukuan faktor tunggal memberikan pengaruh nyata dalam m,eningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman seledri.

Pengaruh Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Tanaman dan Hasil Tanaman


Seledri

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk daun menunjukkan respon yang
positif  dan berpengaruh  nyata didalam meningkat pertumbuhan dan hasil tanaman
seledri serta ratio tajuk-akar (pengamatan terakhir). Pemberian pupuk daun Growmore
(32-10-10) cenderung menunjukkan perlakuan yang terbaik dibanding perlakuan lainnya.
Daun merupakan variabel utama yang menentukan kemampuan tanaman untuk
berfotosintesis, jadi secara keseluruhan pertumbuhan tanaman seledri dapat dipacu lebih
baik dengan pemberian pupuk daun Growmore (32-10-10).
Tabel 1.  Rata-rata Tinggi Tanaman , Jumlah Daun, Bobot Segar, Bobot Kering dan Ratio
Tajuk-Akar Tanaman Seledri  Pengaruh Perlakuan Beberapa Macam Pupuk Daun

Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun


Pupuk Daun 28 HST
14 HST 21 HST 28 HST 14 HST 21 HST
Kontrol (D0)
3.94ab 5.22a 7.44a 2.22a 3.67a 5.89a
Growmore(D1)
8.11c 10.78b 14.06b 3.67b 6.00b 11.11b
Hyponex (D2)
3.50a 3.72a 7.69b 2.39a 4.11a 6.22a
Mamigro (D3)
6.78bc 9.33b 12.11a 2.56a 4.22a 6.67a

Bobot Segar Bobot Kering


  Rasio Tajuk-Akar
Tanaman (g) Tanaman (g)
Kontrol (D1)
0.88p 0.030p 4.34p
Growmore (D2)
1.26q 0.074r 5.94q
Hyponex (D3)
0.97p 0.035p 4.52p
Mamigro (D4)
1.13q 0.045pq 5.22pq

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
kolom, umur dan variabel yang sama  tidak berbeda nyata  menurut uji BNJ pada taraf 5
%.

Pada saat pertumbuhan tanaman, seperti halnya pertambahan tinggi tanaman dan jumlah
daun seledri tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan ketersediaan unsur hara
dalam jumlah yang cukup dan berimbang. Pemberian pupuk daun Growmore dengan
kandungan unsur hara N, P dan K yang lebih tinggi dibandingkan pupuk daun lainnya,
yaitu 32% (N), 10% (P), dan 10% (K) tampaknya dapat memacu pertumbuhan tanaman
seledri yang lebih baik, karena pada saat pertumbuhan tanaman unsur N, P dan K
diperlukan dalam jumlah yang lebih banyak dan berimbang.

            Peran utama unsur N, P dan K bagi pertumbuhan tanaman sesuai pernyataan
Lingga dan Marsono (2001), bahwa unsur nitrogen (N) sangat penting untuk
pertumbuhan vegetatif tanaman karena dapat merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Menurut Laegreid et al (1999, dalam
Hindersah dan Simarmata, 2004), ketersediaan unsur nitrogen adalah penting pada saat
pertumbuhan tanaman, karena nitrogen berperan dalam seluruh proses biokimia tanaman.
Sedangkan fosfor (P) menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) berperan untuk
pembentukan sejumlah protein tertentu, berperan dalam fotosintesis dan respirasi
sehingga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman keseluruhan, selain itu berperan
penting memperbaiki sistem perakaran tanaman. Adapun kalium (K) menurut Sarief
(1989) merupakan salah satu unsur hara yang sangat berperan dalam memacu
pertumbuhan tinggi tanaman. Apabila tanaman mengalami kekurangan unsur kalium,
maka tanaman akan tumbuh lebih pendek, sehingga tanaman menjadi kerdil dan mudah
rebah.

Dari unsur hara yang ada di perlukan tanaman, nitrogen (N) adalah unsur yang paling
utama menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman seledri, apalagi bagian ekonomis
tanaman seledri yang di panen adalah bagian batang dan daun. Tersedianya unsur
nitrogen yang lebih besar yang terkandung dari pupuk daun Growmore (32%) dibanding
pupuk Hyponex (25%) dan Mamigro (25%), diduga berperan langsung memacu
peningkatan pertumbuhan daun. Hal ini sesuai pernyataan Lakitan (1996), bahwa pada
saat pertumbuhan daun, diketahui tidak semua unsur hara diperlukan dan berperan
langsung terhadap pembentukan daun. Unsur hara yang paling berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen.

Pertambahan jumlah daun pada akhirnya akan berakibat meningkatnya luas daun secara
keseluruhan, hal ini berarti kemampuan tanaman melakukan fotosintesis meningkat,
sehingga hasil fotosintesis (fotosintat) yang tersedia juga akan meningkat dan
dialokasikan kebagian tanaman yang bernilai ekonomis (Goldworthy dan Fisher, 1996).
Selain itu pertambahan jumlah daun juga akan berakibat langsung terhadap biomassa
secara keseluruhan, hal ini diperlihatkan dengan meningkatnya bobot basah dan kering
yang lebih tinggi. Dari Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk daun juga
berpengaruh sangat nyata terhadap bobot segar, bobot kering dan rasio tajuk- akar
tanaman seledri. Pemberian pupuk daun Growmore (32-10-10) lebih baik dibanding jenis
pupuk daun lainnya dalam meningkatkan hasil panen (bobot segar) tanaman seledri dan
berbanding lurus dengan bobot keringnya. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk daun
Growmore mengandung unsur hara makro dan mikro yang lebih tinggi sehingga mampu
menyediakan kebutuhan bagi pertumbuhan tanaman dan pada akhirnya meningkatkan
hasil tanaman. Selain kandungan unsur hara makro seperti N, P, dan K yang lebih tinggi,
kandungan unsur hara mikro yang terkandung dari pupuk daun Growmore juga lebih
tinggi dibanding Hyponex dan Mamigro.

Tersedianya hara makro dan mikro yang lebih baik dari pupuk daun Growmore akan
dapat mendukung pertumbuhan yang lebih baik, dan pada akhirnya hasil tanaman juga
lebih baik.  Menurut Sitompul dan Guritno (1995), hasil tanaman sangat ditentukan oleh
produksi biomassa pada saat masa pertumbuhan tanaman dan pembagian biomassa pada
bagian yang dipanen. Produksi biomassa tersebut mengakibatkan pertambahan berat
dapat pula diikuti dengan pertambahan ukuran tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).
Kondisi ini menurut Gardner dkk.. (1991) sangat dimungkinkan apabila pada saat
pertumbuhan tanaman, unsur hara dan faktor pendukung lainnya tersedia dan tidak
menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan dan pembagian hasil fotosintesis (fotosintat)
ke organ hasil berjalan dengan baik.

Demikian pula rasio tajuk-akar sangat dipengaruhi oleh tersedianya nitrogen. Menurut
Loomis (1953, dalam Gardner dkk.. 1991), tersedianya unsur N dan air yang banyak akan
dapat menggalakkan pertumbuhan ujung (tajuk). Hasil penelitian Murata (1969 dalam
Gardner dkk. 1991) menunjukkan bahwa rasio tajuk-akar tanaman padi meningkat secara
nyata akibat diberi nitrogen yang lebih banyak. Meningkatnya rasio tajuk-akar juga akan
berakibat langsung terhadap peningkatan bagian ekonomis dari tanaman seledri yang
dipanen.

Secara keseluruhan hasil panen tanaman seledri dari penelitian yang telah dilaksanakan
masih di bawah standar normal, yaitu ± 1 g/tanaman. Apabila dibandingkan dengan hasil
penelitian Paishal (2005), bahwa penggunaan pupuk daun dapat menghasilkan bobot
segar seledri mencapai 12,67 g/tanaman.  Rendahnya hasil tanaman seledri dari penelitian
ini, diduga karena rendahnya intensitas cahaya yang diterima tanaman akibat atap
naungan yang dibuat terlalu rapat sehingga ini akan berpengaruh terhadap kemampuan
tanaman berfotosintesis sehingga hasilnya rendah.  Penelitian yang sama dari Paishal
(2005), menunjukkan bahwa aplikasi naungan berpengaruh nyata menghambat
pertumbuhan vegetatif tanaman, yaitu pada tinggi tanaman, jumlah daun, diameter
batang, dan jumlah rumpun. Perlakuan naungan juga menurunkan hasil produksi tanaman
seledri, yaitu pada jumlah tanaman yang hidup, bobot akar, bobot yang dapat dipasarkan
per panel dan bobot yang dapat dipasarkan per tanaman. Tanaman tanpa naungan
memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih baik dibandingkan tanaman dengan aplikasi
naungan.

Pengaruh Jenis tanah Terhadap pertumbuhan Tanaman dan Hasil Tanaman


Seledri

             Penggunaan jenis berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap variabel
pertumbuhan maupun hasil tanaman seledri, yakni pada jumlah daun, bobot segar, bobot
kering dan rasio tajuk-akar. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa penggunaan tanah  tanah
gambut lebih baik dibandingkan jenis tanah lainnya (tanah PMK dan tanah berpasir)
dalam meningkatkan pertumbuhan maupun hasil tanaman seledri. Hal ini di duga terkait
dengan kandungan unsur hara atau sifat kimia tanah dari ke tiga jenis tanah tersebut
berbeda sehingga tanaman merespon berbeda pula. Berdasarkan hasil analisis beberapa
sifat kimia tanah dari ketiga jenis ini (Tabel 3), memperlihatkan adanya perbedaan. Tanah
gambut walaupun pH nya lebih rendah dibandingkan 2 jenis tanah lainnya, namun
kandungan N total, P total dan K totalnya lebih tinggi yaitu 0,83%, 217,88 ppm dan 1,28
ppm dibandingkan PMK yaitu 0,11%, 103,16 ppm dan 1,27 ppm dan tanah berpasir yaitu
0,25%, 120,99 ppm dan 0,83 ppm.

Tersedianya N, P dan K yang lebih tinggi pada tanah gambut menjadikan tanah ini
mampu mendukung pertumbuhan tanaman seledri lebih baik dibandingkan pada tanah
berpasir maupun tanah PMK. Khusus unsur N dan P pada tanah gambut kandungannya
jauh lebih tinggi melebihi pada tanah berpasir dan tanah PMK, ini karena pada tanah
gambut unsur N dan P bersumber dari bahan organik, berbeda dengan tanah berpasir dan
PMK yang merupakan tanah mineral dengan kandungan bahan organik yang rendah
(kurang 20%). Menurut Stevenson (1982, dalam Salampak, 1993) bahwa nitrogen dan
fosfor yang tinggi pada tanah gambut bersumber dari bahan organik yang tinggi,
sedangkan menurut Buckman dan Brady (1982) dan Sarief (1989) pada tanah berpasir
dan PMK bahan organiknya rendah sehingga kandungan unsur N dan P pada tanah inipun
jadi rendah.

Tersedianya unsur N, P dan K yang lebih tinggi pada tanah gambut ini yang
menyebabkan pertumbuhan tanaman seledri lebih baik, hal ini diperlihatkan dengan
pertumbuhan daun (jumlah daun) yang lebih baik pula. Unsur hara yang paling
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen. Sutedjo dan
Kartasapoetra (1991) menambahkan bahwa fungsi N antara lain untuk meningkatkan
pertumbuhan daun. Daun tanaman akan menjadi banyak dan lebar dan warna yang lebih
hijau. Selain N unsur P juga sangat dibutuhkan daun dalam kegiatan fosforilasi
fotosintesis pada daun. Sesuai pernyataan Rosmarkam dan Yuwono (2002) bahwa fosfor
dianggap sebagai kunci kehidupan karena berhubungan dengan senyawa energi sel (ATP)
yang dibentuk pertama kali pada saat fosforilasi pada proses fotosintesis daun. Unsur
fosfor (P) sangat berperan penting dalam kegiatan ini. Sedangkan unsur K terlibat dalam
mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata pada daun, sehingga daun dapat
mereduksi CO2 yang di perlukan dalam kegiatan fotosintesis.

Tabel 2.  Rata-rata Tinggi Tanaman , Jumlah Daun, Bobot Segar, Bobot Kering dan Ratio
Tajuk-Akar Tanaman Seledri  Pengaruh Perlakuan Jenis Tanah

Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun


Jenis Tanah (T) 28 HST
14 HST 21 HST 28 HST 14 HST 21 HST
Gambut(T1)
3.94ab 5.22a 7.44a 2.22a 3.67a 5.89a
Berpasir(T2)
8.11c 10.78b 14.06b 3.67b 6.00b 11.11b
PMK (T3)
3.50a 3.72a 7.69b 2.39a 4.11a 6.22a

Bobot Segar Bobot Kering


  Rasio Tajuk-Akar
Tanaman (g) Tanaman (g)
Gambut (T1)
0.88p 0.030p 4.34p
Berpasi (T2)
1.26q 0.074r 5.94q
PMK(T3)
0.97p 0.035p 4.52p

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
kolom, umur dan variabel yang sama  tidak berbeda nyata  menurut uji BNJ pada taraf 5
%.

Berdasarkan fakta yang dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa tersedianya unsur N, P


dan K penting sekali untuk meningkatkan pertumbuhan daun dan aktivitas fotosintesis
yang tinggi. Aktivitas fotosintesis yang tinggi menjamin tersedianya fotosintat yang lebih
banyak dan ini diperlukan untuk meningkatkan bobot segar dan bobot kering (biomassa)
tanaman seledri yang lebih baik. Peningkatan biomassa tanaman ini erupakan akibat dari
adanya pembentukan dan pertambahan organ- organ tanaman seperti akar, batang dan
daun selama masa tertentu dari pertumbuhan tanaman. Sesuai pernyataan Sitompul dan
Guritno (1995) bahwa tanaman selama masa hidupnya atau selamamasa tertentu
membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya.
Produksi biomassa tersebut akan mengakibatkan pertambahan bobot yang diikuti dengan
pertambahan ukuran lainnya secara kuantitatif. Produksi biomassa selama masa vegetatif
yang lebih baik, umumnya akan menentukan hasil tanaman. Apalagi komponen hasil
tanaman (bagian ekonomis) dari tanaman seledri adalah bagian vegetatif yaitu berupa
batang dan daun.

 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.  Interaksi pemberian pupuk daun dengan tiga jenis tanah berpengaruh tidak nyata pada
semua variabel pertumbuhan dan hasil tanaman yang diamati

2.  Respon pertumbuhan dan hasil tanaman seledri yang lebih baik ditunjukkan pada
pemberian pupuk daun Growmore (32-10-10) dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya tinggi tanaman, jumlah daun, hasil bobot segar, bobot
kering dan ratio tajuk-akar tanaman seledri.

3. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman seledri pada tanah gambut lebih baik
dibandingkan pada tanah berpasir dan tanah PMK.

Saran

1.    Untuk pertumbuhan dan hasil tanaman seledri yang lebih baik disarankan untuk
menanam pada tanah gambut dan memberikan pupuk daun Growmore  (32-10-10).

2.    Disarankan pula untuk penelitian lanjutan :


a. agar memperhatikan atap naungan tidak terlalu mengurangi intensitas matahari yang
diterima tanaman seledri sehingga tanaman dapat etiolasi.

b.  memperhatikan ukuran polybag (tidak terlalu kecil) yang digunakan sebagai tempat
media tanam, minimal ukuran polybagnya untuk volume tanah 5 kg.

Tabel 3.  Data hasil analisis tanah

No. Parameter yang dinalisis Tanah Gambut Tanah PMK Tanah Alluvial
pH H2O (1:2,5)
1. 4,86 6,26 7,05
N-Total (%)
2. 0,83 0,11 0,25
P-Total (ppm)
3. 217,88 103,16 120,99
K-Total (ppm)
4. 1,28 1,27 0,83

Sumber : Data dianalisis di UPT Laboratorium Dasar dan Analitik (Nopember 2010)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pertanahan Nasional Kalimantan Tengah, 2006, Kalimtan Tengah Dalam


Angka     2006, Bidang Geografis. Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah Palangka
Raya.

Buckman, D.H dan Brandy,H, 1982, Ilmu Tanah, Bhatara Karya Aksara, Jakarta.

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terjemahan. UI Press. Jakarta.

Goldssworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(Terjemahan : Tosari). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hanafiah, K.A. 1995. Rancangan Percobaan. Rajawali Pers. Jakarta.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja


Grafindo Persada.

Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Paishal, R.  2005.  Pengaruh Naungan Dan Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Seledri (Apium Graveolens L) Dengan Teknologi Hidroponik Sistem
Terapung.  http://repository.ipb.ac.id.  10 Februari 2011.
Rosmarkam, A dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.  Yogyakarta.

Salampak, 1993, Studi Asam Fenol Tanah Gambut Pedalaman Dari Bereng Bengkel pada
Keadaaan Anaerob. Thesis.Program Pascasarjana. Bogor.

Sarief, E.S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Sitompul,S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis pertumbuhan tanaman. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta.

Soewito. 1991. Bercocok Tanam Seledri. Titik Terang. Jakarta.

Sutedjo, M.,M. 1999. Pupuk dan cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sutrisna, N., S. Sastraatmadja dan I. Ishaq. 2005. Kajian Sisten Penanaman Tumpangsari
Kentang dan Seledri di Lahan Dataran Tinggi Rancabali, Kabupaten Bandung.
Jurnal          Pengkajian dan Pengembangan Tekhnologi Pertanian Vol. 8. No. 1, Maret
2005 : 78-87.

Budidaya Tanaman Seledri dengan Para-para Box


Pertanian Berkelanjutan adalah keberhasilan dalam mengelola sumberdaya untuk
kepentingan pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan
dan meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumberdaya alam. Pertanian
berwawasan lingkungan selalu memperhatikan nasabah tanah, air, manusia,
hewan/ternak, makanan, pendapatan dan kesehatan. Sedang tujuan pertanian yang
berwawasan lingkungan adalah mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah;
meningkatkan dan mempertahankan hasil pada arah yang optimal; mempertahankan dan
meningkatkan keanekaragaman hayati dan ekosistem; dan yang lebih penting untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan penduduk dan makhluk hidup lainnya.

Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai “pembangunan yang


memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengorbankan kesanggupan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka”. Konservasi merupakan faktor yang
penting dalam pertanian berwawasan lingkungan. Konservasi sumberdaya terbarukan
berarti sumberdaya tersebut harus dapat difungsikan secara berkelanjutan (continous).
Sekarang kita sudah mulai sadar tentang potensi teknologi, kerapuhan lingkungan, dan
kemampuan budi daya manusia untuk merusak lingkungan tersebut.

Suatu hal yang perlu dicatat bahwa ketersediaan sumberdaya adalah terbatas.
Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi hidrologis, menjaga kelestarian sumber air, meningkatkan sumber
daya alam serta memperbaiki kualitas lingkungan hidup yang pada gilirannya
meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui usaha tani yang berkelanjutan.
Dan seledri merupakan salah satu komoditi sayuran di Indonesia yang memiliki nilai
ekonomis tinggi, memilki banyak manfaat sekaligus mudah dibudidayakan secara
organik.

Siapa yang tidak mengenal Seledri atau dalam bahasa latin bisa di sebut Apium
graveolens L, Family Apiacae tanaman ini memiliki batang tegak tingginya bisa
mencapai 25-30 cm,tanaman ini bisa di tanam di dataran rendah atau dataran tinggi
menyukai  tempat yang lembab dan subur. Selain sebagai bumbu masak tanaman ini
banyak mengandung vitamin A, C, dan zat besi., dan berkhasiat sebagai obat rematik dan
menurunkan tensi darah tinggi. Seledri merupakan tanaman dataran tinggi yang dapat
tumbuh baik pada kisaran suhu 7-16° C. Tanah yang baik untuk areal penanamannya
adalah yang subur dan gembur dengan pH 5,5-6,8.

Tanaman seledri dapat dibudidayakan sesuai dengan kondisi lahan, apabila kita
mempunyai lahan yang luas kita dapat membudidayakan dengan membuat
bedengan/guludan. Dapat juga menggunakan polybag dan ada juga yang menggunakan
dengan istilah para-para/box. Pada petani yang sering terjadi permasalahan pada
pengendalian penyakit dan sistem tanam yang salah serta masih menggunakan pupuk
kimia. Untuk penanaman seledri yang dibudidayakan saat ini dengan tidak menggunakan
pupuk anorganik atau pun bahan kimia lainnya.

B.     Rumusan Masalah

1)      Petani belum mengetahui media tanam yang baik untuk budidaya seledri organik
2)      Penyakit tanaman seledri yang menyerang hampir seluruh milik semua petani seledri
adalah karena pengaruh jarak tanam
3)      Keuntungan yang dihasilkan petani masih kurang karena masa panen yang hanya
berlangsung 3 – 4 bulan.

C.    Tujuan

1)      Untuk mengenalkan kepada petani tentang media tanam yang baik untuk tanam sistem
para-para/box.
2)      Untuk membuktikan kepada semua petani seledri tentang pengaruh jarak tanam terhadap
penekanan OPT pada tanaman seledri.
3)      Agar petani seledri mengetahui masa panen akan jauh lebih relative panjang apabila cara
penanganan panen yang benar.

D.    Manfaat

1)      Sebagai sarana pembanding oleh petani tentang cara membudidayakan tanaman seledri
dengan sistem para-para/box dengan menggunakan organik
2)      Percontohan bagi penyuluh pertanian sebagai petugas Pembina petani
3)      Sebagai bahan pertimbangan terhadap penguasa kebijakan untuk menanggapi tentang
pengembangan seledri sistem para-para atau box

TINJAUAN PUSTAKA

Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian


organik. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari
penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran
udara, tanah, dan air. Di sisi lain, Pertanian organik meningkatkan kesehatan dan
produktivitas di antara flora, fauna dan manusia. Penggunaan masukan di luar
pertanian yang menyebabkan degradasi sumber daya alam tidak dapat dikategorikan
sebagai pertanian organik.
Sebailknya, sistem pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun
mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik,
meskipun agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik.
Bila kita sepenuhnya mengacu kepada terminologi (pertanian organik natural) ini
tentunya sangatlah sulit bagi petani untuk menerapkannya, oleh karena itu pilihan yang
dilakukan adalah melakukan pertanian organik regenaratif, yaitu pertanian dengan
perinsip pertanian disertai dengan pengembalian ke alam masukan-masukan yang berasal
dari bahan organik.

Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem


pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
tanaman rempah dan obat, serta peternakan. Menghadapi era perdagangan bebas pada
tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor
produknya ke pasar internasional.

Komoditas pertanian organik yang akan dikembangkan dan memiliki potensi


pasar yang baik, yaitu: hortikultura sayuran (brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho
putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian,
salak, mangga, jeruk dan manggis), perkebunan (kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada,
vanili dan kopi), rempah dan obat (Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya).
Beberapa perinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah: (1) pemanfaatan sumberdaya
alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air) secara lestari
sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam, (2) proses produksi atau kegiatan
usaha tani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat, (3) penanganan dan pengolahan hasil,
distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada
lingkungan (limbah dan sampah), (4) produk yang dihasilkan harus menguntungkan
secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan
perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis hortikultura ini
(Pradopo, 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

     Persemaian
Seledri dikembangbiakkan dengan biji. Oleh karena itu, untuk mendapat
pertumbuhan dan produksi yang baik, maka harus ditunjang dengan benih yang baik pula.
Benih yang sebar pada persemaian sebanyak 2 gram, benih disebar pada box yang sudah
disiapkan untuk persemaian. Media yang digunakan untuk persemaian yaitu pupuk
trichokompos sebanyak 10 karung (500 kg) dengan campuran tanah. setelah benih
disebar lakukan penyiraman dan tutup dengan karung bekas yang sudah dibasahi agar
mempercepat perkecambahan. 

a.       Persiapan media tanam

Tempat media tumbuh dibuat seperti para-para/box yang terbuat dari kayu ulin
dan diatasnya diberi kain paranet agar pada saat sudah ada tanaman air hujan tetap bisa
masuk walaupun dalam skala kecil. Jumlah para-para/box yang dibuat adalah 6 buah
dengan ukuran panjang 6 meter dan lebarnya 1,5 meter. Untuk media tanam diperlukan
70 karung pupuk trichokompos (3500 kg) dan dicampur dengan tanah.
 
     Penanaman

Bibit ditanam setelah berumur 15 hari setelah semai, dengan jarak tanam yang
digunakan 20 x 30 cm, dan dalam satu lubang tanam hanya ditanam satu rumpun saja.
Ini sangat berbeda dengan perlakuan yang ada pada petani umumnya biasanya mereka
menanam 3-4 rumpun dengan jarak tanam 10 x 15 cm.

      Pemeliharaan

Pemupukan yang dilakukan tidak menggunakan pupuk anorganik, hanya


menggunakan pupuk organik cair dengan dosis 20 ml/10 liter air, itu digunakan untuk
menyemprot sebanyak 6 buah para-para/box. Dengan interval penyemprotan selama 10
hari. Penyemprotan pupuk organic cair dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari
setelah tanam dan dilakukan sebanyak 3 kali. Dan selanjutnya pupuk cair tersebut
diberikan setiap kali selesai melakukan pemanenan, biasanya sehari setelah panen seledri
dilaksanakan.

     Panen dan pasca panen

Panen dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 45 hari setelah tanam, untuk
ditempat petani biasanya pemanenan baru dapat dilakukan setelah berumur 60 hari
setelah tanam, dengan masa panen yang hanya berumur 3 – 4 bulan. Dengan adanya
kajian ini maka masa panen ternyata bisa lebih panjang 9 – 10 bulan. Pemanenan
dilaksanakan setiap satu minggu sekali, dengan cara diambil daun yang tua.

Pada saat panen lakukan pembumbunan dan apabila dalam satu lubang tanam ada
tumbuh anakan maka anakan tersebut dibuang, karena dalam pengkajian ini diharapkan
hanya satu rumpun yang pelihara. Harga yang dijual pada petani pengumpul adalah Rp.
1.300,- /ikat. Untuk menjaga agar masa panen relative panjang maka setelah panen
dilakukan pada minggu ke-12 diberikan penambahan pupuk petroganik sebanyak 25 kg
untuk 6 buah para-para/box.

Anda mungkin juga menyukai