Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN ILMIAH RESPON PERTUMBUHAN

TANAMAN LONCANG (ALLIUM FISTULOSUM L.)


PADA PERSAINGAN SEJENIS
BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

TANAMANbawang termasuk kedalam suku Liliaceae, dari kelas Monocotyledon.


Beberapa warganya merupakan tanaman-tanaman hias pengisi halaman rumah misalnya
kembang sungsang, kerkleli,Aloe vera, suji, tulip dari negeri Belanda dan Cordyline (Tii
Hawaii) (Rismunandar, 1989). Bawang sendiri termasuk kedalam genus Allium, yang
diantaranya ialah bawang putih, bawang merah, bawang bombay, bawang perai, kucai, loncang,
dan bawang ganda (Rukmana, 1995). Sebagian genus dari jenis Alliumterutama loncang, tidak
memiliki akar tunggang. Perakarannya berbentuk serabut yang tidak panjang, serta tidak dalam
berada di bawah tanah. Oleh karena sifat inilah, genus Allium tidak tahan terhadap kekurangan
air, sedangkan kebutuhan terhadap air untuk pertumbuhannya (mem-bentuk umbi) cukup banyak
(Rismunandar, 1989).
Loncang (Allium fistulosum L.), termasuk salah satu jenis sayuran daun bahan bumbu
dapur dan pencampur sayur mayur yang populer di seluruh dunia. Daunnya berbentuk bulat
panjang, berlubang seperti pipa. Kadang-kadang ber-umbi juga, tetapi kecil.
Loncang telah lama dikenal di Indonesia, bersamaan dengan lintas perda-gangan jenis
sayuran komersial lainnya. Daun dan akar loncang mengandung saponin dan tanin, di samping
itu daunnya mengandung minyak atsiri, sehingga berkhasiat sebagai obat perut kembung dan
untuk peluruh kentut(Anjeli, 2010). Mengingat tanaman loncang termasuk kedalam jenis
tanaman yang merumpun, perlu adanya penelitian bagaimanakah kondisi produktivitas
pertumbuhan pada tanaman loncang yang tumbuh memadat dan rapat, atau apakah ditemukan
adanya kompetisi apabila tanaman ditanam secara berdekatan.
Kompetisi pada tumbuhan merupakan bentuk interaksi baik dalam suatu populasi yang
saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia, terbatas pada lahan dan waktu sama
sehingga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan baik hasil salah satu jenis
tumbuhan atau lebih.Sumber daya alam yang dikompetisikan biasanya air, hara, cahaya, CO2,

dan ruang tumbuh. Persainganintraspesifik (sejenis) pada tumbuhan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya jenis tanaman, kepadatan tanaman, penyebaran tanaman, dan waktu.
Pengaturan populasi tanaman adalah pengaturan jarak tanam, dimana akan berpengaruh
pada persaingan dalam penyerapan zat hara, air, dan cahaya matahari. Jika hal tersebut tidak
diatur dengan baik, maka akan berpengaruh pada produktivitas tanaman. Jarak tanam yang
terlalu padat dan rapat dapat mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi intraspesifik, bisa berupa
wilayah tumbuh, cahaya, zat hara ataupun air.
B.

Tujuan

Dapat menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan tanaman loncang pada polibag yang
sama, dengan tanaman sejenis, serta perbedaan jumlah tanaman dalam satu polibag.
Mempelajari begitu pentingnya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman loncang pada persaingan sejenis.
C.

Manfaat/Kegunaan

Memberikan ruang pada jarak tanam, dalam penanaman tanaman loncang yang terlalu padat,
sehingga mendapatkan hasil tanaman yang optimal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Botanis Tanaman Loncang (Allium fistulosum L.)


1.1 Klasifikasi tanaman
Tanaman loncang (Allium fistulosum L.) termasuk kedalam Kerajaan Plantae,
DivisioMagnoliophyta/Spermatophyta (Angiospermae), Kelas Liliopsida (Monocotiledon),
Ordo Liliales, Sub-ordo Liliflorae, Famili Li-liaceae (keluarga bawang-bawangan), dengan
genus Allium.(Rukmana, 1995; Tjitrosoepomo, 2004; Anjeli, 2010)
1.2 Morfologi tanaman
Struktur tubuh tanaman loncang terdiri atas akar, batang semu, dan daun. Disamping itu,
pada stadium reproduktif dapat menghasilkan bunga dan biji (Rukmana, 1995). Bentuk dan

anatomi loncang tidak banyak ber-beda dari saudaranya, bawang merah (Allium cepa var.
ascalonicum L. atau Allium ascalonicum L.) dan bawang putih (Allium sativum L.), hanya saja,
loncang tidak membentuk umbi (Rismunandar, 1989). Loncang termasuk kedalam tanaman
setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya termasuk akar serabut yang
terpencar ke segala arah pada kedalaman 15 30 cm (Rukmana, 1995).
Batang semu terbentuk dan tersusun dari pelepah-pelepah daun yang saling menutupi.
Bagian batang semu yang tertimbun tanah umumnya berwarna putih bersih, sedangkan batang
semu yang terletak di permu-kaan tanah berwarna hijau keputih-putihan. Sifat hidup tanaman
ini merumpun, yakni membentuk anakan-anakan yang baru (Rukmana, 1995).
Bentuk daun dari tanaman loncang ialah berbentuk pipa atau cerutu yang
berlilin(Rismunandar, 1989). Daun tanaman loncang dibedakan menjadi dua macam, yaitu bulat
panjang yang di dalamnya berlubang seperti pipa, dan panjang pipih tidak berlubang
(menyerupai kucai). Warna daun umumnya hijau muda sampai hijau tua. Panjang daun sangat
berva-riasi antara 18 30 cm atau lebih, tergantung varietas dan kesuburan pertumbuhannya (Rukmana, 1995).
Tangkai bunga muncul dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30 90
cm. Secara keseluruhan, bentuk bunga loncang seperti payung (umbrella) ataupun bergerombol.
Bunga loncang dapat menyerbuk sendiri ataupun silang dengan bantuan serangga lalat hijau
ataupun dengan bantuan manusia, sehingga menghasilkan buah yang berisi biji. Biji loncang
nampaknya kecil, pipih, serta berwarna hitam. Biji ini dapat dipergunakan sebagai benih/bahan
perbanyakan tanaman secara generatif (Rukmana, 1995). Walaupun dapat dengan mudah
berbunga dan menghasilkan biji, tidak ada seorang petanipun yang memikirkan untuk menanam
loncang melalui biji. Para petani biasa memperbanyak tanaman loncang dengan cara mengoyak
anak-anak tanamannya (Rismunandar, 1989).
Sebagian marga dari jenis Allium terutama loncang, tidak memiliki akar tunggang.
Perakarannya berbentuk serabut yang tidak panjang, dan tidak terlalu dalam berada di bawah
tanah. Oleh karena sifat itulah, marga Allium tidak tahan terhadap kekurangan air, sedangkan
kebutuhan terhadap air untuk pertumbuhannya (membentuk umbi) cukup banyak. Umbi yang
terlihat ialah semu, hanya pembengkakan batang pada bagian bawah tanaman. Loncang tidak
mengenal musim hujan dan musim kering. Asal ada air, ia mau tumbuh terus. Umurnya dapat
panjang, namun petani tana-man loncang senantiasa memperpendek umurnya (Rismunandar,
1989).
1.3 Syarat tumbuh tanaman

Tanaman loncang menghendaki tanah yang cerul (gembur) dan banyak humus. Selain itu,
tanaman loncang banyak membutuhkan air, a-kan tetapi tidak menyukai air yang menggenang.
Membutuhkan lahan yang cerah dengan pH yang berkisar antara pH 5 pH 7 (Rismunandar,
1989).
Loncang dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi. Dataran rendah yang terlalu
dekat pantai bukanlah lokasi yang tepat karena per-tumbuhan loncang yang optimal berada pada
ketinggian sekitar 250 1.500 m dpl. Di daerah dataran rendah produksi anakan tanaman kurang
produktif. Curah hujan yang tepat berkisar 1.500 2.000 mm / tahun. Daerah tersebut sebaiknya
juga memiliki suhu udara harian 18 25C. Tanah dengan pH netral (sekitar pH 6,5 pH 7,5)
cocok untuk budi daya tanaman loncang. Bila tanah bersifat asam, dapat dilakukan pengapuran
pada saat pengolahan tanah. Jenis tanah yang cocok ialah tanah andosol (tanah bekas lahan
gunung berapi) dan tanah lempung yang mengandung pasir (Rukmana, 1995).

B. Faktor Persaingan Sejenis (Intraspesifik)


2.1 Definisi persaingan sejenis
Kompetisi tumbuhan dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar
tumbuhan baik dalam suatu populasi yang saling mempere-butkan sumber daya alam yang
tersedia terbatas pada lahan dan waktu sa-ma yang menimbulkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih (Kastono, 2005). Bahkan dalam
seti-ap anggota misalnya, suatu populasi dapat memakan anggota populasi yang lainnya,
bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kelenjar racun berupa enzim yang merugikan lainnya,
dapat saling membunuh, dan inte-raksi tersebut dapat searah ataupun dua arah (timbal
balik) (Odum, 1993). Sumber daya alam yang dikompetisikan tumbuhan umumnya air, zat hara,
cahaya, CO2, dan tempat/ruang tumbuh (Kastono, 2005).
Secara teoritis, apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies, maka akan
terjadi semacam interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam,
salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara
dua or-ganisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies (sama
spesiesnya) merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi
pertumbuhannya dan hidupnya secara meru-gikan. Bentuk dari kompetisi ini dapat bermacammacam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi,
spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut yang dikenal sebagai asas
pengecualian kompetitif (com-petitive exclusion principles) (Ewusie, 1990).

Persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun dari spesies
yang berbeda menggunakan sumber daya alam yang sama. Di dalam menggunakan sumber daya
alam tersebut, tiap-tiap orga-nisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang diperlukan
untuk hidup dan pertumbuhannya. Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), persa-ingan yang
dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebu-tuhan ruang (tempat), makanan,
unsur hara, air, sinar, udara, agen penyer-bukan, agen dispersal, atau faktor-faktor ekologi
lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya (Indriyanto, 2006).
Persaingan sejenis atau intraspesifik yakni persaingan antara orga-nisme yang sama
dalam lahan yang sama (Umiarsih, 2013). Harper (1961), dalam Setiadi (1989), menyatakan
bahwa persaingan intraspesifik digunakan untuk menggambarkan adanya persaingan antara
individu-indi-vidu tanaman yang sejenis. Persaingan sejenis terdiri atas persaingan akti-vitas, dan
persaingan sumber daya alam. Kershan (1973), mengemukakan bahwa
persaingan intraspesifik yang terdiri atasfase seedling sangat me-nentukan jumlah tanaman yang
dapat hidup sampai tingkat dewasa (Setiadi, 1989).
2.2 Faktor yang mempengaruhi persaingan sejenis (Intraspesifik)
Persaingan intraspesifik (sejenis) pada tumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
1.

2.

3.

4.

yaitu:
Jenis tanaman
Sifat-sifat biologi tumbuhan, sistem perakaran, bentuk pertumbu-han serta fisiologis tumbuhan
mempengaruhi pertumbuhan tana-man. Misal sistem perakaran tanaman ilalang yang menyebar
luas menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara. Ben-tuk daun yang lebar
seperti daun talas menyebabkan persaingan da-lam memperebutkan air.
Kepadatan tanaman
Jarak yang sempit antar suatu tanaman pada suatu lahan menye-babkan persaingan terhadap zatzat makanan. Hal ini terjadi karena unsur hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan
tana-man.
Penyebaran tanaman
Penyebaran tanaman dapat dilakukan melalui penyebaran biji dan me-lalui rimpang (akar tunas).
Tanaman yang penyebarannya de-ngan biji mempunyai ke-mampuan bersaing yang lebih tinggi
dari tanaman yang menyebar dengan rimpang. Namun demikian, persa-ingan penyebaran
tanaman tersebut sangat dipengaruhi faktor-fak-tor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen
dan air.
Waktu
Hal lain yang mempengaruhi persaingan sejenis adalah waktu. Me-nurut Fahma (2008),
lamanya tanaman sejenis hidup bersama da-pat mempengaruhi persaingan sejenis. Periode 20-

30% pertama da-ri daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap ke-rugian yang
disebabkan oleh persaingan.
(Umiarsih, 2013)
C. Pertumbuhan tanaman
3.1 Definisi pertumbuhan tanaman
Pertumbuhan dalam arti terbatas, yaitu menunjuk pada perambahan ukuran yang tidak
dapat balik, mencerminkan bertambahnya protoplasma, yang mencerminkan pertambahan
protoplasma. Pertumbuhan tanaman di-tunjukkan oleh pertambahan ukuran dan berat kering
yang tidak dapat ba-lik (Harjadi & Sri, 1979).
Pertumbuhan tanaman dalam arti umum adalah proses perubahan biologis yang terjadi
pada tanaman yang meliputi perubahan ukuran beru-pa pertambahan tinggi, ukuran dan berat
suatu tanaman. Pertumbuhan ber-sifat kuantitatif, artinya dapat diukur dan dilihat langsung. Alat
yang digu-nakan untuk mengukur pertumbuhan pada tanaman disebut auksanometer (busur
tumbuh). Selain itu, pertumbuhan juga bersifat irreversibel, yang artinya tidak dapat berubah
kembali ke asal, karena makhluk hidup yang sudah mengalami pertumbuhan tidak akan mengecil
kembali (Ewintri, 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali dari pro-ses perkecambahan
(semai muda). Pertumbuhan pada tanaman dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Pertumbuhan Primer
Yaitu pertumbuhan yang terjadi sebagai akibat pembelahan sel-sel penyusun jaringan
meristem (jaringan yang sel-sel penyusunnya selalu ak-tif membelah), terjadi pada ujung akar
dan ujung batang, pertumbuhan pri-mer menyebabkan pertumbuhan akar dan batang memanjang,
jaringan me-ristem yang tumbuh memanjang disebut meristem apikel, kecepatan per-tumbuhan
akar tidak sama. Bagian akar yang paling cepat tumbuh adalah pada bagian tepat dibelakang titik
tumbuh yang terdapat di ujung akar. Makin jauh dari ujung akar, pertumbuhannya makin lambat.
2. Pertumbuhan Sekunder
Pertumbuhan yang terjadi sebagai akibat aktifitas titik tumbuh se-kunder, yaitu kambium.
Jadi pertumbuhan sekunder hanya terjadi pada tumbuhan yang memiliki kambium, misalnya
pohon yang tergolong tum-buhan dikotil (mangga, rambutan dsb). Selain itu, pertumbuhan
sekunder menyebabkan akar dan batang membesar, jaringan meristem yang tumbuh membesar
disebut meristem lateral, serta kecepatan pertumbuhan sekunder pada akar dan batang lebih cepat
pada musim hujan dari pada musim ke-marau. Perbedaan kecepatan pertumbuhan ini dapat
dilihat pada lingkaran tahun (Ewintri, 2012).
3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman

Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup merupakan hasil interaksi antara faktor
dari dalam tubuh makhluk itu sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari luar tubuh
(eksternal)(Ewintri, 2012).
Faktor internal, meliputi genetik, atau faktor pembawa sifat menu-run (hereditas) yang
terdapat di dalam setiap sel makhluk hidup (Kusumawati, et al, 2012). Hormon, atau disebut zat
tumbuh, senyawa organik (zat kimia) yang terdapat pada makhluk hidup yang mempenga-ruhi
reproduksi, metabolisme serta pertumbuhan dan perkembangan (Yufiana Arismaya, 2014).
Faktor eksternal meliputi Air, air sangat berpengaruh langsung ter-hadap pertumbuhan
tanaman itu sendiri. Ketersediaan air dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal tanah maupun
eksternal seperti iklim. Dalam tanah keberadaan air sangat diperlukan oleh tanaman yang harus
tersedia untuk mencukupi kebutuhan untuk evapotranspirasi dan sebagai pelarut, bersama-sama
dengan hara terlarut membentuk larutan tanah yang akan di-serap oleh akar tanaman. Tanaman
mendapatkan air dari tanah dan sedikit saja yang berasal dari udara, misalnya embun dan kabut.
Dalam tanah, ti-dak semua air tersedia bagi tanaman. Air yang tertinggal dalam tanah, yang tidak
tersedia bagi tanaman dikenal sebagai air higroskopis. Yang kedua yaitu Tanah, merupakan
sumber utama zat hara untuk tanaman dan tempat sejumlah perubahan penting dalam siklus
pangan. Susunan anorga-nik dalam tanah yang dibentuk dari pelapukan padas, pelapukan bahan
or-ganik dan pengkristalan mineral-mineral (Yufiana Arismaya, 2014). Ke-tiga adalah Nutrisi,
pada tumbuhan nutrisi yang diperlukan berupa air dan zat-zat hara yang terlarut didalamnya yang
dirubah melalui proses fotosin-tesis menjadi zat-zat makanan. Terakhir adalah Lingkungan,
faktor lingku-ngan yang berperan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ada-lah suhu
udara, cahaya, dan kelembaban. (Ewintri, 2012).
3.3 Biomassa tanaman
Pengertian biomassa dapat dilacak dari arti asal katanya (bio dan massa), sehingga
biomassa tanaman adalah massa bagian hidup tanaman. Massa (mass) mengandung pengertian
yang sama dengan yang terdapat dalam fisika yaitu suatu parameter kepadatan dari suatu benda
atau zat yang memberikan ukuran percepatannya bila suatu gaya diberikan. De-ngan demikian
biomassa tanaman adalah bahan hidup yang dihasilkan tanaman yang bebas dari pengaruh
gravitasi, sehingga bersifat konstan, tidak seperti berat yang tergantung pada tempat
penimbangan yang ber-hubungan dengan gaya gravitasi. Bobot sering juga digunakan untuk menyatakan berat dalam hal berat tanaman. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa taksiran biomassa
(berat) tanaman relatif mudah diukur dan meru-pakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang
dialami tanaman sebe-lumnya. Sehingga parameter ini barangkali sebagai indikator pertumbuhan
yang paling representatif apabila tujuan utama adalah untuk mendapatkan penampilan
keseluruhan pertumbuhan tanaman atau suatu organ tertentu.
Pengukuran biomassa tanaman dapat dilakukan melalui penimba-ngan bahan tanaman
yang sudah dikeringkan, tetapi data biasanya disaji-kan dalam satuan berat yang akan
proporsional dengan biomassa apabila tempat yang sama digunakan selama penimbangan.
Prinsip pengeringan adalah bahwa aktivitas metabolisme harus se-gera dihentikan yang
berarti bahwa suhu maksimum pengeringan harus di-capai dalam jangka waktu yang singkat

merata pada semua bagian bahan. Ini dapat dicapai hanya dengan pengeringan bahan yang
sejenis seperti ba-gian daun, bagian batang, dan akar, akan dapat mengatasi sebagian masa-lah
pengeringan disamping adanya keuntungan akan tambahan informasi. Tempat bahan dalam
pengeringan juga perlu dipilih dari jenis yang tidak mudah terbakar. Kantong kertas yang tebal
seperti yang dibuat dari kertas semen biasanya cukup baik untuk tempat pengeringan.(Bambang
Guritno, 1995)

BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan tempat percobaan
Percobaan praktikum ini dilakukan di fakultas pertanian Universitas Tidar Jalan Kapten
Suparman No. 39 Magelang, yang dimulai tiap hari Senin, dari tanggal 22 September 2014
sampai dengan 24 November 2014. Percobaan ini dilakukan pada pukul 13.30 sampai 15.00
WIB (sesu-ai jadwal kelompok praktikum).
B. Bahan dan alat percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya yaitu bibit tanaman loncang,
polibag, tanah, air, bambu ajir dan label. Sedangkan alat yang digunakan dalam perco-baan ini
adalah ember, cetok, penggaris, alat tulis, staples dan spidol.
C. Metode Percobaan
-

Metode percobaan praktikum ini dilakukan dengan tiga perlakuan.


Perlakuan Pertama (2.1), yaitu polibag ditanami dengan satu bibit loncang.
Perlakuan Kedua (2.2), yaitu polibag ditanami dengan dua bibit loncang.
Perlakuan Ketiga (2.3), yaitu polibag ditanami dengan tiga bibit loncang.
Pengambilan data berupa hasil pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun yang
dilakukan selama seminggu, pada hari Senin, dari ming-gu pertama hingga minggu kedelapan.
Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan metode statistik. Rata-rata hasil
pengamatan selan-jutnya akan dibuat grafik dan histogram.
D. Tahapan Percobaan

a.) Persiapan Media Tanam


Tahap persiapan media tanam dilakukan pada tempat terbu-ka yang sedikit ternaungi, di
wilayah sekitar Laboratorium Rumah Kaca Universitas Tidar. Tahapan pertama adalah tanah
dimasukkan kedalam 11 polibag yang telah disediakan, kurang lebih tiga per-empat dari polibag,
kemudian polibag-polibag tersebut diberi kode dengan label, masing-masing polibag diberikan
kode 2.1.1; 2.1.2; 2.1.3; 2.2.1; 2.2.2; 2.2.3; 2.3.1; 2.3.2; dan 2.3.3. Terdapat dua poli-bag yang
tidak diberi kode sebagai cadangan. Setelah semua poli-bag terisi tanah dan diberi kode maka

selanjutnya tanah dalam poli-bag tersebut disiram dengan air dan didiamkan selama seminggu agar suhu pada tanah polibag stabil dan mudah untuk ditanami.
b.) Penanaman
Sebelum ditanami, bibit loncang yang akan ditanam dise-leksi terlebih dahulu dengan
kriteria ukuran tubuh bibit yang sama. Setelah itu potong daun pada bagian atas tanaman
loncang, sisakan 15cm dari batang bagian bawah, setelah itu ditanam di dalam po-libag berisi
tanah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tiga poli-bag pertama di tanami satu bibit tanaman
loncang, tiga polibag ke-dua di tanami dua bibit tanaman loncang, dan tiga polibag ketiga di
tanami tiga bibit tanaman loncang. Untuk polibag cadangan, dita-nami sisa-sisa bibit loncang
yang nantinya berfungsi sebagai bahan penyulam tanaman percobaan jika ada yang mati.
Selanjutnya, po-libag-polibag tersebut disiram dengan air.
c.) Tahap Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyulaman (pergantian
tanaman baru), penyiangan, pengendalian hama dan pengajiran, diantaranya:

Penyiraman
Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari, terutama ketika tanah terlihat mengering dengan
menggunakan air. Banyaknya air yang digunakan untuk menyiram di-sesuaikan dengan kondisi
tanah dan kebutuhan tanaman di jaga agar tanah selalu lembab. Penyiraman tidak dila-kukan
ketika hujan mengguyur tanaman karena tanah yang terlalu lembab mengakibatkan bibit mudah
terse-rang jamur dan membusuk.
Penyulaman
Pada proses ini penyulaman tidak dilakukan pada tanaman percobaan dikarenakan semua
bibit tanaman loncang tumbuh baik dan tidak membusuk.
Penyiangan
Pada proses ini penyiangan dilakukan pada tanaman percobaan ketika muncul gulma yang
tidak dikehendaki disekitar tanaman percobaan. Gulma-gulma yang tum-buh dicabut sedari kecil
agar zat hara yang terdapat pa-da polibag tidak diserap oleh gulma. Gulma yang tum-buh pada
polibag teridentifikasi, termasuk dalam kelu-arga Gramineae/Poaceae (keluarga rumputrumputan).
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada perlakuan ini, pengendalian hama dan penya-kit dilakukan dengan cara mengambil
secara manual hama yang menyerang tanaman percobaan, kemudian dibuang ataupun dimatikan.
Akan tetapi pada proses pemanenan, ditemukan adanya hama menyerang akar tanaman berupa
kumbang ampal.
Pengajiran
Pada perlakuan ini, tanaman loncang diberi ajir ka-rena beberapa tanaman loncang tumbuh
rebah.
E. Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan dilakukan pada tanaman loncang yang ber-kode yang ada pada
setiap perlakuan. Parameter yang diambil adalah seba-gai berikut:
1.

Tinggi Tanaman (cm)


Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari pangkal
batang tanaman sampai pada puncak daun tertinggi tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap seminggu sekali, dari minggu pertama hingga minggu kedelapan.

2. Jumlah Daun (helai)


Jumlah daun diketahui dengan cara menghitung daun yang terbentuk pada setiap tanaman.
Perhitungan jumlah daun dila-kukan setiap seminggu sekali, dari minggu pertama sampai
minggu kedelapan, perhitungan jumlah daun ini bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman.
3. Panjang akar terpanjang (cm)
Pengukuran panjang akar terpanjang dilakukan setelah ta-naman dipanen dan akar
dibersihkan dari tanah yang menem-pel. Panjang akar terpanjang diketahui dengan mengukur
pan-jang akar mulai dari leher akar hing-ga akar yang terpanjang.
4. Berat basah akar (g)
Penimbangan akar dilakukan pada saat akar masih segar ya-itu setelah tanaman dipanen. Akar
yang telah dipisahkan dari tanaman bagian atas di-bersihkan dari tanah yang menempel. Akar
yang sudah dibersihkan kemu-dian ditimbang dengan timbangan digital.
5. Berat Kering Akar (g)
Akar yang telah diketahui berat basahnya dimasukkan ke-dalam kantung koran, kemudian
dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 60C-80C sampai tanaman kering (2x24 jam).
Akar yang telah kering kemudian ditimbang dengan tim-bangan digital pula.
6. Berat Basah Bagian Atas / Berat Basah Brangkasan Atas (g)
Penimbangan bagian atas tanaman (batang, daun, bunga, buah muda) dilakukan pada saat
tanaman bagian atas masih segar yaitu setelah tana-man dipanen. Tanaman bagian atas yang
telah dipisahkan dari akarnya kemudian ditimbang dengan timbangan digital.
7. Berat Kering Tanaman Bagian Atas / Berat Basah Brangkasan Atas (g)
Tanaman bagian atas yang telah diketahui berat basahnya kemudian di-masukkan kedalam
kantung koran, kemudian di-keringkan menggunakan oven dengan suhu 60C-80C sampai
tanaman kering (2x24 jam), sampai kira-kira diperoleh berat konstan. Tanaman bagian atas yang
telah kering kemudian di-timbang dengan timbangan digital.

8. Pengamatan visual
Pengamatan visual ini dilakukan pada saat pemanenan atau setelah pemanenan. Pengamatan
visual ini meliputi tinggi tana-man, warna daun, kekekaran batang, ada tidaknya bunga dan buah
serta distribusi akar. Kegiatan ini dilakukan pada semua tanaman yang diberi tanda.
F. Tahapan Pemanenan
A.

Waktu dan Tempat Pemanenan


Pemanenan dilakukan di Laboratorium Rumah Kaca Universitas Tidar pada hari Senin tanggal
24 Novenber 2014, kemudian diukur dan ditimbang di Laborato-rium Tanah Universitas Tidar.

B.

Bahan dan Alat


Bahan yang disiapkan untuk pemanenan yaitu alat tulis, kantung koran untuk wadah sebelum
dimasukkan kedalam oven dan label sebagai penanda. Sedang-kan alat yang digunakan
adalahember, cutter, penggaris/metline, timbangan digital, oven dan spidol untuk penanda.

C.

Tahapan Pemanenan:
1. Menyiram media tanam secukupnya
2. Mengamati secara visual, diantaranya warna daun, warna ba-tang, lebar / tipisnya daun,
kekekaran batang, ada tidaknya bu-nga, buah, hama / penyakit, kemudian dicatat.
3. Mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun, seba-gai data mingguan terakhir
sebelum dipanen.
4. Menyobek polybag perlahan-lahan lalu memisahkan media dari akar tanaman.
5. Mencuci akar sampai tidak ada tanah yang menempel, lalu diti-riskan.
6. Mengukur panjang akar terpanjangnya.
7. Memisahkan akar dari bagian atas tanaman dengan cara memo-tong pada batas leher akar.
8. Menimbang masing-masing bagian atas tanaman dan akar un-tuk mendapatkan data berat basah
brangkasan bagian atas dan berat basah akar, dengan menggunakan timbangan digital.
9. Memasukkan masing-masing bagian-bagian dalam kantung ko-ran, lalu memberikantanda
dengan spidol. Setelah itu masuk-kan dalam oven
10. Setelah dioven, menimbang berat keringnya dengan mengguna-kan timbangan digital.
11. Menyiapkan tabel parameter, meliputi tinggi tanaman per minggu (dibuat grafik), jumlah daun
per minggu (dibuat gra-fik), panjang akar terpanjang (dibuat histogram), berat basah dan berat
kering brangkasan bagian atas (dibuat histogram), berat basah dan berat kering akar (dibuat
histogram), serta pe-ngamatan visual
12. Tanah hasil praktikum yang sudah dibongkar dibuang pada tempat yang telah disediakan agar
tidak mengotori laborato-ratorium.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil percobaan yang telah dilaksanakan, diperoleh data yang telah tersaji dalam
metode statistik yang berupa tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar terpanjang, berat basah
akar, berat kering akar, berat basah brangkasan bagi-an atas, serta berat kering tanaman
brangkasan bagian atas. Data yang tersaji da-lam bentuk grafik dan histogram adalah data ra-tarata tanaman tiap parameter pa-da tiap-tiap perlakuan.
A. Parameter Tinggi Tanaman Loncang Per Minggu

Pada parameter tinggi tanaman loncang per minggu, diketahui bahwa tinggi tanaman
loncang pada semua perlakuan, mengalami kenaikan hingga minggu ke-4, akan tetapi mulai
menunjukkan adanya sedikit hambatan berupa penurunan tinggi pada tanaman perlakuan 2,
kemudian disusul dengan kenaikan parameter yang cukup tajam mulai dari minggu ke-6.
Hambatan yang terjadi pada pengama-tan disebabkan karena faktor cuaca yang berubah-ubah,
seperti intensitas hujan yang tidak merata dan serangan serangga hama yang mengakibatkan
pertumbuhan tanaman loncang terganggu. Serangga hama yang menyerang berjenis kumbang
kecil.
Pertambahan tinggi tanaman loncang yang optimal ada pada tanaman per-lakuan 1 karena
grafik menunjukkan kenaikan hingga minggu ketujuh (waktu pa-nen sebenarnya) karena pada
minggu kedelapan mengalami penyusutan tanaman. Pada polibag tanaman perlakuan 1, terdapat
hanya satu tanaman percobaan diban-dingkan dengan tanaman perlakuan 2 dengan dua tanaman
dan perlakuan 3 deng-an tiga tanaman. Tanaman perlakuan 1 dapat tumbuh secara optimal
karena de-ngan mudah dapat menyerap hara yang tersedia pada tanah polibag dan tidak ada-nya
persaingan pada satu polibag. Selain itu, wilayah tumbuh pada polibag tana-man perlakuan 1
lebih luas daripada perlakuan yang lain yang tiap polibagnya ter-dapat adanya kepadatan
tanaman, buktinya akan terlihat pada kenampakan visual tanaman (lihat tabel pada lampiran).
Tanaman perlakuan 1 akan menampakkan daun yang berwarna hijau, batang terlihat kuat, tegak,
kokoh, berwarna hijau dan berdaun besar, tebal, dan jumlah daun sedang. Pada tanaman
perlakuan 3 yang ti-ap polibagnya terdapat beberapa populasi tanaman loncang yang tumbuh,
meng-akibatkan wilayah untuk tumbuh tanaman terbatas dan sempit sehingga tanaman loncang
berkompetisi untuk mendapatkan unsur-unsur penting yang terdapat pada polibag, yang
dibutuhkan tanaman itu sendiri. Selain itu sosok tanaman dari perla-kuan 3 pun tidak seoptimal
tanaman perlakuan 1. Kenampakan visual tanaman perlakuan 3 daunnya berwarna hiau muda
hingga hijau pucat keputihan, memi-liki ukuran batang yang tegak, kecil, akan tetapi lemah.
Ukuran daun kecil, tipis, jumlahnya sedikit, dan batang mudah sekali untuk
patah.Menurut Umiarsih (2013), jarak yang sempit antar suatu tanaman pada suatu lahan
mengakibatkan munculnya per-saingan terhadap zat-zat makanan baik itu dengan tanaman yang
sama. Hal ini ter-jadi karena unsur hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan

tanaman tersebut, sehingga tanaman akan beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
misal dengan mengubah ukuran pada morfologi tanaman demi melangsung-kan kehidupannya.
B. Parameter Jumlah Daun Tanaman Loncang Per Minggu

Pada parameter jumlah daun tanaman loncang per minggu, diketahui bah-wa jumlah daun
tanaman loncang pada tanaman perlakuan 1 dan perlakuan 3 me-ngalami perbedaan pada
kenaikan grafiknya. Kenaikan grafik pada gambar meng-indikasikan bahwa tanaman loncang
mulai tumbuh dan berkembang.Yufiana Arismaya (2014) menyatakan bahwa air sangat
berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tana-man itu sendiri, akan tetapi banyaknya air
juga dapat menimbu-lkan gangguan pada pertumbuhan, dapat ditandai dengan tingginya kadar
air pada tanaman. Ketersediaan air dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal tanah ma-upun
eksternal seperti iklim. Dalam tanah keberadaan air sangat diperlukan oleh tanaman yang harus
tersedia untuk mencukupi kebutuhan untuk evapotranspirasi dan sebagai pelarut, bersama-sama
dengan zat hara terlarut membentuk suatu laru-tan tanah yang akan diserap oleh akar tanaman.
Selain itu, cahaya, tanah, suhu, kelembaban, hormon serta hereditas (faktor genetis) juga akan
mempengaruhi per-tumbuhan suatu tanaman (Kusumawati, et al, 2012).
C. Parameter Panjang Akar Terpanjang Tanaman Loncang

Pada parameter panjang akar tanaman loncang terpanjang, diketahui bah-wa tanaman
perlakuan 1 memiliki akar terpanjang dibandingkan panjang pada ta-naman perlakuan 2. Hal ini
dapat diindikasikan bahwa daya persebaran akar pada tanah tanaman perlakuan 1 lebih luas
dibandingkan pada tanaman perlakuan 2. Di bawah permukaan tanah, akar tanaman loncang
akan mengadakan kompetisi de-ngan cara memanjangkan dan menyebarkan akar untuk mencari
unsur-unsur po-kok seperti air dan hara. Mereka akan memanjangkan akarnya guna
kelangsungan hidupnya. Pada tanaman perlakuan 1, akar tanaman loncang dapat bebas menyebar karena tumbuh tanpa adanya saingan, sehingga air dan hara yang terserap da-pat
diakumulasikan secara optimal. Pada tanaman perlakuan 2, terdapat tanaman loncang yang
akarnya terpusat. Dapat diketahui bahwa kompetisi mulai terjadi pa-da kedua tanaman yang
nantinya akan bersaing demi mendapatkan unsur-unsur penting. Penanaman yang optimal akan
disarankan seperti pada tanaman perlaku-an 1, dimana pada polibag terdapat wilayah kosong
sebagai persebaran akar ta-naman guna mencari zat-zat makanan, selain itu juga meminimalisir
serangan ha-ma, khususnya hama serangga karena hama serangga menyerang pada tanaman
yang menggerombol.

B. Parameter Ukuran Berat Basah dan Kering Pada Akar Tanaman Loncang

Pada parameter ukuran berat basah dan berat kering akar tanaman tersebut menunjukkan
bahwa kandungan air pada tanaman loncang perlakuan 3 cukup tinggi dibandingkan perlakuan
2, faktor ini diindikasikan oleh kandungan air pada akar, serta luas daya sebaran akar tanaman
dalam rangka mencari hara yang terda-pat pada polibag. Akar pada tanaman perlakuan 2 terdapat
adanya persebaran yang terpusat, meskipun jenis akarnya serabut, hanya berada pada wilayah
yang dekat dengan batang, berbeda dengan perlakuan 3. Akar yang terpanjang pada tanaman
loncang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman loncang.
Bambang Guritno, (1995) menyatakan bahwa pengeringan bahan ber-tujuan untuk
menghilangkan semua kandungan air bahan, umumnya dilaksanakan pada suhu yang relatif
tinggi selama jangka waktu tertentu. Idealnya, bahan dike-ringkan pada suhu 600C - 800C selama
waktu sampai suatu berat kering yang kon-stan dicapai. Untuk mendapatkan berat yang konstan,
penimbangan bahan yang sedang dikeringkan perlu dilakukan berulang-ulang secara berkala
yang tentu bu-kanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dalam pengeringan suatu bahan, ukuran bahan harus cukup kecil untuk memudahkan pengeringan. Bahan yang berukuran besar akan
mengalami proses pengeringan yang lambat dan tidak merata pada se-mua bagian bahan. Suatu
saat bagian luar dapat sudah kering sementara bagian dalam masih basah dimana proses
metabolisme dapat masih berlangsung seperti respirasi yang dapat mengaki-batkan kehilangan
bobot apabila pengeringan di-lanjutkan, senyawa karbon bagian luar dapat terurai menjadi CO2.
C. Parameter Ukuran Berat Basah dan Kering Pada Brangkasan Tanaman Loncang

Pada parameter berat basah dan kering brangkasan atas, menunjukkan bah-wa ukuran
tertinggi terdapat pada tanaman perlakuan 1, disusul perlakuan 2 dan 3. Tinggi rendahnya berat
kering, baik pada akar maupun brangkasan dapat dipenga-ruhi oleh unsur hara. Unsur hara yang
terimbun pada tanaman sebagai proses per-tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya akan
mempengaruhi berat tanaman pada saat pengeringan. Pada tanaman perlakuan 1 jelas terlihat
bahwa tanpa adanya sai-ngan, tanaman akan tumbuh secara optimal, menghasilkan daun yang
besar, ban-yak, tebal, batang yang besar, dll. Sedangkan pada tanaman perlakuan 3 yang terdapat adanya persaingan, produktivitas tanaman rendah, dimana tanaman tidak mampu untuk
memaksimalkan per-tumbuhannya karena unsur yang dibutuhkan tanaman terbatas jumlahnya.
Buktinya, pada ukuran batang tanaman perlakuan 3, ukuran batang tanaman loncang lebih kecil

dibandingkan tanaman perlakuan 1 dengan batang yang kuat dan besar (pada tabel pengamatan
visual).
Tanaman yang optimal pada percobaan praktikum terlihat pada tanaman perlakuan 1. Hal
itu dapat disimpulkan bahwa tanaman loncang pada perlakuan 1 dapat dipakai sebagai sampel
tanaman yang optimal selain karena tidak adanya persaingan pertumbuhan (walaupun sama pada
spesiesnya), produktivitas tana-mannyapun tinggi, baik jumlah daunnya, kekekaran batangnya,
terlebih hingga fase generatif (fase memunculkan bunga).
BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa


1. Tanaman loncang yang ditanam tanpa adanya persaingan menun-jukkan kelebihan dari segi
morfologisnya dibandingkan tanaman loncang yang ditanam bersamaan dalam satu populasi
tanaman loncang lainnya dalam satu polibag.
2. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal seperti hormon dan
hereditas, maupun faktor eksternal ma-cam air suhu, cahaya, tanah, dll.
3. Pengeringan suatu bahan dalam lingkup ilmu biologi berfungsi se-bagai tambahan informasi
dalam suatu ilmu ilmiah yang berman-faat di kemudian hari, selain itu juga berfungsi sebagai
identifikasi nilai kandungan air pada tubuh bahan tersebut.
4. Pada pembudidayaan tanaman loncang perlu diterapkan adanya pengaturan jarak tanam sehingga
pertumbuhan tanaman loncang dapat tumbuh secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anjeli, Abu. 2010.BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.)


(http://abuanjeli.wordpress.com/2010/08/10/a030/) Diunduh tanggal 10 Oktober 2014
Bambang Guritno, Sitompul. 1995. Analisi Pertumbuhan Tanaman. Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta.
Ewintri.2012. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan.
(http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/pengertian-pertumbuhan-dan-perkembanganpada-tumbuhan.html)Diunduh tanggal 13 Oktober 2014

Ewusie. 1990. Ekologi Tropika. ITB Press: Bandung.


Harjadi, S. S. & Sri Setyati. 1979. Pengantar Agronomi. Gramedia: Jakarta.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksada: Jakarta.
Kastono. 2005. Ilmu Gulma, Jurusan Pengantar Budidaya Pertanian. UGM
Press: Yogyakarta.
Kusumawati, Rohana. M. Luthfi Hidayat & Dewi Retnaningati. 2012. DetikDetik Ujian Nasional: Biologi SMA/MA IPA. Intan Pariwara: Klaten.
Odum. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. UGM Press: Yogyakarta.
Rismunandar. 1989. Membudidayakan 5 Jenis Bawang. Sinar Baru: Bandung.
Rukmana, Rahmat. 1995. Bawang Daun. Kanisius: Yogyakarta.
Setiadi, Dede. 1989. Dasar-Dasar Ekologi. Departemen Pendidikan &
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta..
Umiarsih. 2013. ACARA I. PERSAINGAN INTRASPESIFIK TANAMAN (ANTAR
TANAMAN SEJENIS) http://umiarsih.wordpress.com/2013/01/18/pengaruh-jarak-tanamterhadap-pertumbuhan-dan-produksi-tanaman-sawi/ Diunduh tanggal 11 Oktober 2014
Wijiyanti, Fahma. 2008. Penuntun Praktikum Ekologi. Fak. Sains & Teknologi
UIN: Jakarta.
Yufiana Arismaya, Dista. 2014. Agroekologi Dan Kultur Teknis.
(http://distayufianaarismaya.blogspot.com/2014/05/agroekologi-dan-kultur-teknis.html) Diunduh
tanggal 13 Oktober 2014

------------------media tanam------------------------Media tanam merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perbanyakan tanaman
dan pertumbuhan awalnya. Agar pertumbuhan bibit dapat baik, media tanam diharapkan
mempunyai sifat-sifat sebagai:
Media hendaknya gembur agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan akar dapat leluas
menembus.
Kelembaban media harus cukup dan ini dapat diatasi dengan penyiraman, karena air sangat
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Media hendaknya bersifat sarang sehingga oksigen dapat masuk untuk memenuhi kebutuhan

tanaman.
Media hendaknya bebas dari gulma, nematoda dan berbagai penyakit.
Sebaiknya kadar salinitas rendah.
Media hendaknya mengandung hara yang diperlukan bagi tanaman.
Berdasarkan persyaratan tersebut diatas maka media yang digunakan adalah pasir, tanah,
sekam padi, dan pupuk kandang (Sumiarsih, 1999).
Media tanam berfungsi sebagai tempat akar melekat, mempertahankan kelembaban dan
sebagai sumber makanan. Media yang baik dapat menyimpan air untuk kemudian dapat
dilepaskan sedikit demi sedikit dan dimanfaatkan oleh tanaman (Budiyati,1994).
Meskipun kerusakan tanah dapat dicegah dengan memperbaiki struktur tanah tetapi
penggunaan pestisida dan conditioner dalam sekala besar tidak dapat dibenarkan. Hal ini
dapat mempengaruhi dalam hal konservasi tanah dan penyerapan nutrisi dalam tanah. Dengan
pupuk organik tanah tidak akan miskin hara dan tanaman akan memperoleh keuntungan
dengan menyerap nutrisi dari dalam tanah (Buurman,1980).
Unsur-unsur yang penting dan harus tersedia adalah N,P,K. N berfungsi mempercepat
pertumbuhan klorofil ,menambah lebar daun, besarnya benih. Dosis yang digunakan
tergantung pada varietas benih dan keadaan tanah. Pupuk P berfungsi untuk pembentukan
akar, pertumbuhan tanaman, menstimulasi pembentukan buah dan mempercepat panen.
Unsur P berpengaruh untuk kandungan total benih terutama dalam bentuk Fitin. Fitin
berfungsi sebagai cadangan fosfor dan untuk pemeliharaan energi yang diperlukan untuk
perkecambahan (Anderson dan Bernard, 1952).
Media tanam dapat didefinisikan sebagai kumpulan bahan atau substrat tempat tumbuh benih
yang disebarkan atau ditanam. Media tanam banyak macam ragamnya, dapat merupakan
campuran dari bermacam-macam bahan atau satu jenis bahan saja asalkan memenuhi
beberapa persyaratan, antara lain cukup baik dalam memegang air, bersifat porous sehingga
air siraman tidak menggenang (becek), tidak bersifat toksik (racun) bagi tanaman, dan yang
paling penting media tanam tersebut cukup mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan
bagi pertumbuhan tanaman (Widarto, 1996).
Disamping memberikan dukungan secara fisik pada tanaman, tanah merupakan sumber
mineral dan air bagi tanaman. Kondisi tanah dan mineral dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Lingkungan atmosfer harus tersedia pada kedalaman yang cukup dalam tanah
sehingga akar tanaman dapat memperoleh oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi secara
langsung dari udara (Villareal dan Donald, 1969).
Pemberian pupuk kandang yang berupa pupuk kotoran ayam diharapkan akan dapat
membantu menetralkan pH tanah, menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam
tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur, membantu penyerapan hara dari
pupuk kimia yang ditambahkan, membantu mempertahankan suhu tanah sehingga fluktuasi
tidak tinggi, mendorong kehidupan jasad renik, dan sebagai sumber unsur mikro yang
dibutuhkan tanaman, sehingga keseimbangan unsur hara di dalam tanah menjadi lebih baik.
Semakin baiknya kondisi fisik tanah dan semakin meningkat kandungan unsur hara di dalam
tanah menyebabakan laju pertumbuhan fotosintesis meningkat dan tersedia fotosintat yang
cukup untuk meningkatkan jumlah polong isi per tanaman (Nurjen, 2002).
---------------media tanam-----------------

Anda mungkin juga menyukai