Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya
hayati dengan cara bercocok tanam banyak dilakukan pada lahan sawah yang umunya
berada di wilayah pedesaan dibanding di perkotaan. Wilayah pedesaan merupakan
wilayah yang mempunyai luasan lahan yang luas dibandingkan wilayah perkotaan,
sehingga banyak pasokan kebutuhan sehari-hari dalam bidang pangan banyak didapat
dari desa yang kemudian dikirim ke kota. Hal yang mendasari sektor pertanian di
perkotaan kurang maju dikarenakan semakin sempitnya areal pertanian di kota oleh
karena telah berubahnya petak-petak sawah menjadi kavling dan gedung-gedung
Alih fungsi lahan yang banyak terjadi di perkotaan menyebabkan sektor
industri menjadi sektor yang mendominasi di perkotaan sehingga sektor pertanian di
perkotaan melemah.Usahatani merupakan kegiatan bertani yakni melakukan
budidaya tanaman. Kegiatan usahatani tidak harus pada lahan yang luas, namun bisa
dilakukan pada lahan yang sempit, yakni memanfaatkan lahan yang ada disekitar
tempat tinggal untuk ditanami tanaman. Lahan yang digunakan bisa tanah tempat
tinggal (pekarangan, balkon, atau atap- atap bangunan), pinggiran jalan umum, atau
tepi sungai. Pertanian perkotaan merupakan aktivitas pertanian di dalam atau di
sekitar perkotaan yang melibatkan keterampilan, keahlian, dan inovasi dalam
budidaya tanaman. Oleh karena itu, melakukan usahatani di perkotaan sangat
diperlukan mengingat adanya alih fungsi lahan yang banyak terjadi di kota dan
dengan adanya usahatani setidaknya dapat mulai mengerakkan pertanian yang ada di
perkotaan.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui definisi dari pertanian perkotaan
Untuk mengembangkan daya kreativitas praktikan tentang pertanian
perkotaan
Untuk mengetahui cara pengaplikasian pertanian perkotaan
Untuk mengembangkan inovasi baru tentang pertanian perkotaan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Usahatani Perkotaan Kreatif


Menurut Luc Mougeot (1999), Urban Farming atau usaha tani perkotaan
adalah sebagai suatu industri yang terletak di dalam kota (intra-urban) atau di
pinggiran kota (peri-urban) dari suatu kota kecil atau kota besar, yang tumbuh dan
berkembang, distribusi dan proses keaneka ragaman makanan dan produk bukan
makanan (nonfood produk), sebagian besar menggunakan sumberdaya alam dan
manusia (lahan, air, genetika, energi matahari dan udara), jasa dan produk-produk
yang tersedia di dalam dan di sekitar wilayah kota, dan pada gilirannya sebagai
penyedia sumberdaya material dan manusia, sebagian jasa dan produk untuk wilayah
perkotaan itu.
Menurut UNDP (1996), Pertanian kota memiliki pengertian, yaitu satu
aktivitas produksi, proses, dan pemasaran makanan dan products lain, di air dan di
daratan di dalam kota dan di pinggiran kota, menerapkan metode-metode produksi
yang intensive, dan daur ulang (reused) sumber alam dan sisa sampah kota, untuk
menghasilkan keaneka ragaman peternakan dan tanaman pangan)
Menurut Badan Pusat Statistik, Urban Farming adalah suatu aktivitas
pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang melibatkan keterampilan, keahlian,
dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan.
Menurut Balkey M, Urban Farming adalah rantai industri yang memproduksi,
memproses dan menjual makanan dan energi untuk memenuhi kebutuhan konsumen
kota.

Berdasarkan dari Buku PetunjukPelaksanaan Program Urban Farmingtahun


2012 Kota Surabaya, tujuan dari program Urban Farming atau Usahatani Perkotaan
yakni:
a. Mengurangi kemiskinan melalui penumbuhan danpengembangan
kegiatan usaha budidayasayuran disesuaikan dengan potensi yangada
di wilayahnya,
b. Mengoptimalkanpemanfaatan lahan sempit di perkotaan,
c. Mengembangkan dan memperluaskesempatan berusaha

dan

kesempatankerja produktif, serta kepentinganpembelajaran bagi


masyarakat miskin.
d. Mengembangkan pola pembinaan yang partisipatif dan berkelanjutan
dalam memberdayakan masyarakat Gakin, dalam upaya perbaikan gizi
buruk sekaligus dapat meningkatkan pendapatan keluarga secara
mandiri.
e. Pembelajaran dan peningkatan SDM di bidang Pertanian
Dalam Buku Petunjuk Pelaksanaan Program Urban Farming 2012 Kota
Surabaya terdapat beberapa manfaat dari Program Urban Farming. Menurut Buku
tersebut manfaat dari Urban Farming yakni:
1.

Urban Farming memberikan kontribusi penyelamatan lingkungan

dengan pengelolaan sampah Reduce dan Recycle,


2.
Membantu menciptakan kota yang bersih denganpelaksaan 3 R (reuse,
reduse, recycle) untuk pengelolaan sampah kota,
3.
Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota,
4.
Meningkatkan Estetika Kota,
5.
Menjadi penghasilan tambahan penduduk kota.
Menurut
Surabaya,terdapat

Buku

Pelaksanaan

model-model

dari

UrbanFarming

tahun

2012

Kota

UrbanFarming.

Model-model

urban

Farmingtersebut yaitu :
1.Memanfaatkan lahan tidur danlahan kritis,
2.Memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau(Privat dan Publik),
3.Mengoptimalkan kebun sekitarrumah,
4.Menggunakan ruang (vertikultur).

2.2 Tinjauan desain usahatani perkotaan kreatif (yang dijadikan acuan)


2.2.1 Vertikultur
Vertikultur bisa diartikan sebagai budi daya tanaman secara vertikal
sehingga

penanamannya

dilakukan

dengan

menggunakan

sistem

bertingkat(Sanjaya,2011).
Menurut Lakitan (1995) Vertikultur adalah sistem tanam di dalam pot yang
disusun/dirakit horisontal dan vertikal atau bertingkat.
Menurut Sanjaya (2011) tujuan vertikultur adalah untuk memanfaatkan
lahan yang sempit secara optimal.
Menurut Ashari (1995) tujuan penerapan vertikultur adalah:
a. Memanfaatkan lahan sempit yang tidak produktif menjadi lahan sempit
yang produktif dengan aplikasi vertikultur.
b. Menghemat pengeluaran rumah tangga jika penanamannya hanya untuk
konsumsi sendiri dan bisa menambah pendapatan keluarga karena hasil panen
dapat dijual.
c. Menambah nilai keindahan atau estetika lahan pekarangan
Sistem bertanam secara vertikultur sekilas memang terlihat rumit, tetapi
sebenarnya sangat mudah dilakukan dan tingkat kesulitan bertanam secara
vertikultur

tergantung

kepada

model

dan

sistem

tambahan

yang

dipergunakan(Sanjaya,2011).
Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan biasanya adalah tanaman memiliki
nilai ekonomi tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim khususnya sayuran
dan tidak memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas(Sanjaya,2011).

2.2.2

Macam Model Vertikultur


Menurut Lakitan (1995) berdasarkan bentuk dan cara penempatan atau

penyusunan tanaman, maka sistem bercocok tanam secara vertikultur dapat


dibedakan menjadi 4 model antara lain:
1.Vertiding (Vertikultur di dinding)
2. Vertikultur Gantung
3.Vertigar (Vertikultur di pagar)
4. Vertirak (Vertikultur di Rak)
2.3 Tinjauan Komoditas
Tumbuhan pakcoy berasal dari Cina dan sudah dibudidayakan setelah abad
ke-5 di sekitar Cina dan Taiwan. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di
Filipina, Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
Klasifikasi tanaman Pakcoy menurut Sunarjono (2003) adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermathophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Brassicales

Famili

: Brassicaceae

Genus

: Brassica

Spesies

: Brassica chinensis

2.3.1 Syarat Tumbuh Tanaman Pakcoy


Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di hawa panas maupun dingin
sehingga dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi. Selain itu,
tanaman pakcoy juga tahan terhadap hujan sehingga dapat ditanam sepanjang
tahun.

Tananaman pakcoy dapat ditanam di ketinggian tempat 1000-2000 mdpl


dengan suhu 15-21oC. Tanaman pakcoy membutuhkan sinar matahari 200-400
footcandles dengan kelembaban >60%.
2.3.2 Morfologi Tanaman Pakcoy
Pakcoy memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar yang bentuknya
bulat panjang meneyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-40 cm.
Batang atau caulis pakcoy pendek dan beruas-ruas, batang ini berfungsi sebagai
alat pembentuk dan penopang daun. Daun pakcoy berwarna hijau tua, dan
mengikat, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak, atau setengah mendatar,
tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan.
2.4 Tinjauan biaya usaha tani
Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil.
Menurut kerangka waktu, biaya dapat dibedakan menjadi biaya jangka pendek dan
biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan
biaya variabel (variable cost), sedangkan dalam jangka panjang semua biaya
dianggap/diperhitungkan sebagai biaya variabel (Hernanto, 1988). Biaya usahatani
akan dipengaruhi oleh jumlah pemakaian input, harga dari input, tenaga kerja, upah
tenaga kerja, dan intensitas pengelolaan usahatani. Menurut Rahardja (2006) biayabiaya tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut.
1. Biaya tetap (fixed cost FC)
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan,
walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu).
Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas produksi
yang dihasilkan. Yang termasuk biaya tetap seperti gaji yang dibayar tetap, sewa
tanah, pajak tanah, alat dan mesin, bangunan ataupun bunga uang serta biaya tetap
lainnya.

2. Biaya variabel (variable cost VC)


Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan
perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya biaya variabel berubah menurut
tinggi rendahnya ouput yang dihasilkan, atau tergantung kepada skala produksi yang
dilakukan. Yang termasuk biaya variabel dalam usahatani seperti biaya bibit, biaya
pupuk, biaya obat-obatan, serta termasuk ongkos tenaga kerja yang dibayar
berdasarkan penghitungan volume produksi.
Menurut Soekartawi (1995) dalam sifat-sifat biaya Ilmu Usahatani ada juga
yang disebut dengan biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan. Biaya
yang dibayarkan terdiri dari harga pembelian pupuk, pembelian obat, pembelian bibit,
pembelian makanan ternak, dan upah tenaga kerja, dan biaya yang tidak dibayarkan
terdiri dari pemakaian tenaga kerja keluarga, bunga modal dan penyusutan. Sifat
biaya langsung adalah biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi (actual
cost), dan biaya tidak langsung adalah terdiri dari penyusutan modal.
Adapun jenis-jenis biaya terdiri dari:
1. Biaya tetap (total fixed cost)
2. Biaya tetap rata-rata (average total fixed)
3. Biaya variabel (total variabel cost)
4. Biaya variabel rata-rata (average variabel cost)
5. Biaya marginal (marginal cost)
6. Biaya total (total cost)
7. Biaya total rata-rata (average total cost)

Dalam menghitung penerimaan usahatani, beberapa hal perlu diperhatikan,


Pertama, hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua
produksi pertanian itu dapat dipanen secara serentak, contoh: Menghitung produksi
padi per ha sangat mudah karena proses panennya serentak. Kedua, hati-hati dalam
menghitung penerimaan karena produksi mungkin dijual beberapa kali, sehingga
diperlukan data frekuensi penjualan produksi mungkin dijual beberapa kali pada
harga jual berbeda-beda. Ketiga, bila penelitian usahatani ini menggunakan
responden petani, maka diperlukan teknik wawancara yang baik untuk membantu
petani mengingat kembali produksi dan hasil penjualan yang diperolehnya selama
setahun terakhir. Pemilihan waktu setahun terakhir biasanya sering dipakai oleh para
peneliti untuk memudahkan perhitungan. Arti dan fungsi pendapatan berusahatani.
Berusaha tani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dilapangan
pertanian, pada akhirrnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan
yang diperoleh. Selisih dari keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahanya.
2.5 Tinjauan Pemasaran
Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan kumpulan proses untuk
membuat, mengkomunikasikan, dan mengirimkan nilai-nilai kepada konsumen dan
untuk mengatur hubungan dengan konsumen dalam langkah memperoleh keuntungan
secara organisasi maupun stakeholder. (Kotler dan Keller, 2009)
Sedangkan definisi pemasaran menurut AMA (American Marketing
Association) Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan
konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa untuk
menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi
Beberapa ahli lain juga mengemukakan pendapatnya mengenai definisi
pemasaran. Nitisemito dalam Rambat Lupiyoadi (2001:31), mengemukakan
pemasaran adalah Semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang
atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk
menciptakan permintaan efektif.

Konsep inti pemasaran menurut pendapat di atas menjelaskan bahwa ada


beberapa hal yang harus dipenuhi dalam terjadinya proses pemasaran. Dalam
pemasaran terdapat produk sebagai kebutuhan dan keinginan orang lain yang
memiliki nilai sehingga diminta dan terjadinya proses permintaan karena ada yang
melakukan pemasaran
Terdapat tiga faktor penting yang dipakai sebagai dasar konsep pemasaran,
yaitu : (Basu Swasta dan Irawan: 2003:77).
1. Orientasi konsumen
Perusahaan yang berorientasi pada konsumen harus memperhatikan
konsumennya untuk dapat menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang
akan dilayani, menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran
penjualan, menentukan produk dan program pemasarannya, mengadakan
penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan menafsirkan
keinginan, sikap serta perilaku mereka serta menentukan dan melaksanakan
strategi yangpaling baik yaitu apakah lebih mengacu pada mutu yang tinggi,
harga murah, atau model yang menarik dan sebagainya.
2. Koordinasi dan Integrasi dalam perusahaan
Kegiatan pemasaran secara terkoordinasi dan terintegrasi berarti setiap orang
dan bagian dalam perusahaan turut serta dalam suatu usaha yang terkoordinir
untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan tercapai.
3. Mendapatkan laba melalui pemasaran konsumen
Kepuasan

konsumen

merupakan

faktor

penentu

perusahaan

untuk

mendapatkan laba, dimana konsumen yang puas cenderung akan melakukan


transaksi pembelian ulang atau menjadi media promosi yang efektif terhadap
calon konsumen yang lain dengan menceritakan pengalamannya yang
memuaskan. Untuk itu perusahaan harusberusaha memaksimalkan kepuasan
untuk mendapatkan keuntungan.
(Philip Kotler, 1994:151) membagi lingkup manajemen pemasaran menjadi
dua bagian, yaitu :

10

Pemasaran Mikro, yaitu aktivitas pemasaran yang terjadi dalam lingkup


jenjang perusahaan seperti riset pasar, promosi, distribusi, riset &
pengembangan produk, servis dan sebagainya, yang kesemuanya ditujukan
untuk memahami, mendorong, dan memuaskan kebutuhan/permintaan
konsumen agar konsumen dapat loyal.

Pemasaran Makro, yaitu interaksi pemasar dengan lingkungan eksternal yang


dampaknya akan sangat mempengaruhi perusahaan karena lingkungan
eksternal ini bersifat tidak dapat dikendalikan. Perusahaan yang berhasil
menyadari bahwa lingkungan pemasaran memberikan rangkaian peluang dan
ancaman yang tidak ada habis-habisnya. Tanggung jawab utama pemasar
adalah mengidentifikasi perubahan signifikan dalam lingkungan makro yang
menimpa perusahaan. Bahkan manajer pemasaran harus menjadi pelacak
trend dan mencari peluang. Dalam situasi global yang berubah pesat, pemasar
harus memantau enam kekuatan lingkungan utama, yaitu lingkungan
demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik/hukum, dan sosial budaya agar
perusahaan dapat beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.

11

BAB III
METODOLOGI

3.1 Teknik Pembuatan Desain Usahatani Perkotaan Kreatif

Menyiapkan alat dan bahan yaitu : botol air mineral 1500ml, tali tambar, bambu, paku, palu, gunting d

Membuat pola segi empat pada botol air mineral kemudian gunting pola tersebut

Memasang tali tampar pada sisi ujung botol dan merangkainya menjadi lima susun

enggali tanah pada setiap sudut lahan, kemudian menancapkan bambu kedalam lubang tersebut sam

kit bambu bagian atas dengan cara menali bambu atas dengan bambu yang sudah ditancapkan meng

akitan bambu selesai, kemudia memasang rangkaian botol air mineral dengan cara menali rangkaian

ap akhir yaitu membuat rak dari bambu-bambu yang telah dipotongi dan merakitnya dengan pola sepe

12

3.2. Teknik Pembudidayaan


Pakcoy putih (Brassica rapa cv) merupakan tanaman sayuran dari family
Brassicaceae. Sayuran pakcoy putih ini masih satu golongan dengan sawi dan sering
disebut dengan sawi sendaok, sawi manis, atau sawi daging karena memiliki pangkal
sayur yang tebal dan lembut seperti daging. Pakcoy putih dapat tumbuh baik di
dataran rendah maupun tinggi. Untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal
dari tanaman pakcoy putih maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai
berikut :
1. Syarat Tumbuh
Tanaman pakcoy putih dapat hidup pada berbagai tempat tropis maupun sub
tropis, dengan dataran tinggi maupun rendah. Media tanam pakcoy putih harus
subur. Media tanam menggunakan campuran tanah dan pupuk kompos dengan
perbandingan 1:1. Media tanam juga harus memiliki pancaran sinar matahari yang
baik serta cukup air.
2. Persiapan lahan
Pada pembudidayaan pakcoy putih ini telah disiapkan lahan dengan luas 3 x 2
meter. Dengan lahan yang tidak terlalu luas seperti itu, pembudidayaan pakcoy
putih dilakukan dengan teknik pertanian vertikultur. Penggunaan teknik
vertikultur dimaksudkan untuk mengoptimalkan lahan yang terbatas agar tetap di
dapat hasil produksi pakcoy putih yang optimal. Karena menggunakan teknik
pertanian vertikultur maka tidak perlu dilakukan persiapan lahan seperti
penggemburan tanah, pembuatan bedengan seperti halnya pada budidaya pakcoy
putih secara konvensional.
Persiapan lahan yang dilakukan adalah pemasangan kerangka bamboo yang
dijadikan sebagai tempat peletakan media tanam. Dan pemasangan botol air
mineral pada kerangka yang nantinya digunakan sebagai tempat media tanam.
3. Proses penanaman
a. Persemaian
Untuk menenanam sayuran pakcoy putih, digunakan benih yang
disemaikan terlebih dahulu. Benih pakcoy putih disemaikan pada tempat
13

yang dinamakan treey. Media tanam untuk melakukan penyemaian benih


pakcoy putih adalah campuran tanah dan pupuk kompos dengan
perbandingan 1:1.
Untuk memaksimalkan proses penyemaian sebelum benih ditabur,
benih direndam terlebih dahulu dengan air atau larutan garam.
b. Transplanting
Setelah dilakukan penyemaian, benih akan tumbuh atau berkecambah.
Setelah memiliki 4-5 helai daun benih pakcoy siap dipindahkan kelahan.
Proses transplanting dilakukan dengan memindahkan bibit pakcoy yang
siap tanaman ke media tanam yang berupa botol air mineral dan polybag
yang telah dibuat lubang dengan kedalaman sekitar 4-6cm. Satu botol air
mineral dan polybag diisi satu bibit pakcoy yang siap tanam. Pada saat
proses pemindahan dari treey kelubang tanam harus dilakukan dengan
hati-hati. Selain itu tanah yang melekat pada akar bibit harus tetap
melekat agar bibit dapat beraklimatisasi dengan lahan atau media tanam
yang
baruuntukmenghindarikematianbibit.Kemudianlubangtanamditutupdenga
ntanahhinggarapi.
4. Perawatan tanaman
a) Penyiraman
Pakcoy putih merupakan tanaman yang membutuhkan cukup air untuk
dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, penyiraman pakcoy harus
rutin dilakukan. Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi
dan sore hari. Penyiraman yang rutin dilakukan dimaksudkan untuk
menghindari tanaman pakcoy kekurangan air sehingga nantinya berakibat
pada kematian tanaman atau produksi tanaman yang tidak maksimal.
b) Penyiangan gulma
Meskipun menggunakan teknik vertikultur, media tanam pakcoy juga
rentan ditumbuhi gulma. Jika ada gulma yang tumbuh, maka gulma
tersebut segera disiangi. Penyiangan ini dilakukan agar tanaman gulma
tidak mengadakan kompetisi dengan tanaman pokcoy yang bisa
mengakibatkan tanaman pakcoy kekurangan nutrisi.
c) Pengendalian hama dan penyakit tanaman

14

Berbagai hama biasa datang menghinggapi tanaman pakcoy putih


seperti kutu daun, kumbang, ulat daun dan juga aphids. Pengendalian
hama dan penyakit ini dilakukan dengan menyrempotkan agens hayati
yang berupa BB dan Trichoderma. Aplikasi BB dan Trichoderma
dilakukan sebanyak 5 kali sampai panen. BB disemprotkan pada tanah
sementara Trichoderma pada daun tanaman pakcoy.
5. Panen
Sayuran pakcoy putih sudah dapat dipanen ketika tanaman berumur
28-30 hari dari waktu penanaman awal. Penanaman awal dilakukan pada
tanggal 21 oktober 2014, berarti diperkirakan sekitar tanggal 20 november
2014 tanaman pakcoy putih sudah siap untuk dipanen. Namun pemanenan
tergantung dari perawatan, cuaca, dan kondisi bibit. Tanaman pakcoy putih
yang siap dipanen memiliki syarat berupa memiliki bagian pangkal sehat,
daun tumbuh subur dan hijau serta tanaman menunjukkan pertumbuhan yang
serempak dan merata.
3.3 Teknik Pemasaran
Dalam Usaha Tani, 5 unsur teknik pemasaran adalah:
1. Penentuan Pasar
2. Perencanaan Produk
3. Manajemen Harga
4. Distribusi
5. Komunikasi dan Promosi
Dalam perencanaan produk, kami tidak lagi melakukan teknik itu karena
produk memang sudah ditentukan, yaitu sayuran Pakcoy Putih. Ketika produk sudah
ditentukan, secara otomatis target pasar juga sudah ditentukan. Target pasar produk
ini adalah kalangan orang dewasa, ibu-ibu rumah tangga, dan juga mahasiswimahasiswi. Untuk lebih menarik minat pembelian target, maka dilakukan penanganan
pasca panen untuk produk kami, yaitu pengemasan atau wrapping. Hal ini bertujuan
agar produk kami terjaga kebersihan dan kesterilannya, serta untuk lebih
memperindah kenampakan produk.

15

Setelah itu, kami melakukan manajemen harga, yaitu penentuan harga untuk
produk Pakcoy Putih kami. Kami menentukan harga berdasarkan HPP produk dan
juga pertimbangan harga pasaran, dan tetap mengambil keuntungan. Oleh karena
produk yang kami jual terbatas dan tidak berkelanjutan, dan juga hanya dijual oleh
satu pihak tanpa berpindah tangan melaui agen atau distributor dll, maka harga yang
kami tawarkan adalah harga tunggal, tidak ada harga promosi, harga agen/reseller,
dan harga eceran. Kami menetapkan satu harga untuk produk kami.
Setelah menentukan harga, kami melakukan distribusi produk kami. Teknik
distribusi yang kami lakukan adalah distribusi dan penjualan langsung ke konsumen.
Kami menawarkan dan menjajakan langsung produk kami kepada target pasar di
sekitar lingkungan Universitas Brawijaya. Ada juga anggota kelompok kami yang
menjual produk kami kepada teman, saudara, atau keluarga yang tinggal di Malang.
Promosi yang kami lakukan untuk menjual produk kami adalah dengan
menekankan bahwa produk kami adalah 100% organic, sehingga minat konsumen
untuk membeli semakin besar meskipun dengan harga yang sedikit lebih mahal dari
harga pasaran. Promosi dilakukan langsung oleh kami pada saat menjajakan produk,
tanpa membuat iklan atau melakukan promo untuk produk kami. Distribusi produk
berjalan lancar, produk kami cukup menarik minat konsumen dan habis terjual dalam
waktu lumayan singkat.
3.4 Teknik perhitungan Biaya
Teknik Perhitungan biaya yang digunakan adalah menggunakan rumus
TC =TFC +TVC , yaitu Total Cost atau Total Biaya didapat dari Total Biaya Tetap

ditambahkan dengan Total biaya Variabel.


Yang termasuk ke dalam biaya tetap, antara lain adalah tray, gembor, selang,
tanah dan kerangka. Sedangkan yang termasuk kedalam biaya variable, antara lain
adalah media pembenihan, benih pakchoy putih, ongkos kirim media pembenihan, B.
basiana, A. Niger dan Trichoderma, pupuk organik, strerofoam besar, strerofoam
kecil dan plastic wrap serta upah tenaga kerja.
Untuk Perhitungan Biaya tetap, maka perlu diketahui biaya penyusutan dari
setiap perlengkapan.

16

Rumus biaya tetap,


FC=( Harga awal perunit Harga akhir perunit ) Jumlahunit /Tahun Ekonomis
Kemudian, jumlah dari seluruh biaya penyusutan tiap barang adalah total
biaya tetap.
Untuk Perhitungan Total Biaya Variabel, maka perlu diketahui harga input
produksi serta jumlahnya kemudian upah pekerja juga perlu diperhitungkan. Berikut
adalah Rumus biaya variable untuk usahatani Pakchoy Putih.
Rumus biaya variabel,
VC=P Q
VC = Variable Cost (Biaya Variable)
P = Harga per Unit
Q = Jumlah Unit
Selanjutnya, perlu dihitung pula upah tenaga kerja pada usahatani Pakchoy
putih ini. Upah pada Tenaga Kerja Laki-laki adalah Rp 30.000,- per HOK, dan untuk
tenaga kerja perempuan adalah Rp. 25.000,- per HOK.
Untuk mengetahui HOK, rumusnya adalah :
HOK=

Jumlah Orang Jumlah Hari Jumlah Jam perhari


24

Kemudian, setelah diketahui biaya variable input produksi dan total upah
tenaga kerja, maka total biaya variabelnya bisa didapatkan.
3.5 Teknik Perhitungan Penerimaan
Penerimaan usaha tani merupakan jumlah nominal uang yang diperoleh dari
hasil penjualan output usahatani. Perhitungan penerimaan usaha tani diperoleh dari
perkalian antara harga jual output per unit dikalikan dengan jumlah output terjual.
PHI = TR-TC Menjumlahkan semua biaya yang dikeluarkan yaitu biaya variabel dan biaya tetap
3.6 Teknik Perhitungan Pendapatan

Selanjutnya mengitung penerimaan dengan cara mengalikan harga produk dengan jumlah produk yang ter
17

n menghitung pendapatan dengan cara mengurangi total biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan

3.7 Teknik Perhitungan Kelayakan Usaha (BEP & R/C Ratio)


a. Break Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit
Break even point volume produksi menggambarkan produksi minimal
yang harus dihasilkan dalam usaha agroindustri agar tidak mengalami kerugian.
Rumus perhitungan BEP unit seperti berikut:

Keterangan:
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
Q

= Quantities (Produksi)

FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)


VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
P

= Harga Produk

b. Break Even Point (BEP) Rupiah


Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan
kuantitas produk pada saat BEP.

Keterangan:
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
TR = Total Revenue (Penerimaan)

18

FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)


VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
c. R/C Ratio
R / C = PQ . Q / (TFC+TVC)
Keterangan:
R

= penerimaan

= biaya

PQ

= harga output

= output

TFC = biaya tetap (fixed cost)


TVC = biaya variabel (variable cost)
Ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu:
R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan
R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP
R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan

BAB IV
PEMBAHASAN

19

4.1 Gambaran Umum Kegiatan Budidaya


Kegiatan budidaya pakchoy putih yang dilakukan menggunakan teknik
penanaman vertikultur. Desain terdiri dari 16 tirai vertikultur yang tiap tirai terdiri
dari 5 tanaman dengan jarak yang sudah ditentukan. Di bagian tengah bawah lahan,
didirikan meja berbentuk tangga yang terdiri dari 21 tanaman dengan 7 tanaman tiap
raknya.
Sedangkan kegiatan budidayanya sendiri dilakukan dari pembibitan hingga
panen dan didikuti oleh kegiatan pasca panen. Pembibitan pakchoy putih dilakukan
menggunakan tray dan juga menggunakan mika plastik untuk bibit cadangan. Setelah
bibit berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman kecil dengan 4 daun, bibit
dipindahkan/ditransplan ke lahan dengan menempatkan satu bibit ke dalam satu
media botol vertikultur.
Setelah dilakukan kegiatan transplanting, tanaman dirawat setiap hari yang
terdiri dari kegiatan penyiraman, penyiangan gulma dan pengendalian OPT. Selain
itu, dua minggu setelah kegiatan transplanting dilakukan, tanaman diberi sempotan
BB pada daun dan Trichoderma sp pada tanahnya (perawatan). Penyemprotan BB
dan Trichoderma sp dilakukan 5 kali selama 5 minggu (1 kali dalam seminggu).
Setelah tanaman mencapai umur panen, tanaman dipanen pada pagi hari kemudian
diberi perlakuan pasca panen seperti pencucian, sortasi dan wrapping yang
kemuadian hasilnya siap untuk dipasarkan.
4.2 Gambaran Umum Kegiatan Pemasaran
Kegiatan pemasaran dilakukan setelah kegiatan pemanenan dan pemberian
perlakuan seperti washing dan wrapping pada sayur pakchoy. Pemasaran dilakukan
secara langsung, dimana kami selaku produsen langsung menjualkan produk ke
konsumen. Target pemasaran produk ini yaitu, para mahasiswa, dosen, bahkan tidak
menutup kemungkinan kami akan memasarkan produk kami kepada masyarakat
diluar lokasi kampus. Kegiatan pemasaran akan dilakukan dalam satu hari, yaitu
hanya pada hari selasa, 25 November 2014.

20

Dalam suatu usaha tani, aspek pemasaran meliputi produk, harga, tempat, dan
promosi. Hal tersebut sama dengan konsep 4P (product, price, place, promotion).
Aspek pemasaran produk ini meliputi:
a. Produk (Product)
Produk yang kita tawarkan adalah sayur pakchoy putih organic. Sayur ini
memiliki keunggulan dibandingkan sayur pakchoy yang biasa kita jumpai di
pasaran yang pada dasarnya adalah bukan sayur organic. Sayur di kemas dengan
rapi dan bersih. Sayur dibersihkan terlebih dahulu kemudian di wrapping. Sayur
di kemas dengan plastic wrapping dan sterofoam. Setiap satu pack berisi 2 sayur
pakchoy dengan berat rata-rata 60 kg/pack.
b. Harga Produk (Price)
Harga dari setiap satu pack sayur pakchoy yang telah di wrapping adalah Rp
7000. Harga tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan yang telah kami
lakukan. Harga tersebut sudah cukup pantas untuk ukuran sayuran yang organic.
c. Tempat Pemasaran (Place)
Kami tidak memiliki tempat khusus memasarkan produk kami ini. Jadi kami
langsung menawarkan kepada konsumen dengan media komunikasi, kemudian
ketika konsumen berminat membeli, sepakat dengan harga yang kami tawarkan,
dengan lansung kami menjumpai pembeli dan melangsungkan transaksi.
d. Promosi (Promotion)
Salah satu tahap yang tidak kalah pentingnya adalah promosi. Promosi yang
kami lakukan sama halnya dengan promosi produk-produk lainnya yaitu dengan
tujuan agar konsumen mengetahui spesifikasi produk ini dan dapat menarik
minat konsumen untuk membeli.
Dengan mempertimbangkan keempat aspek pemasaran diatas, kami berhasil
menjual seluruh produk kami kepada para konsumen yang tetarik, yang terdiri dari
mahasiswa, dan masyarakat diluar dari lingkungan kampus sesuai dengan target pasar
yang telah kami tetapkan diawal.
4.3 Hasil Perhitungan Pendapatan
4.3.1 Biaya Variabel
Keterangan

21

Jumlah
Unit

Satuan

Harga/Unit
(Rp)

Biaya (Rp)

Media pembenihan
Benih pakchoi putih

0,67
0,14

Sak
Pak

5.000
20.000

3.333
2.857

Ongkos kirim media


pembenihan
B. Bassiana
A. niger dan Trichoderma
Pupuk organik
Sterofoam kecil
Sterofoam besar
Plastik wrapping

0,07

pick up

50.000

1.190

0,01
Liter
0,02
Liter
50
Kg
10
Buah
20
Buah
1
Gulung
Total (Rp)

50.000
50.000
450
200
500
10.000

500
1.000
22.500
2.000
10.000
10.000
53.381

Tenaga
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Kerja
Orang
Hari
Jam/Hari
Laki-laki
a. Pembuatan
3
2
1,5
kerangka
3
3
0,17
b. Perawatan
Tenaga Kerja
Perempuan
11
3
0,33
a. Tanam
11
3
0,17
b. Perawatan
Total Upah Tenaga Kerja (Rp)
Total Biaya Variabel (Rp)

4.3.2

Keterangan
Tray
Gembor
Selang
Tanah
Kerangka
22

HOK

Upah/HOK
(Rp)

1,125

33.750

0,188

5.625

1,375
0,688

34.375
17.188
90.938
144.318

Biaya Tetap

Jumlah
Unit

Harga
Awal/Unit
(Rp)

Harga
Akhir/Unit
(Rp)

Tahun
Ekonomis

1
3
1

15.000
45.000
80.000

0
2.000
0

3
5
10

155.000

10.000

Biaya (Rp)
1.250
6.450
2.000
37.500
12.083

Total Biaya Tetap (Rp)


4.3.3

59.283

Total Biaya (TC)


Total biaya = Total biaya tetap + Total biaya variabel
= Rp 59.283 + Rp 144.318
= Rp 203.602
Berdasarkan perhitungan di atas, total biaya yang diperlukan
untuk menjalankan usahatani tanaman pakchoy putih yaitu Rp
203.602.
Q = 30 kemasan
TC per unit = TC : Q
= Rp 203.602 : 30
= Rp 6.786,73
Berdasarkan perhitungan tersebut, biaya yang dikeluarkan
untuk memproduksi 1 unit pakchoy putih yaitu Rp 6.786,73.

4.3.4

Total penerimaan (TR)


Jumlah unit (Q)

= 30 kemasan

Harga produk per unit (P)

= Rp 7.000

Total penerimaan = Harga per unit x Jumlah unit


= Rp 7.000 x 30
= Rp 210.000
Setelah diberi perlakuan pasca panen, berat total produk yang
didapatkan yaitu 2130 gram. Produk tersebut dikemas menggunakan
plastik wrapping dan sterofoam dengan ukuran yang berbeda dengan
jumlah sebanyak 30 kemasan. Berat pakchoy putih untuk setiap
kemasan sebesar 71 gram. Harga produk untuk setiap kemasan yaitu
Rp 7.000. Dari perhitungan tersebut, diperoleh pendapatan total
sebesar Rp 210.000.
4.3.5

23

Pendapatan ()
= TR TC

= Rp 210.000 Rp 203.602
= Rp 6.398
Setelah total penerimaan dan total biaya dihitung, diperoleh
pendapatan sebesar Rp 6.398 untuk usahatani pakchoy putih kami.
4.3.6

Kelayakan Usaha
BEP Unit
TFC
TVC
P
Q

BEPunit =

59.283
144.318
7000
30

BEP rupiah
FC
VC
1
P

BEP Rp =

59.283
144.318
1
210.000

= Rp 189.543.

R/C Ratio
R/C Ratio =
=

24

TR
TC
210.000
203.602

59.283
70004810,6

= 27,077

= 1,03
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh hasil total
biaya sebesar Rp 203.602 dan total penerimaan Rp 210.000. BEP unit
yang diperoleh sebesar 27,077 yang artinya usahatani kami akan
mencapai titik impas pada produksi 27,077. Selain itu, juga diperoleh
hasil BEP Rp sebesar Rp 189.543, yang artinya saat mencapai titik
impas, usahatani kami akan memperoleh penerimaan sebesar Rp
189.543. Hasil BEP Rp tersebut lebih kecil dari total penerimaan
sehingga usahatani yang kami jalankan memperoleh keuntungan dan
layak untuk dikembangkan. Dari perhitungan R/C ratio diperoleh hasil
sebesar 1,03, artinya jika biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1, maka
usahatani kami akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,03. Karena
hasil R/C ratio lebih besar dari 0, maka usahatani kami layak untuk
dikembangkan.

4.5 Deskripsi Permasalahan


Dalam usaha tani kami ada permasalahan yang sangat penting bagi
keberlangsungan usaha tani kami dari sisi produksi yaitu tentang permasalahan
serangan hama antara lain hama aphid sp. (kutu daun), Kumbang kubah spot,
belalang dan ulat daun. Hama yang terakhir tersebut adalah musuh yang paling
berbahaya bagi usaha tani kami karena hama tersebut dapat menghabiskan daun
tanaman dengan cepat (intensitas serangan tinggi) selain itu jumlah hama ulat. Di
lahan usaha tani kami ada satu tanaman dimana daunnya yang dirmakan habis ulat
daun tersebut. Sedangkan untuk hama-hama yang lainnya intensitas serangannya
tidak sebesar serangan hama ulat daun atau dapat dikatakan masih di bawah batas
ambang ekonomi. Akan tetapi jika dilihat dari sisi jumlahnya hama kutu daun ini
yang memiliki jumlah yang lebih besar daripada hama ulat daun tetapi tingkat
serangan lebih tinggi dibanding dengan hama kutu daun.

Selain itu di lahan usaha

tani, kami menemukan musuh alami dari kutu daun (aphids sp) yaitu laba-laba.
4.6 Solusi

25

Dengan permasalahan yang telah disebutkan diatas, kelompok kami


melakukan beberapa tindakan pengendalian antara lain pengendalian hama secara
mekanik dan agen hayati. Dalam pengendalian secara mekanik ini dilakukan dalam
pengendalian hama kutu daun dan hama ulat daun daun. Sedangkan untuk
pengendalian dengan agen hayati ini menggunakan larutan BB (Beauveria bassiana)
dan larutan Trichoderma spp. Larutan BB (Beauveria bassiana) ini adalah jamur
sebagai pengganti insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa
jenis OPT antara lain wereng coklat, wereng hijau, walang sangit, ulat daun,
penggerek batang dan serangga hama lainnya (Joko, 2011). Didalam pengaplikasian
di lapang kami di beri 0,01 liter larutan BB lalu kita tambahkan air sebanyak 1 liter
dan untuk perlakuan penyemprotannya adalah 5 kali penyemprotan setelah (setiap 1
minggu 1 kali penyemprotan) dengan setiap minggunya 200 ml yang harus di
semprotkan ke daun tanaman di lahan usaha tani kami untuk semua tanaman. Untuk
perlakuan larutan

Trichoderma spp. digunakan sebagai jamur atau cendawan

antagonis yang mampu menghambat perkembangan patogen melalui proses


mikroparasitisme, antibiosis, dan kompetisi (Mukerji dan Garg, 1988 dalam Rifai, et.
al., 1996). Dalam pengaplikasian di lapang kami di beri 0,02 liter larutan
Trichoderma spp. Lalu kita tambahkan air sebanyak 1 liter dan untuk perlakuan
penyemprotannya adalah 5 kali penyemprotan setelah (setiap 1

minggu 1 kali

penyemprotan) dengan setiap minggunya 200 ml yang harus di semprotkan ke media


tanam tanaman di lahan usaha tani kami untuk semua tanaman.

26

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan jika usaha tani Pakchoy
putih yang diusahakan dengan teknik vertikultur dengan media bamboo dan botol air
mineral memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. hal ini terlihat dari hasil
analisis Break Even Point (BEP) dan analisis R/C ratio. BEP pada usaha tani pakchoy
putih adalah sebesar Rp. Rp 189.543. nilai BEP sebesar tersebut didapat dari data
total penjualan sebesar Rp. 210.000 dan biaya variabel sebesar Rp. 144.38 serta
biaya tetap sebesar Rp. 59.283. dengan nilai BEP yang lebih kecil dibanding dengan
total penerimaan, maka usaha tani akan memperoleh keuntungan dan layak untuk
dikembangkan. selain nilai BEP yang menunjukkan jika usaha tani ini layak
27

dikembangkan, analisis R/C ratio juga menunjukkan hal yang sama. R/C ratio
menunjukkan angka 1.03, dengan R/C ratio yang lebih besar dari nol maka usaha tani
pakchoy putih ini sangat layak untuk dikembangkan dan dilanjutkan.
Layaknya usaha tani Pakchoy putih untuk dikembangkan tidak terlepas dari
teknik pemasaran yang dilakukan. Pemasaran pakchoy putih ini menekankan kualitas
produk yang baik dan organic serta pengemasan dengan wrapping sehingga added
value dari pakchoy putih ini tinggi dan cara promosi yang tepat, sehingga semua
produk yang dipasarkan dapat terjual seluruhnya yang mengakibatkan total
penerimaan menjadi tinggi.
Usaha tani ini juga mengalami masalah berupa serangan hama seperti kutu
daun, belalang dan ulat daun. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan dengan cara
menyemprotkan agrens hayati berupa BB (Beauveria bassiana) dan larutan
Trichoderma spp.

5.2 Saran
Saran untuk praktikan, sebaiknya lebih di seriuskan dalam hal penyiraman dan
pemantauan rutin, jika mendapat jadwal piket menyiram, harapannya adalah tidak
hanya menyiram tanaman pakchoynya saja, tapi juga menge-check apakah ada gulma
atau tidak, kalau ada maka disiangi. Begitu juga dengan hama, apabila terlihat aphid
ataupun ulat, maka langsung di basmi.
Untuk asisten dan dosen, harapan kedepannya adalah bisa menyediakan lahan
yang dekat dengan kampus dan layak, juga menyediakan air untuk penyiraman serta
menyediakan berbagai peralatan untuk mengolah lahan. Kami juga berharap untuk
praktikum yang akan datang, agar satu asisten dan asisten yang lain memiliki
keputusan yang sama, sehingga tidak membingungkan praktikan ketika melaksanakan
praktik lapang.

28

DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo, 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha Ilmu:
Yogyakarta.
Ashari, S., 1995. Hortikultura. Aspek Budaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Hernanto, Fadholi. 1988. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya: Jakarta.
Joko, Sartono. 2011.Pengendalian Ulat Daun Sawi ( Crocidolomia binotalis Zell.)
dengan Insektisida Organik. Jurnal Inovasi Pertanian Vol.10 : No.1: hal 6780.
Lakitan, B,. 1995. Hortikultura. Teori, Budaya, dan Pasca Panen. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Maulidah, Silvana. 2011. Pengantar Usaha Tani : Kelayakan Usaha Tani. Modul 13
Praktikum Usaha Tani. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

29

Pono,

Muhammad.

2011.

Pemasaran

dalam

Agribisnis.

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/201/BAB
%20II.pdf?sequence=6. [online]. Diakses pada 23 November 2014.
Rifai, M., Mujim, S., dan Aeny, T.N., 1996. Pengaruh Lama Investasi Trichoderma
viride Terhadap Intensitas Serangan Pythium sp. Pada Kedelai. Jurnal
Penelitian Pertama VII :8:20-25.
Sanjaya,

Alit

Adi

2011.

Vertikultur.

http://alitadisanjaya.blogspot.com.Diakses pada tanggal 22


November 2014.
Soekartawi, 1995. Dasar Penyusunan Proyek. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.
T,

Syamsudin.

2005.

Pemasaran

Usaha.

[online]

http://repository.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/925/bab2a.pdf?
sequence=2. Diakses pada 23 November 2014.
Tarigan, Bobby. 2010. Analisis Hubungan. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/136302T%2028239-Analisis%20hubungan-Literatur.pdf. [online]. Diakses pada 23
November 2014.

30

LAMPIRAN

Gambar 1 Mengukur plot

Gambar 3 pembuatan kerangka


desain

31

Gambar 2 Melubangi tanah untuk


ditanami tiang

Gambar 4 Pelubangan botol untuk


tempat tanam

Gambar 5 Pemasangan Rak Bagian


Gambar 6 Setelah Rak Selesai
Tengah
Dipasang

Figure 8 penanaman bibit ke media


Gambar 7 bibit siap ditanam

Figure 7 bibit siap ditanam

32

Gambar 9 Pakcoy yang terserang


hama

Gambar 10 Pakcoy sehat dan siap


dipanen

Gambar 11 Pakcoy yang telah


dipanen

Gambar 12 pakcoy setelah di wrapping dan


siap dijual

33

Anda mungkin juga menyukai