(Kelompok 6)
Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
2017
I. LATAR BELAKANG
Buah buahan dan sayuran termasuk dalam perishable food, yaitu komoditi yang
mudah rusak karena berbagai faktor. Kerusakan ini salah satunya dapat dihambat dengan
penyimpanan di suhu yang rendah. Respirasi pada buah dan sayuran masih berlangsung
meskipun sudah dipanen, sampai buah dan sayuran tersebut menjadi busuk. Proses
respirasi berlangsung pada suhu optimum, yaitu suhu dimana proses metabolisme
termasuk respirasi dapat berlangsung dengan sempurna. Pada suhu di atas atau di bawah
suhu optimum maka metabolisme akan berlangsung kurang sempurna atau bahkan
berhenti sama sekali pada suhu yang terlalu ekstrim. Penyimpanan pada suhu rendah
dapat memperpanjang masa hidup jaringan-jaringan dalam bahan pangan karena
aktivitas respirasi menurun dan menghambat aktivitas mikroorganisme. Penyimpanan
dingin tidak membunuh mikroba, tetapi hanya menghambat aktivitasnya, oleh karena itu
setiap bahan pangan yang akan didinginkan harus dibersihkan lebih dahulu.
Ekspose komoditi pada suhu yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan
fisiologis yang salah satunya dapat berupa chilling injury. Chilling injury umum pada
produk tropis yang disimpan di atas suhu beku dan di antara 5-15 oC tergantung
sensitivitas komoditi. Chilling injury ini merupakan kerusakan utama pada buah dan
sayur saat disimpan pada suhu rendah.
Chilling injury pada buah dan sayur dapat dicegah dengan penambahan CaCl2.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Scott (1984) diketahui bahwa Kalsium
klorida (CaCl2) dapat memperpanjang umur simpan buah. Shear dan Faust (1975)
menyatakan buah dengan kandungan kalsium tinggi akan mempunyai laju respirasi
yang lebih lambat dan umur simpan yang lebih lama daripada buah dengan
kandungan kalsium yang rendah.
Mutu buah pisang yang baik ditentukan oleh tingkat ketuaan buah dan
penampakannya. Buah yang dipanen pada umur muda bermutu jelek, tapi ketahanan
simpannya relatif lama. Sebaliknya, buah yang bermutu baik memiliki ketahanan
simpan yang relatif singkat (Suhardiman, 1997).
Pisang yang dibiarkan masak di pohon akan memiliki cita rasa (flavor) yang
lebih baik dibandingkan buah pisang yang matang karena diperam. Pisang biasanya
dipanen sewaktu masih hijau, tetapi sudah cukup tua secara fisiologis. Kematangan
pisang berkaitan dengan perubahan warna kulit, yaitu dari hijau, kuning, sampai
timbulnya bercak-bercak cokelat. Pisang sudah mencapai kematangan optimum ketika
seluruh kulitnya berwarna kuning. Proses sudah selesai dan memasuki pembusukan
ketika bercak cokelat muncul. Terakhir, bila bintik cokelat sudah merata, berarti
pisang mulai membusuk.
B. Chilling Injury
Chilling injury adalah kerusakan membran sel atau kematian sel dalam
jaringan tanaman yang peka terhadap suhu dingin sebagai akibat terakumulasinya
metabolit toksis seperti asetal dehid, etanol, oksaloasetat dan lain-lain. Suhu pemicu
chilling injury buah-buahan tropis antara 5-15oC (Kader,1992).
Produk buah kupas siap saji pada umumnya mudah rusak sehingga mempunyai
umur simpan relatif pendek. Upaya memperpanjang umur simpan produk buah kupas
siap saji dapat dilakukan dengan beberapa cara agar mempunyai nilai keunggulan dan
manfaat. Perlakuan dimaksud pada prinsipnya ditujukkan untuk mengendalikan
proses fisiologis seperti laju respirasi, produksi etilen dan menghambat aktivitas
mikroorganisme (Daryanti, dkk, 2004). Permasalahan yang dihadapi buah kupas siap
saji adalah cepat lunak, tekstur lembek dan penyimpanan dingin dapat menyebabkan
cacat suhu dingin atau chilling injury.
Ion Ca dapat berikatan dengan pektin membentuk kalsium pektat pada dinding
sel dan lamela tengah, sehingga membran sel menjadi stabil (Guzman et al., 2000).
Garam kalsium khususnya CaCl2 sering digunakan untuk memperbaiki tekstur buah.
Perendaman buah pada kondisi kamar tidak menghasilkan perbedaan yang nyata
antara buah yang diberi perlakuan dan yang tanpa perlakuan. Hal ini disebabkan
karena penetrasi Ca tidak dapat masuk ke dalam daging buah tetapi hanya menutupi
permukaan buah saja.
Tidak semua jenis buah mempunyai respon yang positif terhadap perlakuan
CaCl2. Buah yang tidak tahan terhadap perlakuan CaCl 2 akan mengalami Ca-injuri.
Tanda-tanda buah yang mengalami Ca-injuri adalah warna kulit buah menjadi cokelat
kehitaman dan proses kematangnnya menjadi tidak sempurna. Sebagian buah menjadi
matang dengan tekstur lunak dan sebagian lagi tidak menjadi matang dan tektur
buahnya keras.
Sampel yang digunakan dalam percobaan adalah dua buah pisang yang
berwarna kuning agak hijau dengan berat masing-masing 8,5 dan 10 gram. Bahan lain
yang digunakan adalah CaCl2 dan air. Mula-mula percobaan dilakukan dengan cara
melarutkan 5 gram CaCl2 ke dalam 500 ml air untuk memperoleh konsentrasi CaCl 2
sebesar 1%. Setelah CaCl2 larut di dalam air, satu buah pisang direndam ke dalam
larutan tersebut selama 1 jam. Kemudian angkat buah, tiriskan, dan simpan pada
lemari pendingin. Buah pisang lainnya tidak dilakukan perendaman dengan CaCl 2
namun langsung disimpan dalam lemari pendingin. Selanjutnya dilakukan
pengamatan setiap 24 jam dan dilihat perbedaan fisiologis antara buah pisang yang
mengalami perlakuan pendahuluan dengan perendaman menggunakan CaCl2 dan
tanpa perendaman menggunakan CaCl2.
Keterangan :
Kiri buah pisang tanpa perendaman CaCl2
Dari percobaan tersebut, dapat dilihat bahwa buah pisang yang disimpan pada
suhu rendah akan mengalami kerusakan karena tidak dapat melakukan proses
metabolisme secara normal. Kerusakan ini disebut chilling injury. Kerusakan dingin
pada buah pisang ditandai dengan seperti adanya lekukan, cacat, bercak-bercak
kecoklatan pada permukaan buah. Selain itu terjadi penyimpangan warna di bagian
dalam atau gagal matang setelah dikeluarkan dari ruang pendingin.
Setelah dilakukan pengamatan selama 5 hari, buah pisang yang tidak mendapat
perlakuan perendaman sebelum penyimpanan menghasilkan bercak kecoklatan pada
permukaan yang lebih banyak dibandingkan buah pisang yang direndam dengan
CaCl2. Hal ini dikarenakan kalsium dapat menghambat proses pematangan buah
sehingga memperpanjang masa simpan suatu buah. Ramadani et al (2013)
menyebutkan bahwa mekanisme kerja Ca dalam menghambat proses pematangan
berkaitan dengan penyusunan komponen dinding sel dan enzim yang berperan dalam
proses pematangan buah. Ion kalsium dapat menyebabkan pengikatan kalsium dengan
asam pektat membentuk Ca-pektat pada dinding sel sehingga mengurangi laju
respirasi dan transpirasi.
Bagus, Ida, dkk., 2009. Pengaruh CaCl dan Edible Film Terhadap Penghambatan Chilling
Injury Buah Nangka Kupas. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol XX No. 1.
Yogyakarta.
Daryanti S Raharjo dan Suparmo. 2004. Upaya Menghambat Pelunakan Tekstur Buah
Nangka Siap Santap dengan Perlakuan Pemanasan Ringan dan CaCl 2. Agrosains, Vol
17 (3). p 369-377.
Guzman IL, Cantwell M and Barrett MD. 1999. Fresh-cut cantaloupes : effect of CaCl2 Dips
and Heat Treatments on Firmness and Metabolic Activity. Postharvest Biology and
Technology. Vol 17. 1999. p: 201-213.
Kader, A. A. 1922. Modified Atmosphere and Low-Pressure Syrnterms during Transport and
Storage. University f California, USA.
Perez-Gago MB, Serra M, Alonso M, Mateos M, and Del Rio MA. 2003. Effect of Solid
Content and Lipid Content of Whey Protein Isolate-Beeswax Edible Coatings on Color
Change of Fresh-cut Apples. J FoodSci Vol. 69 (7), p: 2186-2191.
Ramadani, M., Linda, R dan Mukarlina. 2013. Penggunaan Larutan Kalsium Klorida
(CaCl2) dalam Menunda Pematangan. Jurnal Protobiont. Volume 2 (3). 161-166.
Rubatzky, E.V., dan M. Yamaguchi. 1995. SayuranDunia 1: Prinsip, Produksi, dan Gizi. ITB
Bandung.
Sabari. 1988. Laporan Proyek ACIAR. Sub Balai Penelitian Horikultura Pasar Minggu.
Satuhu, S dan A. Supriyadi. 2004. Pisang, Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar.
Penebar Swadaya, cetakan ke-4. Jakarta.
Scott, K. J. 1984. Methods of Delaying the Ripening of Fruits. ASEAN Holticultural Produce
Handling Workshop Report. Bureau. Kuala Lumpur. p. 43-47.
Shear, C.B. dan Faust. 1975. Preharvest Nutrition and Post Harvest Physiology of Apples.
AVI Publ. Co., Inc. Westport, Connecticut, USA. p. 35-42.
Syarief, R. dan A. Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Mediyatama
Sarana Perkasa. Jakarta.