Anda di halaman 1dari 6

4

TINJAUAN PUSTAKA

Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Klasifikasi dan Manfaat Jahe

Tanaman jahe termasuk ke dalam famili Zingiberaceae. Tanaman ini


memiliki rimpang (rhizoma), bertulang daun menyirip atau sejajar, serta pelepah
daun yang saling membalut secara vertikal membentuk batang semu
(Tjitrosoepomo, 1994). Jahe dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan ukuran,
bentuk, dan warna rimpangnya yaitu jahe putih/kuning besar (jahe gajah atau jahe
badak), jahe putih kecil (jahe sunti), dan jahe merah (Paimin dan Murhananto,
1999). Balittro telah melepas varietas unggul jahe putih besar (Cimanggu-1)
dengan potensi produksi 17 37 ton/ha (Rostiana et al., 2009).
Rimpang jahe mengandung 1-3% minyak atsiri yang terdiri atas fulandren,
d-kamfen, zingiberen, dan zingiberon (Tjitrosoepomo, 1994). Kandungan lain
yang terkandung di dalam rimpang jahe adalah zingiberol berupa minyak atsiri
serta senyawa oleoresin (dengan komponen zingerol, zingerone, shogoal, resin,
asiri), dan pati. Jahe segar dan kering banyak digunakan sebagai pemberi aroma.
Jahe muda digunakan sebagai lalab, jahe asin, sirup, atau jahe kristal. Sebagai
obat tradisional, jahe sering digunakan untuk mengatasi influenza, batuk, luka
lecet dan luka tikam, dan gigitan ular, selain itu, jahe dapat digunakan sebagai
obat penambah nafsu makan, memperkuat lambung, dan memperbaiki pencernaan
(Paimin dan Murhananto, 1999). Jahe yang mengandung gingerol dapat
dimanfaatkan sebagai obat antiinflamasi, obat nyeri sendi dan otot karena
reumatik, tonikum, serta obat batuk (Syukur, 2002).

Budidaya dan Perbanyakan Jahe

Selain varietas unggul, untuk mencapai hasil jahe yang optimal diperlukan
penyiapan lahan, pengaturan jarak tanam, pemupukan, dan pemeliharaan tanaman
yang memadai. Tanah yang digunakan adalah tanah yang gembur. Benih jahe
berupa rimpang ditanam sedalam 5 7 cm dengan tunas menghadap ke atas serta
jarak tanam 80 cm x 40 cm untuk jahe putih besar, 60 cm x 40 cm untuk jahe
putih kecil dan jahe merah. Pemupukan berupa pupuk kandang 20 ton/ha

4
5

diberikan 2 4 minggu setelah tanam dan pupuk buatan Urea 400 600 kg/ha,
SP-36 300 400 kg/ha, dan KCl 300 400 kg/ha. Pemeliharaan yang dilakukan
berupa penyiangan gulma, penyulaman, pembumbunan, dan pengendalian OPT
(organisme pengganggu tanaman) (Rostiana et al., 2009). Sistem penanaman yang
umum digunakan adalah monokultur atau tumpangsari dengan jagung, kacang
tanah, bawang merah, cabai rawit, ketela pohon, mentimun, dan lain lain
tergantung iklim, selera, dan harga pasar (Paimin dan Murhananto, 1999).
Beberapa hama penting yang sering menyerang tanaman jahe adalah kepik
(Epilahra sp.) yang menyerang daun, ulat penggerek akar (Dichorcrotis
puntiferalis), lalat rimpang (Eumerus figurans Walker dan Mimegrala
baktcoeruleifrons), dan lalat gudang yang bersifat saprofagus (Lamprolonchase
sp. dan Chaetonerius sp.). Selain hama, penyakit yang sering menyerang jahe
adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium sp.
zingiberi atau Rhizoctonia sp. (Paimin dan Murhananto, 1999). Penyakit utama
yang sering menyerang jahe adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh
bakteri Pseudomonas solanacearum (Syukur, 2002).
Rimpang yang digunakan sebagai benih berasal dari tanaman yang telah
berumur 9 12 bulan. Kebutuhan benih jahe putih kecil adalah 1 1,5 ton/ha,
jahe putih besar adalah 2 3 ton/ha untuk panen tua dengan populasi 40 000
tanaman/ha atau 4 6 ton/ha untuk panen muda dengan populasi 80 000
tanaman/ha (Paimin dan Murhananto, 1999). Persyaratan kebun benih jahe yang
baik memiliki kemurnian varietas 98% dan tidak terserang OPT terbawa benih
(Tabel 1). Benih jahe yang berkualitas memiliki kadar air 70%, kemurnian
benih 98%, dan daya berkecambah 80%. Benih yang digunakan berkisar
antara 40 60 gram untuk jahe putih besar dan 15 30 gram untuk jahe putih
kecil dan jahe merah serta memiliki dua mata tunas atau lebih (Tabel 2).
Tabel 1. Persyaratan mutu kebun benih (rimpang) untuk kelas Benih Pokok
(BP) dan Benih Sebar (BR)
No Jenis spesifikasi Persyaratan
1 Kemurnian varietas (%) 98
2 Serangan hama dan penyakit (OPT) yang tidak 10
terbawa rimpang (non seed borne) (%)
3 Serangan OPT yang terbawa rimpang (seed 0
borne) (%)
Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2006
6

Tabel 2. Persyaratan mutu benih (rimpang) kelas Benih Pokok (BP) dan Benih
Sebar (BR) yang siap tanam
No Jenis spesifikasi Satuan Persyaratan
BP BR
1 Berat rimpang
- Jahe putih besar g 40 60 40 60
- Jahe putih kecil g 15 30 15 30
- Jahe merah g 15 30 15 30

2 Kadar air % 70 70
3 Benih murni % 98 97
4 Jumlah mata tunas buah 2 2
5 Daya berkecambah % > 80 80
6 Kotoran benih % <2 3
Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2006

Bunga Jahe

Bunga jahe terangkai dalam spika yang muncul secara langsung dari
rhizome. Spika terdiri atas braktea yang saling tersusun, braktea tersebut
menghasilkan bunga tunggal yang muncul melalui sebuah axil. Setiap bunga
memiliki petal berbentuk tabung kecil yang melebar ke atas menjadi tiga cuping.
Pembungaan tidak sering terjadi, pembungaan mungkin terjadi karena faktor iklim
dan panjang hari (Ravindran et al., 2005). Pucuk bunga berkembang selama 20
sampai 25 hari dari inisiasi pucuk hingga mekar penuh dan membutuhkan waktu
23 hingga 28 hari agar bunga mekar sempurna dalam sebuah spika (Jayachandran
et al. dalam Ravindran et al., 2005). Selanjutnya Melati (2010) menambahkan
bahwa masa berbunga jahe berkisar antara 4 7 BST dan dipengaruhi oleh
ketinggian tempat, suhu, dan kelembaban lingkungan, sedangkan waktu yang
dibutuhkan mulai dari inisiasi bunga sampai bunga berkisar antara 70 80 hari.
Oktaviani (2009) menyatakan bahwa pada Zingiberaceae genus Alpinia (A.
purpurata Kusuma dan A. purpurara Bethari) terkadang tumbuh dua bunga
pada satu braktea, namun keduanya tidak mekar bersamaan.

Paclobutrazol

Paclobutrazol adalah zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikategorikan


sebagai penghambat pertumbuhan dan umumnya digunakan pada tanaman hias.
7

Senyawa ini memiliki nama kimia (2RS,3RD)-1-[(4-chlorphenyl)methyl]-a-(1,1-


dimethyl-ethyl)-1H-1,2,4-triazole-1-ethanol dengan rumus emphiris C15H20CIN3O
(Cochran et al., 1993). Paclobutrazol menghambat pertumbuhan tanaman dengan
cara mencegah sintetis giberelin (Wattimena, 1988). Terhambatnya sintesis
giberelin menyebabkan pertumbuhan vegetatif melambat sehingga terjadi
penumpukan hasil fotosintesis yang berakibat terjadinya induksi pembungaan
(Kulkarni et al., 2006).
Kulkarni et al. (2006) menyatakan metode aplikasi paclobutrazol yang
terbaik adalah dengan mencampur sejumlah paclobutrazol sesuai kebutuhan
dengan 1 liter air kemudian menyiramkannya langsung ke media di sekitar batang
tanaman. Santiasrini (2009) melaporkan aplikasi paclobutrazol dengan konsentrasi
100, 200, 300, dan 400 ppm melalui daun maupun media tanam tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap waktu muncul bunga gloksinia (Sinningia speciosa
Pink). Akan tetapi, aplikasi melalui daun berpengaruh pada diameter bunga dan
jumlah bunga.
Beberapa penelitian lain mengenai penggunaan paclobutrazol dapat
menunjukkan hasil yang berbeda berdasarkan waktu aplikasi, maupun
konsentrasi. Penelitian Thohirah et al. (2005) menunjukkan hasil bahwa aplikasi
paclobutrazol pada umur 4 MST melalui media dengan konsentrasi 20 mg/l dapat
mengontrol pertumbuhan dan meningkatkan nilai komersial jahe hias Curcuma
roscoeana dengan cara menghambat tinggi tanaman dan panjang tangkai spika,
meningkatkan kepekatan warna daun, dan mempercepat kemunculan spika.
Aplikasi paclobutrazol dengan konsentrasi 40 mg/l melalui perendaman rimpang
sebelum ditanam selama 30 menit dan pengeringan selama 20 menit dapat
menghasilkan tanaman jahe hias Curcuma alismatifolia yang komersial dengan
cara menghambat tinggi tanaman dan panjang tangkai spika, mempercepat
kemunculan spika, dan meningkatkan jumlah daun, klorofil, dan kadar
fotosintesis.
Aplikasi paclobutrazol pada saat fase istirahat (dorman) melalui media di
sekitar batang tanaman dengan dosis 2,25 gram/pohon dapat mempercepat
pembungaan tanaman durian (Durio zibethinus Murr.) klon Matahari menjadi 92
HSP (hari setelah aplikasi paclobutrazol) dibandingkan dengan tanpa pemberian
8

paclobutrazol yaitu selama 188 HSP (Lestari, 2005). Aplikasi paclobutrazol pada
satu minggu setelah transplanting melalui media di sekitar batang dengan
konsentrasi 16 mg/tanaman pada tanaman bunga matahari (Helianthus annuus L.)
kultivar Hallo menyebabkan tertundanya pembungaan hingga 3 hari yaitu 26
HST (hari setelah tanam) dibandingkan dengan tanaman kontrol yaitu 23 HST
(Rani, 2006).
Yasin (2009) melaporkan bahwa perlakuan paclobutrazol 90 ppm yang
diaplikasikan awal periode vegetatif (2 MST) pada tanaman cabai merah
(Capsicum annuum) yang ditanam di dalam polybag mengakibatkan tanaman
menghasilkan jumlah bunga dan jumlah buah paling sedikit serta bobot buah lebih
rendah dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi paclobutrazol. Damayanti
(2009) melaporkan bahwa Ptilotus latifolius yang ditanam pada suhu 25/10oC
dengan konsentrasi paclobutrazol 25 mg/l dan 50 mg/l, dosis 5 ml/tanaman yang
diaplikasikan pada 2 MST dapat mengendalikan tinggi tanaman tanpa
menghambat pembungaan. Sebaliknya, pada Gomphrena leontopiodes dengan
konsentrasi paclobutrazol 25-200 mg/l pada dosis yang sama tidak menginduksi
pembungaan.
Melati (2010) melaporkan bahwa penambahan paclobutrazol 100 ppm
pada jahe putih besar berumur 4 BST dapat meningkatkan jumlah spika/rumpun
sebanyak 122,2 % (menjadi 3,4 spika) dibandingkan kontrol, cenderung
mempercepat kemunculan spika, dan memperpanjang waktu pembungaan.

Media Tanam

Pemberian pupuk kandang 20 ton/ha menjadikan tanah seimbang secara


fisik, kimia maupun biologi. Secara fisik, pupuk kandang membentuk agregat
tanah yang mantap, yang berpengaruh terhadap porositas dan aerasi persediaan air
dalam tanah sehingga mempengaruhi perkembangan akar. Secara kimia, pupuk
kandang dapat menyerap bahan yang bersifat racun seperti alumunium (Al), besi
(Fe), dan mangan (Mn) serta dapat meningkatkan pH tanah. Secara biologi,
pemberian pupuk kandang akan memperkaya mikro organisme dalam tanah.
Namun, pemberian pupuk yang berlebihan tidak akan meningkatkan pertumbuhan
tanaman (Muslihat, 2003). Pupuk kandang sapi memiliki potensi untuk
meningkatkan kualitas tanah Ultisol karena mempunyai kandungan bahan organik
9

sebesar 40,43% dan kapasitas tukar kation (KTK) cukup tinggi sebesar 58,12
(Cmol (+)Kg-1, bereaksi netral, cukup terombak, dan mengandung unsur Fe, Mn,
Zn, dan Cu (Indrasari dan Syukur, 2006).
Pemberian pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha pada tanaman abaca (Musa
textilis Nee.) memberikan hasil yang tinggi pada tinggi tanaman, diameter batang,
dan jumlah daun dibandingkan dengan takaran pupuk kandang sebanyak 5, 10, 15,
dan 25 ton/ha (Muslihat, 2003). Pemberian pupuk kandang sapi hingga 30 ton/ha
pada tanaman jagung yang ditanam pada tanah Ultisol yang dikapur masih
meningkatkan kandungan bahan organik, Zn jaringan tanaman, berat segar
maupun berat kering akar (Indrasari dan Syukur, 2006). Penambahan pupuk
organik memberikan respon yang positif terhadap bobot rimpang jahe. Komposisi
media paling baik untuk pertumbuhan dan produksi jahe adalah top soil : pupuk
kandang : pasir dengan perbandingan 3:1:1 (Lesmana, 2008).
Benih mengkudu berumur 45 HSS (hari setelah semai) yang disemai pada
media tanah dan pupuk kandang ayam dengan perbandingan tanah dan pupuk
kandang sebesar 2:1 hanya mampu tumbuh sebanyak 15% dari 300 gram benih
(6 000 biji) yang disemai dengan sistem alur. Hal tersebut disebabkan oleh tanah
persemaian yang semakin lama menjadi padat sehingga menghambat
perkecambahan dan pertumbuhan benih (Lendri, 2003). Komposisi media tanam
tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 mendukung
pertumbuhan terbaik pada dua jenis legum yaitu Centrosema pubescens dan
Pueraria phaseloides. Komposisi tersebut merupakan komposisi terbaik terhadap
rasio tajuk akar dan produksi bahan kering hijauan (Maharyanti, 2006).

Anda mungkin juga menyukai