Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK FOSFAT TERHADAP

PERTUMBUHAN AZOLLA

Usulan Penelitian

Diajukan Oleh :

Wulandari 20180210157
Mochamad Rafli Zidane 20180210159
Efri Huzairi 20180210160
Refi Arfiah Sari 20180210173
Syifa Fauziyah 20180210175

Program Studi Agroteknologi

Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Usulan Penelitian

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK FOSFAT TERHADAP


PERTUMBUHAN AZOLLA

Yang diajukan oleh


Wulandari 20180210157
Mochamad Rafli Zidane 20180210159
Efri Huzairi 20180210160
Refi Arfiah Sari 20180210173
Syifa Fauziyah 20180210175

Program Studi Agroteknologi

telah disetujui/disahkan oleh:


Co-Asisten TFPB

Pradika Bunga Tgl :


NIM.

Asisten TFPB

Taufiq Hidayat, S.P., M.Sc Tgl :


NIK. 19880688201810133065
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Azolla adalah paku air yang mengandung nitrogen tinggi 0,2-0,3% dari BB
(berat basah) atau 4-5% dari BK (berat kering) dan dekomposisinya sangat cepat,
sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber hara nitrogen alternatif yang
cocok untuk padi sawah. Azolla dikenal mampu bersimbiosis dengan bakteri biru-
hijau Anabaena azollae dan mengikat nitrogen langsung dari udara
(Hardjowigeno dan Rayes, 2005). Potensi ini membuat Azolla digunakan sebagai
pupuk hijau baik di lahan sawah maupun lahan kering. Azolla merupakan pupuk
hijau dan sumber nitrogen alternatif ramah lingkungan yang cocok untuk
budidaya tanaman. Azolla dapat melepaskan nitrogen bagi tanaman pada saat
terdekomposisi di dalam tanah. Dekomposisi Azolla sangat cepat (3-6) minggu
dengan melepas 56-80% nitrogen ke dalam tanah. Sepuluh ton azolla segar setara
dengan 50 kg Urea (Kuncarawati dkk., 2004)

Pertanaman padi sawah merupakan sistem pertanian yang dominan di


Indonesia, oleh karena itu penerapan teknologi pupuk organik Azolla sangat
membantu petani dalam meningkatkan produksi, dan mengurangi biaya produksi
serta menjaga kondisi struktur tanah. Pembenaman azolla berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman karena proses dekomposisi dan pelepasan hara azolla
berjalan secara perlahan-lahan sehingga dapat meningkatkan ketersediaan hara
tanah dalam jangka waktu lama. Kompos azolla tidak tercemar logam berat yang
merugikan tanaman dan dapat meningkatkan kandungan bahan organik dalam
tanah, sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik (Djojosuwito,
2000)

Pemanfaatan azolla sebagai pupuk hijau masih belum banyak dilakukan oleh
petani. Petani memiliki beberapa kendala di dalam memanfaatkan azolla sebagai
pupuk hijau. Kendala petani di dalam memanfaatkan azolla sebagai berikut:
jumlah azolla yang digunakan sebagai pupuk hijau sangat banyak antara 5–20 ton
ha-1, 2) lahan yang dimiliki petani rata - rata sempit (dibawah 1 ha) sehingga
untuk memenuhi jumlah azolla yang digunakan harus mengambil dari tempat lain,
3) unsur hara P sangat diperlukan azolla untuk meningkatkan pertumbuhannya
sedangkan rerata P tersedia didalam tanah rendah. Upaya penanaman azolla di
sela – sela tanaman padi diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pupuk hijau
azolla bagi tanaman padi, dan penambahan unsur hara P dari fosfat alam pada
tanah diharapkan mampu meningkatkan biomasa azolla dalam mengikat unsur
nitrogen.

Kondisi lingkungan yang sesuai dapat mempengaruhi pertumbuhan serta


kelangsungan hidup Azolla pinnata. Faktor-faktor yang menjadi syarat bagi
kelangsungan hidup Azolla pada umumnya adalah kualitas air (pH, suhu, dan
intensitas cahaya) dan ketersediaan unsur hara (N dan P). Konsentrasi fosfat pada
unsur hara yang kurang dari 0,6 ppm dapat menghambat laju pertumbuhan, fiksasi
nitrogen, dan kandungan klorofil pada Azolla pinnata (Watanabe 1979 in
Lumpkin & Plucknett 1982). Kandungan fosfor yang optimum dapat
meningkatkan pertumbuhan Azolla pinnata. Taro & Makai (1997) menjelaskan
bahwa jumlah minimum fosfor yang dibutuhkan adalah sekitar 1,1 mg P/liter.
Ferentinos et al. (2002) juga menginformasikan bahwa pada kondisi fosfor yang
melimpah yaitu sekitar 20 ppm dapat mempercepat pertumbuhan Azolla.

B. Perumusan masalah

Bagaimana pengaruh pemberian pupuk fosfat terhadap pertumbuhan Azolla sp?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai


dosis pupuk fosfat terhadap pertumbuhan azolla sp.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Azolla sp

Azolla merupakan salah satu jenis tanaman ganggang yang dapat digunakan
sebagai pupuk organik khususnya untuk kegiatan budidaya tanaman padi. Berikut
ini adalah penggolongan azolla, Kingdom: Plantae, Divisi : Pteridophyta, Kelas :
Pteridopsida, Ordo : Salvinales, Famili : Salviniaceae, Genus : Azolla, Spesies :
Azolla. Sp. Struktur tumbuhan ini terdiri dari rimpang utama, bercabang menjadi
rimpang sekunder, yang semuanya memiliki daun kecil bergantian secara
bergantian. Akar tumbuhan ini tidak bercabang dan bersifat adventif,
menggantung ke dalam air dari nodus (ruas batang) pada permukaan ventral
(permukaan bawah) dari rimpang. Setiap daun terdiri dari dua lobus (bagian):
lobus dorsal udara, yang merupakan klorofillous (daun berklorofil), dan lobus
ventral terendam sebagian, yang tidak berwarna dan berbentuk cangkir dan
menyediakan daya apung (Wagner, 1997).

Azolla berkembang biak baik secara vegetatif dengan fragmentasi dan secara
generatif dengan membentuk spora. Reproduksi dengan membentuk spora
merupakan mekanisme untuk mempertahankan hidup karena kondisi lingkungan
yang kurang menguntungkan. Tanaman azolla bersifat heterospora, artinya dalam
satu tanaman dihasilkan 2 macam spora sekaligus yaitu megaspora sebagai organ
betina dan mikrospora sebagai organ jantan (Khan, 1994)

Azolla dikenal mampu bersimbiosis dengan bakteri biru-hijau Anabaena


azollae dan mengikat nitrogen langsung dari udara (Hardjowigeno dan Rayes,
2005). Potensi ini membuat Azolla digunakan sebagai pupuk hijau baik di lahan
sawah maupun lahan kering. Azolla merupakan pupuk hijau dan sumber nitrogen
alternatif ramah lingkungan yang cocok untuk budidaya tanaman. Azolla dapat
melepaskan nitrogen bagi tanaman pada saat terdekomposisi di dalam tanah.
Dekomposisi Azolla sangat cepat (3-6) minggu dengan melepas 56-80% nitrogen
ke dalam tanah. Sepuluh ton azolla segar setara dengan 50 kg Urea (Kuncarawati
dkk., 2004)
B. Peningkatan N pada Azolla

Keistimewaan dari Azolla pinnata adalah kemampuan tumbuhan ini dalam


menghasilkan kandungan nitrogen serta pertumbuhan yang cepat pada kondisi
perairan yang optimum. Khan (1988) menjelaskan bahwa pada umumnya Azolla
memiliki kemampuan menambat nitrogen dengan bantuan mikrosimbion
Anabaena azollae. Kemampuan kedua simbiotan tersebut dalam melakukan
fiksasi atau menyerap nitrogen, baik yang berasal dari atmosfer maupun yang
berasal dari dalam air, dapat meningkat saat kondisi perairan yang optimum
terpenuhi.

Spesies Azolla pinnata bersimbiosis dengan Anabaena azollae dan mampu


menghasilkan kandungan nitrogen berdasarkan proses fiksasi. Arifin (2003)
menjelaskan bahwa sumber nitrogen dalam Azolla pinnata diperoleh melalui
proses fiksasi nitrogen dari udara dengan bantuan perantara simbiosis dari
Anabaena azollae. Proses fiksasi nitrogen di udara yang terjadi pada daun Azolla
pinnata selama kurun waktu 106 hari saat tebar dapat mencapai 120-140 kg N/ha
atau ratarata 1,1-1,3 kg N/hari. Hasil fiksasi nitrogen dari udara akan bervariasi
bila Azolla pinnata ditanam bersama dengan tanaman padi yaitu berkisar antara
0,4-2,9 kg N/ha/hari. Hasil fiksasi nitrogen ditransfer ke seluruh bagian tubuh
Azolla pinnata secara merata dengan laju pertumbuhan sekitar 35%/hari. Khan
(1988) menjelaskan bahwa Azolla pinnata yang dikultur dapat menghasilkan
fiksasi nitrogen sebesar 400-500 kg N/ha/tahun. Azolla pinnata tersebut dapat
menghasilkan 4-5% kandungan nitrogen dari berat kering tumbuhan ini dan
memiliki komposisi kandungan protein 22-37%.

Pertumbuhan Azolla pinnata dipengaruhi oleh ketersedian unsur hara berupa


fosfat. Azolla pinnata dapat mengakumulasi unsur P sampai 1,0-1,6%.
Penyerapan fosfor selama pertumbuhan dapat menghasilkan kandungan nitrogen
sebesar 3,04,0% dari bobot kering Azolla (Lumpkin & Plucknett 1980).
Konsentrasi fosfat pada unsur hara yang kurang dari 0,6 ppm dapat menghambat
laju pertumbuhan, fiksasi nitrogen, dan kandungan klorofil pada Azolla pinnata
(Watanabe 1979 in Lumpkin & Plucknett 1982).
Kandungan fosfor yang optimum dapat meningkatkan pertumbuhan Azolla
pinnata. Taro & Makai (1997) menjelaskan bahwa jumlah minimum fosfor yang
dibutuhkan adalah sekitar 1,1 mg P/liter. Ferentinos et al. (2002) juga
menginformasikan bahwa pada kondisi fosfor yang melimpah yaitu sekitar 20
ppm dapat mempercepat pertumbuhan Azolla. Mangaraj & Maurya (1997)
melakukan penelitian dengan menggunakan tiga dosis fosor (KH 2PO4) untuk
melihat pengaruh terhadap pertumbuhan dan fiksasi nitrogen. Dosis tersebut
masing-masing 0 mg P/kg, 7 mg P/kg, dan 14 mg P/kg. Kesimpulan yang
dihasilkan pada penelitian Mangaraj adalah peningkatan biomassa Azolla sebesar
7-61% pada dosis 7 mg P/kg, sedangkan pada dosis 14 mg P/kg hanya dapat
tumbuh sekitar 8-24%biomassa Azolla.

C. Kebutuhan unsur Fosfat

Fosfat ialah unsur hara yang diperlukan azolla untuk pertumbuhan. Unsur
P meningkatkan pertumbuhan azolla (Singh, 1977). Unsur P menjadi faktor
pembatas pertumbuhan azolla, yang sangat diperlukan pada waktu pertumbuhan
vegetatif azolla (Ali and Watanabe, 1987). Rata – rata pertumbuhan Azolla
meningkat ketika konsentrasi P berkisar 0-2 bppm, tetapi bobot segar akan stabil
pada konsentrasi P yang tinggi dan konsentrasi minimum P yang diperlukan untuk
pertumbuhan maksimal ialah 2 ppm (Arora and Saxena, 2005). Azolla
memerlukan P dalam fotosintesis untuk menghasilkan ATP. Terdapat hubungan
yang erat antara fotosintesis dengan fiksasi N2 . Fotosintesis hanya terjadi pada
azolla dan hasil fotosintesis disuplai ke Annabaena azollae. Fiksasi N2 hanya
terjadi di dalam sel Annabaena azollae, N2 diubah menjadi NH4+, kemudian
azolla mendapatkan NH4+ dari Annabaena azollae (Ladha and Watanabe, 1982).
Stress P menyebabkan azolla memiliki kandungan N total rendah (Lumpkin,
1987).

Menurut hamawi (2017) dosis optimum untuk meningkatkan bobot segar


azolla ialah 165,5 kg P dalam fosfat alam. Sehingga dosis P dalam fosfat alam
yang optimal dari dosis yang diuji coba untuk meningkatkan bobot segar azolla
ialah 75 kg P dalam fosfat alam yang lebih mendekati dosis optimum hasil
persamaan. Pertumbuhan azolla pada semua perlakuan waktu pembenaman azolla
mengalami pertumbuhan optimal pada 20–40 HST padi. Azolla yang disebarkan
ke lahan padi pada saat 7 HST padi, setelah 7 hari bobot segar bertambah dan
mulai dibenamkan ke lahan sesuai dengan perlakuan waktu pembenaman azolla.
Hasil regresi pertumbuhan azolla pada semua perlakuan waktu pembenaman
azolla menunjukkan bahwa pertumbuhan azolla optimal pada 20–40 HST padi.
pendapat (Watanabe et. al, 1980) yang menyatakan bahwa Azolla sp. merupakan
tumbuh-tumbuhan yang memerlukan unsur hara untuk kehidupannya seperti unsur
hara mikro dan makro untuk perkembangannya, akan tetapi jangan terlalu tinggi
dan jangan terlalu rendah. Konsentrasi ambang unsur-unsur hara P, K, Mg, Ca
masing-masing 0,03; 0,04; 0,04; dan 0,5 mmol/lt.

Kandungan fosfor yang optimum dapat meningkatkan pertumbuhan Azolla


pinnata. Taro & Makai (1997) menjelaskan bahwa jumlah minimum fosfor yang
dibutuhkan adalah sekitar 1,1 mg P/liter. Ferentinos et al. (2002) juga
menginformasikan bahwa pada kondisi fosfor yang melimpah yaitu sekitar 20
ppm dapat mempercepat pertumbuhan Azolla.

D. Hipotesis

Diduga perlakuan pemberian pupuk fosfat dengan dosis 20 ppm pada


tanaman azolla dapat menjadi perlakuan paling efektif untuk meningkatkan
pertumbuhan Azolla sp.
BAB III. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April 2020 hingga bulan Mei
2020 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
E. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman


Azolla sp. Bahan lain yang digunkankan adalah tanah, air dan sp-36. Alat yang
digunakan pada penelitian ini yaitu bak atau baskom, sendok, timbangan,
saringan, pH meter dan electricity conducticity (EC).
F. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental dengan rancangan


perlakuan faktor tunggal yang disusun menggunakan Rancangan Lingkungan
Acak Lengkap. Perlakuan yang diujikan yaitu pegaruh berbagai dosis pemberian
pupuk fosfat terhadap pertumbuhan azolla yang terdiri dari 4 perlakuan, yaitu :
P1 : Kontrol (Tidak diberikan pupuk fosfat)
P2 : Pemberian pupuk fosfat sebanyak 20 ppm
P3 : Pemberian pupuk fosfat sebanyak 40 ppm
P4 : Pemberian pupuk fosfat sebanyak 60 ppm
Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 3x4 = 12 unit percobaan. Setiap
unit percobaan terdapat 2 tanaman korban sehingga terdapat 2x4 = 8 unit.
Sehingga total unit percobaan adalah 20 unit.
G. Cara Penelitian

1. Penyiapan Bahan dan Alat Penelitian


Bahan dan alat yang akan digunakan terlebih dahulu dicari dan dipersiapkan.
2. Penyiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah air dalam baskom yang diberi sedikit
tanah karena azolla hidup dilingkungan berlumpur. Tanah dimasukan pada
masing-masing tempat media tanam.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan meletakan azola dalam media tanam.
4. Pemberian Air
Pada Masa Vegetatif 0-2 liter dan Masa Generatif 4-6 liter
5. Aplikasi Pupuk fosfat
Pupuk yang akan digunakan dihaluskan terlebih dahulu hingga menjadi
butiran-butiran halus. kemudian pupuk tersebut dicampurkan dengan substrat
tanah lumpur. Aplikasi pemberian pupuk dilakukan setiap 2 hari sekali setelah
tanam sebanyak 20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm pada masing-masing perlakuan.
E. Variabel Pengamatan
1. pH
Larutan pupuk fosfat dalam air pada setiap percobaan diukur tingkat
keasamannya dengan mencelupkan pH meter kedalam baskom percobaan yang
berisi tanaman azola dengan masing-masing dosis yang berbeda. Dilakukan
setiap satu minggu sekali.
2. Electrical conductivity (EC)
Larutan pupuk fosfat dalam air pada setiap percobaan diukur tingkat
kepekatannya dengan mencelupkan TDS kedalam baskom percobaan yang
berisi tanaman azola dengan masing-masing dosis yang berbeda. Dilakukan
setiap satu minggu sekali.
3. Bobot basah
Pengamatan bobot basah dilakukan pada tanaman korban yang berumur
2 minggu dan 4 minggu kemudian pada akhir penelitian dengan cara memisah
akar dan daun yang kemudian ditimbang.
4. Bobot Kering
Pengamatan bobot basah dilakukan pada tanaman korban yang berumur
2 minggu dan 4 minggu kemudian pada akhir penelitian dengan cara
memisahkan akar dan daun yang kemudian dilakukan pengovenan selama 48
jam pada suhu 80oC. Kemudian menimang daun dan akar dengan timbangan
analitik sampai bobot daun dan akar konstan dengan satuan gram.

F. Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf kesalahan 5
%. Jika terdapat beda nyata antar pengaruh perlakuan maka dilakukan uji DMRT
dengan taraf kesalahan 5 %. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan
sebagian dalam bentuk foto atau gambar.

H. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Persiapan Alat
dan Bahan
2. Penyiapan media
tanam
3. Penanaman
4. Penimbangan
tanaman korban
4. Aplikasi pupuk
fosfat
4 Pengamatan
DAFTAR PUSTAKA

Ali, S. and I. Watanabe. 1987. Respon of azolla to phosphorus, potassium, and


zinc in different paddy soil. In Azolla utilization. IRRI. Philippines. 279 pp.
Arifin Z. 2003. Azolla. Pembudidayaan dan Pemanfaatan pada Tanaman Padi.
Penebar Swadaya. Jakarta
Arora, A. And S. Saxena. 2005. Phosporus requirements of azolla
Djojosuwito, S. 200. Azolla. Pertanian Organik dan Multiguna. Kanisius.
Yogyakarta. P. 11-36.
Ferentinos L, Smith J, & Valenzuela H. 2002. Suistainable Agriculture Green
Manure Crops. College of Tropical Agriculture and Human Resources.
University of Hawai at Manoa. SA-GM-2.
Ferentinos L, Smith J, & Valenzuela H. 2002. Suistainable Agriculture Green
Manure Crops. College of Tropical Agriculture and Human Resources.
University of Hawai at Manoa. SA-GM-2.
Hamawi. 2017. PENGARUH DOSIS P DALAM FOSFAT ALAM PADA
PENINGKATAN BIOMASA AZOLLA MICROPHYLLA KAULFUSS.
Fakultas pertanian universitas brawijaya. Malang. In Rice Res.
Newsl. 2 (2) : 7.
Hardjowigeno, S. dan M. L. Rayes. 2005. Tanah Sawah Karakteristik, Kondisi
dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia Publishing.
Malang.
Khan MM. 1988. A Primer on Azolla Production & Utilization in Agriculture.
Institute of Biological Sciences of the University of the Phillippines.
Khan MM. 1994. Azolla Agronomy. Institute of Biological Sciences of the
University of the Philippines. Philippines.
Kuncarawati, I. L., H, Syarif, dan R, Misbah. 2004. Aplikasi Teknologi Pupuk
Organik Azolla Pada Budidaya Padi Sawah Di Desa Mdanesan Kecamatan
Selopuro Kabupaten Blitar. Naskah Publikasi. Lembaga 29
PengabdianPada Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Malang.
Malang.
Ladha, J.K. and I. Watanabe. 1987. Biochemichel basis of azolla – Anabaena
azollae symbiosis. In Azolla utilization. IRRI. Philippines. 47 – 58
p.
Lumpkin TA & Plucknett DL. 1980. Azolla: Botany, physiollogy and use as green
manure. Economic Botany. 34 (2): 111-153.
Lumpkin TA & Plucknett DL. 1980. Azolla: Botany, physiollogy and use as green
manure. Economic Botany. 34 (2): 111-153.
Lumpkin TA & Plucknett DL. 1982. Azolla as a Green Manure: Use and
Management in Crop Production.Westview Press. Colorado.
Lumpkin, T.A. 1987. Enviromental requirements for successfull Azolla growth.
Azolla utilization. IRRI. Philippines. 89 – 97 p. mycrophylla. Soil, Nutient
and Managament. India Agriculture Research Institue. 25-26 p.
Mangaraj BN & Maurya BR. 1997. Effect of Phosphorus and Zinc on Growth and
Nitrogen Fixation of Azolla caroliniana (Wild). Journal of the Indian
Society of Soil Science. Vol 45, No 3, pp 498-502.
Singh, P.P. 1997. The use of azolla pinnata as a green manure for rice.
Taro M & Makai. 1997. A Taro Production and Business Guide for Hawai`i
Growers. College of Tropical Agriculture and Human Resources,
University of Hawai`i at Manoa. 108 pages.
Taro M & Makai. 1997. A Taro Production and Business Guide for Hawai`i
Growers. College of Tropical Agriculture and Human Resources,
University of Hawai`i at Manoa. 108 pages
Wagner, G. M. 1997. Azolla: A review of its biology and utilization. The
Botanical Review 63.
Watanabe, I., Berja, N. S., Rosario D. C., 1980. Growth of Azolla In paddy field
as affected by phosphorus fertilizer. Soil Sci. Plant Nutr. 26 (2) : 301-
307
Lampiran

Lampiran 1. Perhitungan Pupuk


Dosis 1 ppm = 1.000 mg didalam 1.000.000 ml Aquades
= 1 mg/1000 ml
Dosis 20 ppm = 20.000 mg didalam 1.000.000 ml Aquades
= 20 mg/1000 ml
Dosis 40 ppm = 40.000 mg didalam 1.000.000 ml Aquades
= 40 mg/1000 ml
Dosis 60 ppm = 60.000 mg didalam 1.000.000 ml Aquades
= 60 mg/1000 ml

A. Masa vegetatif (0-2 liter air)


1. Tanpa pupuk
Perlakuan dengan pemberian 2 liter air tanpa pemberian pupuk fosfat
2. 20 ppm
= 20 mg/1000ml
= 40 mg/2000ml
3. 40 ppm
= 40 mg/1000ml
= 80 mg/2000ml
4. 60 ppm
= 60 mg/1000ml
= 120 mg/2000ml

B. Masa Generatif (4-6 liter)


1. Tanpa pupuk
Perlakuan dengan pemberian 4 liter air tanpa pemberian pupuk fosfat
2. 20 ppm
= 20 mg/1000ml
= 80 mg/4000ml
3. 40 ppm
= 40 mg/1000ml
= 160 mg/4000ml
4. 60 ppm
= 60 mg/1000ml
= 240 mg/4000ml

Anda mungkin juga menyukai