Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat 2010
KATA PENGANTAR
Perkembangan pajak di Indonesia semakin meningkat dari masa ke masa dan kini sudah sangat dirasakan bahwa pajak menjadi suatu kebutuhan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut dapat dilihat dari makin tingginya target penerimaan negara yang berasal dari pajak, dan untuk tahun 2010 target penerimaan pajak adalah sebesar Rp 661, 49 trilyun. Salah satu usaha Direktorat Jenderal Pajak memenuhi penerimaan negara tersebut adalah dengan melakukan Ekstensifikasi di seluruh Indonesia. Untuk mensukseskan program Ekstensifikasi tersebut di pandang perlu untuk memberikan pengetahuan tentang hak dan kewajiban pajak. Khususnya kepada orang pribadi agar dapat lebih mengetahui hak dan kewajiban perpajakannya dengan lebih baik. Buku ini disusun dalam rangka sosialisasi perpajakan, berisi tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak secara umum, khususnya Orang Pribadi, baik cara mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) maupun kewajiban yang muncul setelah mendapatkan NPWP. Sehubungan dengan usaha peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajak sebagai salah satu program yang ditekankan oleh Direktur Jenderal Pajak, Bapak Mochamad Tjiptardjo maka kita mencoba untuk menyusun buku ini, semoga buku kecil ini dapat bermanfaat dan membantu wajib pajak baru orang pribadi dalam pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya. Jakarta, Juni 2010 Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Humas
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................ iii Daftar Isi ........................................................ iv I . PENDAHULUAN ................................. 1 A. Jenis Pajak ......................................... 4 B. Wajib Pajak ........................................ 7 C. Manfaat Pajak .................................... 7 II. HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK 9 Kewajiban Wajib Pajak ........................... 11 A. Kewajiban Mendaftarkan Diri ........... 11 B. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/ Pemungutan, Dan Pelaporan Pajak ..... 15 C. Kewajiban Dalam Hal Diperiksa ....... 27 D. Kewajiban Memberi Data ................. 38 Hak Wajib Pajak ..................................... 29 A. Hak Atas Kelebihan Pembayaran Pajak 29 B. Hak Dalam Hal Wajib Pajak Dilakukan Pemeriksaan ....................................... 30 C. Hak Untuk Mengajukan Keberatan, Banding & Peninjauan Kembali ......... 32 D. Hak-Hak Wajib Pajak Lainnya .......... 40 III. INFORMASI LEBIH LANJUT ............ 45 IV. PELAYANAN DAN KELUHAN .......... 49 V. SINGKATAN SINGKATAN ................. 53 VI. LAMPIRAN ........................................... 57
iv
Pendahuluan
Pendahuluan
BAB
01
Pendahuluan
BAB 1
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan kewajiban kenegaran di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan/penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan. Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan kepada
3
masyarakat sesuai visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak. Penerbitan buku saku ini merupakan salah satu perwujudan dari fungsi di atas dengan maksud memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang hak dan kewajiban selaku Wajib Pajak. Sebelum sampai pada pembahasan tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak pada bab-bab berikutnya, sebagai cakrawala pengetahuan perpajakan perlu diketahui terlebih dahulu tentang jenis dan macam pajak yang berlaku di Indonesia. B. JENIS PAJAK Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak - Departemen Keuangan. Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Pajak-pajak Pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi : 1. Pajak Penghasilan (PPh) PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
4
Pendahuluan
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya. 2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. Orang Pribadi, perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN. Tarif PPN adalah tunggal yaitu sebesar 10%. Dalam hal ekspor, tarif PPN adalah 0%. Yang dimaksud Dengan Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya. 3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) Selain dikenakan PPN, atas barang-barang kena pajak tertentu yang tergolong mewah, juga dikenakan PPn BM. Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah adalah : a. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; atau
5
d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau 4. Bea Meterai Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan. 5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun demikian hampir seluruh realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota. 6. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Seperti halnya PBB, walaupun BPHTB dikelola oleh Pemerintah Pusat namun realisasi penerimaan BPHTB hampir seluruhnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan. Pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah (Propinsi ataupun Kabupaten/Kota) antara lain meliputi : 1. Pajak provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
6
Pendahuluan
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan e. Pajak Rokok. 2. Pajak kabupaten/kota terdiri atas: a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah; i. Pajak Sarang Burung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
C. WAJIB PAJAK Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. D. MANFAAT PAJAK Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga, perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos7
pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Disamping fungsi budgeter (fungsi penerimaan) di atas, pajak juga melaksanakan fungsi redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebih rendah. Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi redistribusi pendapatan. Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara maksimal.
BAB
02
10
BAB 2
HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
Dalam rangka untuk lebih memberikan keadilan di bidang perpajakan yaitu antara keseimbangan hak negara dan hak warga Negara pembayar pajak, maka Undang-Undang Perpajakan yaitu Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mengakomodir mengenai hak dan kewajiban Wajib Pajak. KEWAJIBAN WAJIB PAJAK ADALAH: A. KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI Sesuai dengan sistem self assessment maka Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); Disamping melalui KPP atau KP2KP, pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan melalui e-registration, yaitu suatu cara pendaftaran NPWP melalui internet (www.pajak.go.id).
11
Fungsi NPWP adalah : - sebagai sarana dalam administrasi perpajakan. - sebagai identitas Wajib Pajak. - menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan. - dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan. Dengan memiliki NPWP, Wajib Pajak memperoleh beberapa manfaat langsung lainnya, seperti : sebagai pembayaran pajak di muka (angsuran/kredit pajak) atas Fiskal Luar Negeri yang dibayar sewaktu Wajib Pajak bertolak ke Luar Negeri, memenuhi salah satu persyaratan ketika melakukan pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), dan salah satu syarat pembuatan Rekening Koran di bank-bank, dan memenuhi persyaratan untuk bisa mengikuti tendertender yang dilakukan oleh Pemerintah. 1. NPWP NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana yang merupakan tanda pengenal atau identitas bagi setiap Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan. Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada KPP, atau KP2KP dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan persyaratan administrasi yang
12
diperlukan, atau dapat pula mendaftarkan diri secara on-line melalui e-registration. Data Pendukung yang perlu disiapkan oleh Wajib Pajak untuk mengisi formulir permohonan antara lain sebagai berikut: a. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang diperlukan hanya berupa KTP yang masih berlaku atau paspor khusus bagi orang asing. b. Bagi Wajib Pajak Badan, dokumen yang diperlukan antara lain : 1. Akte Pendirian dan Perubahan atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap; 2. KTP yang masih berlaku atau paspor khusus bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif; dan 3. NPWP pimpinan/penanggung jawab Badan. c. Bagi Wajib Pajak Bendahara yang diperlukan antara lain : 1. Surat penunjukan sebagai Bendahara; 2. KTP bendahara. Kepada Wajib Pajak diberikan Surat
13
Keterangan Terdaftar (SKT) dan Kartu NPWP diberikan paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah diterimanya permohonan secara lengkap. Perlu diketahui masyarakat bahwa untuk pengurusan NPWP tersebut di atas TIDAK DIPUNGUT BIAYA APAPUN. 2. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Setelah memperoleh NPWP, Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenakan PPN wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada KPP, atau dapat pula dilakukan secara on-line melalui e-registration. Dalam rangka pengukuhan sebagai PKP tersebut maka akan dilakuan penelitian setempat mengenai keberadaan dan kegiatan usaha yang bersangkutan. Dengan dikukuhkannya Pengusaha sebagai PKP maka atas penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak, wajib diterbitkan Faktur Pajak. B. KEWAJIBAN PEMBAYARAN, PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN, DAN PELAPORAN PAJAK Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan sistem self assessment wajib melakukan sendiri penghitungan, pembayaran, dan
14
pelaporan pajak terutang. 1. Pembayaran Pajak Mekanisme Pembayaran Pajak : a. Membayar sendiri pajak yang terutang : 1) Pembayaran angsuran setiap bulan (PPh Pasal 25) Pembayaran PPh Pasal 25 yaitu pembayaran Pajak Penghasilan secara angsuran. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban Wajib Pajak dalam melunasi pajak yang terutang dalam satu tahun pajak. Wajib Pajak diwajibkan untuk mengangsur pajak yang akan terutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran pajak setiap bulan. 2) Pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir tahun; Pembayaran PPh Pasal 29 yaitu pelunasan Pajak Penghasilan yang dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak pada akhir tahun pajak apabila pajak terutang untuk suatu tahun pajak lebih besar dari jumlah total pajak yang dibayar sendiri dan pajak yang dipotong atau dipungut pihak lain sebagai kredit
15
pajak. b. Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal15, PPh Pasal 21, 22, dan 23, serta PPh Pasal 26). Pihak lain disini berupa : 1) Pemberi penghasilan; 2) Pemberi kerja; atau 3) Pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh Pemerintah. Penjelasan lebih lanjut mengenai pemotongan dan pemungutan pajak diuraikan lebih lanjut pada bagian Pemotongan/ Pemungutan (butir 2). c. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk pemerintah. d. Pembayaran Pajak-pajak lainnya. 1) Pembayaran PBB yaitu pelunasan berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Pembayaran PBB juga dapat dilakukan melalui ATM di Bank-bank tertentu. 2) Pembayaran BPHTB yaitu pelunasan pajak atas perolehan hak atas tanah dan
16
bangunan. 3) Pembayaran Bea Meterai yaitu pelunasan pajak atas dokumen yang dapat dilakukan dengan cara menggunakan benda meterai berupa meterai tempel atau kertas bermeterai atau dengan cara lain seperti menggunakan mesin teraan. Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban membayar pajaknya, akan dilakukan penagihan pajak. PENAGIHAN PAJAK dilakukan apabila Wajib Pajak tidak membayar pajak terutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam STP, SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding. Proses penagihan dimulai dengan Surat Teguran dan dilanjutkan dengan Surat Paksa. Dalam hal WP tetap tidak membayar tagihan pajaknya maka dapat dilakukan penyitaan dan pelelangan atas harta WP yang disita tersebut untuk melunasi pajak yang tidak/belum dibayar. Adapun jangka waktu proses penagihan sebagai berikut : - Surat Teguran diterbitkan apabila dalam
17
jangka 7 (tujuh) hari dari jatuh tempo pembayaran Wajib Pajak yang tidak membayar utang pajaknya. - Surat Paksa diterbitkan dalam jangka 21 (dua puluh satu) hari setelah Surat Teguran, apabila Wajib Pajak tetap belum membayar utang pajaknya. - Sita dilakukan dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa disampaikan, apabila Wajib Pajak tetap belum melunasi utang pajaknya. - Lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang. Sedangkan pengumuman lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah penyitaan. DJP dapat melakukan pencegahan dan penyanderaan terhadap Wajib Pajak/penanggung pajak yang tidak kooperatif dalam membayar hutang pajaknya. 2. Pemotongan / Pemungutan PPh dan PPN Selain pembayaran bulanan yang dilakukan sendiri, ada pembayaran bulanan yang dilakukan dengan mekanisme pemotongan/pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga. Adapun jenis
18
pemotongan/pemungutan adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22,PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 ayat 2, PPh pasal 15 dan PPN dan PPn BM. Adapun definisi dari masing-masing pajak penghasilan tersebut adalah sebagai berikut : - PPh Pasal 21 adalah pemotongan pajak penghasilan yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan yang ditunjuk sebagai pemotong, sehubungan dengan penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri karena pekerjaan atau kegiatan yang dilakukannya. Misalnya gaji yang diterima oleh pegawai dipotong oleh perusahaan dimana dia bekerja. - PPh Pasal 22 adalah pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak yang ditunjuk sebagai pemungut sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang, impor barang dan kegiatan usaha di bidang-bidang tertentu. Misalnya penyerahan barang oleh rekanan kepada bendahara Pemerintah. - PPh Pasal 23 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan yang ditunjuk sebagai pemotong sehubungan dengan penghasilan tertentu seperti :
19
deviden, bunga, royalti, sewa, dan jasa yang diterima oleh WP dalam negeri. - PPh Pasal 26 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan yang ditunjuk sebagai pemotong sehubungan dengan penghasilan yang diterima oleh WP luar negeri. - PPh Final (Pasal 4 ayat (2)) Ada beberapa penghasilan yang dikenakan PPh Final. Yang dimaksud final disini adalah pajak yang dipotong oleh pihak pemberi penghasilan atau dibayar sendiri oleh penerima penghasilan, tidak dapat dikreditkan (bukan pembayaran di muka) terhadap utang pajak pada akhir tahun dalam penghitungan pajak penghasilan pada SPT Tahunan. Beberapa contoh penghasilan yang dikenakan PPh final : bunga deposito, penjualan tanah dan bangunan, persewaan tanah dan bangunan, hadiah undian, bunga obligasi dsb. - PPh Pasal 15 adalah pemotongan pajak penghasilan yang dilakukan oleh pemberi penghasilan kepada Wajib Pajak tertentu yang menggunakan norma penghitungan khusus, antara lain perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional, perusahaan
20
asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi, perusahaan dagang asing, perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun guna serah. - PPN dan/atau PPnBM adalah pajak konsumsi atas barang dan jasa kena pajak di dalam daerah pabean, yang dipungut oleh pengusaha kena pajak/pemungut. Apabila pihak-pihak yang diberi kewajiban oleh DJP untuk melakukan pemotongan/ pemungutan tidak melakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka dapat dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dan kenaikan 100%. Mengenai objek PPh dan tarif secara rinci terlampir dalam baku panduan ini. 3. Pelaporan Sebagaimana ditentukan dalam Undangundang Perpajakan, Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi Wajib Pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu Surat Pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan
21
pembayaran atau pelunasan pajak baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak yang ditunjuk, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang telah dilakukan. Sehingga Surat Pemberitahuan mempunyai makna yang cukup penting baik bagi Wajib Pajak maupun aparatur pajak. Pelaporan pajak disampaikan ke KPP atau KP2KP dimana Wajib Pajak terdaftar. SPT dapat dibedakan sebagai berikut : 1) SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas pembayaran pajak bulanan. Ada beberapa SPT Masa : - PPh Pasal 21, - PPh Pasal 22, - PPh Pasal 23, - PPh Pasal 25, - PPh Pasal 26, - PPh Pasal 4 (2) - PPh Pasal 15 - PPN dan PPnBM - Pemungut PPN 2) SPT Tahunan, yaitu SPT yang digunakan
22
untuk pelaporan tahunan. Ada beberapa jenis SPT Tahunan : - Badan - Orang Pribadi Saat ini khusus untuk SPT Masa PPN sudah dapat disampaikan secara elektronik (online) melalui aplikasi e-filling. Penyampaian SPT Tahunan PPh juga dapat dilakukan secara online melalui aplikasi e-SPT. Keterlambatan pelaporan untuk SPT Masa PPN dikenakan denda sebesar Rp500.000,- (lima ratus ribu rupiah), dan untuk SPT Masa lainnya dikenakan denda sebesar Rp100.000,- (seratus ribu rupiah). Sedangkan untuk keterlambatan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi khususnya mulai Tahun Pajak 2008 dikenakan denda sebesar Rp100.000,- (seratus ribu rupiah), dan SPT Tahunan PPh Badan dikenakan denda sebesar Rp1.000.000,- (satu juta rupiah).
23
No
Jenis SPT
1 2 3 4
PPh Pasal 4 ayat (2) PPh Pasal 15 PPh Pasal 21/26 PPh Pasal 23/26 PPh Pasal 25 (angsuran pajak) untuk Wajib Pajak orang pribadi dan badan PPh Pasal 25 (angsuran pajak) untuk Wajib Pajak kriteria tertentu yang diperbolehkan melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa PPh Pasal 22, PPN & PPn BM oleh Bea Cukai PPh Pasal 22 - Bendahara Pemerintah PPh Pasal 22 - WP Badan yang bergerak dalam bidang produksi BBM, Gas dan Pelumas
Tgl. 10 berikut Tgl. 10 berikut Tgl. 10 berikut Tgl. 10 berikut Tgl. 15 berikut
Tgl. 20 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut
bulan
1 hari dipungut
setelah
Hari kerja terakhir minggu berikutnya (melapor secara mingguan) Tgl. 14 bulan berikut
Pada hari yang sama saat penyerahan barang Tgl. 10 berikut bulan
24
No
Jenis SPT
10
Tgl. 10 berikut
bulan
11
Sebelum SPT Masa PPN dilaporkan yaitu akhir bulan berikutnya Sebelum SPT Masa PPN dilaporkan yaitu akhir bulan berikutnya Tgl. 15 berikut bulan
12
PPN dan PPn BM Bendahara PPN & PPn BM Pemungut Non Bendahara
13
akhir bulan berikutnya Tgl.20 setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir dan akhir bulan berikutnya setelah berakhir masa pajak terakhir khusus untuk PPN dan PPnBM*
14
PPh Pasal 4 ayat (2), Pasal 15, 21, 23, PPN dan PPnBM Untuk Wajib Pajak Kriteria Tertentu
25
No
Jenis SPT
Sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan. Sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan. 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT Dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak atas tanah dan bangunan
Paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak Paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak ----
PPh - Badan
PBB
BPHTB
----
C. KEWAJIBAN DALAM HAL DIPERIKSA Untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan terhadap Wajib Pajak yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Kewajiban Wajib Pajak yang diperiksa adalah : 1. memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor;
26
2. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak. Khusus untuk Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik; 3. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan lainnya guna kelancaran pemeriksaan; 4. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; 5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor; 6. memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan. D. KEWAJIBAN MEMBERI DATA Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi,
27
dan pihak lain, wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Keempat UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Dalam rangka pengawasan kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakan sebagai konsekuensi penerapan sistem self assessment, data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan yang bersumber dari instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain sangat diperlukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Data dan informasi dimaksud adalah data dan informasi orang pribadi atau badan yang dapat menggambarkan kegiatan atau usaha, peredaran usaha, penghasilan dan/atau kekayaan yang bersangkutan, termasuk informasi mengenai nasabah debitur, data transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, kartu kredit, serta laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi lain di luar Direktorat Jenderal Pajak. Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
28
rupiah). Sedangkan untuk setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak lain (kewajiban memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah). HAK WAJIB PAJAK ADALAH : A. HAK ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Dalam hal pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih kecil dari jumlah kredit pajak, atau dengan kata lain pembayaran pajak yang dibayar atau dipotong atau dipungut lebih besar dari yang seharusnya terutang, maka Wajib Pajak mempunyai hak untuk mendapatkan kembali kelebihan tersebut. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat diberikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap. Untuk Wajib Pajak masuk kriteria Wajib Pajak Patuh, pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat dilakukan paling lambat 3 bulan untuk PPh. Sedangkan kelebihan PPN dapat diajukan setiap bulan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) tertentu dan bahkan bagi PKP yang beresiko rendah dapat diberikan
29
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. Wajib Pajak dapat melakukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak melalui dua cara : 1. melalui Surat Pemberitahuan (SPT), 2. dengan mengirimkan surat permohonan yang ditujukan kepada Kepala KPP. Apabila Direktorat Jenderal Pajak terlambat mengembalikan kelebihan pembayaran yang semestinya dilakukan, maka Wajib Pajak berhak menerima bunga 2% per bulan maksimum 24 bulan. B. HAK DALAM HAL WAJIB PAJAK DILAKUKAN PEMERIKSAAN Pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan dengan tujuan menguji kepatuhan Wajib Pajak dan tujuan lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Dalam hal dilakukan pemeriksaan, Wajib Pajak berhak : - Meminta Surat Perintah Pemeriksaan - Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa - Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan - Meminta rincian perbedaan antara hasil
30
pemeriksaan dan SPT - untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan Berdasarkan ruang lingkupnya, jenis-jenis pemeriksaan sebagaimana disebutkan di atas dapat dibedakan menjadi pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan. C. HAK UNTUK MENGAJUKAN KEBERATAN, BANDING & PENINJAUAN KEMBALI Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Jika Wajib Pajak tidak sependapat maka dapat mengajukan keberatan atas surat ketetapan tersebut. Selanjutnya apabila belum puas dengan keputusan keberatan tersebut maka Wajib Pajak dapat
31
mengajukan banding. Langkah terakhir yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak dalam sengketa pajak adalah peninjauan kembali ke Mahkamah Agung. Penetapan pajak dapat dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak. Jenis-jenis ketetapan yag dikeluarkan adalah : Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Disamping itu dapat diterbitkan pula Surat Tagihan Pajak (STP) dalam hal dikenakannya sanksi administrasi dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan. Sanksi Administrasi
No Pasal Masalah SPT Terlambat disampaikan : a. Masa b. Tahunan 2 8 (3) Pembetulan sendiri dan belum disidik Rp100.000 atau Rp500.000 Rp100.000 atau Rp1.000.000 150% Per SPT Per SPT Dari jumlah pajak yang kurang dibayar Sanksi Denda 1 7 (1) Ket.
32
4(4)
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu; pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak Bunga
2%
2%
2%
Pembetulan SPT Masa dan Tahunan Keterlambatan pembayaran pajak masa dan tahunan
2%
Per bulan, dari jumlah pajak yang kurang dibayar Per bulan, dari jumlah pajak terutang Per bulan, dari jumlah kurang dibayar, max 24 bulan
2%
2%
33
13(5)
SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena adanya tindak pidana perpajakan maupun tindak pidana lainnya a. PPh tahun berjalan tidak/ kurang bayar
48%
Dari jumlah pajak yang tidak mau atau kurang dibayar. Per bulan, dari jumlah pajak tidak/kurang dibayar, max 24 bulan Per bulan, dari jumlah pajak tidak/kurang dibayar, max 24 bulan Dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
14(3)
2%
b. SPT kurang bayar SKPKBT diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena adanya tindak pidana perpajakan maupun tindak pidana lainnya SKPKB/T, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan kurang bayar terlambat dibayar
2%
15(4)
48%
19(1)
2%
Per bulan, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
34
19(2)
2%
Per bulan, bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan Atas kekurangan pembayaran pajak
19(3)
2%
Kenaikan 1 8(5) Pengungkapan ketidak benaran SPT sebelum terbitnya SKP Apabila: SPT tidak disampaikan sebagaimana disebut dalam surat teguran, PPN/PPnBM yang tidak seharusnya dikompensasikan atau tidak tarif 0%, tidak terpenuhinya Pasal 28 dan 29 a. PPh yang tidak atau kurang dibayar 50% Dari PPh yang tidak/kurang dibayar 50% Dari pajak yang kurang dibayar
13(3)
35
b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/ disetorkan c. PPN/PPnBM tidak atau kurang dibayar Kekurangan pajak pada SKPKBT
100%
Dari PPh yang tidak/kurang dipotong/ dipungut Dari PPN/ PPnBM yang tidak atau kurang dibayar Dari jumlah kekurangan pajak tersebut
100%
15(2)
100%
1. Keberatan Wajib Pajak mempunyai hak untuk mengajukan keberatan atas suatu ketetapan pajak dengan mengajukan keberatan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat 3 bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya., dan atas keberatan tersebut Direktur Jenderal Pajak akan memberikan keputusan paling lama dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak surat keberatan diterima. Syarat pengajuan keberatan adalah : - Mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Kepala Kantor
36
Pelayanan Pajak setempat atas SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, dan Pemotongan dan Pemungutan oleh pihak ketiga. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak terutang menurut perhitungan Wajib Pajak dengan menyebutkan alasan-alasan yang jelas. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak surat ketetapan pajak, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena di luar kekuasaannya. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dianggap sebagai Surat Keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan.
Perlu diketahui bahwa apabila permohonan keberatan Wajib Pajak ditolak dan Wajib Pajak
37
tidak mengajukan banding maka Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. 2. Banding Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan atas keberatan yang diajukannya, maka Wajib Pajak masih dapat mengajukan banding ke Badan Peradilan Pajak. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima dilampiri surat Keputusan Keberatan tersebut. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding. Pengadilan Pajak harus menetapkan putusan paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak Surat Banding diterima. Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
38
keberatan. 3. Peninjauan Kembali (PK) Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Putusan Banding, maka Wajib Pajak masih memiliki hak mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung. Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak. Pengajuan permohonan PK dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim Pengadilan pidana memperoleh kekuatan hukum tetap atau ditemukannya bukti tertulis baru atau sejak putusan banding dikirim. Mahkamah Agung mengambil keputusan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan PK diterima. D. HAK-HAK WAJIB PAJAK LAINNYA - Hak Kerahasiaan Bagi Wajib Pajak Wajib Pajak mempunyai hak untuk mendapat perlindungan kerahasiaan atas segala sesuatu informasi yang telah disampaikannya kepada Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka
39
menjalankan ketentuan perpajakan. Disamping itu pihak lain yang melakukan tugas di bidang perpajakan juga dilarang mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak, termasuk tenaga ahli, seperti ahli bahasa, akuntan, pengacara yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantu pelaksanaan undang-undang perpajakan. Kerahasiaan Wajib Pajak antara lain : - Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan dokumen lainnya yang dilaporkan oleh Wajib Pajak; - Data dari pihak ketiga yang bersifat rahasia; - Dokumen atau rahasia Wajib Pajak lainnya sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku. Namun demikian dalam rangka penyidikan, penuntutan atau dalam rangka kerjasama dengan instansi pemerintah lainnya, keterangan atau bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak dapat diberikan atau diperlihatkan kepada pihak tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Hak Untuk Penundaan Pembayaran Dalam hal-hal atau kondisi tertentu, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak.
40
Hak Untuk Pengangsuran Pembayaran Dalam hal-hal atau kondisi tertentu, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan mengangsur pembayaran pajak. Hak Untuk Penundaan Pelaporan SPT Tahunan Dengan alasan-alasan tertentu, Wajib Pajak dapat menyampaikan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan baik PPh Badan maupun PPh Orang Pribadi yang menyelenggarakan pembukuan. Hak Untuk Pengurangan PPh Pasal 25 Dengan alasan-alasan tertentu, Wajib Pajak dapat mengajukan pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25. Hak Untuk Pengurangan PBB Wajib Pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak atau karena sebab-sebab tertentu lainnya serta dalam hal objek pajak yang terkena bencana alam dan juga bagi Wajib Pajak anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela kemerdekaan, dapat mengajukan permohonan pengurangan atas pajak terutang. Permohonan pengurangan dapat diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya
41
SPPT, SKP PBB, Surat Keputusan Keberatan PBB, dan 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal terjadinya bencana alam dan sebab lain yang luar biasa. Jumlah maksimal PBB yang terutang untuk diajukan pengurangan sebesar : 1. Rp 500.000.000,00 untuk orang pribadi veteran pejuang kemerdekaan, bencana alam dan sebab lain yang luar biasa; 2. Rp 200.000.000,00 untuk Wajib Pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah, berpenghasilan semata-mata dari pensiunan dan Nilai Jual Objek Pajak per meter perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak positif pembangunan. Hak Untuk Pembebasan Pajak Dengan alasan-alasan tertentu, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pembebasan atas pemotongan/ pemungutan pajak penghasilan. Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak Wajib Pajak yang telah memenuhi kriteria tertentu sebagai Wajib Pajak Patuh dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam jangka waktu paling lambat 1 bulan
42
untuk PPN dan 3 bulan untuk PPh sejak tanggal permohonan. Hak Untuk Mendapatkan Pajak Ditanggung Pemerintah Dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima oleh kontraktor, konsultan dan supplier utama ditanggung oleh pemerintah. Hak Untuk Mendapatkan Insentif Perpajakan Di bidang PPN, untuk Barang Kena Pajak tertentu atau kegiatan tertentu diberikan fasilitas pembebasan PPN atau PPN Tidak Dipungut. BKP tertentu yang dibebaskan dari pengenaan PPN antara lain Kereta Api, Pesawat Udara, Kapal Laut, Buku-buku, perlengkapan TNI/POLRI yang diimpor maupun yang penyerahannya di dalam daerah pabean oleh Wajib Pajak tertentu. Perusahaan yang melakukan kegiatan di kawasan tertentu seperti Kawasan Berikat mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut antara lain atas impor dan perolehan bahan baku.
43
44
BAB
03
45
46
BAB 3
INFORMASI LEBIH LANJUT
Apabila Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang perpajakan serta pengaduan pelayanan dan KKN, Anda dapat menghubungi Kantor Wilayah, KPP dan KP2KP terdekat atau melalui Kring Pajak 500200. Anda juga dapat mengakses website DJP dengan alamat www.pajak.go.id untuk mengetahui ketentuan perpajakan yang berlaku.
47
48
BAB
04
49
50
BAB 4
PELAYANAN DAN KELUHAN
Sampaikan keluhan, kritik dan sarana anda atas pelayanan Direktorat Jenderal Pajak secara langsung ke Kotak Pos 111 JKTM 12700. Sampaikan keluhan, kritik dan sarana anda atas pelayanan Direktorat Jenderal Pajak melalui Komisi Ombudsman Nasional, Jl. Adityawarman No. 43 Kebayoran Baru Jakarta 12160 telepon (021) 7258574-78 fax (021) 7258579. Wajib Pajak yang ingin mendapat informasi perpajakan dan menyampaikan keluhan dapat menghubungi : Kring Pajak : 500200 Pusat Pengaduan : pusat.pengaduan.pajak@gmail. com Web site : www.pajak.go.id
51
52
Singkatan-singkatan
Singkatan-singkatan
BAB
05
53
54
Singkatan-singkatan
BAB 5
SINGKATAN-SINGKATAN
Dibawah ini ada beberapa singkatan yang telah biasa digunakan dalam kegiatan sehari-hari di perpajakan : - BKP : Barang Kena Pajak - BPHTB : Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan - DJP : Direktorat Jenderal Pajak - JKP : Jasa Kena Pajak - KPP : Kantor Pelayanan Pajak - KP2KP Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan - NOP : Nomor Objek Pajak - NJOP : Nilai Jual Objek Pajak - NPWP : Nomor Pokok Wajib Pajak - PBB : Pajak Bumi dan Bangunan - PKP : Pengusaha Kena Pajak - PPKP : Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak - PPN : Pajak Pertambahan Nilai - PPn BM : Pajak Penjualan atas Barang Mewah - PPh : Pajak Penghasilan - PTKP : Penghasilan Tidak Kena Pajak - SKP : Surat Ketetapan Pajak
55
- SKPKB : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar - SKPKBT : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan - SKPLB : Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar - SKPN : Surat Ketetapan Pajak Nihil - SPT : Surat Pemberitahuan - SPOP : Surat Pemberitahuan Objek Pajak - SPPT : Surat Pemberitahuan Pajak Terutang - SSP : Surat Setoran Pajak - SSB Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan - STTS Surat Tanda Terima Setoran (Pajak Bumi dan Bangunan) - STP : Surat Tagihan Pajak - WP : Wajib Pajak
56
Lampiran
Lampiran
BAB
06
57
58
Lampiran
BAB 6
LAMPIRAN
Lampiran I : Contoh Pengisian SSP Lampran II : Petunjukan Pengisian SSP, Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran Lampiran III : Alamat Kantor Pelayanan Pajak
Lampiran I
59
Lampiran II
60
Lampiran
1. Kode Akun Pajak diisi dengan angka Kode Akun Pajak yang tertera di atas tabel-tabel berikut untuk setiap jenis pajak yang akan dibayar atau disetor. 2. Kode Jenis Setoran (KJS) diisi dengan angka dalam kolom Kode Jenis Setoran untuk setiap jenis pajak yang akan dibayar atau disetor pada tabel berikut sesuai dengan penjelasan dalam kolom Keterangan. Catatan : Kedua kode tersebut harus diisi dengan benar dan lengkap agar kewajiban perpajakan yang telah dibayar dapat diadministrasikan dengan tepat. III. Uraian Pembayaran (untuk SSP Standar) Diisi sesuai dengan uraian dalam kolom Jenis Setoran yang berkenaan dengan Kode MAP dan Kode Jenis Setoran pada tabel berikut. Khusus PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas transaksi Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan, dilengkapi dengan nama pembeli dan lokasi objek pajak. Khusus PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Persewaan Tanah dan Bangunan yang disetor oleh yang menyewakan, dilengkapi dengan nama penyewa dan lokasi objek sewa.
61
IV. Masa Pajak Diisi dengan memberi tanda silang pada salah satu kolom bulan untuk masa pajak yang dibayar atau disetor. Pembayaran atau setoran untuk lebih dari satu masa pajak dilakukan dengan menggunakan satu SSP untuk setiap masa pajak. V. Tahun Pajak Diisi tahun terutangnya pajak. VI. Nomor Ketetapan Diisi nomor ketetapan yang tercantum pada surat ketetapan pajak (SKPKB, SKPKBT) atau Surat Tagihan Pajak (STP) hanya apabila SSP digunakan untuk membayar atau menyetor pajak yang kurang dibayar/disetor berdasarkan surat ketetapan pajak atau STP. VII. Jumlah Pembayaran Diisi dengan angka jumlah pajak yang dibayar atau disetor dalam rupiah penuh. Pembayaran pajak dengan menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat (bagi WP yang diwajibkan melakukan pembayaran pajak dalam mata uang Dollar Amerika Serikat), diisi secara lengkap sampai dengan sen. VIII.Terbilang (untuk SSP Standar) Diisi jumlah pajak yang dibayar atau disetor
62
Lampiran
dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia. IX. Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran (untuk SSP Standar) Diisi tanggal penerimaan pembayaran atau setoran oleh Kantor Penerima Pembayaran (Bank Persepsi/Devisa Persepsi atau PT. Pos Indonesia), tanda tangan, dan nama jelas petugas penerima pembayaran atau setoran, serta cap/stempel Kantor Penerima Pembayaran. X. Wajib Pajak/Penyetor (untuk SSP Standar) Diisi tempat dan tanggal pembayaran atau penyetoran, tanda tangan, dan nama jelas Wajib Pajak/Penyetor serta stempel usaha. XI. Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran (untuk SSP Standar) Diisi Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB) atau Nomor Transaksi Pos (NTP) hanya oleh Kantor Penerima Pembayaran yang telah mengadakan kerja sama Modul Penerimaan Negara (MPN) dengan Direktorat Jenderal Pajak. XII. Pemberlakuan SSP Baru SSP dan kode akun pajak sebagaimana terlampir ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2009.
63
JENIS SETORAN
Masa PPh Pasal 21
KETERANGAN
untuk pembayaran pajak yang masih harus disetor yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 21. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 21. untuk pembayaran pajak yang masih harus disetor yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 21.
199
200
300
64
Lampiran
310
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 21. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 21 pembayaran sekaligus atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 21. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final
311
SKPKB PPh Final Pasal 21 Pembayaran Sekaligus Atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon SKPKBT PPh Pasal 21
320
321
Atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon
65
Pasal 21 pembayaran sekaligus atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun dan Uang Pesangon.
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding PPh Final Pasal 21 Pembayaran Sekaligus Atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon PPh Final Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain yang diterima Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI dan para pensiunnya
66
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding. untuk pembayaran PPh Final Pasal 21 pembayaran sekaligus atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon.
401
402
untuk pembayaran PPh Final Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain yang diterima Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI dan para pensiunnya.
Lampiran
2. Kode Akun Pajak 411122 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 22. KODE JENIS SETORAN 100 JENIS SETORAN Masa PPh Pasal 22 KETERANGAN untuk pembayaran pajak yang harus disetor yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 22. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 22. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 22. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 22.
199
200
310
67
311
SKPKB PPh untuk pembayaran Final Pasal 22 jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 22. SKPKBT untuk pembayaran PPh Pasal 22 jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 22. SKPKBT PPh Final Pasal 22 untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 22. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding. untuk pembayaran PPh Final Pasal 22 atas Penebusan Migas.
320
321
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding PPh Final Pasal 22 atas Penebusan Migas
68
401
Lampiran
402
PPh Final Pasal 22 atas Penyerahan Rokok Produksi Dalam Negeri Pemungut PPh Pasal 22
untuk pembayaran PPh Final Pasal 22 atas penyerahan rokok produksi dalam negeri.
900
3. Kode Akun Pajak 411123 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 22 Impor. KODE JENIS SETORAN 100 JENIS SETORAN Masa PPh Pasal 22 Impor KETERANGAN untuk pembayaran pajak yang harus disetor yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 22 atas transaksi impor. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 22 Impor.
199
69
300
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 22 atas transaksi impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 22 atas transaksi impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 22 atas transaksi impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
310
320
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
70
Lampiran
4. Kode Akun Pajak 411124 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 23 KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 Masa PPh Pasal 23 KETERANGAN untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor (selain PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa) yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23. untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor atas dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23.
101
71
102
untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor atas bunga (termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang) yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23. untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor atas royalti yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23. untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor atas jasa yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23.
103
104
72
Lampiran
199
untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 23. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 23 (selain STP PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa). untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 23 (selain SKPKB PPh pasal 23 atas dividen, bunga, royalti dan jasa).
300
301
STP PPh Pasal 23 atas Dividen, Bunga, Royalti, dan Jasa SKPKB PPh Pasal 23
310
73
311
SKPKB PPh Pasal 23 atas Dividen, Bunga, Royalti, dan Jasa SKPKB PPh Final Pasal 23
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 23. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 23 (selain SKPKBT PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa). untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa.
312
320
321
74
Lampiran
322
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 23. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding. untuk pembayaran PPh Final Pasal 23 atas bunga simpanan anggota koperasi.
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
401
5. Kode Akun Pajak 411125 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 Masa PPh Pasal 25 KETERANGAN untuk pembayaran Masa PPh Pasal 25
75
Orang Pribadi 101 Masa PPh Pasal 25 Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 25 Orang Pribadi
Orang Pribadi yang terutang. untuk pembayaran Masa PPh Pasal 25 Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang terutang. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 25 Orang Pribadi. untuk pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Orang Pribadi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Orang Pribadi.
199
200
300
310
76
Lampiran
320
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Orang Pribadi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
6. Kode Akun Pajak 411126 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 25/29 Badan KODE JENIS SETORAN 100 JENIS SETORAN Masa Pasal Badan KETERANGAN
PPh untuk pembayaran 25 Masa PPh Pasal 25 Badan yang terutang. untuk pembayaran PPh Badan Atas Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan yang tidak
101
77
bersifat final atas transaksi pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Badan yang kegiatan utamanya bukan melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan dan merupakan bagian pembayaran pendahuluan (PPh Pasal 25) untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 25 Badan. untuk pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Badan. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Badan.
199
200
300
78
Lampiran
310
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Badan. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Badan. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
320
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
7. Kode Akun Pajak 411127 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 26 KODE JENIS SETORAN 100 JENIS SETORAN Masa PPh Pasal 26 KETERANGAN untuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus disetor (selain PPh Pasal 26 atas
79
dividen, bunga, royalti, jasa dan laba setelah pajak BUT) yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26. 101 PPh Pasal 26 untuk pembayaran atas Dividen PPh Pasal 26 yang harus disetor atas dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26. PPh Pasal 26 untuk pembayaran atas Bunga PPh Pasal 26 yang harus disetor atas bunga (termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang) yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26.
102
80
Lampiran
103
PPh Pasal 26 untuk pembayaran atas Royalti PPh Pasal 26 yang harus disetor atas royalti yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26. PPh Pasal 26 untuk pembayaran atas Jasa PPh Pasal 26 yang harus disetor atas jasa yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26. PPh Pasal 26 atas Laba setelah Pajak BUT untuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus dibayar atas laba setelah pajak BUT yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh BUT. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 26.
104
105
199
81
300
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 26 (selain STP PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa dan laba setelah pajak BUT). untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa, dan laba setelah pajak BUT.
301
STP PPh Pasal 26 atas Dividen, Bunga, Royalti, Jasa, dan Laba Setelah Pajak BUT
310
SKPKB PPh untuk pembayaran Pasal 26 jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 26 (selain SKPKB PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa dan laba setelah pajak BUT). SKPKB PPh Pasal 26 atas Dividen, Bunga,
82
311
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam
Lampiran
Royalti, Jasa, dan Laba Setelah Pajak BUT 320 SKPKBT PPh Pasal 26
SKPKB PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa, dan laba setelah pajak BUT. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 26 (selain SKPKBT PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa dan laba setelah pajak BUT). untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa, dan laba setelah pajak BUT. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
321
SKPKBT PPh Pasal 26 atas Dividen, Bunga, Royalti, Jasa, dan Laba Setelah Pajak BUT Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
83
390
8. Kode Akun Pajak 411128 Untuk Jenis Pajak PPh Final dan Fiskal Luar Negeri KODE JENIS SETORAN 100 199 JENIS SETORAN Fiskal Luar Negeri
Pembayaran Pendahuluan skp PPh Final
KETERANGAN untuk pembayaran Fiskal Luar Negeri. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Final. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar/disetor yang tercantum dalam STP PPh Final.
300
310
SKPKB PPh untuk pembayaran Final Pasal 4 jumlah yang masih ayat (2) harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 4 ayat (2). SKPKB PPh untuk pembayaran Final Pasal jumlah yang masih 15 harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 15.
84
311
Lampiran
312
SKPKB PPh untuk pembayaran Final Pasal jumlah yang masih 19 harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 19. SKPKBT PPh Final Pasal 4 ayat (2) untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 4 ayat (2). untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 19. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding. untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas diskonto/ bunga obligasi.
320
322
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Diskonto/
85
401
402
PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Bunga Deposito / Tabungan, Jasa Giro dan Diskonto SBI PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Hadiah Undian
untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/ atau Bangunan.
403
untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan.
404
untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito/tabungan, jasa giro dan diskonto SBI.
405
untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas hadiah undian.
86
Lampiran
406
PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Transaksi Saham dan Obligasi di Bursa Efek PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Penjualan Saham Pendiri PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Penjualan Saham Milik Perusahaan Modal Ventura PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Jasa Konstruksi PPh Final Pasal 15 atas Jasa Pelayaran Dalam Negeri
87
untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas transaksi saham dan obligasi di Bursa Efek.
407
untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas penjualan Saham Pendiri.
408
untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas penjualan saham milik Perusahaan Modal Ventura.
409
untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi. untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas jasa pelayaran dalam negeri.
410
411
PPh Final Pasal 15 atas Jasa Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri PPh Final Pasal 15 atas Jasa Penerbangan Dalam Negeri PPh Final Pasal 15 atas Penghasilan Perwakilan Dagang Luar Negeri PPh Final Pasal 15 atas Pola Bagi Hasil PPh Final Pasal 15 atas Kerjasama Bentuk BOT PPh Final Pasal 19 atas Revaluasi Aktiva Tetap
88
untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas jasa pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri.
412
untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas jasa penerbangan dalam negeri.
413
untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas penghasilan perwakilan dagang luar negeri. untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas pola bagi hasil. untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas kerjasama bentuk BOT. untuk pembayaran PPh Final Pasal 19 atas revaluasi aktiva tetap.
414
415
416
Lampiran
9. Kode Akun Pajak 411129 Untuk Jenis Pajak PPh Non Migas Lainnya
KODE JENIS SETORAN 100 JENIS SETORAN PPh Non Migas Lainnya STP PPh Non Migas Lainnya
KETERANGAN untuk pembayaran masa PPh Non Migas lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Non Migas lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Non Migas lainnya.
300
310
320
SKPKBT PPh untuk pembayaran Non Migas jumlah yang masih Lainnya harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Non Migas lainnya. Pembayaran atas Surat untuk pembayaran jumlah yang masih
390
89
harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
10. Kode Akun Pajak 411111 Untuk Jenis Pajak PPh Minyak Bumi
KODE JENIS SETORAN 100 300 JENIS SETORAN PPh Minyak Bumi KETERANGAN untuk pembayaran masa PPh Minyak Bumi.
STP PPh untuk pembayaran Minyak Bumi jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Minyak Bumi. SKPKB PPh untuk pembayaran Minyak Bumi jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Minyak Bumi.
310
90
Lampiran
320
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Minyak Bumi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
11. Kode Akun Pajak 411112 Untuk Jenis Pajak PPh Gas Alam
KODE JENIS SETORAN 100 300 JENIS SETORAN PPh Gas Alam
STP PPh Gas untuk pembayaran Alam jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Gas Alam.
91
310
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Gas Alam. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Gas Alam. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
320
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
12. Kode Akun Pajak 411113 Untuk Jenis Pajak PPh Lainnya dari Minyak Bumi KODE JENIS SETORAN 100 JENIS SETORAN PPh Lainnya Dari Minyak Bumi
92
Lampiran
300
STP PPh Lainnya Dari Minyak Bumi SKPKB PPh Lainnya Dari Minyak Bumi SKPKBT PPh Lainnya Dari Minyak Bumi Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh lainnya dari Minyak Bumi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh lainnya dari Minyak Bumi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh lainnya dari Minyak Bumi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
310
320
390
93
13. Kode Akun Pajak 411119 Untuk Jenis Pajak PPh Migas Lainnya KODE JENIS SETORAN 100 JENIS SETORAN PPh Migas Lainnya STP PPh Migas Lainnya KETERANGAN untuk pembayaran masa PPh Migas Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Migas Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Migas Lainnya. 320 SKPKBT PPh Migas Lainnya untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Migas Lainnya.
300
310
94
Lampiran
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
14. Kode Akun Pajak 411211 Untuk Jenis Pajak PPN Dalam Negeri
KODE JENIS SETORAN 100 JENIS SETORAN Setoran Masa PPN Dalam Negeri KETERANGAN untuk pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPT Masa PPN Dalam Negeri. untuk pembayaran PPN terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean. untuk pembayaran PPN terutang atas Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean.
101
Setoran PPN BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean Setoran PPN JKP dari luar Daerah Pabean
102
95
103
Setoran Kegiatan untuk pembayaran Membangun PPN terutang atas Sendiri Kegiatan Membangun Sendiri. Setoran Penyerahan Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan Setoran Atas Pengalihan Aktiva Dalam Rangka Restrukturisasi Perusahaan untuk pembayaran PPN terutang atas penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan. untuk pembayaran PPN yang terutang atas pengalihan aktiva dalam rangka restrukturisasi perusahaan.
104
199
Pembayaran untuk pembayaran Pendahuluan skp pajak sebelum PPN diterbitkan surat Dalam Negeri ketetapan pajak PPN Dalam Negeri.
300
STP PPN Dalam untuk pembayaran Negeri jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPN Dalam Negeri.
96
Lampiran
310
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN Dalam Negeri. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN atas pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri.
311
SKPKB PPN Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
312
313
97
314
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN yang menjadi kewajiban pemungut. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN Dalam Negeri. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN atas pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean.
320
321
SKPKBT PPN Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
322
98
Lampiran
323
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri.
324
SKPKBT untuk pembayaran Pemungut PPN jumlah yang masih Dalam Negeri harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN Dalam Negeri yang menjadi kewajiban pemungut. Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
390
900
Pemungut PPN untuk penyetoran Dalam Negeri PPN dalam negeri yang dipungut oleh Pemungut.
99
15. Kode Akun Pajak 411212 Untuk Jenis Pajak PPN Impor
KODE JENIS SETORAN 100 JENIS SETORAN Setoran Masa PPN Impor KETERANGAN untuk pembayaran PPN terutang pada saat impor BKP.
199
untuk pembayaran Pembayaran pajak sebelum Pendahuluan skp diterbitkan surat PPN Impor ketetapan pajak PPN Impor. untuk pembayaran jumlah yang masih STP PPN Impor harus dibayar yang tercantum dalam STP PPN Impor. SKPKB PPN Impor untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN Impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN Impor.
300
310
320
100
Lampiran
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
900
untuk penyetoran PPN Pemungut PPN impor yang dipungut Impor oleh pemungut.
16. Kode Akun Pajak 411221 Untuk Jenis Pajak PPnBM Dalam Negeri
KODE JENIS SETORAN JENIS SETORAN KETERANGAN
100
Setoran Masa untuk pembayaran pajak PPnBM Dalam yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Negeri SPT Masa PPnBM Dalam Negeri. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPnBM Dalam Negeri. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPnBM Dalam Negeri.
199
Pembayaran Pendahuluan skp PPnBM Dalam Negeri STP PPnBM Dalam Negeri
300
101
310
SKPKB Masa untuk pembayaran PPnBM Dalam jumlah yang masih harus Negeri dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPnBM Dalam Negeri. SKPKB Pemungut PPnBM Dalam Negeri untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPnBM Dalam Negeri yang menjadi kewajiban pemungut.
311
320
SKPKBT Masa untuk pembayaran PPnBM Dalam jumlah yang masih Negeri harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPnBM Dalam Negeri.
321
untuk pembayaran jumlah yang masih harus SKPKBT dibayar yang tercantum Pemungut dalam SKPKBT PPnBM PPnBM Dalam Dalam Negeri yang Negeri menjadi kewajiban pemungut.
102
Lampiran
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
900
untuk penyetoran Pemungut PPnBM Dalam Negeri PPnBM Dalam yang dipungut oleh Negeri pemungut.
17. Kode Akun Pajak 411222 Untuk Jenis Pajak PPnBM Impor KODE JENIS SETORAN
100
JENIS SETORAN
Setoran Masa PPnBM Impor
KETERANGAN
untuk pembayaran PPnBM terutang pada saat impor BKP.
199
Pembayaran untuk pembayaran Pendahuluan skp pajak sebelum PPnBM Impor diterbitkan surat ketetapan pajak PPnBM Impor.
103
300
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPnBM Impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPnBM Impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPnBM Impor.
310
320
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding. untuk penyetoran PPnBM Impor yang dipungut oleh pemungut.
900
104
Lampiran
18. Kode Akun Pajak 411219 Untuk Jenis Pajak PPN Lainnya
KODE JENIS SETORAN 100 JENIS SETORAN Setoran Masa PPN Lainnya STP PPN Lainnya
KETERANGAN untuk pembayaran PPN Lainnya yang terutang. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPN Lainnya.
300
310
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN Lainnya.
320
105
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
19. Kode Akun Pajak 411229 Untuk Jenis Pajak PPn BM Lainnya KODE JENIS SETORAN
100
JENIS SETORAN
KETERANGAN
Setoran Masa untuk pembayaran PPnBM Lainnya PPnBM Lainnya yang terutang. STP PPnBM Lainnya untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPnBM Lainnya.
300
310
SKPKB PPnBM untuk pembayaran Lainnya jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPnBM Lainnya.
106
Lampiran
320
SKPKBT untuk pembayaran PPnBM Lainnya jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPnBM Lainnya. Pembayaran atas untuk pembayaran Surat Keputusan jumlah yang masih harus dibayar yang Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
390
KETERANGAN untuk pembayaran penggunaan Bea Meterai. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak Bea Meterai.
107
300
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP Bea Meterai. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB Bea Meterai.
310
320
SKPKBT Bea untuk pembayaran jumlah Meterai yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT Bea Meterai. Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
390
108
Lampiran
199
untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak Benda Meterai. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP Benda Meterai. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB Benda Meterai. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT Benda Meterai. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
300
310
320
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
109
22. Kode Akun Pajak 411619 Untuk Pajak Tidak Langsung Lainnya
KODE JENIS SETORAN 100 JENIS SETORAN Setoran Masa Pajak Tidak Langsung Lainnya KETERANGAN untuk pembayaran Pajak Tidak Langsung Lainnya yang terutang.
300
STP Pajak untuk pembayaran Tidak Langsung jumlah yang masih Lainnya harus dibayar yang tercantum dalam STP Pajak Tidak Langsung Lainnya. SKPKB Pajak untuk pembayaran Tidak Langsung jumlah yang masih Lainnya harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB Pajak Tidak Langsung Lainnya. SKPKBT Pajak untuk pembayaran Tidak Langsung jumlah yang masih Lainnya harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT Pajak Tidak Langsung Lainnya.
310
320
110
Lampiran
390
Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding
untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
900
Pemungut Pajak untuk penyetoran Tidak Langsung Pajak Tidak Langsung Lainnya Lainnya yang dipungut oleh pemungut.
23. Kode Akun Pajak 411619 Untuk Pajak Tidak Langsung Lainnya
KODE JENIS SETORAN 300 JENIS SETORAN STP atas Bunga Penagihan PPh KETERANGAN untuk pembayaran STP Bunga Penagihan PPh.
111
24. Kode Akun Pajak 411622 Untuk Bunga Penagihan PPN KODE JENIS SETORAN 300 JENIS SETORAN KETERANGAN
STP atas Bunga untuk pembayaran Penagihan PPN STP Bunga Penagihan PPN.
25. Kode Akun Pajak 411623 Untuk Bunga Penagihan PPnBM KODE JENIS SETORAN 300 JENIS SETORAN KETERANGAN
STP atas Bunga untuk pembayaran Penagihan STP Bunga PPnBM Penagihan PPnBM.
26. Kode Akun Pajak 411624 Untuk Bunga Penagihan PTLL KODE JENIS SETORAN 300 JENIS SETORAN STP atas Bunga Penagihan PTLL
112
Lampiran
DAFTAR PERSENTASE NORMA PENGHITUNGAN UNTUK PEREDARAN USAHA WAJIB PAJAK PERSEORANGAN KOTA 10 IBU DAERAH KOTA PROP LAINNYA PROP LAINNYA 15 11.5 11.5 11.5 11.5 11.5 11.5 15 11 11 11 11 11 11 15 10 10 10 10 10 10
JENIS USAHA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
10000 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN, PERBURUAN DAN PERIKANAN 11000 Pertanian tanaman pangan 12111 Kelapa dan kelapa sawit 12113 Kopi 12131 Tembakau 12132 Teh 12141 Pertanian tanaman karet 12161 Tebu 12200 Pertanian tanaman lainnya - Meliputi usaha pertanian atau perkebunan dalam penyiapan/ pelaksanaan penanaman,pembibitan, persemaian, pemeliharaan dan pemanenan hasil tanaman 13000 Peternakan. - Meliputi usaha peternakan untuk mengambil daging, kulit, tulang, bulu, telur, susu, madu dan kepompong/ sarangnya baik yang dilakukan oleh usaha perorangan ataupun suatu badan usaha. 14000 Jasa pertanian dan Peternakan. - Meliputi usaha jasa dibidang pertanian dan , baik yang dilakukan oleh perorangan, usaha atas dasar balas jasa atau kontrak. 15000 Kehutanan dan penebangan hutan. - Meliputi usaha penanaman, pemeliharaan maupun pemindahan jenis tanaman/kayu, penebangan/pemotongan kayu pengumpulan hasil hutan lainnya, dan semua usaha yang melayani kebutuhan kehutanan yang dilakukan atas dasar balas jasa atau kontrak. 16000 Perburuan/ penangkapan dan pembiakan binatang liar. - Meliputi usaha perburuan/ penangkapan binatang liar dengan jerat atau perangkap dan pembiakan marga satwa liar kecuali untuk sekedar hoby atau olahraga. 17000 Perikan laut. - Meliputi usaha penangkapan, pengambilan hasil laut. Pemeliharaan dan pelayanan perikanan laut yang dilakukan atas dasar balas jasa atau kontrak, seperti sortasi, gradasi, persiapan lelang ikan dan lain-lain. 18300 Perikanan darat - Meliputi usaha budidaya ikan, pemeliharaan, pembibitan, penangkapan dan pengambilan hasil serta pelayanan perikanan darat yang dilakukan atas dasar balas jasa/kontrak. 20000 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 21100 Pertambangan batu bara. - Meliputi usaha penambangan antrasit, batu bara merah lignite, dan penghancuran, penggilingan dan penyaringan batu bara termasuk pengubahan batu bara menjadi briket atau dalam bentuk lain di tempat penambangan 22000 Pertambangan minyak dan gas bumi - Meliputi pengusaha sumur minyak dan gas bumi, eksplorasi minyak bumi, pengeboran, penyelesaian dan perlengkapan sumur minyak dan gas yang tidak berdasarkan balas jasa/
11.5
11
10
11
10
25
25
24
16
16
16
18
17
16
25
23
22
25
23
22
15.
16.
113
17.
23000
11
11
11
23.
26000
24. 25.
29000
16
15
14
26. 27.
30000 INDUSTRI PENGOLAHAN 31110 Pemotongan hewan dan pengawetan daging - Seperti pemotongan hewan, pemotongan kulit, penjemuran tulang,pensortiran bulu, pembuatan sosis, kaldu dan pasta daging. 31120 Industri Susu dan Makanan dari Susu. - Seperti pembuatan susu kental/bubuk/asam, pembuatan , mentega, keju dan es krim dari susu 31130 Industri pengolahan, pengawetan buah-buahan dan sayursayuran. - Seperti pengalengan, pengasinan, pemanisan, pelumatan, pengeringan buah-buahan dan sayur-sayuran. 31140 Industri Pengolahan dan Pengawetan ikan dan sejenisnya. - Seperti pengalengan, penggaraman, pengasaman, pembekuan ikan dan sejenisnya. 31150 Industri Minyak Makan dan Lemak dari Nabati dan Hewani. - Seperti minyak makan dari nabati dan hewani, margarine minyak goreng dari kelapa/kelapa sawit 31160 Industri pengupasan, pembersihan dan penggilingan Padi-padian. Biji-bijian, Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, termasuk pembuatan kopra. - Seperti Industri penggilingan padi, penyosohan beras, pemberisihan padi-padian, pengupasan dan pembersihan kopi. Kacang-kacangan, biji-bijian lain, umbi-umbian dan pembuatan kopra, tepung terigu, berbagai tepung dari padipadian, biji-bjian, kacang-kacangan dan umbi-umbian. 31170 Industri Makanan dari Tepung, kecuali Kue Basah. - Seperti Makaroni, mie, spaghetti, bihun, soun, roti dan kue kering lainnya. 31180 Industri Gula dan Pengolahan Gula. - Seperti pembuatan gula pasir, gula tebu, gula merah, sirop dan pengolahan gula lainnya selain sirop. 31190 Industri Coklat dan Kembang Gula. - Seperti pembuatan bubuk coklat dan makanan dari coklat dan kembang gula. 31210 Industri makanan lainnya. 31230 Industri Es - Seperti es batu, es balok, es curah, es lilin, es mambo. 31240 Industri makanan dari kedele dan kacang-kacangan lainnya
15 12.5
14.5 10
14 8.5
15 15 12.5
14.5 14.5 10
14 14 8.5
12.5 15 15 15 17 17
8.5 10 10 10 15 15
114
Lampiran
37. 31250 - Seperti kecap, tauco, tempe, oncom, tahu dan pengolahan kedele/kacang-kacangan lainnya. Industri kerupuk dan sejenisnya. - Seperti kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk kulit, kerupuk terung, emping, ceriping, karak, gendar, opak dan macammacam keripik kecuali kerupik tempe/tahu/oncom/paru dan peyek. Industri bumbu masak dan penyedap masakan. - Seperti pembuatan bumbu masak dan penyedap masakan Industri makanan lainnya yang belum terliput - Seperti industri terasi, petis, kue basah, tape, dodol, keripik, tempe/tahu/oncom/paru dan peyek. Industri makanan ternak, unggas, ikan dan hewan lainnya. - Seperti industri ransum dan konstrate makanan ternak, unggas, ikan dan hewan lainnya. Industri minuman keras - Yaitu minuman yang mengandung alkohol lebih dari 20%. Industri Anggur - Yaitu minuman yang mengandung alkohol 5-20 %. Industri Malt dan minuman yang mengandung Malt. Industri minuman ringan. Industri pengeringan dan pengolahan tembakau. - Seperti pengeringan, pengasapan dan perajangan daun tembakau. Industri rokok kretek - Yaitu pembuatan rokok yang mengandung cengkeh. Industri rokok putih - Yaitu rokok yang tidak mengandung cengkeh. Industri rokok lainnya - Seperti cerutu, rokok kelembak menyan. Industri hasil lainnya dari tembakau, bumbu rokok dan klobot/kawung. - Seperti tembakau bersaus, pembuatan bumbu rokok, pembungkus rokok (klobot kawung) dari pembuatan kelengkapan rokok termasuk pembuatan filter. INDUSTRI TEKSTIL, PAKAIAN JADI DAN KULIT Industri tekstil Industri pakaian jadi, kecuali untuk keperluan kaki. Industri kulit dan barang dari kulit, kecuali untuk keperluan kaki. Industri barang keperluan kaki. 15 12.5 10
10 15 10 15 24 24 24 14 17 4 5 4
38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49.
31260 31270 31280 31310 31320 31330 31340 31410 31420 31430 31440 31490
5.5 13 13 16.5 16
5 12.5 12.5 16 15
54. 55.
33000 INDUSTRI KAYU DAN BARANG DARI KAYU, TERMASUK PERABOT RUMAH TANGGA. 33100 Indusri kayu dan barang dari kayu, bambu, rotan dan kayu. 33200 Industri perabot serta kelengkapan rumah tangga dan alat dapur dari kayu, bumbu dan rotan. 34000 INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS, PERCETAKAN DAN PENERBITAN. 34100 Industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya 34200 Industri percetakan dan penerbitan - Seperti uaha percetakan secara stensil, offset lithografi untuk segala jenis cetakan termasuk penjilidan buku dan penerbitan hasil/ barang cetakan. 35000 INDUSTRI KIMIA DAN BARANG-BARANG DARI BAHAN KIMIA, MINYAK BUMI, BATUBARA, KARET, DAN PLASTIK. 35100 Industri bahan kimia. 35200 Industri kimia lain. 35220 Industri Farmasi dan Jamu. - Seperti pembuatan/fabrikasi dan pengolahan bahan obat, bahan pembantu dan bahan pengemas obat, pembuatan dan
15 15
13.5 13.5
12.5 12.5
56. 57.
14.5
13
12
14.5
13
12
13 13 20
12.5 12.5 19
11 11 18
115
61.
35230
17
16
15
62.
35300
17.5
16.5
16
17.5
16.5
16
36000 INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM KECUALI MINYAK BUMI DAN BATUBARA. 36110 Industri porselin. 36300 Industri semen, kapur dan barang dari semen dan kapur 36400 Industri pengolahan tanah liat 36900 Industri barang galian lain bukan logam 37000 INDUSTRI LOGAM DASAR 37100 Industri logam dasar besi dan baja - Seperti pembuatan besi dan baja dalam bentuk dasar (iron dan slell making), pengenceran besi baja, penggilingan baja (steel rolling) dan penempaan besi baja. 37200 Industri logam dasar bukan besi. - Seperti usaha pemurniaan, peleburan, penuangan, pengecoran, penempaan dan ekstruksi logam bukan besi (misalnya dalam bentuk ingot/ruangan/plate, kuningan, alumina, perak, perunggu, seng, tembaga, dan timah). 38000 38100 38200 38300 INDUSTRI BARANG DARI LOGAM, MESIN DAN PERALATANYA. Industri barang dari logam, kecuali mesin dan peralatanya. Industri mesin dan perlengkapannya. Industri mesin, perlatan dan perlengkapan listrik serta bahan keperluan listrik. 38400 Industri alat angkutan. 38500 Industri peralatan profesional, ilmu pengetahuan, pengukur dan pengatur. 39000 INDUSTRI PENGOLAHAN LAINNYA. 39010 Industri barang perhiasan. - Seperti pemotongan, pengasahan, penghalusan batu berharga dan permata, pembuatan perhiasan lainnya dari logam mulia dan bukan logam mulia. 39020 Industri alat-alat musik. - Seperti pembuatan alat musik tradisional (kecapi, seruling, angklung, calung, kulintang, gong, rebana, gendang dan sebagainya), alat-alat musik lainnya (gitar, biola musik tiup/trompet, harmonika, piano dan sebagainya). 39030 Industri perlengkapan dan alat-alat keperluan olah raga. - Seperti pembuatan alat-alat olah raga, kecuali yang bahan utamanya dari karet (alat tinju, golf, bola bowling, tennis, bulutangkis, dan atletik lainnya).
10 16.5 16.5 17
9 16 16 16
10
8.5
71.
10 20 20 20 20 13.5
9 19 19 19 19 12
8.5 18 18 18 18 11
77.
12.5
11.5
10
78.
15
12.5
12.5
79.
15
12.5
12.5
116
Lampiran
80. 81. 82. 39040 Industri mainan anak-anak - Seperti pembuatan mainan anak-anak kecuali mainan anakanak yang bahan utamanya dari karet dan plastik. 39050 Industri alat-alat tulis dan gambar. - Seperti pembuatan alat tulis menulis dan gambar menggambar 39090 Industri pengolahan lain yang belum terliput. - Seperti pembuatan papan nama, papan reklame, lapu display, payung, pipa rokok, lencana, stempel, kap lampu dan lain sebagainya yang belum tercakup dalam golongan industri manapun. 40000 LISTRIK GAS DAN AIR 41000 Listrik - Termasuk pembangkit tenaga listrik yang dilakukan oleh satu unit perusahaan lain, jika kegiatannya dilaporkan secara terpisah. 42000 Gas uap dan air panas 43000 Penjernihan, penyediaan dan penyaluran air minum. 50000 BANGUNAN 52000 Bangunan sipil 53000 Bangunan listrik, air dan komunikasi 61000 61100 61200 61310 PERDAGANGAN BESAR Eksportir Importir Perdagangan besar hasil-hasil pertanian. - Meliputi usaha perdagangan dalam partai besar hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan yang belum diolah (bukan hasil pengolahan), termasuk rumah pelelangan hasil perikanan. Perdagangan besar hasil-hasil pertanian lainnya. - Yaitu perdagangan besar hasil -hasil pertanian lainnya yang belum terliput. Perdagangan besar hasil pertanian (pangan non pangan), peternakan dan perikanan. - Yaitu perdagangan hasil-hasil pertanian, peternakan, dan perikanan yang belum mudah diolah termasuk ternak bibit, susu segar dan pelelangan hasil-hasil perikanan. Perdagangan besar hasil kehutanan dan penebangan hutan. - Seperti perdagangan dalam partai besar kayu gelondongan, getah damar, rotan dan sejenisnya. Perdagangan besar barang-barang hasil pertambangan dan penggalian. Perdagangan besar barang-barang hasil industri pengolahan. - Meliputi perdagangan dalam partai besar segala macam barang hasil industri pengolahan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta Perdagangan besar hasil industri (bahan) makanan, minuman dan hasil pengolahan tembakau. - Seperti daging ataupun yang diawetkan, susu dan makanan dari susu, buah-buahan, sayur-sayuran, dan hasil perikanan yang diawetkan, macam-macam makanan dan bahan makanan hasil pengolahan, macam-macam minuman keras/ringan dan hasil pengolahan tembakau (rokok tembakau shaag dan bumbu rokok). Perdagangan besar tekstil, pakaian jadi hasil pemintalan, pertenunan dan hasil pengolahan kulit termasuk bahan keperluan kaki. - Seperti komoditi, tekstil, pakaian jadi, kain batik, macammacam benang, tali benang, tali temali, karpet/permadani hasil perajutan, kulit dan kulit imitasi, barang untuk keperluan
15 15
12.5 12.5
12.5 12.5
15
12.5
12.5
83.
20 25 -
19 22.5 -
18 20 -
25 25
20 20
20 20
91. 92.
61312 61314
20 25 25
15 20 20
15 20 20
25
20
20
96.
61331
25
20
20
97.
61332
25
20
20
117
98.
25
20
20
99.
25
20
20
100.
101.
25
20
20
102.
25
20
20
103.
25
20
20
104.
105.
25 25
20 20
20 20
118
Lampiran
62000 PERDAGANGAN ECERAN 106. 62200 Perdagangan eceran barang-barang kelontong, supermarket dan warung langsam. - Yaitu perdagangan eceran macam-macam hasil industri untuk keperluan rumah tangga, kantor, sekolah, maupun keperluan perorangan seperti toko kelontong, toko serba ada, supermarket dan warung langsam 107. 62310 Perdagangan eceran hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perburuan. - Meliputi usaha perdagangan, eceran hasil pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perburuan. 108. 62320 Perdagangan eceran hasil industri (bahan) makanan, minuman dan hasil pengolahan tembakau. - Seperti daging segar ataupun yang diawetkan, susu, buahbuahan, sayur-sayuran dan hasil perikanan yang diawetkan, macam-macam minyak makan hasil penggilingan biji-bjian keras (beras, kopi, jagung dan sejenisnya), macam-macam tepung gula, dan hasil pengolahan gula, teh, es batu, makanan dari kedelai, kerupuk, bumbu masak, macammacam minuman (keras dan ringan) dan hasil pengolahan tembakau (rokok, tembakau shag dan bumbu rokok). 109. 62410 Perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi hasil pemintalan , pertenunan, perajutan, hasil pengolahan kulit, termasuk barang keperluan kaki. - Seperti tekstil, pakain jadi, kain batik, macam-macam benang, tali-temali, karpet/ permadani dari bahan tekstil macam-macam hasil perajutan, kulit/ kulit imitasi, barangbarang dari kulit dan barang-barang keperluan kaki. 110. 62420 Perdagangan eceran perabotan rumah tangga dan dapur. - Seperti furniture (baik dari kayu, rotan, plastik dan logam), alat-alat perlengkapan dapur, barang-barang pecah belah dan lain sejenisnya. 111. 62422 Perdagangan eceran barang-barang elektronik, perlengkapan listrik, alat komunikasi, fotografi dan optik. - Yaitu barang-barang elektronik seperti radio, kaset/tape recorder, televisi, video, amplifier dan perlengkapan sound sytem, alat-alat perlengkapan listrik seperti dinamo, transformer, macam-macam kabel listrik, lampu pijar TL, sekring, alat-alat rumah tangga seperti setrika listrik, alat pengaduk, kipas angin, alat komunikasi dan optik seperti fotografi, optik pesawat telepon, telegraf/telex. Pemancar radio, telecall, intercome dan sejenisnya. Macam-macam lensa dan kamera, mikroskop, proyektor dan sejenisnya. 112. 62430 Perdagangan eceran barang-barang industri kimia, bahan bakar minyak/gas dan minyak pelumas Pharmasi dan Kosmetika. - Seperti barang-barang hasil industri kimia (gas asam, soda, causic, zat pewarna glycerin) alkohol dan sejenisnya macammacam pupuk, bahan kimia pemberantas hama (pestisida, insektisida), macam-macam bahan bakar minyak (premium, minyak tanah, solar), bahan bakar gas (elpiji), minyak pelumas, macam-macam hasil industri pharmasi dan jamu, macam-macam sabun dan bahan pembersih lainnya. Macammacam kosmetik parfum dan bahan-bahan perawatan kulit dan rambut lainnya. 113. 62440 Perdagangan eceran bahan bangunan kecuali bahan bangunan berasal dari usaha penggalian. - Seperti semen, seng, cat, macam-macam besi, macammacam kayu/kayu lapis, kaca dan barang-barang lainnya untuk perlengkapan bangunan. 114. 62445 Perdagangan eceran barang-barang hasil penggalian. 115. 62450 Perdagangan eceran barang-barang hasil industri pengolahan - Meliputi usaha perdagangan eceran segala macam barang
30
25
20
20
15
15
25
20
20
30
25
20
30
25
20
30
25
20
30
25
20
30 25 30
25 20 25
20 20 20
119
hasil-hasil industri pengolahan. 116. 62461 Perdagangan eceran kertas, barang-barang dari kertas, alat tulis (kantor) dan barang cetakan. - Seperti kertas alat tulis, pembungkus karton, kemasan dari kertas berupa dus, kotak dan sejenisnya, macam-macam alat tulis sekolah/kantor, barang-barang cetakan (faktur/nota, kwitansi, kalender/agenda, majalah, macam-macam buku bacaan/pelajaran dan barang cetakan lainnya). 117. 62470 Perdagangan eceran mesin-mesin, alat angkutan dan onderdil/perlengkapannya. - Yaitu macam-macam mesin dan perlengkapannya baik untuk keperluan pertanian, industri, kantor,alat trasnportasi, mesin pembangkit tenaga, turbun, traktor, bulldozer dan mesinmesin berat lainnya, macam-macam mesin kantor seperti mesin hitung,mesin tik, duplikator, photo copy, mesin pengolah data, mesin keperluan rumah tangga seperti mesin cuci, AC, mesin jahit, mesin pembangkit listrik,mesin pompa air dan sejenisnya, macam-macam alat transportasi darat, laut dan udara termasuk macam-macam onderdil dan perlengkapan kendaraan 63000 RUMAH MAKAN DAN MINUM 118. 63100 Rumah makan dan minum - Seperti restoran/rumah makan, night club, catering, restorasi kereta api, cafetaria, kantin, warung nasi/kopi dan sejenisnya, tidak termasuk night club, restoran dan bar yang merupakan salah satu fasilitas hotel dan penginapan. 64000 HOTEL DAN PENGINAPAN 119. 64100 Hotel dan penginapan - Seperti hotel, hostel, motel, losmen, dan sejenisnya termasuk fasilitas restoran, bar dan night clubnya. 70000 120. 71100 121. 71200 122. 71300 123. 71400 124. 72100 125. 72200 126. 72300 ANGKUTAN PENGGUDANGAN DAN KOMUNIKASI Angkutan kereta api Angkutan jalan raya Angkutan dengan saluran pipa - Seperti pengangkutan air, minyak dan gas melalui saluran air atas dasar balas jasa kontrak Jasa angkutan darat - Seperti jalan tol, parkir kendaraan, terminal, penyewaan mobil/truk tanpa pengemudi. Angkutan samudera dan perairan pantai - Seperti pelayaran samudera, pelayaran antar pulau dan peleyanan pantai. Angkutan sungai, danau dan kanal - Seperti pengangkutan melalui sungai, kanal dan danau, termasuk ferry penyeberangan. Jasa penunjang angkutan air - Seperti pemeliharaan dan pelayanan dermaga, dok kapal atau perahu, pandu kapal, peralatan navigasi dan usaha bongkar muat barang dari dan ke kapal. Angkutan udara Jasa penunjang angkutan udara - Seperti pelayanan pelabuhan udara, pelayanan navigasi dan dengan fasilitasnya (trafic control) termasuk usaha penyewaan pesawat terbang tanpa operatornya dan usaha bongkar muat dari dan ke kapal terbang. Pengepakan dan pengiriman - Seperti usaha pengiriman dan pengepakan, keagenan/biro perjalanan dan sejenisnya. Penggudangan - Seperti cold storage, bonded warehousing dan fasilitas-
30
25
20
30
25
20
25
20
20
25 20 25 13.5 13.5
20 15 20 13 13
20 15 20 12.5 12.5
25 15
20 12.5
20 12
25 30 30
20 30 30
20 25 25
120
Lampiran
fasilitas penggudangan lainnya. 131. 75000 Komunikasi - Seperti pelayanan komunikasi melalui pos dan telepon, telegraph/telex atau hubungan radio. 80000 KEUANGAN ASURANSI, USAHA PERSEWAAB BANGUNAN, TANAH DAN JASA PERUSAHAAN. 81000 Lembaga keuangan 81100 Lembaga keuangan Bank 81120 Lembaga kuangan non Bank 81200 Usaha persewaan/jual-beli tanah, gedung dan tanah. - Meliputi usaha persewaan/jual-beli barang-barang tidak bergerak (bangunan dan tanah yang disiapkan untuk bangunan), real estate (yang tidak melakukan konstruksi) yangmenjual tanah, broker dan manager yang mengurus persewaan pembelian, penjualan dan penaksiran nilai tanah/bangunan atas balas jasa/kontrak. 81410 Asuransi 82220 Jasa persewaan mesin dan peralatan. - Meliputi usaha persewaan mesin dan peralatannya (tanpa operator) untuk keperluan pertanian, pertambangan dan ladang minyak industri pengolahan, konstruksi dan penjualan mesin-mesin kantor termasuk usaha leasing. 82300 Jasa pengolahan data dan tabulasi. - Meliputi usaha jasa tabulasi data yang bersifat umum baik secara elektronik maupun manual, seperti lembaga-lembaga pengolahan data dan sistem informasi, lembaga komputer dan lain sejenisnya. 82900 Jasa perusahaan, kecuali jasa persewaan mesin dan peralatannya. 82910 Jasa hukum - Meliputi usaha jasa pengacara/ advoka seperti lembaga bantuan hukum Peradin, Pusbadhi dan lain sejenisnya. 82910 Notaris 82910 Pembuatan akte tanah 82910 Penasehat hukum (advokat) 82920 Jasa akuntansi dan pembukuan. - Meliputi usaha jasa pengurusan Tata Buku dan pemeriksaan, pembukuan seperti kantor-kantor akuntan dan lembaga konsultan audit lainnya. 82930 Jasa Periklanan dan riset Pemasaran. - Meliputi usaha jasa periklanan dan reklame dengan berbagai macam media masa seperti pembuatan poster/gambar dan tulisan yang menyolok selebaran/riset pemasaran yang dilakukan atas dasar balas jasa 82940 Jasa Bangunan, Arsitek dan Teknik. - Meliputi usaha jasa konsultasi bangunan/arsitek, perancang bangunan, survai geologi dan penyelidik tambang dan sebagainya, seperti usaha biro/konsultasi bangunan dan lainlain. 82940 Pekerjaan bebas bidang teknik 82950 Pekerjaan bebas bidang konsultan. 82950 Penasehat Ahli/Hukum lainnya. 82990 Jasa perusahaan lainnya, kecuali jasa persewaan mesin dan peralatan. - Meliputi usaha jasa perusahaan yang belum tercakup yang dilakukan atas dasar balas jasa atau kontrak seperti jasa perencanaan, pelayanan foto copy, stenografi, jasa konsultan management perusahaan, jasa pemberitaan/pers dan sebagainya.
15
13
12
136. 137.
20 -
17.5 -
17 -
49
49
48
138.
55 27.5 51 55 55 51
53 25 48.5 50 50 48.5
51 20 48.5 50 50 48.5
36
35
35
145.
20
17.5
15
146.
47 25 55 51
46 22.5 53 48.5
45 20 51 48.5
32
31
29
121
158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166. 167. 168. 169.
94000 96000 96214 97000 97110 97120 97130 97130 97140 97140 97190 97190
170. 97200 171. 97400 172. 97910 173. 97920 174. 97990 175. 98000
- Yaitu pendidikan formal mulai dari pra sekolah (TK), SD, SLTP, SLTA dan Akademi/Perguruan Tinggi . Jasa Kesehatan Dokter Pekerjaan bebas bidang medis Pekerjan bebas bidang farmasi dan kimia Dokter hewan Jasa kebersihan dan sejenisnya - Seperti usaha jasa kebersihan/cleaning service, pembuangan/pemusnahan sampah, pemusnahan sampah, pemusnahan rayap/kuman dan lain-lain. Jasa sosial dan kemasyarakatan Jasa hiburan dan kebudayaan Pekerjaan bebas bidang seni Jasa perorangan dan rumah tangga Reparasi kendaraan bermotor Reparasi kendaraatn tidak bermotor Reparasi macam-macam jam dan barang perhiasan. Reparasi barang keperluan kaki dan barang dari kulit. Reparasi alat dan pesawat elektronik/listrik Reparasi mesin-mesin kantor Reparasi macam-macam atau fotografi. Reparasi lainnya yang belum tercakup - a.l reparasi alat-alat musik, alat-alat olahraga dan mainan anak-anak Jasa binatu pencelupan dn pembersihan barang-barang tekstil/pakaian jadi Pemangkas rambut dan salon kecantikan. - Yaitu jasa pemeliharaan rambut dan kecantikan termasuk kursus menata rambut/rias dan kecantikan. Foto studio termasuk fotografi komersil. - Yaitu foto studio dan fotografi yang melayani agen-agen periklanan,penerbit dan lain-lain. Jasa Penjahit Jasa perseorangan lainnya yang belum tercakup. Jasa pemerintahan
30 30 45 29 25 25
25 25 40 27 20 20
40 30 35 35 32 20 20 20 20 20 20 20 20 40 30 38 34 35 -
37 30 32.5 32.5 31 18.5 18.5 18.5 18.5 18.5 18.5 18.5 18.5 38 28 37 31 35 -
00000 KEGIATAN YANG TIDAK JELAS BATASANNYA DAN KEGIATAN LAIN YANG BELUM TERLIPUT. 00000 Badan non subyek 00000 Karyawan/pegawai 00000 Karyawan/pegawai Badan Usaha Milik Negara 00000 Karyawan/ pegawai swasta 00000 Pekerjaan bebas bidang profesi lainnya. 00000 Pemborong bukan bangunan/ konstruksi, termasuk levereansir dan lain-lain. 182. 00000 Pedagangan perantara/ komisioner. 183. 00000 Kegiatan lain yang tidak jeals batasannya dankegiatan yang belum terliput dalam salah satu golongan tersebut diatas. 176. 177. 178. 179. 180. 181.
50 20 40 40
47.5 19 35 35
45 18 35 35
122
Lampiran
Norma penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah sebagai berikut : a. 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak; b. ibukota propinsi lainnya; c. daerah lainnya. CONTOH PEMAKAIAN NORMA A. Wajib Pajak A kawin dan mempunyai 3 (tiga) orang anak. Ia seorang dokter bertempat tinggal di Jakarta yang juga memiliki industri rotan di Cirebon. - Peredaran Usaha dari Industri Rotan (setahun) di Cirebon Rp. 40.000.000,00 - Penerimaan bruto sebagai dokter (setahun) di Jakarta Rp. 72.000.000,00 Penghasilan neto dihitung sebagai berikut : - Dari industri rotan : 12,5% X Rp. 40.000.000,00 Rp. 5.000.000,00 - Sebagai dokter : 45% X Rp. 72.000.000,00 Rp. 32.400.000,00 jumlah penghasilan Neto Rp. 37.400.000,00 Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak = Rp. 37.400.000,00 - Rp. 21.120.000,00 = Rp. 16.280.000,00 Pajak penghasilan yang terutang : - 5% X Rp. 16.280.000,00 Rp. 1.250.000,00 Jumlah Rp. 81.400,00 Catatan : a. Angka 12,5% untuk industri rotan, lihat kode 33100 b. Angka 45% sebagai dokter, lihat kode 93213 c. Istri tidak punya penghasilan. B. Seorang Wajib Pajak baru memiliki usaha sebagai pedagang eceran bahan makanan di Jakarta. Penjualan dalam satu bulan diperkirakan sebesar Rp. 15.000.000,00. Ia kawin dan mempunyai 2 (dua) orang anak. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar sebagai angsuran dalam tahun berjalan dihitung sebagai berikut : Jumlah peredaran setahun = 12 X Rp. 15.000.000,00 Rp. 180.000.000,00 Persentase penghasilan menurut norma Kode 62320 = 25% Penghasilan neto setahun = 25% X Rp. 180.000.000,00 = Rp. 45.000.000,00 Penghasilan Kena Pajak = penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena
123
Pajak = Rp. 45.000.000,00 - Rp. 19.360.000,00 Rp. 25.640.000,00 Pajak Penghasilan yang terutang = 5% X Rp. 25.640.000,00 Rp. 1.282.000,00 Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar = 1/12 X Rp. 1.282.000,00 Rp. 106.833,00
124